Anda di halaman 1dari 4

TONGKOL JAGUNG, SUMBER ENERGI RAMAH

LINGKUNGAN = MASA DEPAN INDONESIA


Anjas Rizky Wifisono
Universitas Jambi
anjasrizky117@gmail.com

Pada hakikatnya penggunaan sumber daya fosil dari tahun ke tahun yang
berlebihan dan tak terkendali justru bisa menjadi bumerang bagi masa depan
indonesia. Contohnya saja Penggunaan BBM yang berasal dari bahan bakar fosil
yang tidak bijaksana dalam berhemat kedepannya akan berdampak pada kerugian
ekonomi dan kesejahteraan rakyat indonesia secara luas. Bisa saja dengan harga
BBM dunia yang naik kedepannya karena krisis minyak yang melanda dunia
membuat masyarakat terbebani dan situasi semakin parah.
Apalagi penggunaan bahan bakar fosil yang masif akan berdampak buruk
seperti kerusakan lingkungan di muka bumi. Pencemaran udara akibat kendaraan
bermotor juga berdampak pada kesehatan manusia. Penyakit kronis yang
berdatangan juga bisa timbul akibat gas emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor seperti ISPA,Asma,TBC bahkan kematian bisa terjadi jika tidak bisa
dicegah secepatnya. Pencemaran udara juga bisa terjadi sehingga menyebabkan
lapisan ozon juga semakin menipis. Oleh karena itu, penulis merasa jagung bisa
digunakan sebagai sumber daya energi terbarukan yang ramah lingkungan
sehingga membuat masa depan indonesia lebih cerah kedepannya dan diharapkan
bisa mengurangi penggunaan sumber daya fosil dan menghemat konsumsi BBM
kedepannya serta juga menjaga kelestarian lingkungan.
Penulis sangat tertarik untuk membahas jagung sebagai sumber daya
energi terbarukan dan ramah lingkungan karena jagung memiliki bagian tubuh
yang tidak digunakan semua untuk dikonsumsi seperti tongkol dan batangnya.
Tongkol yang merupakan bagian paling padat dari jagung bisa diambil tanpa
harus mempengaruhi erosi tanah atau mengurangi unsur hara tanah. Contohnya
saja pada sebuah perusahaan di Iowa, Amerika Serikat telah mengembangkan
mesin pengolah tongkol jagung menjadi sumber bahan bakar alternatif. Tongkol
memiliki sifat yaitu seperti salah satu bagiannya keras dan sebagian bersifat
menyerap. Biasanya setelah memanen jagung, petani menginggalkan tongkol dan
batangnya. Oleh sebab itu, tongkol dan batangnya bisa digunakan sebagai sumber
energi terbarukan.
SEBAGAI SUMBER ENERGI HIDROKARBON
Penulis pernah membaca buku yang diterbitkan oleh alkuino pada tahun
2000 bahwa tongkol jagung termasuk sumber energi yang cukup banyak
digunakan oleh manusia karena sifatnya yang memiliki kandungan karbon yang
tinggi sehingga disebut juga hidrokarbon. Di indonesia, pemanfaatan tongkol
jagung itu sendiri masih terbatas. Padahal indonesia adalah produsen jagung
terbesar kedelapan di dunia, yaitu sebanyak 12.381.561 ton pada tahun 2007.
Tongkol jagung juga dianggap sebagai sampah pada kebanyakan masyarakat yang
mengonsumsi jagung. Padahal, tongkol jagung bisa digunakan sebagai bahan
energi terbaruakan yang ramah lingkungan. Penggunaan tongkol jagung untuk
keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun sekitar
30% dari potensi yang ada. Pada tahun 2002, riset membuktikan bahwa limbah
batang dan daun jagung kering adalah sebanyak 3,46 ton/ha. Sedangkan pada
tahun 2006, luas panen jagung adalah 11,7 juta ton. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk mengeringkan 6 ton jagung dari kadar air sebesar 32,5 % sampai
13,7 % bb selama 7 jam diperlukan sekitar 30 kg tongkol jagung kering per jam.
SEBAGAI BAHAN BAKAR PADAT PADA PROSES GASIFIKASI
Limbah jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat untuk
proses thermal gasifikasi. Penulis pernah membaca sebuah buku yang mengatakan
bahwa gasifikasi adalah proses konversi bahan bakar yang mengandung karbon
menjadi gas yang memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada
temperatur tinggi, yaitu sekitar 9000 sampai 12000 C. Proses gasifikasi
menghasilkan produk tunggal berupa gas dengan nilai kalori 4000 sampai 5000
kJ/Nm3. Gas yang dihasilkan oleh proses gasifikasi dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan udara panas, menggerakkan motor dan dapat digunakan juga
sebagai pembangkit listrik. Konversi energi dengan cara gasifikasi memiliki
tingkat efisiensi panas yang mencapai 50 % sampai 70 %.
SEBAGAI PEMBUAT BIOETANOL
Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) produktivitas jagung
ditahun 2011 mencapai 17,92 juta ton sedangkan di tahun 2013 meningkat
menjadi 18,51 juta ton. Buah jagung terdiri dari 30% limbah yang berupa tongkol
jagung. Jadi jika dikonversikan dengan jumlah produksi jagung pada tahun 2013,
maka negara Indonesia berpotensi menghasilkan tongkol jagung sebanyak ± 5,553
juta ton. Jumlah limbah tersebut dapat dikatakan sangat banyak dan akan menjadi
sangat potensial jika dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat secara tepat.
Salah satunya yaitu pembuatan bioetanol. Karakteristik kimia dan fisika dari
tongkol jagung juga sangat cocok untuk pembuatan tenaga alternatif (bioetanol),
yang mana kadar senyawa kompleks lignin dalam tongkol jagung adalah 6,7-
13,9%, untuk hemiselulose 39,8% , dan selulose 32,3-45,6%. Selulose hampir
tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam melainkan selalu berikatan
dengan bahan lain yaitu lignin dan hemiselulose. Serat selulose alami terdapat di
dalam dinding sel tanaman dan material vegetatif lainnya. Seluose murni
mengandung 44,4% C; 6,2% H dan 49,3% O. Penggunaan bioetanol juga mampu
mengurangi emisi gas beracun (CO dan HC) yang umum ditemukan pada
pembakaran bensin. Selain emisi gas beracun, emisi karbon dioksida (greenhouse
gas) juga menjadi perhatian utama dalam pemilihan bahan bakar yang ramah
lingkungan. Pembakaran bioetanol E100 akan menghasilkan sekitar 1,5 kg gas
rumah kaca, sedangkan pembakaran 100% oktana (octane) menghasilkan sekitar
2,1 kg gas rumah kaca. Menurut data EPA (Environmental Protection Agency),
pembakaran 1 Liter bensin akan menghasilkan sekitar 2.3 kg gas karbon dioksida.
Dari essay yang telah penulis jelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa
Indonesia merupakan negara penghasil jagung terbesar kedelapan di dunia
sehingga bagian tubuh jagung yang tidak dikonsumsi oleh masyarakat indonesia
seperti tongkol jagung bisa digunakan sebagai sumber energi terbarukan yang
ramah lingkungan seperti bisa digunakan sebagai sumber energi hidrokarbon,
sebagai bahan bakar padat yang melalui proses gasifikasi dan sebagai bahan
pembuat bioetanol sehingga masyarakat indonesia dapat mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil dan menghemat penggunaan BBM serta menjaga kelestarian
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkuino, E.L. 2000. Gasifying farm wastes as source of cheap heat for drying
paddy and corns. International Rice Research Organisation. Philipines.
Reksowardojo, I.K., dan T. H. Soerawidjaja, 2006. Teknologi Pengembangan
Bioenergi untuk Industri Pertanian. Dalam Agung H., Sardjono, T.W.
Widodo, P. Nugroho dan Cicik S. Proc. Seminar Nasional Mekanisme
Pertanian: Bioenergi dan Mekanisasi Pertanian untuk Pembangunan
Industri Pertanian. Bogor 29-30 Nov. 2006.
Subekti, H. 2006. Produksi Etanol dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol
Jagung oleh Saccharomyces cerevisiae. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian ITB

Anda mungkin juga menyukai