Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KARAKTERISTIK HIDRAULIS AIR TANAH GAMBUT

BERDASARKAN UJI PEMOMPAAN (PUMPING TEST)

Vito Charly1), Bambang Sujatmoko2), Ari Sandhyavitri2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : vito.charly@student.unri.ac.id

ABSTRACT
Pumping test was conducted to determine the characteristics of an aquifer
transmissivity and storativity values. Pumping test can measure the amount of
water from an aquifer so that the potential of groundwater can be determined from
any research areas. Pumping test carried out in two stages, first is the production
well pumping test to observe the drawdown caused by the pumping process and
second is recovery test were performed to observe the recharge process of pumped
production wells. This research located in Rantau Baru village’s groundwater
wells. Analytical method used is Cooper Jacob method (straight-line method) so
that the obtained transmissivity (T) value is 1822,639 m2/day and storativity (S)
value is 9,978×10-5 . Based on these acquired two parameters, the availability
potential of groundwater at this research location is 467,8 m3/day. By identification
of groundwater discharge, the utilization of groundwater at the research location
can be controlled in order to avoid any ground water depletion.
Keyword : Pumping test, drawdown, aquifer, Cooper Jacob

A. PENDAHULUAN
Lahan gambut merupakan inilah yang menyebabkan penurunan
sejenis tanah yang terbentuk dari permukaan lahan (subsidence) serta
akumulasi sisa – sisa tumbuhan yang mengalami proses kering tidak balik
telah mati (serasah) yang mengalami (irreversible drying) sehingga
pembusukan secara alami sehingga menyebabkan lahan gambut menjadi
lahan tersebut kaya akan bahan kering dan pada saat musim kemarau
organik dan memiliki kandungan air lahan gambut tersebut berpotensi
yang sangat tinggi. Peran lahan terbakar. Pemadaman lahan gambut
gambut sangatlah penting dalam yang terbakar dapat dilakukan dengan
mengatur aliran dan menyimpan air. memanfaatkan air tanah yang berada
Eksploitasi yang berlebihan dan tidak pada lahan gambut sebagai sumber air
berwawasan lingkungan terhadap utama pada proses pemadaman lahan
lahan gambut dapat menyebabkan gambut yang terbakar. Untuk
lahan gambut menjadi kering. Hal memanfaatkan air tanah sebagai

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 1


sumber air utama pada proses Air tanah terdapat pada akuifer
pemadaman lahan gambut diperlukan tanah, secara alami pengeluaran air
melakukan kajian mengenai potensi tanah terjadi melalui evaporasi dan
ketersediaan air tanah yang ada ranspirasi, namun pengeluarannya
dilokasi penelitian. Adapun metode dapat ditingkatkan melalui
penelitian yang akan digunakan yaitu pemompaan dan drainase. Beberapa
melalui uji pemompaan (pumping faktor yang berpengaruh terhadap
test). Data uji pemompaan ini berguna gerakan air bawah permukaan tanah
untuk mengetahui kualitas akuifer antara lain : (Usman dkk, 2006 di
baik berupa nilai transmisivitas (T) dalam (Susiloputri & Farida, 2011).
dan koefisien kapasitas penyimpanan
air tanah/ storativitas (S), sehingga 1. Perbedaan kondisi energi
dari kedua parameter ini dapat didalam air tanah itu sendiri
diketahui potensi ketersediaan air 2. Kelulusan lapisan pembawa air
tanah yang terdapat di lokasi 3. Keterusan (Transmisibility)
penelitian. Oleh karena itu dapat 4. Kekentalan air tanah (viscosity)
diketahui debit yang tersedia dari air B.2 Lapisan Akuifer
tanah tersebut sehingga
pemanfaatannya dapat dimanfaatkan Sebagai lapisan kulit bumi,
secara optimal sebagai sumber air maka akuifer membentang sangat
utama pada proses pemadaman lahan luas menjadi semacam reservoir
gambut yang terbakar. bawah tanah. Pengisian akuifer ini
dilakukan oleh resapan air hujan
B. TINJAUAN PUSTAKA kedalam tanah. Sesuai dengan sifat
dan lokasinya dalam siklus hidrologi,
B.1 Deskripsi Air Tanah
maka lapisan akuifer mempunyai
Air tanah adalah air yang fungsi ganda sebagai media
bergerak di dalam tanah yang terdapat penampung (storage fungtion) dan
di dalam ruang–ruang antar butir- media aliran (conduit fungtion).
butir tanah dan dalam retak-retak
batuan yang juga disebut sebagai air a. Akuifer Tertekan (confined
celah atau fissure water (Mori dkk, aquifer)
1999 di dalam (Susiloputri & Farida, Merupakan lapisan rembesan
2011). Keberadaan air tanah sangat air yang mengandung kandungan
tergantung dari besarnya curah hujan air tanah yang bertekanan lebih
dan besarnya air yang meresap ke besar dari tekanan udara bebas/
dalam tanah. Faktor lain yang tekanan atmosfir, karena bagian
mempengaruhi adalah kondisi litologi bawah dan atas dari akuifer ini
(batuan) dan geologi setempat. tersusun dari lapisan kedap air
Keberadaan air tanah juga (biasanya tanah liat).
dipengaruhi oleh perubahan laha-
lahan terbuka menjadi pemukiman
dan industri, serta penebangan hutan
tanpa kontrol. Hal tersebut akan
mempengaruhi infiltrasi bila terjadi
pada daerah resapan (recharge area).

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 2


Tahapan-tahapan pengujian
akuifer atau sering disebut dengan
tahap pumping, yaitu :
1. Pemompaan Menerus
Uji pemompaan menerus
dilakukan secara terus-menerus
dengan debit tetap selama 45 menit,
pengujian ini dilakukan untuk
pengamatan penurunan muka air
Gambar 1. Confined aquifer dan
tanah dan apabila didapatkan
Unconfined aquifer
penurunan muka air yang drastis serta
(Todd, 1959 dalam (Susiloputri &
mempengaruhi sumur – sumur lain
Farida, 2011)
yang ada maka dilakukan uji
b. Akuifer Bebas/ Tak Tertekan pemompaan dengan penurunan debit
(unconfined aquifer) (Dinas Pengelolaan dan
Merupakan lapisan Pendayagunaan Air Tanah, 2008 di
rembesan air yang mempunyai dalam (Susiloputri & Farida, 2011).
lapisan dasar kedap air, tetapi 2. Uji Kambuh (Recovery Test)
bagian atas muka air tanah Uji kambuh dilakukan setelah
lapisan ini tidak kedap air, uji menerus selesai dilakukan, pada
sehingga kandungan air tanah tahap uji kambuh pompa dimatikan
yang bertekanan sama dengan dan diamati kenaikan air tanah
tekanan udara bebas/ tekanan (recharge) setelah pemompaan
atmosfir. diberhentikan. Pada tahapan ini dapat
dilihat apakah terjadi pengisian air
tanah kembali atau tidak (Dinas
B.3 Uji Pemompaan (Pumping Pengelolaan dan Pendayagunaan Air
Test) Tanah, 2008 di dalam (Susiloputri &
Uji pemompaan (pumping test) Farida, 2011).
disebut juga dengan uji akuifer. B.4 Karakteristik Sumur
Maksud uji akuifer ini adalah untuk
mengetahui ketetapan akuifer seperti Untuk mengetahui besarnya
transmisivitas (transmisivity) dan debit pompa yang dihasilkan oleh
koefisien penampungan (storage suatu sumur dilakukan dengan cara
coefficient). Jadi uji akuifer ini sangat uji pemompaan/ uji akuifer.
penting untuk perencanaan sumur dan Pemompaan dilakukan dengan
pengontrolannya. Untuk menghitung memompa air tanah dari sumur uji
parameter-parameter seperti dengan debit konstan. Pada pengujian
transmisivitas dan storativitas dapat ini dapat diketahui parameter akuifer,
menggunakan metode Cooper Jacob berupa koefisien transmisivitas (T)
atau disebut juga metode garis lurus dan koefisien penampungan (storage
yang dipengaruhi oleh konsep waktu coefficient) (S).
yang dilakukan secara grafis.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 3


pemompaan t, waktu setelah
pemompaan dihentikan t’, selisih
antara permukaan asli air dan
pemulihan permukaan air s dan jika
hubungan antara s dan log (t/t’) dibuat
mendekati garis lurus yang melalui
titik asal, maka dapat ditetapkan
rumus sebagai berikut :

Gambar 2. Sumur yang memompa 0,183 Q t


T= log
dari akuifer tertekan s t'
(Susiloputri & Farida, 2011) Dalam siklus logaritmis, log (t/t’) = 1
Menurut Jacob (Susiloputri & dan selisih permukaan air Δs, maka :
Farida, 2011), jika hubungan antara 0,183 Q
jangka waktu (t) sejak pemompaan T=
∆s
dimulai dan penurunan permukaan air
(s) dalam sumur uji/ pengamatan kira- Air dapat dipompa berturut-
kira merupakan garis lurus, maka turut dari sumur artinya kondisi
berlaku : besarnya pemompaan yang tetap
dapat diperoleh pada permukaan air
2,3× Q yang tetap. Jadi air yang keluar dari
T=
4× π× ∆s sumur pertama-tama diperkirakan
terjadi pada penurunan permukaan air
2,25× T× t0 dan umumnya air yang keluar sama
S= dengan besarnya pemompaan.
r2 Penurunan muka air tanah pada
Dimana : sumur tunggal berbeda dengan
penurunan muka air pada sumur yang
T = Koefisien Transmisivitas
banyak. Pada sumur yang banyak
(m2/hari)
penurunan tersebut akan saling
S = Koefisien Penampungan mempengaruhi, hal ini tergantung
dari jarak antar sumur.
Q = Besarnya debit pemompaan
(m3/hari)
Δs = Selisih s dalam satu siklus
logaritmis dalam t
to = Waktu untuk s = 0 (hari)
r = Jarak antara sumur
pemompaan dan sumur uji/ Gambar 3. Pengaruh Interfensi
pengamatan (m) Antara Sumur-Sumur
Apabila perhitungan (Linsley dkk, 1986 dalam
berdasarkan dengan pemulihan (Susiloputri & Farida, 2011)
permukaan air, jika besar pemompaan
yang tetap Q, waktu sejak dimulainya

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 4


B.5 Metode Cooper Jacob
Metode ini merupakan salah
satu metode yang digunakan untuk
mengetahui nilai transmisivitas dan
koefisien storativitas suatu sumur air
tanah pada aliran tak steady
(unsteady- state flow). Metode
Cooper Jacob biasa disebut juga Lokasi Penelitian
dengan metode garis lurus. Metode
ini dapat digunakan dengan asumsi,
yaitu akuifer yang diuji merupakan
akuifer tertekan, akuifer homogen
dan isotropik, akuifer yang dipompa Gambar 4. Desa Rantau Baru
dengan debit konstan, aliran pada Sumber : Google Maps, 2016
sumur berupa aliran tak steady, nilai u C.2 Alat dan Bahan
kecil (u < 0,01) dimana u = r2S/4Tt
(Kreseman and De Ridder, 1991 di 1) Sumur Pantau
dalam (Sjarif, 2003). Sumur pantau adalah sumur yang
diukur fluktuasi muka air tanahnya
Menurut Sosrodarsono dan ketika sumur produksi dipompa.
Takeda (1983) didalam (Sjarif, 2003) Pada penelitian ini jarak sumur
bahwa rumus Cooper Jacob dapat pantau ke sumur produksi sebesar
diterapkan jika antara jangka waktu t 10 m, 20 m, dan 30 m.
sejak pemompaan dimulai dan 2) Sumur Produksi
penurunan muka air dalam sumur Sumur produksi adalah sumur
pengamatan lebih kurang merupakan yang akan dipompa, dimana
garis lurus. Metode ini didasarkan sebelum pemompaan dilakukan
pada hubungan antara penurunan pengukuran tinggi muka air
muka air tanah terhadap waktu yang tanahnya. Pengukuran ini
cenderung linier. Dari hubungan ini bertujuan untuk mengetahui
diperoleh perubahan penurunan muka apakah pemompaan pada sumur
air tanah yang terjadi sehingga nilai produksi berpengaruh terhadap
transmisivitas dan storativitas dapat tinggi muka air tanah pada sumur
dihitung. disekitarnya.
C. METODOLOGI PENELITIAN 3) Pompa
Pompa yang digunakan pada saat
C.1 Lokasi proses pemompaan (pumping test)
Lokasi penelitian karakteristik di sumur produksi yaitu pompa
hidraulis air tanah pada lahan gambut Honda WB 30 XN dengan
ini terletak di Desa Rantau Baru kapasitas pompa yang digunakan
Kecamatan Pangkalan Kerinci, yaitu sebesar 1100 liter/menit.
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. 4) Water Level Meter
Adapun lokasi penelitian dapat Water Level Meter digunakan
ditunjukkan pada gambar di bawah untuk mengukur elevasi muka air
ini. tanah pada sumur pantau dan
sumur produksi, baik pada saat

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 5


pemompaan berlangsung dan yang telah ditentukan ketika
sebelum pemompaan dilakukan. dilakukan pemompaan pada sumur
5) Pita Ukur (meteran) produksi.
Pita ukur digunakan untuk g. Matikan pompa setelah waktu
mengukur kedalaman muka air pemompaan yang ditentukan
atau sumur secara manual. Pita selesai.
ukur juga digunakan untuk h. Mencatat kembali kenaikan muka
mengukur jarak antar sumur air tanah (recharge) pada sumur
produksi dengan sumur pantau ketika pompa dimatikan.
pengamatan. i. Menganalisis data yang telah
6) Stopwatch didapatkan dari pengujian.
Stopwatch digunakan untuk
menghitung waktu dari penurunan
muka air tanah pada saat C.4 Diagram Alir
pemompaan berlangsung ataupun
pada saat pemompaan dihentikan
(recovery test).
7) Wadah Penampungan
Wadah penampungan digunakan
untuk menghitung ataupun
mengetahui debit pemompaan
yang sedang berlangsung.
C.3 Teknik Pengukuran
Tahap – tahap yang dilakukan
pada proses uji pemompaan (pumping
test) adalah sebagai berikut :
a. Mentukan sumur pantau yang akan
diukur tinggi muka airnya ketika
sumur produksi dilakukan
pemompaan.
b. Mencatat lokasi ataupun jarak dari Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
sumur pantau ke sumur produksi.
c. Mengukur tinggi muka air tanah
masing-masing sumur pantau D. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelum pemompaan dilakukan.
d. Siapkan pita ukur yang telah diberi Uji pemompaan terdiri dari dua
pemberat untuk mengukur tinggi tahapan, yaitu uji pemompaan
muka air tanah pada sumur pantau menerus (continuous test) dan uji
ketika pemompaan berlangsung. kambuh (recovery test). Pemompaan
e. Melakukan pengukuran debit dilakukan sebanyak dua kali
pemompaan setelah pompa pemompaan pada sumur yang
dinyalakan. berbeda. Pemompaan pertama
f. Mencatat tinggi muka air tanah dilakukan dengan debit sebesar 2,764
pada sumur pantau pada waktu lt/dt (9,951 m3/jam atau 238,827
m3/hari), pemompaan kedua

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 6


dilakukan dengan debit sebesar 1,829 Transmisivitas (T) pada saat uji
lt/dt (6,585 m3/jam atau 158,036 kambuh (recovery test).
m3/hari) selama 45 menit, , hal ini
dikarenakan pada menit ke-45 Uji Kambuh
drawdown telah mencapai keadaan 0,06

Residual Drawdown, s' (m)


steady sehingga pemompaan 0,05
dihentikan. 0,04
Q
ELV10,00
ELV10,07 ELV10,09 ELV10,08
PermukaanTanah 0,03
0,02 y = 0,047x - 0,0031
h1=0,97m h2=1,04m h3=1,06m h4=1,05m
0,01
MukaAir TanahAwal
ELV9,03
0
0,000 0,400 0,800 1,200
t/t' (menit)
r3=30m

r2=20m

r1=10m
Gambar 7. Grafik Uji Pemompaan
1 2 3 4 Dari grafik didapat persamaan
La pi s an Ke da p Ai r
garis data :
Gambar 6. Sketsa Pemompaan s=0,047 log t/t'+0,0031
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Pada saat s = 0, t = to sehingga :
Pemompaan 0=0,047 log (t/t')0 +0,0031
Transmisivitas (T))
Sumur r Storativitas (S)
(m2/hari)
Pantau (m)
Uji Menerus Uji Kambuh Uji Menerus Uji Kambuh
Jadi,
2 10 1822,257 930,514 -5 -
9,978×10
-0,0031
Tahap 1

3 20 2618,813 7,589×10-4 -
log(t/t')0 = =-0,067
4 30 3338,487 0,0012 - 0,047
Tahap 2

3 10 695,668 5,55×10-4 -
2
1
20
30
1315,445
6029,124
0,0011
0,0347
-
-
Sehingga to =10-0,067
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh to =1,1667 menit = 0,00081 hari
nilai Transmisivitas sebesar 1822,257
m2/hari dan nilai Storativitas (S) ∆s = 0,047 m
sebesar 9,978×10-5 dan pada saat uji Q = 467,8 m3/hari
kambuh (recovery test) diperoleh
nilai Transmisivitas (T) sebesar 2,3 Q 2,3×238,827
T= =
930,514 m2/hari. Nilai Transmisivitas 4 π ∆s 4×3,14×0,047
dari uji pemompaan dan uji kambuh
ini akan digunakan untuk menentukan = 1822,257 m2/hari
potensi ketersediaan air tanah di
Nilai T saat uji kambuh (recovery
lokasi penelitian dengan cara
test)
melakukan trial and error nilai Q.
T kambuh = 1822,257 m2/hari
Potensi ketersediaan air tanah
pada lokasi penelitian dapat Nilai T saat pemompaan
ditentukan dengan cara melakukan
trial and error nilai Q, agar diperoleh T pemompaan = 1822,639 m2/hari
nilai Transmisivitas (T) pada saat
pemompaan sama dengan
Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 7
Berdasarkan perhitungan diatas 4. Jari-jari pengaruh (ro) akibat
dengan menggunakan trial and error pemompaan yang dilakukan pada
nilai Q, agar nilai Transmisivitas (T) sumur produksi dengan debit
pada saat pemompaan mendekati nilai 238,827 m3/hari diperoleh sebesar
Transmisivitas (T) saat recovery 29,999 m, sehingga sumur yang
maka diperoleh potensi ketersediaan berada di luar radius jari-jari
air tanah pada lokasi penelitian pengaruh tidak akan mengalami
tersebut sebesar 467,8 m3/hari. penurunan muka air tanah
Sehingga dapat diketahui bahwa debit (drawdown).
yang tersedia pada air tanah di lokasi 5. Dari uji pemompaan (pumping
penelitian tersebut yang dapat test) yang dilakukan dengan
dimanfaatkan sebesar 467,8 m3/hari. membandingkan nilai
Transmisivitas (T) pada saat
E. KESIMPULAN pemompaan dan Transmisivitas
1. Uji pemompaan (pumping test) (T) saat recovery dengan
yang dilakukan terdiri dari uji menggunakan metode trial and
pemompaan menerus (continuous error nilai Q, maka diperoleh
test) dan uji kambuh (recovery potensi ketersediaan air tanah pada
test) dimana akuifer pada air tanah lokasi penelitian sebesar 467,8
yang diteliti diasumsikan m3/hari.
merupakan akuifer tidak tertekan 6. Dengan diperolehnya potensi
(unconfined aquifer). ketersediaan air tanah pada sumur
2. Pemompaan yang dilakukan pada air tanah, maka dapat diketahui
sumur produksi menyebabkan debit air tanah yang tersedia pada
terjadinya penurunan muka air lokasi penelitian, sehingga
tanah (drawdown) pada sumur pemanfaatan air tanah pada lokasi
disekitarnya yang diamati melalui penelitian tersebut dapat dibatasi
sumur pantau. Penurunan muka air pengambilan air tanahnya agar
tanah (drawdown) yang terjadi tidak terjadi penurunan muka air
relatif kecil baik pada pemompaan tanah yang drastis.
pertama maupun pemompaan
kedua, dimana nilai drawdown
F. SARAN
yang terbesar yaitu sebesar 0,095
m. Pemompaan dilakukan selama Beberapa saran yang dapat
45 menit dimana pada menit ke-45 dijadikan pertimbangan untuk
tidak terjadi penurunan muka air penelitian selanjutnya adalah :
tanah (drawdown) sehingga
pemompaan dihentikan. 1. Sebaiknya pada saat pengukuran
3. Pada sumur air tanah yang diteliti elevasi muka air tanah baik pada
pada lokasi penelitian diperoleh saat pemompaan maupun saat
nilai Transmisivitas (T) pada saat recovery pengukurannya
uji pemompaan sebesar 1822,639 dilakukan dengan menggunakan
m2/hari dan pada saat uji kambuh water level meter disetiap sumur
sebesar 930,514 m2/hari, serta nilai agar diperoleh data yang lebih
storativitas (S) diperoleh sebesar akurat dan meminimalisir
terjadinya kesalahan pada saat
9,978×10-5 .
pengambilan data.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 8


2. Analisis data uji pemompaan Harjito. (2014). Metode Pumping Test
(pumping test) yang diperoleh sebagai kontrol Pengambilan
dapat dilakukan dengan Airtanah Secara Berlebihan.
menggunakan metode lain seperti Jurnal Sains dan Teknologi
metode Theis. Lingkungan UGM. Yogyakarta
Todd, D. K. (1980). Groundwater
G. DAFTAR PUSTAKA
Hydrology. Third Edition.
Dariah, A. (2013). Karakteristik Macmilan Publishing Company
Lahan Gambut. Balai New York, USA.
Penelitian Tanah, Bogor.
Abduh, M. (2012). Studi Kapasitas
Riyadi, A., & Wibowo, K. (2007). Debit Air Tanah Pada Akuifer
Karakteristik Air Tanah di Tertekan di Kota Malang.
Kecamatan Tamansari Kota Jurnal Teknik Pengairan.
Tasikmalaya. Badan Malang.
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Soewandita, H. (2008). Studi Muka
Air Tanah Gambut dan
Sjarif, L. (2003). Penentuan Nilai Implikasinya Terhadap
Karakteristik Akuifer Sumur Air Degradasi Lahan Pada
Tanah Melalui Uji Pemompaan Beberapa Kubah Gambut di
(Pumping Test) dengan Metode Kabupaten Siak. Pusat
Cooper-Jacob di Leuwikopo, Teknologi Sumberdaya Lahan
Darmaga. Institut Pertanian Wilayah dan Mitigasi Bencana
Bogor, Bogor – BPPT.
Susiloputri, S., Farida, N. S. (2011).
Pemanfaatan Air Tanah Untuk
Memenuhi Air Irigasi di
Kabupaten Kudus Jawa
Tengah. Laporan Tugas Akhir
Universitas Diponegoro.
Semarang.
Wibowo, A. (2009). Peran Lahan
Gambut Dalam Perubahan
Iklim Global. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan
Tanaman.
BPS. (2016). Kabupaten Pelalawan
Dalam Angka. BPS Kabupaten
Pelalawan.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 9

Anda mungkin juga menyukai