Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


(SISTEM KEBUDAYAAN ISLAM)

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Ahmad Rafi Satrio 7. Nurh syadawani P
2. Begumratu Voca 8. Tasya islami desiani
3. Dea amalya 9. M zaidan alfaqih
4. Dia triyani putri
5. Jantika aulia f
6. Nabila putri f

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
TAHUN 2018
1
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendidikan agama islam yang
membahas tentang kebudayaan dalam islam ini dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
ujiian kelompok pendidikan agama islam. Bagaimana pada kesempatan ini tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan
dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari guru dan teman-teman kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat.

Bengkulu, 5 Oktober 2018

Penyusun

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia,
artinya manusia yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi sasaran
bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia
agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan.
Sebagaimana sabdanya yang berarti: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan
akhlak”. Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam proses yang
panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang
kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu
peradaban yang diakui kebenaranya secara universal. Untuk mengetahui perkembangan
kebudayaan Islam menjadi sebuah peradaban maka kami akan membahasnya di makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam ?
2. Prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam kebudayaan Islam ?
3. Bagaimana sejarah intelektual umat islam?
4. Jelaskan bagaimana masjid dapat disebut sebagai tempat peradaban islam?
5. Bagaimana nilai-nilai islam dalam budaya Indonesia?
C. TUJUAN
1. Memahami mengenai konsep kebudayaan dalam Islam
2. Mengetahui prinsip-prinsip yang ada dalam Islam
3. Mengetahui sejarah intelektual umat islam
4. Mengetahui latar belakang bagaimana masjid sebagai tempat peradaban islam
5. Memahami nilai-nilai islam dalam budaya Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebudayaan dalam Islam

Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil akal, budi rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan
yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.

Al-Qur’an memandang kebudayaan itu sebagai suatu proses, dan meletakan kebudayaan
sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang
meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu
secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya
manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari nilai – nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari
nilai – nilai Ketuhanan.

Sejarah Islam mencatat bahwa perkembangan kebudayaan dalam Islam diawali dari
periode klasik dan mencapai masa kejayaan pada dinasti Abbassiyah dan kemudian mengalami
masa kemunduran pada abad pertengahan, diantara penyebabnya adalah pada saat itu umat Islam
terlena oleh kemewahan yang bersifat material dan tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang
diwariskan oleh para ulama besar masa klasik dan pertengahan.

Masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam mempunyai dua fungsi pokok, yaitu :
sebagai pusat ibadah ritual dan sebagai pusat ibadah sosial. Sebagai pusat ibadah ritual berarti
menyangkut hubungan vertikal (dengan Allah) dan sebagai pusat ibadah sosial artinya hubungan
manusia dengan manusia yang lainnya, hidup saling tolong menolong dan bergotong royong
memajukan agama dan bangsa.

B. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam

5
Kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam, tetapi
kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat Islami.
Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu:
1. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan baru.
Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat merusak manusia.
dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah
bagi orang yang berakal”.
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt :”Allah akan
mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).
3. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat manusia
untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti. Sebagaimana telah difirmankan Allah
Swt: “Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).
4. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (Qs, al-Qhasash,
28:77).
Islam membagi kebudayaan menjadi tiga macam :
1. Kebudayaa yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqih disebutkan : “al-
Adatu-muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang
merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan
hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang
belum ada ketentuannya dalam syariat Islam.
2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kemudian
direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami.
3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya Ngaben yang dilakukan
oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam
suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Umat Islam tidak

6
boleh mengikutinya bahkam Islam melarangnya karena kebudayaan seperti itu
merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta
tidak mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan
kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang
menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan
manusia yang sudah meninggal dunia (Ahmadzain, 2006/12/08).
Terdapat 9 karakterstik kebudayaan islam menurut Yusuf Qardhawi, yaitu :

a. .Rabbaniyah ( bernuansa ketuhanan )


b. Akhlaqiyah (perilaku baik dan buruk menurut islam )
c. Insaniyah ( memiliki nilai-nilai kemanusiaan )
d. ‘Alamiyah ( bersifat terbuka )
e. Tassamuh ( egaliter )
f. Tanawwu’ ( beranekawarna )
g. wasathiyah ( bersifat moderat )
h. Takamul ( terpadu )
i. Bangga terhadap diri sendiri

C. Sejarah Intelektual Islam


Pada masa awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis
belum terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan sekaligus. Namun ayat Al-Quran yang
pertama kali turun dengan jelas meletakkan fondasi yang kokoh atas pengembangan ilmu dan
pemikiran dalam Islam. Sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa :
1. Masa Klasik, yang terjadi antara tahun 650-1250 M.
a. Kemajuan umat islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh dinasti umayyah.
b. Lahir pemikir muslim dari berbagai disiplin ilmu
c. Muncul ulama madzhab( Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam
Maliki)
d. Raja dinasti Abbasiyah, yaitu Al-Ma’mun terkenal sebagai raja yang cendekiawan
karena perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar

7
e. Dinasti umayyah di Spanyol yang didirikan oleh abdulrahman lolos tahun750
mendirikan pusat pemerintahan di Cordova,masjid,univ,perpustakaan berisi buku
sebagai pusat pengembangan kebudayaan islam.
f. Didirikan masjid Al-Ashar dan DarulHikmah

2. Masa Pertengahan (1250-1800)


a. Kemajuan dan Kemunduran Khilafah Abbasiyah
Kamajuan dalam hal ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat
pesat karena beberapa faktor seperti:
1) Faktor Politik
Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad. Baghdad pada
masa itu merupakan kotayang paling tinggi kebudayaannya. Banyaknya
cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana.
2) Faktor Sosiografi
Meningkatkan kemakmuran umat islam pada waktu itu. Luasnya wilayah
kekuasan islam menyababkan banyak orang Persia dan Romawi yang masuk
islam kemudian menjadi muslim yang taat. Hal ini menyebabkan perkawinan
campuran yang melahirkan keturunan yang tumbuh memadukan kebudayaan yang
berbeda.
3) Aktivitas Ilmiah
Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase yaitu pertama
adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau hal-hal lain pada kertas kemudian
dirangkap. Kedua pembukuan dan yang ketiga penyusunan dan pengaturan
kembali buku. Penerjemahan merupakan aktivitas yang paling besar peranannya
dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal dari buku-buku bahasa asing ke
dalam bahasa Arab. Setelah penerjemahan dilakukan penjelasan dan pengeditan.
b. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Kemajuan ilmu agama yaitu ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam dan ilmu
fikih, serta kamajuan ilmu umum.(Munthoha dkk, 1998:36)
c. Kemunduran

8
Islam mengalami masa kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari
umat Islam. Filsafat oleh sebagian ulama dianggap sebagai penyebab
pendangkalan dalam islam.akibat menjauhnya umat Islam dari filsafat timbul
kecenderungan akal yang dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu,
dunia dengan akhirat. Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat dalam
Islam yaitu adanya perdebatan di kalangan para filosof muslim, juga terjadi terjadi
perdebatan diantara fuqoha (ahli fiqih) dengan para teolog (ahli ilmu kalam).
Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis yang
membedakan agama dengan ilmu, dan urusan dunia dengan akhirat. (Sudrajat
Ajat, 2008:229)

3. Masa Modern
Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari
ketertinggalannya dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan tradisi
klasik, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh barat.
Para penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk
mengembalikan umat Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:
a. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab kemunduran
umat Islam.
b. Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
c. Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.
Dalam prakteknya tidak semua alternative diterima oleh umat Islam. karena dari
sisi pemikiran, realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi imitator,
bahkan aplikator model barat. Di samping itu dalam konteks pembangunan social politik
dan ekonomi Negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tidak bisa
lepas dari konteks makro yaitu barat sebagai decisiom maker nya dan yahudi sebagai
pengendalinya. Namun upaya untuk maju akan terus dilakukan oleh umat Islam.

9
D. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari jazirah
Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Kedatangan Islam
dengan segala komponen budayanya di Indonesia secara damai telah menarik simpati sebagian
besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi politik yang tengah terjadi saat itu.

Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam
melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo di tanah Jawa. Karena
kehebatan para wali Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya
setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi
tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dakwah Islam ke Indonesia lengkap dengan seni dan kebudayaannya. Permulaan


berkembangnya budaya islam di Indonesia, dirasakan demikian sulit untuk mengantisipasi
adanya perbedaan antara ajaran Islam dengan kebudayaan Arab. Tumbuh kembangnya Islam di
Indonesia diolah sedemikian rupa oleh Para Wali dengan melalui berbagai macam cara, baik
melalui bahasa maupun budaya. Para wali tersebut dengan segala kehebatannya dapat
menerapkan ajaran dengan melalui bahasa dan budaya daerah setempat, sehingga masyarakat
secara tidak sengaja dapat memperoleh nilai-nilai Islam yang pada akhirnya dapat mengemas dan
berubah menjadi adat istiadat di dalam hidup dan kehidupan sehari-hari dan secara langsung
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan bangsa Indonesia. Misalnya: setiap
diadakan upacara-upacara adat banyak menggunakan bahasa Arab (Al Quran), yang sudah secara
langsung masuk ke dalam bahasa daerah dan Indonesia. Hal tersebut tidak disadari bahwa
sebenarnya yang dilaksanakan tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam.

Ajaran-ajaran Islam yang bersifat komprehensif dan menyeluruh juga dapat disaksikan
dalam hal melaksanakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal. Pada awalnya, sebenarnyahari raya Idul
Fitri dirayakan secara bersama dan serentak oleh seluruh umat Islam dimanapun mereka berada,
namun yang kemudian berkembang di Indonesia adalah segenap lapisan masyarakat tanpa
pandang bulu dengan tidak memandang agama dan keyakinannya secara bersama-sama
mengadakan syawalan (halal bil halal) selama satu bulan penuh dalam bulan syawal. Hal inilah
yang pada hakikatnya berasal dari nilai-nilai ajaran Islam, yaitu mewujudkan ikatan tali

10
persaudaraan di antara sesama handai tolan dengan cara saling bersilaturahmi satu sama lain,
sehingga dapat terjalin suasana akrab dalam keluarga.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dapat dilihat dalam segala aspek kehidupan
masyarakat di Indonesia, baik dalam aspek sosial, politik, ekonomi, dan agama. Sehingga nilai-
nilai Islam, terutama yang terdapat dalam kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dapat
berkembang selaras dengan kebudayaan yang sebelumnya telah ada di indonesia.

Berikut ini adalah nilai-nilai islam yang berkembang di indonesia dalam berbagai hal,
antara lain:

a. Banyak digunakannya nama-nama Islam dan istilah-istilah Islam/Arab dalam


kehidupan masyarakat.
b. Terciptanya adat istiadat yang bernuansa Islam (pengucapan salam, basmalah,
tahlilan, kenduren, peringatan hari-hari besar Islam, dll.)
c. Lahirnya kesenian-kesenian yang bercorak Islam (Qasidah, rebana, gambus,
hadrah, dll)
d. Terciptanya bangunan-bangunan yang arsitekturnya bercorakkan Islam (masjid,
rumah, istana/keraton, gapura,batu nisan, dll)
e. Berkembangnya busana muslim/muslimah
f. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan
seperti halnya para wali. Apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

Setelah berkembangnya Islam, Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah), seperti tahun Hijriah
(Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa.

11
E. Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam

Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid diartikan
sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas (Muhaimin dan Abdul
Mujib, 1993:295).
Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat.
Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi sebagai pusat peradaban. Oleh sebab
itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai simbol persatuan umat.
Masjid adalah instusi pertama yang dibangun oleh rasulullah SAW pada periode madina.
Masjid pertama didirikan pada tanggal 12 rabiul awal tahun pertama hijriyah yakni masjid Quba
di madinah, berikutnya masjid nabawi. Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang pertama
kali meneladani dalam memperluas dan memperkaya fungsi masjid. Ketika hijrah dan
mendirikan Negara Madinah, Rasulullah menjadikan Masjid Madinah (dikenal sebagai Masjid
Nabawi) sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Sebagai jantung kota Madinah saat itu, Masjid
Nabawi digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer dan
untuk mengadakan perjanjian kerja sama –bahkan di area sekitarnya digunakan sebagai tempat
tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin. Setelah Nabi wafat, Masjid Nabawi tetap
dijadikan sebagai pusat kegiatan para khalifah, sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Khulafa Al-
Rasyidun sepanjang tahun 632-660.

Fungsi Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan para khalifah terus berlanjut. Bahkan pada
saat itu, fungsi Masjid Nabi semakin diperluas sebagai pusat pertemuan para sahabat dan
pemimpin Muslim lainnya. Karena menjadi pusat dakwah bagi kaum mualaf , dalam rangka
menerima pelajaran dasar tentang Islam, akibatnya fungsi masjid sebagai pusat pendidikan
Islam menjadi semakin mengkristal. Dari sanalah penguatan fungsi masjid sebagai sentra
pelayanan pendidikan dan penyebaran keilmuan yang bernuansa Islam telah mulai tumbuh. Dan
mulai dari fase itu, fungsi masjid sebagai sentral pengembangan peradaban Islam mulai
berkembang.
Keberadaan masjid sebagai tempat ibadah umat Islam hendaknya menjadi pusat dari
persemaian perdaban Islam yang sangat ideal karena menyangkut berbagai persoalan bisa
dibicarakan di dalam masjid.

12
Di zaman Rasulullah, masjid memiliki peran sebagai majelis peradilan ketika seseorang
melakukan perbuatan yang melanggar hukum agama, sebagai tempat pendidikan Islam
sebagaimana sahabat yang banyak menyerap ilmu dari Nabi Muhammad saat di masjid.

Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat
ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan, di
mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai
tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima
duta asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah
al-Abrasyi, 1984:58).
Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid mulai
menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah ritual semata. Fungsi
masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :
a. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin
ilmu.
b. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat
berjama’ah.
c. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid
(Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296).
Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke tahun kian
bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum optimal. Salah satu jalan
untuk memfungsikannya secara maksimal adalah dengan menumbuhkan kesadaran umat akan
pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid
perlu dioptimalkan. Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat
kepada pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah sosial
(Sudrajat Ajat, 2008:232).

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebudayaan tidak diperoleh manusia sebagai warisan atau generatif (biologis), namun
hanya mungkin diperoleh dengan belajar dari masyarakat. Tanpa masyarakat manusia akan
mengalami kesulitan dalam membentuk budaya. Sebaliknya, tanpa budaya manusia tidak dapat
mempertahankan kehidupannya. Justru dengan adanya kebudayaan dapat digunakan untuk
membedakan manusia dengan hewan.

Hasil perkembangan kebudayaan dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan yang disebut


dengan kebudayaan Islam, di mana fungsi agama akan berperan semakin jelas. Kebudayaan
tersebut berkembang menjadi sebuah peradaban islam sampai sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

14
http://aryanti-sekar.blogspot.com/2013/01/makalah-konsep-kebudayaan-dalam-islam_9288.html

http://nurulayyubi.blogspot.com/2013/02/bab-i-pendahuluan-1.html

https://www.researchgate.net/publication/327231492_KONSEP_KEBUDAYAAN_DALAM_IS
LAM

http://sahrul-media.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-kebudayaan-islam.html

15

Anda mungkin juga menyukai