Anda di halaman 1dari 4

SLE

DEFINISI
Systemic Lupus Erythethematosus adalah suatu penyakit yang menyerang seluruh organ tubuh mulai
dari ujung kaki hingga ujung rambut, yang disebabkan oleh gangguan dari sistem kekebalan tubuh
manusia, dimana sistem imun malah menyerang jaringan tubuh sendiri, maka dari itu SLE lebih dikenal
sebagai penyakit autoimun,

Sistemik: penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh


Lupus: bahasa latin, artinya anjing hutan
Eritematosus: menggambarkan ruam merah pada kulit yang menyerupai gigitan anjing hutan di sekitar
hidung dan pipi.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi LES diberbagai Negara sangat bervariasi antara 2.9/100.000- 400/100.000. LES lebih sering
ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa Negro, Cina dan mungkin juga Filipina. Faktor ekonomi dan
geografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit. LES dapat ditemukan pada semua usia, namun paling
banyak pada usia 15-40 tahun (masa reproduksi). Frekuensi pada wanita dibandingkan dengan pria yaitu
berkisar (5,5-9) : 1.

ETIOLOGI – FR
(1) Faktor genetic berperan dalam respon imun yang abnormal sehingga muncul autoantibodi yang
berlebihan (Greenberg, dkk, 2008).
(2) Faktor imunologi berhubungan dengan hiperaktifitas dari sistem kekebalan dan produksi
autoantibodi menyebabkan peradangan multiorgan dan dapat resisten terhadap pengobatan yang
diakhiri dengan kerusakan pada organ (Bello, dkk, 2016).
(3) Faktor hormonal pada wanita yaitu estrogen dapat meningkatkan autoimunitas dengan cara
meningkatkan produksi autoantibody, menghambat fungsi sel natural killer , dan menyebabkan atropi
pada kelenjar thymus (Wallace, 2007). Kadar esterogen tinggi pada saat usia produktif (15-44 tahun)
adalah alasan utama banyak wanita muda dengan rentan usia tersebut terserang SLE (YLI, 2011).
(4) Faktor lingkungan seperti terpapar sinar ultra violet secara langsung menyebabkan sel di kulit
mengeluarakan sitokin dan zat nyeri prostlaglandin sehingga terjadi inflamasi di area tersebut dan juga
secara sistemik melewati pembuluh darah (Judha & Setiawan, 2015), bahkan faktor lingkungan seperti
terserang virus dan bakteri seperti agen infeksius berupa Epstein Barr Virus (EBV) yang umumnya virus
ini tertidur dalam sel dari sistem imun dan bakteri Sreptococcus maupun Clebsiella bisa jadi sebagai
pemicu terjangkitnya SLE (Judha & Setiawan, 2015).
(5) Faktor pengobatan yang dijalani penderita SLE yaitu 80% akan mendapatkan terapi steroid yang lama
dan berkepanjangan, hal tersebut secara tidak langsung akan menimbulkan efek samping terhadap
fungsi neutrofil
PATOGENESIS

Pada penyakit autoimun, itu perlu 2 pencetus

Genetic + lingkungan (sinar uv, infeksi, dll)

Kerusakan DNA

Apoptosis sel limfosit T (kematian sel terprogram) ->sel kayak pecah gitu kan

Isi badan sel keluar semua

Penderita SLE malah mengira “hasil apoptosis” tadi itu “benda asing”, jadi dia dianggap SELF ANTIGEN

Tubuh memproduksi sel B sebagai antibody (buat ngelawan self antigen)

Terbentuk KOMPLEKS ANTIGEN-ANTIBODI

masuk ke pembuluh darah

tergantung menuju organ target mana; ginjal, hati, sendi, otot, sel darah, dan lain-lain

tercetuslah m. klinis beda2 tiap organ, kalo di tulang : arthritis

MANIFESTASI KLINIS
1. Kelelahan
2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah
3. Rambut rontok
4. Ruam pada wajah
5. Sakit kepala
6. Demam
7. Ruam kulit setelah terpapar sinar matahari
8. Gangguan kesadaran 9. Sesak 10. Edema anasarka
DIAGNOSIS
1. Anamnesis:
- keluhan awal
- factor risiko; riwayat keluarga

2. pemeriksaan fisik
- Manifestasi muskuloskeletal dijumpai lebih dari 90%, misalnya: mialgia, artralgia atau artritis (tanpa
bukti jelas inflamasi sendi).
- Manifestasi mukokutaneus, misalnya ruam malar/ruam kupu-kupu, fotosensitifitas, alopecia, dan ruam
diskoid.

3. pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap) dengan hitung diferensial dapat menunjukkan leukopeni,
trombositopeni, dan anemia.
b. Pemeriksaan serum kreatinin menunjukkan peningkatan serum kreatinin.
c. Urinalisis menunjukkan adanya eritrosit dan proteinuria.
2. Radiologi X-ray Thoraks dapat menunjukkan adanya efusi pleura.

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Penatalaksanaan berupa terapi konservatif
Pemberian analgetik sederhana (NSAID), misalnya:
-parasetamol 3-4 x 500-1000 mg
-ibuprofen 400-800 mg 3-4 kali perhari
-natrium diklofenak 2-3 x 25-50 mg/hari pada keluhan artritis, artralgia dan mialgia.

Rencana Tindak Lanjut


1. Segera dirujuk ke layanan sekunder untuk penegakan diagnosis pasti kecuali pada lupus berat
misalnya yang mengancam nyawa dapat dirujuk ke layanan tersier terdekat.
2. Pemeriksaan laboratorium dan follow-up secara berkelanjutan diperlukan untuk memonitor respon
atau efek samping terapi serta keterlibatan organ baru.
3. Keterlibatan berbagai organ pada LES memerlukan penanganan dari berbagai bidang misalnya
spesialis reumatologi, neurologi, nefrologi, pulmonologi, kardiologi, dermatologi, serta hematologi.

Konseling dan Edukasi


1. Intervensi psikososial dan penyuluhan langsung pada pasien dan keluarganya.
2. Menyarankan pasien untuk bergabung dalam kelompok penyandang lupus
3. Pasien disarankan untuk tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari dan selalu menggunakan krem
pelindung sinar matahari, baju lengan panjang serta menggunakan payung.
4. Pemantauan dan penjelasan mengenai efek penggunaan steroid jangka panjang terhadap pasien.
5. Pasien diberi edukasi agar berobat teratur dan bila ada keluhan baru untuk segera berobat.

KOMPLIKASI
1. Anemia hemolitik
2. Trombosis
3. Lupus serebral
4. Nefritis lupus
5. Infeksi sekunder

PROGNOSIS
Prognosis pasien LES sangat bervariasi bergantung pada keterlibatan organnya. Sekitar 25% pasien
dapat mengalami remisi selama beberapa tahun, tetapi hal ini jarang menetap. Prognosis buruk (50%
mortalitas dalam 10 tahun) terutama berkaitan dengan keterlibatan ginjal.

Anda mungkin juga menyukai