Anda di halaman 1dari 4

Kegiatan Belajar 4

Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran IPA di SD

A. Pengertian Teori Belajar Menurut Ausubel


Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya
adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
pada struktur kognititf seseorang. Peristiwa psikologi belajar bermakna
menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada
dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna,informasi baru
diasimilasikan pada subsumber-subsumber relevan yang telah ada
dalam struktur kognitif seseorang. Sebagai hasil belajar menyebabkan
pertumbuhan dan modifikasi subsumber-subsumber yang telah ada.
Berkembang atau tidaknya subsumber sangat tergantung pada pengalaman
seseorang.
Ada beberapa teori belajar yaitu belajar bermakna (meaningful learning)
dan belajar menghafal (rote learning), belajar hanya menerima saja (reception
learning). Menurut teori ini, seorang peserta didik belajar dengan cara
mengaitkan dengan pengertian yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Jika
pengertian yang dimiliki peserta didik berbeda dengan konsep yang diberikan
di kelas maka informasi baru harus dipelajari melalui belajar menghafal.
Dalam proses ini, informasi baru tidak diasosiasikan dengan konsep yang
telah ada di struktur kognitif. Belajar menghafal ini perlu jika seseorang
memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan apa yang telah diketahui (Ausubel dkk., 1968 dan
Novak, 1977).
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar
bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan teori ini, dalam proses pembelajaran, IPA akan lebih
bermakna jika peserta didik membangun konsep yang ada dalam dirinya
dengan melakukan proses asosiasi terhadap pengalaman, fenomena-fenomena
yang mereka jumpai, dan fakta-fakta baru ke dalam pengertian yang telah
dimiliki.

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di
daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah
lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan
menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam
jumlah yang lebih banyak. Belajar secara verbal diajarkan melalui pengajaran
langsung seperti ceramah dan sudah berlangsung bertahun – tahun.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-
konsep atau tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum
berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep atau tahapan-
tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip
atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait
maka dapat mengaitkan aatara konsep lama yang telah dimiliki siswa
dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini
dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana
guru menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi
pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar, daun,
batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada siswa
dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa
warna daun itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi pada
pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama siswa yang
sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru yaitu
kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah
pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses
penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang
umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga
pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya
dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi mengenai jenis
hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan yaitu
hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki empat,
hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?. Dari
pertanyaan guru tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan
berkaki empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang pemakan
daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan
atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa
memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat
memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan.
Guru dapat menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari tumbuhan
serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar superordinat adalah
proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah diferensiasi,
terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung
hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan
terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-
konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya
menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling
berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan
persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih
dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian
tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari
tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi daun.
Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun, akan
tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas
pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang daun.

C. Tipe Belajar Menurut Ausubel


Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe
belajar :
a. Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan
yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang dia miliki.
b. Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception Learning)
Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir,
kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan
pengetahuan yang dia miliki.
c. Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar
menemukan pengetahuannya dari apa yang dia pelajari kemudian pengetahuan
baru itu dia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
d. Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

D. Prinsip yang Perlu Diperhatikan Untuk Menerapkan Teori Ausubel


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa
yang telah diketahui oleh siswa dalam mengaitkan konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitif dikemukakan 2 prinsip oleh Ausubel
yaitu :
a. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan
dimulai dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep
yang lebih khusus.
b. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-
gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep
yang telah dipelajari sebelumnya.
E. Ciri-ciri Peta Konsep Ausubel
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
1) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-
konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya
untuk bidang studi Ipa
2) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari
suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada
puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus
sampai pada pemberian contoh-contoh.
4) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu
hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.

Anda mungkin juga menyukai