Anda di halaman 1dari 14

DEXAMETHASONE INTRAVENA SEBAGAI OBAT TAMBAHAN

UNTUK MENINGKATKAN ANALGESIA PERSALINAN: SEBUAH UJI


KLINIS ACAK, DOUBLE-BLINDED, TERKONTROL-PLASEBO

Pratibha Dube, M.D., Sukanya Mitra, M.D., Jasveer Singh, M.D., Richa Saroa,
M.D., Reeti Mehra, M.D.

Abstrak
Tujuan: Untuk mempelajari peran dexamethasone intravena (i.v.) sebagai
analgesik tambahan dalam analgesia persalinan.
Desain: Uji coba terkontrol acak double-blinded.
Pengaturan: Analgesia persalinan di rumah sakit pendidikan perawatan tersier.
Pasien: Delapan puluh pasien ibu melahirkan yang memberikan consent dengan
ASA I-II, usia >18 tahun, nulipara, gestasi tunggal, presentasi sefalik pada usia
kehamilan ≥36 minggu, yang di awal persalinan spontan (dilatasi serviks ≤5 cm)
meminta diberikan analgesia epidural.
Intervensi: Pasien diacak ke dalam dua kelompok. Kelompok Dexa menerima 8
mg dexamethasone i.v. dalam 50 ml saline normal sekitar 45 menit sebelum
prosedur. Pasien kelompok plasebo hanya menerima 50 ml saline normal. Semua
pasien menjalani analgesia persalinan epidural per protokol rumah sakit. Setelah
bolus awal, pasien diberi infus kontinu dari 5 ml/jam levobupivacaine 0,1%
dengan 2 µg/ml fentanyl, dengan pemberian bolus terkontrol-pasien 5 ml
kombinasi obat yang sama dengan interval lockout 12 menit jika diperlukan.
Pengukuran: Ukuran hasil primer: konsumsi rata-rata per jam dari kombinasi
levobupivacaine-fentanyl yang diberikan secara neuroaksial. Hasil sekunder dan
observasi: skor nyeri, kepuasan ibu, karakteristik blok sensorik dan motorik,
parameter hemodinamik ibu, denyut jantung janin, durasi tahap kedua persalinan,
cara persalinan, skor Apgar pada menit 1 dan 5, dan efek samping.
Hasil utama: Rata-rata konsumsi obat per jam secara signifikan lebih rendah pada
kelompok Dexa dibandingkan dengan kelompok Plasebo (10,34 ± 1,79 ml/jam vs
11,34 ± 1,83 ml/jam; perbedaan rata-rata 1,007, 95% CI 0,199–1,815; P = 0,015).
Jumlah rata-rata dosis bolus adalah 4 (kisaran interkuartil [IQR] 3–5,75) dan 5
(IQR 3-6) masing-masing pada kelompok Dexa dan Plasebo (P = 0,162). Tidak
ada perbedaan yang signifikan antarkelompok yang berkaitan dengan skor nyeri,
kepuasan dan hemodinamik ibu, cara persalinan, dan efek samping.
Kesimpulan: Dexamethasone i.v. secara signifikan menurunkan konsumsi obat
rata-rata setiap jam dari kombinasi levobupivacaine fentanyl melalui rute epidural,
menunjukkan efek hemat dosis obat epidural selama analgesia persalinan.

1. Pengantar
Nyeri persalinan biasanya merupakan nyeri paling parah yang pernah dialami
seorang wanita [1]. American College of Obstetricians and Gynecologists dan
American Society of Anesthesiologists (ASA) menyatakan, “Tidak ada keadaan
lain di mana hal ini dianggap dapat diterima bagi seorang individu untuk
mengalami nyeri hebat tanpa diobati, yang setuju untuk dilakukan intervensi yang
aman, sementara berada di bawah perawatan dokter. Selama tidak ada
kontraindikasi medis, permintaan ibu adalah indikasi medis yang cukup untuk
menghilangkan nyeri selama persalinan.” [2] Meskipun nyeri hebat pada ibu
melahirkan yang sehat tidak mengancam jiwa, peristiwa itu dapat menimbulkan
banyak konsekuensi neuropsikologis. Depresi pascanatal mungkin lebih umum
terjadi ketika analgesia tidak digunakan [3].
Saat ini sudah diketahui bahwa satu-satunya metode penghilang nyeri yang
efektif secara konsisten selama persalinan adalah analgesia epidural lumbal
menggunakan anestetik lokal saja atau bersama dengan adjuvan [4,5]. Adjuvan
atau obat analgesik tambahan membantu mengurangi dosis efektif anestesi lokal
yang digunakan dan juga meningkatkan kualitas analgesia [6], opioid merupakan
yang paling umum [7]. Beberapa adjuvan baru seperti clonidine dan neostigmine
telah digunakan untuk analgesia persalinan tetapi dikaitkan dengan efek samping
seperti hipotensi, bradikardia dan sedasi [8]. Karena efek samping ini, tambahan
ini mungkin kurang cocok pada wanita hamil.
Dexamethasone, obat anti-inflamasi terkenal, juga telah diteliti efikasinya
sebagai analgesik tambahan. Sebuah metaanalisis baru-baru ini menyimpulkan
bahwa pasien yang diobati dengan dosis tunggal dexamethasone intravena (i.v.)
mengalami lebih sedikit nyeri pascaoperasi dan membutuhkan opioid
pascaoperasi yang lebih sedikit [9]. Dexa juga sedang diselidiki sebagai tambahan
i.v. untuk blokade neuraksial sentral [10]. Meskipun banyak penelitian telah
mengevaluasi bahwa dexamethasone adalah pilihan yang aman, efektif, dan
murah untuk mengurangi nyeri pascaoperasi ketika diberikan sesaat sebelum
operasi, terdapat kekurangan jumlah studi yang menilai penggunaan
intrapartumnya [11,12]. Dengan demikian, penelitian saat ini bertujuan untuk
mengevaluasi peran dexamethasone i.v. sebagai adjuvan untuk analgesia
neuraksial pada nyeri persalinan. Hipotesisnya adalah bahwa dexamethasone
i.v.yang digunakan sebagai tambahan akan meningkatkan analgesia persalinan
tanpa membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

2. Bahan dan Metode


Studi ini merupakan studi double-blinded, prospektif, acak, terkontrol-plasebo,
yang dilakukan di Government Medical College and Hospital, Chandigarh, India,
yang merupakan institut pengajaran medis tersier di India utara. Persetujuan untuk
studi ini diperoleh dari Komite Etik Institusional. Penelitian ini terdaftar pada
Clinical Trials Registry of India (uji coba terdaftar pada Mei 2014 dengan
percobaan Referensi No. Ref/2014/03/006694, Pendaftaran CTRI terakhir No.
CTRI/2014/05/004596).

2.1. Subyek dan kelompok studi


Delapan puluh ibu melahirkan sehat dengan status ASA I dan II, usia >18 tahun,
nulipara, kehamilan tunggal, presentasi sefalik pada usia kehamilan ≥36 minggu,
pada persalinan spontan awal (dilatasi serviks ≤5 cm) yang meminta analgesia
epidural yang terdaftar dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah penolakan oleh
ibu melahirkan, ibu melahirkan yang telah menerima opioid parenteral dalam 4
jam terakhir, sepsis sistemik dan lokal, profil koagulasi abnormal, ibu melahirkan
dengan kehamilan ganda dan persalinan prematur, komplikasi kebidanan
(misalnya ketuban pecah dini), presentasi nonsefalik, alergi terhadap obat-obatan
dalam penelitian, yaitu levobupivacaine dan fentanil, riwayat penyakit ulkus
peptikum, kasus diabetes mellitus yang tidak terkontrol, dan pasien yang
menerima dexamethasone dalam 7 hari terakhir untuk pematangan paru janin.
Pasien dengan diabetes mellitus sebelum kehamilan dimasukkan dalam penelitian
jika kadar glukosa darah dikontrol, yaitu, Hb1C <6.5. Pasien dalam pengobatan
insulin dieksklusi.
Setelah memperoleh informed consent tertulis dari para peserta, 80 peserta
secara acak dinagi untuk dua kelompok dengan masing-masing anggota 40
(diagram alir CONSORT ditunjukkan pada Gambar 1) oleh komputer yang
menghasilkan nomor acak. Dilatasi serviks dan data karakteristik pasien termasuk
usia, berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan awal dicatat.
Untuk Kelompok Dexa, obat studi disiapkan dengan menambahkan 8 mg
dexamethasone ke 50 ml saline normal dan diberikan kepada pasien secara
intravena selama 15 menit. Grup Plasebo menerima 50 ml saline normal saja.
Infus saline yang mengandung obat studi disiapkan oleh ahli anestesi yang tidak
terlibat dalam penelitian ini. Alokasi kelompok dilakukan oleh satu penyidik
(S.M.) sementara penilaian dilakukan oleh peneliti lain (P.D.) yang “buta”
terhadap alokasi kelompok.

2.2. Prosedur
Protokol rumah sakit standar diikuti untuk pemberian epidural. Pasien dibawa ke
ruang operaso Clean Labor Room. Skor Visual Analog Scale (VAS) awal diambil
(skala 0–10, 0 = tanpa nyeri dan 10 = nyeri terburuk yang dapat dibayangkan).
Akses i.v dibuat dan pasien telah diberikan 500 ml larutan Ringer Laktat. Monitor
rutin dipasang dan denyut jantung awal, tekanan darah noninvasif dan saturasi
oksigen dicatat. Dalam posisi duduk, punggung pasien dibersihkan dan dibungkus
dengan bahan pembersih antiseptik dan semua tindakan pencegahan universal
diambil. Menggunakan teknik midline dengan jarum ruang epidural 18G Tuohy
sekali pakai diidentifikasi oleh hilangnya resistensi terhadap teknik saline. Setelah
identifikasi ruang epidural, jarak antara ruang dan kulit dicatat dengan
menggunakan tanda pada jarum epidural. Kateter epidural 20 gauge sekali pakai
(Portex®, UK) diutas melalui jarum ke dalam ruang epidural dan 10 ml
levobupivacaine 1 mg/ml (0,1%) dengan 2 μg/ml fentanyl diberikan setelah
aspirasi negatif untuk darah dan cairan serebrospinal. Jika setelah 10 menit pasien
masih mengeluh nyeri, diberikan bolus 5 ml 0,1% levobupivacain dengan 2 μg/ml
fentanyl. Semua pasien menerima infus latar belakang kontinyu 5 ml/jam 0,1%
dari levobupivacaine dengan 2 μg/ml fentanyl. Para pasien diberikan tombol
tangan yang dikendalikan dengan remot dan terdapat penyediaan bolus pasien
yang dikontrol dari 5 ml obat yang sama dengan interval lockout 12 menit jika
diperlukan. Pemberian infus latar belakang kontinyu dipertahankan karena terkait
dengan peningkatan top up, lebih sedikit intervensi dokter dan kepuasan ibu yang
lebih baik [14]. Pasien diamati selama 20 menit dan dipantau terus-menerus untuk
denyut jantung, tekanan darah noninvasif, saturasi oksigen, tingkat blok sensorik,
skor nyeri, waktu untuk onset aksi (VAS <3) dan skor Bromage yang dimodifikasi
untuk kekuatan motorik di ruang operasi Clean Labor Room sebelum
memindahkan pasien ke ruang persalinan untuk pemantauan ibu dan janin selama
persalinan. Semua pasien dipantau untuk denyut jantung, tekanan darah
noninvasif, sensorik, blok motorik dan VAS setiap 1 jam sampai melahirkan.
Hasil akhir kehamilan dan neonatal dan kepuasan ibu secara keseluruhan juga
dinilai dan dicatat. Efek samping, jika ada, juga dicatat.

2.3. Pengukuran hasil akhir


Ukuran hasil akhir utama untuk penelitian ini adalah konsumsi rata-rata per jam
dari obat yang diberikan neuraksial dalam ukuran ml dari kombinasi
levobupivacaine-fentanyl (kombinasi dosis top-up dan bolus). Jumlah bolus dosis
yang diperlukan juga dicatat, meskipun bukan sebagai hasil utama.
Hasil sekunder dan observasi adalah kepuasan ibu dan skor nyeri,
karakteristik blok sensorik dan motorik (masing-masing menggunakan gumpalan
kapas basah dan skor Bromage), parameter hemodinamik ibu (menggunakan
monitor multichannel), denyut jantung janin (dengan kardiotokograf), durasi kala
dua persalinan, cara persalinan, skor Apgar pada menit 1 dan 5, dan efek samping
(dinilai secara klinis). Waktu untuk memulai analgesia dicatat dari saat ketika obat
diinjeksikan ke waktu ketika skor VAS untuk nyeri menjadi >3. Pada hari setelah
melahirkan semua wanita ditanyai tentang kepuasan mereka mengenai analgesia
dan keinginan di masa depan untuk menggunakannya kembali pada kehamilan
berikut. Ibu mengukur persepsi mereka tentang analgesia epidural dan efek
sampingnya dan aspek dari keadaan psikologis mereka selama persalinan
menggunakan VAS 0-100 yang terpisah. Data VAS untuk skor nyeri dan
kepuasan ayah dikumpulkan oleh P.D. yang “buta” terhadap alokasi kelompok.

Diperiksa untuk eligibilitas


(n=94)

Dieksklusi (n=14)
 Tidak memenuhi kriteria inklusi (n=10)
 Menolak berpartisipasi (n=4)
 Alasan lain (n=0)

Diacak (n=80)

Kelompok 1: Dexa IV (n=40) Kelompok 2: Plasebo (n=40)


 Mendapat intervensi teralokasi (n=40)  Mendapat intervensi teralokasi (n=40)
 Tidak mendapat intervensi teralokasi  Tidak mendapat intervensi teralokasi
(n=0) (n=0)

Lepas dari follow up (n=0) Lepas dari follow up (n=0)


Tidak melanjutkan intervensi (n=0) Tidak melanjutkan intervensi (n=0)

Dianalisis (n=40) Dianalisis (n=40)


 Diekslusi dari analsis (n=0)  Diekslusi dari analsis (n=0)

Gambar 1 Diagram alir CONSORT


2.4. Analisis statistik
Semua data dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences
(SPSS Inc., Chicago, IL, versi 17.0 untuk Windows). Nilai rata-rata dibandingkan
menggunakan Student’s t-test untuk kelompok independen jika data terdistribusi
normal (tes Kolmogorov-Smirnov) dan tes Mann-Whitney U jika data tidak
terdistribusi normal. Proporsi dibandingkan dengan menggunakan Chi square atau
uji eksak Fisher, yang manaupun yang berlaku. Pengukuran berulang two-way
ANOVA dilakukan dengan tes post-hoc Scheffe untuk melakukan perbandingan
pasangan bijaksana. Uji statistik bersifat dua sisi dan dilakukan pada tingkat
signifikansi α = 0,05.

2.5. Perhitungan ukuran sampel


Dari data kami sendiri sebelumnya pada 30 pasien yang menjalani analgesia
epidural persalinan dengan analgesia epidural yang terkontrol-pasien di rumah
sakit kami, terlihat bahwa rata-rata konsumsi per jam adalah 13,52 ml/jam,
dengan standar deviasi 3,96. Mengikuti contoh dari Ross dkk. [13], kami
memutuskan bahwa pengurangan 20% dalam konsumsi analgesik neuraksial per
jam akan dianggap sebagai perbedaan bermakna secara klinis, menghasilkan nilai
10,8 ml/jam sebagai konsumsi obat neuraksial rata-rata per jam pada kelompok
dexamethasone.
Dengan demikian, untuk penelitian ini, analisis ukuran sampel dengan
asumsi di atas dan dengan β 0,20 (yaitu, kekuatan 80%) dan α 0,05 menunjukkan
bahwa ukuran sampel 35 per kelompok akan memungkinkan untuk mendeteksi
perbedaan 20% dalam total volume kombinasi obat epidural yang dibutuhkan per
jam. Untuk memungkinkan sedikit oversampling (10%), diputuskan bahwa
jumlah ukuran sampel total 78 pasien, dengan 39 pasien per kelompok dibulatkan
menjadi 40 pasien per kelompok sehingga total ukuran sampel 80 pasien.
3. Hasil
Kedua kelompok studi serupa berkaitan dengan usia ibu, tinggi badan, berat
badan, dan status fisik ASA (Tabel 1). Semua ibu yang melahirkan secara
hemodinamik stabil selama persalinan di kedua kelompok.

3.1. Hasil akhir primer


Konsumsi obat per jam rata-rata secara signifikan lebih rendah pada kelompok
Dexa 10,34 ± 1,79 ml/jam dibandingkan dengan 11,34 ± 1,83 ml/jam pada
kelompok Plasebo, perbedaan rata-rata 1,007, interval kepercayaan 95% [CI]
0,199–1,815, dengan nilai P 0,015 (Tabel 2). Distribusi dosis bolus tidak normal,
maka tes non-parametrik (Mann-Whitney U) digunakan, yang menunjukkan
bahwa meskipun jumlah rata-rata dosis bolus kurang dalam kelompok uji
dibandingkan kelompok kontrol (4 vs 5) perbedaan tidak signifikan secara
statistik (P = 0,162). Gambar 2 menunjukkan penggunaan bolus oleh kedua
kelompok pada berbagai jam.

3.2. Hasil akhir sekunder dan observasi lainnya


Onset rata-rata analgesia (menit) sebanding pada kedua kelompok yaitu 13,30 ±
2,68 pada kelompok Dexa dan 12,58 ± 2,65 pada kelompok Plasebo (P = 0,23).
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam karakteristik sensorik
atau blok motorik antarkelompok. Skor nyeri awal dicatat tepat sebelum analgesia
neuraksial serupa pada kedua kelompok (9,24 ± 0,53 pada kelompok Dexa dan
9,02 ± 0,64 pada kelompok Plasebo, P = 0,54). Dibandingkan dengan skor nyeri
awal, skor VAS rata-rata lebih rendah pada interval berikutnya pada kedua
kelompok. Membandingkan perubahan skor VAS dari skor awal antara kedua
kelompok, pengurangan nyeri sebanding pada kedua kelompok. Mode persalinan
sebanding di kedua kelompok. Tidak ada perbedaan yang ditemukan antara
kejadian persalinan pervaginam spontan, persalinan pervaginam instrumental, atau
kelahiran sesar (Tabel 2). Hasil neonatal yang dinilai dengan skor Apgar pada
menit 1 dan 5 setelah lahir sebanding di kedua kelompok.
Tabel 1 Perbandingan karakteristik awal pasien pada kedua kelompok. Data
disajikan sebagai nilai rata-rata ± standar deviasi atau jumlah (%). N = jumlah
pasien.
Kelompok Dexa Kelompok Plasebo
Karakteristik Nilai P
N = 40 N = 40
Usia (tahun) 26,70 ± 3,31 26,10 ± 2,96 0,39
Tinggi badan (cm) 155,66 ± 3,66 155,46 ± 4,44 0,82
Berat badan (kg) 66,68 ± 6,75 69,05 ± 6,64 0,11
ASA I 38 (95,0%) 39 (97,5%) 1,00

Kepuasan maternal rata-rata dalam kelompok Dexa adalah 91,75 ± 3,93


dan pada kelompok Plasebo adalah 90,63 ± 4,08 (P = 0,21). Efek sampingnya
kecil dan sebanding pada kedua kelompok. Secara khusus, tidak ada efek samping
maternal yang signifikan yang tercatat pada wanita yang menerima
dexamethasone.
Jumlah bolus

Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
Men Men Men Men Men
Waktu

Gambar 2 Perbandingan jumlah bolus yang digunakan pada kedua kelompok

4. Diskusi
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan 8 mg dexamethasone i.v. secara
signifikan menurunkan konsumsi obat rata-rata setiap jam dari kombinasi
levobupivacaine dan fentanyl melalui rute epidural, ketika digunakan pada pasien
bersalin untuk menghilangkan nyeri. Tingkat konsumsi bolus per jam karena itu
ditemukan kurang dalam kelompok Dexa. Sepengetahuan kami, ini merupakan
studi pertama yang menunjukkan manfaat analgesik dari dexamethasone intravena
untuk pasien yang menjalani persalinan.

Tabel 2 Hasil akhir primer dan sekunder pada kedua kelompok. Data disajikan
sebagai nilai rata-rata ± standar deviasi (SD) atau jumlah (%). N = jumlah pasien.
Kelompok Kelompok Selisih rata-rata
Pengukuran hasil Nilai
Dexa Plasebo antarkelompok
akhir P
N = 40 N = 40 (95% CI)
Hasil akhir primer: 10,34 ± 1,79 11,34 ± 1,83 1,007 0,015
Konsumsi obat per (0,199-1,815) 0,162
jam (ml/jam)
Jumlah bolus 4 5
Median (IQR) (3-5,75) (3-6)
Hasil akhir sekunder
MOD
Normal 31 (77,5) 30 (75,0) 0,63
Forsep 3 (7,5) 4 (10,0) 0,74
Sesar 6 (15,0) 6 (15,0) 1,00
Waktu onset 13,30 ± 2,68 12,58 ± 2,65 0,23
analgesia (menit)
Kepuasan ibu 91,75 ± 3,93 90,63 ± 4,08 0,21
Efek samping
Pruritus 0 (0,0) 0 (0,0) 1,00
Mual 2 (5,0) 1 (2,5) 0,55
Muntah 2 (5,0) 2 (5,0) 1,00
Retensi urin 2 (5,0) 4 (10,0) 0,67
Demam 0 (0,0) 1 (2,5) 0,31
Hipotensi 0 (0,0) 1 (2,5) 0,31
Bradikardia janin 6 (15,0) 6 (15,0) 1,00
CI: interval kepercayaan; IQR: rentang interkuartil; MOD: metode persalinan.

Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan efektif dari dexamethasone


i.v. untuk menghilangkan nyeri. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Mohammed dkk. disimpulkan bahwa ketika dexamethasone digunakan sebagai
adjuvan untuk ropivacaine kaudal sebagai analgesik untuk nyeri persalinan, hal ini
membantu meredakan nyeri persalinan dengan aman dan mendalam [15]. Studi
komparatif antara dexamethasone i.v. dan lokal sebagai adjuvan untuk
bupivacaine di blok perianal menunjukkan efikasi analgesik dexamethason saat
diberikan melalui kedua rute. Pemberian dexamethason terkait dengan onset cepat
blokade dan meningkatkan efek analgesik pada periode pascaoperasi [16]. Hasil
penelitian oleh Mohtadi dkk. mengungkapkan bahwa dosis tunggal
dexamethasone intravena dapat mengurangi nyeri pascaoperasi pada 12 jam
pertama dibandingkan dengan plasebo pada pasien yang menjalani kolesistektomi
laparoskopi [17].
Mekanisme kerja dexamethasone sebagai analgesik tambahan tidak
sepenuhnya dipahami tetapi diduga melibatkan aktivasi dan transkripsi gen yang
relevan dengan inflamasi dan modulasi nyeri. Untuk alasan yang sama
dexamethasone memiliki onset tunda. Steroid juga menghambat sekresi mediator
proinflamasi, bradikinin, neuropeptida, interleukin dan tumor necrosis factor dll.
[18].
Dosis dexamethasone diputuskan dengan mempertimbangkan bahwa
dexamethasone dosis rendah yang diberikan secara intraoperatif tidak memiliki
efek hemat opioid setelah operasi dan dexamethasone dosis tinggi (>0,2 mg/kg)
ketika diberikan intraoperatif memiliki efek hemat opioid dan penurunan nyeri
pascaoperasi; akan tetapi, tampaknya tidak menguntungkan bila dibandingkan
dengan dosis menengah (0,11 hingga 0,2 mg/kg). Oleh karena itu, dosis
menengah dexamethasone adalah strategi nyeri multimodal yang aman dan efektif
setelah prosedur bedah [19].
Waktu onset setelah 10 ml bolus awal ditemukan serupa dan sebanding
pada kedua kelompok (13,30 ± 2,68 menit pada kelompok Dexa dan 12,58 ± 2,65
menit pada kelompok Plasebo), yang mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh
Convery dkk. di mana waktu onset analgesia adalah 12 menit setelah memberikan
dosis bolus 10 ml 0,25% levobupivacaine [20]. Tidak ada perbedaan yang diamati
pada kelompok yang menerima dexamethasone secara preemptif. Ini bisa jadi
karena onset efek analgesik dexamethasone adalah sekitar 1-2 jam,
memungkinkan waktu untuk berdifusi melintasi membran sel dan mengubah
transkripsi gen [8].
Keterbatasan penelitian adalah kurangnya estimasi kadar dexamethasone
darah, meskipun ini tidak mengurangi nilai klinis dari temuan penelitian. Juga
penting bahwa konsumsi obat epidural lebih rendah untuk kedua kelompok
dibandingkan dengan yang diamati selama fase percontohan. Ini dapat dijelaskan
sebagai efek Hawthorne (efek dari beberapa pengamatan langsung pada parameter
yang dapat diamati itu sendiri), tetapi sekali lagi itu tidak membatalkan temuan
penelitian karena kedua kelompok studi terpapar pengamatan serupa. Akhirnya,
mengenai masalah signifikansi klinis dari temuan penelitian yang berkaitan
dengan ukuran hasil primer antara kedua kelompok, sementara ini memerlukan
konfirmasi lebih lanjut dalam sampel yang lebih besar, kami merasa bahwa
bahkan perbedaan 1 ml/jam dari kombinasi obat epidural dapat bermakna secara
klinis. Untuk ibu primigravida yang menjalani persalinan 8 jam, diterjemahkan
menjadi 8 mg levobupivacaine dan 16 μg fentanyl.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan 8 mg
dexamethasone intravena secara signifikan menurunkan konsumsi obat rata-rata
setiap jam kombinasi levobupivacaine dan fentanyl melalui rute epidural,
sehingga membuktikan efek hemat dosis obat epidural selama analgesia
persalinan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam skor
VAS, hemodinamik ibu, cara persalinan dan efek samping, sehingga menekankan
keamanan dan efikasi penggunaan dexamethasone di periode intrapartum.
Dexamethasone intravena harus dipertimbangkan sebagai tambahan untuk
meningkatkan analgesia pada pasien yang menjalani persalinan.

Referensi
[1] Melzack R. The myth of painless childbirth (the John J. Bonica lecture). Pain
1984;19: 321–37.
[2] American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG), Committee Opinion.
Pain relief during labor. Obstet Gynecol 2004;104:213.
[3] Soet JE, Brack GA, Dilorio C. Prevalence and predictors ofwomen's experience of
psychological trauma during childbirth. Birth 2003;30:36–46.
[4] Hawkins JL. Epidural analgesia for labor and delivery. N Engl J Med 2010;362:
1503–10.
[5] Pandya ST. Labor analgesia: recent advances. Indian J Anaesth 2010;54:400–8.
[6] Kumar P, Rudra A, Pan AK, Acharya A. Caudal additives in pediatrics: a
comparison among midazolam, ketamine, and neostigmine coadministered with
bupivacaine. Anesth Analg 2005;101(1):69–73.
[7] Robinson A, Lyons G,Wilson R, et al. Levobupivacaine for epidural analgesia in
labor: the sparing effect of epidural fentanyl. Anesth Analg 2001;92:410–2.
[8] Van de Velde M, Berends N, Kumar A, Devroe S, Devlieger R, Vandermeersch E,
et al. Effects of epidural clonidine and neostigmine following intrathecal labor
analgesia: a randomised, double-blind, plasebo-controlled trial. Int J Obstet
Anaesth 2009;18: 207–14.
[9] Waldron NH, Jones CA, Gan TJ, Allen TK, Habib AS. Impact of perioperative
dexamethasone on postoperative analgesia and side effects: systemic review and
meta analysis. Br J Anaesth 2013;110(2):191–200.
[10] Hong JY, Han SW, Kim WO, Kim EJ, Kil HK. Effect of dexamethasone in
combination with caudal analgesia on postoperative pain control in daycase
paediatric orchiopexy. Br J Anaesth 2010;105(4):506–10.
[11] Holte K, Kehlet H. Perioperative single-dose glucocorticoid administration:
pathophysiologic effects and clinical implications. J Am Coll Surg 2002;195:694–
712.
[12] Afman CE, Welge JA, Steward DL. Steroids for post-tonsillectomy pain
reduction: meta-analysis of randomized controlled trials. Otolaryngol Head Neck
Surg 2006; 134:181–6.
[13] Ross VH, Pan PH, OwenMD, SeidMH, Harris L, Clyne B, et al. Neostigmine
decreases bupivacaine use by patient-controlled epidural analgesia during labor: a
randomized controlled study. Anesth Analg 2009;109:524–31.
[14] Loubert C, Hinova A, Fernando R. Update on modern neuraxial analgesia in
labor: a review of the literature of the last 5 years. Anaesthesia 2011;66:191–212.
[15] Mohammed AA, Ibrahim WA, Safan TF. Dexamethasone as adjuvan to caudal
ropivacaine as analgesic for labor pain. Ain Shams J Anesthesiol 2012;5:1.
[16] Abdelmonem A, Rizk SN. Comparative study between intravenous and local
dexamethasone in perianal block. Egypt J Anaesth 2011;3:163–8.
[17] Mohtadi A, Nesioonpour S, Salari A, Akhondzade R, Masood B, AslaniMM. The
effect of single-dose administration of dexamethasone on postoperative pain in
patients undergoing laparoscopic cholecystectomy. Anesthesiol Pain Med
2014;4(3):e17872.
[18] Turan A, Sessler DI. Steroids to ameliorate postoperative pain. Anesthesiology
2011; 115:457–9.
[19] De Oliveira Jr GS, Almeida MD, Benzon HT, McCarthy RJ. Perioperative single
dose systemic dexamethasone for postoperative pain: a meta-analysis of
randomized controlled trials. Anesthesiology 2011;115:575–88.
[20] Convery P, Burke D, Donaldson L, et al. Comparison of 0.125% levobupivacaine
and 0.125% bupivacaine epidural infusions for labor analgesia. Br J Anaesth
1999; 82(Suppl. 1):163.

Anda mungkin juga menyukai