Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di
daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah
lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan
menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam
jumlah yang lebih banyak. Belajar secara verbal diajarkan melalui pengajaran
langsung seperti ceramah dan sudah berlangsung bertahun – tahun.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-
konsep atau tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum
berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep atau tahapan-
tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip
atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait
maka dapat mengaitkan aatara konsep lama yang telah dimiliki siswa
dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini
dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana
guru menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi
pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar, daun,
batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada siswa
dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa
warna daun itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi pada
pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama siswa yang
sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru yaitu
kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah
pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses
penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang
umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga
pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya
dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi mengenai jenis
hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan yaitu
hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki empat,
hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?. Dari
pertanyaan guru tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan
berkaki empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang pemakan
daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan
atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa
memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat
memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan.
Guru dapat menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari tumbuhan
serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar superordinat adalah
proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah diferensiasi,
terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung
hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan
terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-
konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya
menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling
berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan
persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih
dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian
tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari
tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi daun.
Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun, akan
tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas
pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang daun.