Anda di halaman 1dari 1

Teori Etika Teonom

Semua teori etika tampak berbeda karena memiliki sudut pandang yang berbeda, namun
semuanya mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak pada kajian aspek moralitas,
dimana moralitas hanya dikaitkan bedasarkan proses penalaran (akal) manusia tanpa ada yang
mengakui atau mengaitkannya dengan kekuatan tak terbatas (Tuhan). Oleh karena itu perilaku
baik buruknya manusia hanya dikaitkan dengan tujuan kebahagiaan/kenikmatan yang bersifat
duniawi. Dalam teori etikanya walaupun kant mencoba mengungkapkan bahwa ada kewajiban
moral yang bersifat mutlak, namun ia mengatakan bahwa manusia harus mengikuti kewajiban
moral tersebut demi kewajiban itu sendiri bukan karena adanya tujuan, apalagi dikaitkan dengan
hal-hal yang bersifat ilahi.

Sebagaimana diakui oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan tertinggi
(tujuan akhir) yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk
memperoleh kebahagian rohani yang melampaui semua hal yang bersifat duniawi. Salah satunya
adalah teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen, teori ini mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak
Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan
perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah Allah
sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci. Ada 4 persamaan fundamental filsafat etika
semua agama yaitu:

a. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tinggi selain tujuan
hidup di dunia. Hindu menyebutnya moksa, Budha menyebutnya nirwana, Islam
menyebutnya akhirat, dan Kristen menyebutnya surga, berarti semua mengakui
adanya eksistensi nonduniawi yang menjadi tujuan akhir umat manusia.
b. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama mengakui adanya kekuatan
tak terbatas yang mengatur alam raya ini.
c. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi
juga sebagai salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir umat manusia.
d. Semua agama mempunyai ajaran moral (etika) yang bersumber dari kitab suci
masing-masing.

Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikaitkan dengan tujuan
tertinggi manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional
yang dimiliki manusia. Terlepas dari apakah manusia mengakui atau tidak mengakuinya Tuhan
setiap manusia telah diberikan Tuhan potensi kecerdasan tak terbatas yang melampaui
kecerdasan rasional. Tujuan tertinggi manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak
terbatas ini dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai