Anda di halaman 1dari 21

Henny Oktovia R.

232012098
TUJUAN

Setalah mempelajari bab ini, anda diharapkan memperoleh pencerahan tentang :

a. Ketidaksamaan pandangan mengenai apakah etika bersifat absolut atau relatif


b. Hubungan antara usia dengan perkembangan moral anak manusia
c. Berbagai teori etika yang berkembang dan perbedaan anatara teori etika yang ada
d. Tantangan kedepan perkembangan etika sebagai ilmu

ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF

Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan diantara para
etikawan tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika absolut
dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang
bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan dimana pun. Sementara itu, para penganut etika
relatif dengan berbagai argumentasi yang juga tampak masuk akal menbatah hal ini. Mereka
justru mngatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku umum. Prinsip atau nilai
moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang berbeda dan untuk
situasi yang berbeda pula.

Untuk memulai diskusi tentang hal ini, Rachels (2004) memberikan contoh menarik
mengenai keykinan dua suku yang sangat berbeda, yaitu suku Callatia di India dan orang-orang
Yunani tentang perlakuan terhadap orang tua mereka saat meninggal dunia, suku Callatia akan
memakn jenazah orang tua mereka. Sedangkan orang-orang Yunani akan membakar jenazah
orang tua mereka. Ini sekedar salah satu ilustrasi yang barangkali dapat dipakai untuk
mendukung argumentasi para penganut etik relatif diaman kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkn kode moral yang berbeda pula.

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi. Sala satu teori yang
sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson et.al, 1996) dengan
mengumukakan tiga tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan (usia) anak.
Masing-masing tahap dibagi lagi dalam dua sub tahap sehingga secara keseluruhan ada enam
taham perkembangan. Namum sebelum membahas lebih lanjut mengenai teori ini, ada baiknya
dijelaskan dulu beberapa konsep yang erat kaitannya dengan pemahaman teori perkembangan
maoral ini. Beberapa konsep memerlukan penjelasan, anatar lain : perilaku moral (moral
behavior), perilaku tidak moral (immoral behavior), perilaku diluar kesadaran moral (unmoral
behavior), dan perkembangan moral (moral development) itu sendiri. Perilaku moral adalah
perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti
adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi
harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan memahami
harapan tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh ketidaksetujuan terhadap harapan kelompok sosial
tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku diluar kesadaran moral
adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh
ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial. Kebanyakan
perilaku anak balita dapat digolongkan kedalam perilaku diluar kesadaran moral (unmoral
behavior).

Tingkat (Level) Sublevel Ciri menonjol


Tingkat I 1. Orientasi pada Mematuhi peraturan untuk
(prenventional) usia < hukuman menghindar hukuman
10 tahun
2. Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk
memperoleh hadiah/pujian
Tingkat II 3. Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk
(conventional) usia menghindari celaan orang
10-13
4. Orientasi otoritas Mematuhi hukuman dan
peraturan sosial untuk
menghindari kecaman dari
otoritas dan perasaan bersalah
karena tidak melakukan
kewajiban.
5. Orientasi kontrak Tidakan yang dilaksanakan atas
Tingkat III
sosial dasar prinsip yang disepakati
(prenventional) usia >
bersama masyarakat demi
13
kehormatan diri.
6. Orientasi prinsip etika Tindakan yang dilaksanakan atas
prinsip etika yang diyakini diri
sendiri untuk menghindari
penghukaman diri.

BEBERAPA TEORI ETIKA

Sebelum membahas berbagai teori etika yang ada, terlebih dahulu perlu dipahami apa
yang dimaksud dengan teori dan apa hubungan teori dengan ilmu. Suatu pengetahuan tentang
suatu objek baru bisa dianggap sebagai disiplin ilmu bila pengetahuan tersebut telah dilengkapi
dengan seperangkat teori tentang objek yang dikaji. Jadi, teori merupakan tulang punggung suatu
ilmu.

Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai
gejala alam (dan sosial) yang memungkinkan manusia melakukan serangkain tindakan untuk
menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelsan yang ada, sedangkan teori adalah pengetahuan
ilmiah yang mencangkup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin
keilmuan (Suriasumantri,2000). Fungsi teori dan ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol. Misalnya, dalam ilmu fisika dikenal akan jatuh kembali ke
bumi. Teori ini menjelaskan mengapa setiap benda kalau dilemparkan ke atas pada akhirnya
akan jatuh kembali ke bumi. Teori ini juga mampu menjelaskan pergerakan planet-planet di alam
semesta yang disebabkan oleh gaya gravitasi. Contoh lain, dalam ilmu ekonomi dikenal teori
harga. Teori ini menjelaskan proses terbentuknya harga barang dan jasa dipasar dalam sistem
ekonomi pasar, yaitu melalui proses pertemuan kekuatan hukum permintaan (demand) dan
hukum penawaran (supply).
Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu:
egoisme psikologis dan egoisme etis. Kedua konsep ini tampak mirip karena keduannya
menggunakan istilah egoisme, namun sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang
berbeda.

Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia
dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Menurut teori ini, orang boleh saja yakin
bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang
terkesan luhur dan atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah ilusi. Pada
kenyataannya, semua orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Jadi, menurut teori ini, tidak ada
tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme. Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli
pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan
dirinya. Misalnya, meragukan tindakan Ibu Teresa apakah benar-benar bersifat altruisme.
Bukankah tindakan Ibu Teresa sebenarnya dilandasi oleh keinginan masuk surga? Jadi,
keinginan masuk surga ini juga sebenarnya merupakan tindakan berkutat diri.

Rachels sendiri juga menjelaskan paham egoisme etis yang pentingnya sering dikacaukan
dengan paham egoisme psikologis. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri (self-interest). Bila saya belajar sampai larut malam agar bisa lulus ujian, atau saya
bekerja keras agar memperoleh penghasilan yang lebih besar, atau saya mandi agar badan saya
bersih, maka semua tindakan saya ini dapat dikatakan dilanadasi oleh kepentingan diri, namun
tidak dapat dianggap sebagai tindakan berkutat diri. Jadi, yang membedakan tindakan berkutat
diri (egiosme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada
akibtanya terhadap orang lain.

Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan
orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang
lain. Membeli minyak tanah sebanyak satu liter untuk keperluan memasak adalah tindakan
mementingkan diri, sedangkan membeli minyak tanah sebanyak satu tangki mobil dengan
tujuan bisa dijual kembali dengan keuntungan tinggi disebut tindakan berkutat diri karena
akibat tindakan ini sangat merugikan. Banyak ibu-ibu rumah tangga yang dirugikan karena sulit
memperoleh minyak tanah atau kalau pun bisa memperolehnya harus membayar dengan harga
tinggi.

Dengan perbedaan pemahaman seperti diatas, jelas bahwa paham egoisme psikologis dilandasi
oleh ketamakan sehingga tidak dapat dikatakan tindakan tersebut bersifat etis. Namun, marilah
dibahas apakah egoisme etis dapat dianggap sebagai teori etis? Sebelum menjawab hal ini,
marilah dirangkum terlebih dahulu pokok-pokok pandangan egoisme etis ini (Rachels, 2004).

a. Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri
maupun kepenitangan orang lain.
b. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan
diri.
c. Meski egoisme etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan
diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa Anda harus menghindari tindakan
menolong orang lain.
d. Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan
untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut
bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga
dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
e. Inti dari paham egoisme etis adalah bahwa kalau ada tindakan yang menguntungkan
orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat
tindakan itu benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenytaan bahwa tindakan
itu menguntungkan diri sendiri.

Paham/teori egoisme eits ini menimbulkan banyak dukungan sekaligus kiritikan. Alasan
yang mendukung teori egoisme etis, anatar lain :

a. Agrumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan peduli
terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri. Selain itu,
cinta kash kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan orang
tersebut.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari prinsip
fundamental kepentingan diri. Misalnya, kewajiban untuk tidak berbihing sebenarnya
berangkat dari kepentingan diri. Kita sendiri sering berbohong kepada orang lain, maka
orang lain juga akan berbohong kepada kita yang pada gilirannya tentu berakibat
merugikan diri sendiri.

Alasan yang menetang teori egoisme etis anatar lain :

a. Egosime etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan. Kita memerlukan


aturan moral karena dalam kenyataan sering kali dijumpai kepentingan-kepentingan yang
bertabrakan.
b. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang. Misalnya, dalam suatu keadaan dimana
kepentinganku, agamaku, sukuku, atau negaraku berbeda dengan kepentingannya,
agamanya, sukiunya, atau negaranya, maka menurut paham ini tentu yang diutamakan
adalah kepentinganku, agamaku, sukuku atau negaraku. Bila hal ini terjadi, apakah
tindakan ini dapat diterima? Egoisme etis dapat dijadikan sebagai oembenaran atas
timbulnya rasisme, seperti yang pernah dilakukan oleh Nazi Hitler dan politik apartheid
yang pernah terjadi di Afrika Selatan.

Munculnya paham egoisme etis meberikan landasan yang sangat kuat bagi munculnya
paham ekonomi kapitalis dalam ilmu ekonomi. Paham ekonomi kapitalis ini dipelopori oleh
Adam Smith. Adam Smith berpandangan bahwa kekayaan suatu negara akan tumbuh maksimal
bila setiap individu (warga/rakyatnya) diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan (kekayan)-
nya masing-masing. Pada awalnya paham ini hanya dianut oleh negara-negara Barat, namun kini
hampir semua negara didunia telah dipengaruhi oleh sistem ekonomi kepitalis ini.

Dwi Oktamina K
232012098
TEORI UTILITARIANISME

Utilitarianisme merupakan teori yang dipelopori oleh David Hume (1711-1766) lalu teori
ini dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1784-1832) dan Jhon Stuart Mill (1806-1873).
Utilitarianisme berasal dari kata Latin yaitu utilis, kemudian menjadi bahasa Inggris yaitu utility
yang berarti manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat. Utilitarianisme dapat diartikan
sebagai ukuran baik tidaknya suatu tindakan yang dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan
dari tingkatan itu (apakah memberikan manfaat atau tidak). Paham utilitarianisme juga disebut
sebagai paham teleogis. Teologis berasal dari bahasa Yunani yaitu tujuan.

Perbedaan teori Utilitarianisme dengan teori egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Paham egoisme etis melihat dari kepentingan individu sedangkan paham
Utilitarianisme melihat kepentingan orang banyak (kepentingan bersama atau kepentingan
masyarakat).

Paham Utilitarianisme dapat diartikan sebagai berikut :

1. Tindakan yang harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya ( akibat, tujuan,
atau hasilnya)
2. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan satu-satunya parameter yang penting jumlah
kebahagiaan atau jumlah ketidak bahagiaan
3. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

Teori Utilitarianisme mendapat dukungan karena mengaitkan moralitas dengan kepentingan


orang banyak dan kelestarian alam. Teori ini juga bersangkuatn dengan ilmu ekonomi dan ilmu
manajemen. Namun teori Utilitarianisme juga mendapat kritikan anatara lain :

1. Teori Utilitarianisme hanya menekankan tujuan/manfaat pada pencapaian duniawi


dengan mengabaikan aspek rohani.
2. Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu/ minoritas demi
keuntungan sebagian besar orang.

Contoh kasus teori Utilitarianisme sebagai berikut:

Pembangunan ruang hijau dan pengembalian fungsi sungai yang ada di Jakarta. Pemerintah DKI
Jakarta membuat ruang hijau agar Jakarta bebas dari polusi udara, selain itu pemerintah DKI
Jakarta memperbaiki fungsi sungai yang selama ini sering meluap dan menyebabkan banjir di
wilayah-wilayah tertentu. Manfaat dari pembangunan ruang hijau dan pengembalian fungsi
sungai dapat dirasakan sebagian besar warga Jakarta, namun disisi lain akibat dari pembangunan
ruang hijau dan pengembalian fungsi sungai banyak sebagian penduduk yang bermukim di
wilayah tersebut dan mempunyai sertifikat tanah hak milik individu dapat saja meninggalkan
tempat tinggalnya dan diberikan ganti rugi paksa (dengan memberikan harga dibawah pasar)
oleh pemerintah DKI Jakarta.

SUNGAI SEBELUM RENOVASI SUNGAI SETELAH RENOVASI

Contoh kasus lain yaitu pembebasan tanah untuk pembangunan jalan tol Bawen- Semarang demi
kepentingan sebagian besar masyarakat, pemrtintah atau pengelola dapat saja memberikan ganti
rugi paksa(dengan memberikan harga dibawah pasar) kepada para pemilik tanah yang terkena
jalur tol tersebut. Demi kepentingan yang lebih besar sehingga pemerintah dibenarkan untuk
melanggar rasa keailan setiap individu pemilik tanah tersebut.
Dalam teori Utilitarianisme tersebut dapat disimpulkan bahwa, “ setiap kali kita dihadapkan pada
pilihan-pilihan diantara alternatif yang ada,kita harus mengambil satu pilihan yang mempunyai
konsekuensi secara menyeluruh paling baik bagi setiap orang yang terlibat didalamnya.” (rachels
2004)

Rendy Kissya
232012175

DEONTOLOGI

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti ‘kewajiban’ (Bertens,2000).
Paradigma teori deontologi sangat berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme , yang
mana teori egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari
akibat, kosekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan
memberikan manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk untuk banyak orang/kelompok
masyarakat (utilitarianisme). Maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu
tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau
tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.

paham deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada
kaitannya sama sekalidengan tujuan, kosekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Contohnya
adalah kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya
dibagikan kepadarakyat miskin. Tujuan tindakan Robinhood sangat mulia, yaitu membantu
orang miskin. Namun alasan membantu orang miskin ini tidak serta-merta membenarkan
tindakan merampok tersebut.

Menurut Kant ada dua konsep penting yaitu, konsep imperative hypothesis dan
imperative categories. imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang bersifat
khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan. Sebagai Contoh,
Kalau anda ingin menjadi sarjana akuntansi, anda harus memasuki Fakultas Ekonomi jurusan
akuntansi. Tindakan yang dilandasi oleh perintah-perintah yang bersifat hipotesis ini banyak
sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun tindakan-tindakan ini serta-merta dapat
diartikan sebagai kewajiban moral. Sedangkan Imperative categories adalah kewajiban moral
yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apa pun. Dalam hal ini, kewajiban moral bersifat
mutlak tanpa ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan keinginan atau tujuan apa
pun. contoh, tindakan jujur dapat dikategorikan sebagai kewajiban moral yang bersifat universal,
kapan pun dan dimana pun Asalkan rasionalnya dapat dijelaskan. Dalam hidup bermasyarakat
diperlukan landasan kepercayaan antara satu dengan lainnya, dan untuk menanamkan
kepercayaan tersebut diperlukan kejujuran dari semua anggota kelompok. Bila ssatu anggota
kelompok bertindak tidak jujur, maka jangan diharapkan anggota kelompok lainnya akan
bertindak jujur.

teori ini juga mendapat kritikan tajam-terutama dari kaum agamawan. Kant mencoba
membangun teori hanya berlandasarkan pemikiran rasional dengan berangkat dari asumsi bahwa
karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan manusia terhadap manusia lainnya harus
dilandasi oleh kewajiban moral tindakan universal.

Martin CH.Uspitany
232012175
TEORI HAK

Pengertian Hak menurut Prof. Dr. Notonegoro merupakan kuasa untuk menerima atau
melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak
dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya. Hak juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mutlak menjadi milik seseorang dan
penggunaannya tergantung kepada orang itu sendiri.

Teori hak didasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua
manusia mempunyai martabat yang sama. Menurut Barten (2000), teori hak merupakan suatu
aspek dari teori deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban, bagaikan satu keping mata uang logam yang sama dengan dua sisi. Maksudnya
adalah bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama
merupakan kewajiban bagi orang lain. Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan
dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM).
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006) yaitu:

1. Hak hukum (legal right) adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu
negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu Negara adalah Undang-Undang Dasar
(UUD) negara yang bersangkutan. Hak hukum juga dapat diartikan sebagai hak yang
diperoleh dan dimiliki seseorang atas dasar ketentuan hukum. Contohnya hak legal warga
Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 diantaranya adalah: (1) Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. (2) Setiap warga negara memiliki
kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan. (3) Setiap warga
negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-
masing yang dipercayai. (4) Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran, dan seterusnya.
2. Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right) merupakan hak yang dimiliki
seseorang atas dasar prinsip-prinsip etis moral. Hak moral dihubungkan dengan pribadi
manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Contohnya hak moral yakni hak untuk
dihargai, dihormati, bahkan dicintai oleh orang lain karena atau demi martabatnya
sebagai manusia. Contoh kasus nyata yakni jika seorang majikan memberikan gaji yang
rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama
dengan pria yang bekerja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini melaksanakan
hak legal yang dimilikinya tapi dengan melanggar hak moral para wanita yang bekerja di
perusahaannya.
3. Hak kontraktual (contractual right) merupakan hak yang mengikat individu-individu
yang membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-
masing pihak. Contohnya: Seorang mahasiswa bergabung menjadi anggota sebuah
lembaga kemahasiswaan di kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), sebagai
anggota organisasi ia memiliki hak atas sejumlah poin keaktifan mahasiswa yang di
terapkan oleh UKSW yang akan ia terima apabila telah mengerjakan tugas dan
tanggungjawabnya serta mematuhi aturan dengan baik sebagaimana telah di atur dalam
kredit keaktifan mahasiswa UKSW.

Pada zaman sekarang ini teori hak lebih banyak dikenal dengan prinsip-prinsip Hak Asasi
Manusia (HAM) yang mendapat dukungan dari masyarakat dunia termasuk Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), bahkan PBB telah mendeklarasikan prinsip HAM universal tahun 1948 dengan
nama Universal Declaration Declaration of Human Rights (UDoHR) yang mengatur hak-hak
kemanusiaan dengan tujuan dapat digunakan sebagai dasar penegakan dan pembuatan peraturan
HAM. Indonesia sendiri telah mempunyai Undang-Undang (UU) mengenai HAM yang diatur
dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Hak-hak warga Negara yang diatur dalam UU ini diantaranya:
(a) Hak untuk hidup, (b) Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan, (c) Hak untuk
memperoleh keadilan, (d) Hak untuk kebebasan pribadi, (e) Hak katas rasa aman, (f) Hak katas
kesejahteraan, (g) Hak untuk turut serta dalam pemerintahan, (h) Hak wanita, (i) Hak anak.

Saat ini bukan hanya pemerintah Negara-negara dunia, pemerhati HAM, lembaga
swadaya masyarakat saja yang menaruh perhatian pada isu HAM, melainkan juga Perusahaan-
perusahaan Multinasional (PMN) guna menilai tindakan manajemen terhadap karyawan sudah
diperlakukan secara manusiawi sesuai dengan prinsip HAM atau belum. Beberapa prinsip HAM
yang dijadikan acuan bagi pengelolaan PMN menurut Weiss (2006), antara lain: (1) PMN harus
menghormati hak semua orang untuk kehidupan, kebebasan, keamanan, dan privasi. (2) PMN
harus menghormati hak semua orang atas persamaan perlindungan hukum, pekerjaan, pilihan
jenis pekerjaan, kondisi kerja yang sehat dan nyaman, serta perlindungan untuk memberantas
pengangguran dan diskriminasi. (3) PMN harus menghormati kebebasan semua orang atas
pemikiran, ilmu pengetahuan, agama, ekspresi dan pendapat, komunikasi, asosiasi dan organisasi
damai, serta pergerakan di setiap Negara. (4) PMN harus mendukung suatu standar hidup untuk
menunjang kesehatan serta kesejahteraan pekerja dan keluarganya. (5) PMN harus memberikan
perhatian khusus dan bantuan bagi ibu dan anak.

Maya Kristyowati
232012186

TEORI KEUTAMAAN

Teori keutamaan sebenarnya telah lahir sejak zaman dahulu yang didasarkan atas
pemikiran Aristoteles (384-322 SM) yang sempat tenggelam, tetapi sekarang ini kembali
mendapatkan momentumnya. Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan
tindakan mana yang tidak etis. Bila ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka
jawabannya adalah suatu tindakan disebut etis bila mampu memenuhi kepentingan individu (self-
interest) dan suatu tindakan disebut tidak etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan individu
yang bersangkutan. Dasar dari pemikiran teori keutamaan sangat berbeda. Teori ini tidak lagi
mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau
karakter yang mencerminkan manusia hina. Dengan demikian, karakter / sifat utama dapat
didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Bertens (2000)
memberikan contoh mengenai sifat keutamaan, antara lain yaitu kebijaksanaa, keadilan, dan
kerendahan hati. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat
seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang
membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan
hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi
mengizinkan. Suka bekerja keras adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi
kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini.
Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup
menurut keutamaan (virtuous life).

Di samping itu ia berbicara lagi tentang keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di
bidang bisnis. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut :
kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama
lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara umum diakui
sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis. Kejujuran
menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang
jujur selalu bersedia memberi keterangan. Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis
harus membuka segala kartunya. Sambil berbisnis, sering kita terlibat dalam negosiasi kadang-
kadang malah negosiasi yang cukup keras dan posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak
perlu ditelanjangi bagi mitra bisnis. Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak
selalu bisa ditarik dengan tajam.

Yopi Yunanto M P
232012217
TEORI ETIKA TEONOM

Semua teori etika tampak berbeda karena memiliki sudut pandang yang berbeda, namun
semuanya mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak pada kajian aspek moralitas,
dimana moralitas hanya dikaitkan bedasarkan proses penalaran (akal) manusia tanpa ada yang
mengakui atau mengaitkannya dengan kekuatan tak terbatas (Tuhan). Oleh karena itu perilaku
baik buruknya manusia hanya dikaitkan dengan tujuan kebahagiaan/kenikmatan yang bersifat
duniawi. Dalam teori etikanya walaupun kant mencoba mengungkapkan bahwa ada kewajiban
moral yang bersifat mutlak, namun ia mengatakan bahwa manusia harus mengikuti kewajiban
moral tersebut demi kewajiban itu sendiri bukan karena adanya tujuan, apalagi dikaitkan dengan
hal-hal yang bersifat ilahi.

Sebagaimana diakui oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan tertinggi
(tujuan akhir) yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk
memperoleh kebahagian rohani yang melampaui semua hal yang bersifat duniawi. Salah satunya
adalah teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen, teori ini mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak
Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan
perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah Allah
sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci. Ada 4 persamaan fundamental filsafat etika
semua agama yaitu:

a. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tinggi selain tujuan
hidup di dunia. Hindu menyebutnya moksa, Budha menyebutnya nirwana, Islam
menyebutnya akhirat, dan Kristen menyebutnya surga, berarti semua mengakui
adanya eksistensi nonduniawi yang menjadi tujuan akhir umat manusia.

b. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama mengakui adanya
kekuatan tak terbatas yang mengatur alam raya ini.

c. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia,
tetapi juga sebagai salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir umat
manusia.

d. Semua agama mempunyai ajaran moral (etika) yang bersumber dari kitab suci
masing-masing.

Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikaitkan dengan tujuan
tertinggi manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional
yang dimiliki manusia. Terlepas dari apakah manusia mengakui atau tidak mengakuinya Tuhan
setiap manusia telah diberikan Tuhan potensi kecerdasan tak terbatas yang melampaui
kecerdasan rasional. Tujuan tertinggi manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak
terbatas ini dimanfaatkan.

Valeri Putri A.
232012224
ETIKA ABAD KE-20

Untuk memperkaya pemahaman tantang berbagai tori etika dan pemikiran moral yang
terus berkembang, berikut adalah penjelasan dari beberapa pemikiran moral yang berpengaruh
pada abad ke-20 sebagai tambahan atas beberapa paham/teori etika yang telah diuraikan
sebelumnya.

1. Arti kata “Baik” menurut George Edward Moore


Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran tidak satu pun etikawan
yang berbicara tentang kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas dengan sendirinya.
Ada banyak penafsiran tentang sesuatu yang dianggap baik. Ada yang menafsirkan kata baik
sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi keinginan individu (etika egoisme, etika
psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak (etika utilitarianisme), memenuhi
kehendak Allah (etika teotonom), dan bahkan ada yang mengatakan kata baik tidak
mempunyai arti. Menurut Moore kata baik tidak dapat didefinisikan. Baik adalah baik. Setiap
usaha untuk mendefinisikannya akan selalu menimbulkan kerancuan.
2. Tatanan Nilai Max Scheller
Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant yang
mengatakan bahwa hakihat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban
karena kewajiban itu sendiri. Kewajiban bukanlah unsur primer, melainkan mengikuti apa
yang bernilai. Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang baik dan yang
baik itu adalah nilai. Inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasikan nilai-nilai dan
bukan asal memenuhi kewajiban saja.
Menurut Scheller, ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan berbeda antara
satu dengan yang lain, yaitu:
a. Nilai-nilai sekitar enak dan tidak enak
b. Nilai-nilai vital
c. Nilai-nilai rohani murni, dan
d. Nilai-nilai sekitar roh kudus.
3. Etika Situasi Joseph Fletcher
Joshep Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret.
Itulah sebabnya, moralitas hany dapat dipahami dalam situasi konkret-padahal, situasi
konkret tidak selalu sama-sehingga etika Fletcher sering disebut etika situasi.
4. Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch
Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai,
melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang
adil dan penuh kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.
5. Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner
Teori Skinner mengenai pengolaan kelakuan dimulai dari pengamatannya bahwa dalam ilmu
fisika dan ilmu hayat, manusia telah mencapai kemajuan luar biasa dalam dua ribu tahun
terakhir. Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak
memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan. Ia
mengacu pada ilmu kelaluan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner
adalah menemukan teknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa
kondisi-kondisi kehidupan seseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.
6. Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas
Etika tradisinal hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat dan
sesaat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia dan
semua kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang
etika baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia untuk
bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.
7. Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair MacIntyre
MacIntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena penceahan atas nama
rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaan moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh MacIntyre adalah
pandangan dari Aristoteles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia
sebenarnya mempunyai tujuan hakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai
tujuan itu. Moralitas lantas mudah dipahami sebagai jalan ke tujuan hakiki tersebut. Dengan
membuang tujuan hakiki umat manusia dari ilmu etika, maka etika menjadi tidak rasional
lagi (irrational). Oleh karena itu, MacIntyre menganjurkan agar etika kembali pada paham
teleologis tentang manusia.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA

Setelah mengulas berbagai filosofi, konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat
manusia, serta mengupas pokok-pokok pikiran dari berbagai macam teori etika yang
berkembang, maka dapat dirangkumkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham/teori etika, di mana masing-
masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh. Teori satu
bertentangan dengan teori yang lain.
b. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigm, pola pikir, atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
c. Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigm tidak utuh tentang hakikat
manusia, atinya setiap teori hanya ditinjau dari proses penalaran berdasarkan potongan-
potongan terpisah dan terbatas dalam melihat makna atau tujuan hidup manusia.
d. Semua teori yang seolah-olah saling bertentangan tersebut sebenarnya tidaklah
bertentangan. Kalau dilihat secara sepotong-sepotong memang terkesan ada pertentangan
antara teori satu dengan yang lain. Namun bila dilihat dari suatu proses evolusi kesadaran
diri, semua teori yang ada menjelaskan tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan
pertumbuhan tingkat kesadaran diri seseorang.
e. Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah ini dapat dipadukan
menjadi satu teori tunggal berdasarkan paradigma hakikat manusia secara utuh.
f. Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:
 Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan Tuhan.
 Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual
(SQ).
 Kebahagian lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin
(surgawi).
 Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan
Tuhan.

Teori Etika dan Hubungannya dengan Paradigma Hakikat Manusia dan Kecerdasan

No. Teori Paradigma


Penalaran Kriteria Etis Tujuan Hidup Hakikat
Teori Manusia dan
Kecerdasan
1. Egoisme Tujuan dari Memenuhi Kenikmatan Hakikat tidak
tindakan kepentingan duniawi secara utuh (PQ, IQ)
pribadi individu
2. Utilitaianisme Tujuan dari Memberi Kesejahteaan Hakikat tidak
tindakan manfaat/ duniawi utuh
kegunaan bagi masyarakat (PQ, IQ, EQ)
banyak orang
3. Deontologi- Tujuan itu Kewajiban Demi kewajiban Hakikat tidak
Kant sendiri mutlak setiap itu sendiri utuh (IQ, EQ)
orang
4. Teori Hak Tingkat Aturan tentang Demi martabat Hakikat tidak
kepatuhan hak asasi manusia kemanusiaan utuh (IQ)
terhadap HAM (HAM)
5. Teori Disposisi Karakter positif- Kebahagiaan Hakikat tidak
Keutamaan Karakter negatif individu duniawi dan utuh (IQ, EQ)
mental
(psikologis)
6. Teori Teonom Dispsisi Karakter mulia Kebahagiaan Hakikat tidak
karakter dan dan mematuhi rohani (surgawi, utuh (PQ, IQ,
tingkat kitab suci agama akhirat, moksa, EQ, SQ)
keimanan masing-masing nirmala), mental
individu dan dan duniawi
masyarakat

Model Pengembangan Teori Etika

Paradigma Acuan Acuan Teori


Tindakan
Hakikat Nilai/Tujuan Moral/Etika
Manusia Hidup

Realisasi Nilai
Hidup Karakter Kebiasaan

Dwi Oktamina K
232012098

TANTANGAN KE DEPAN ETIKA SEBAGAI ILMU

Etika dikenal sebelum zama masehi, Etika dikenal sebagai ajaran moral yang tak
terpisahkan ari semua agama semenjak agama itu hadir. Namun sebagai ilmu, etika masih kalah
dengan ilmu fisika dan ilmu ekonomi. Sejarang sering terjadi dengan pertentangan agama dan
ilmu pengetahuan akibatnya , agama sering dianggap sebagai penghambat ilmu pengetahuan.
Tak terkecuali para ilmuan etika pun mencoba melepaskan etika sebagai ilmu dari sumber
utamanya yaitu agama. Etika sebagai ilmu yang menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
sebatas makna hidup duniawi umat manusia engan mengabaikan sama seklai aspek kesadaran
spiritual dari diri manusia. Dalam perkembangan ilmu etika menjai salah kaprah karena hanya
dilandasi suatu pradigma tentang hakekat manusia yang hanya mengandalkan kekkuatan pikiran
untuk mencari kebenaran mengejar magna hidup duniawi dan melupakan potensi kekuatan
spiritual.

Ilmu etika kedepan hendaknya didasarkan oleh paradigm manusia utuh yaitu mengutamakan
integrasi dan keseimbangan pada:

1. Pertumbuhan PQ, IQ,EQ,dan SQ


2. Kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan
3. Keseimbangan tujuan duniawi dengan spiritual

Agar nilai-nilai keseimbangan untuk mengejar tujuan sebagai manusia utuh hendaknya
sebagai manusia yang mengejar tujuan hidup duniawi jangan sampai melupakan pengembangan
kehidupan spiritual, harus ada keseimbangan antara aspek fisik, mental an spiritual. Etika harus
dimaknai sebagai pedoman perilaku sebagai kecerdasan dan kesadaran manusia secara utuh yaitu
pemenuhan kebutuhan fisik (PQ) kecerdasan intelektual( IQ) kecerdasan social(EQ)dan
kecerdasan spiritual (SQ). jadi inti dari hakekat menjadi manusia yang utuh yaitu:

 Keseimbangan antara hak(teori hak) dan kewajiban (teori deontology)


 Keseimbangan antara tujuan duniawi(teori teleology) dan rohani(teori teonom)
 Keseimbangan anatara kepentingan individu(teori egoism) dan kepentingan
masyarakat (teori utilitarianisme)
 Gabungan keseimbangan teori diatas menentukan karakter seseorang (teori
keutamaan)
 Hidup adalah evolusi kesadaran. Teori perkembangan moral sebagai proses evolusi
kesadaran dengan dianalogikan hak (egoism)
→utilitarianisme→kewajiban(deontologi)→teonom→keutamaan.
RESUME ETIKA PROFESI
BAB 3

“ETIKA-ETIKA PROFESI”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

HENNY OKTAVIA R. 232012075

DWI OKTAMINA K. 232012098

RENDY KISSYA 232012165

MARTIN CH USPITANY 232012175

MAYA KRISTYOWATI 232012186

YOPI YUNANTO M.P 232012217

VALERI PUTRI A. 232012224

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

2016

Anda mungkin juga menyukai