Anda di halaman 1dari 3

Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan

di antara peserta didik. Model ini berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk
berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja
secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory)
Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu
dengan masyarakat. Pokok pandangan model interaksi sosial, yakni obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisir. Makna suatu obyek atau
peristiwa terletak pada keseluruhan bentuk dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan
lebih bermakna apabila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

Model pengajaran
Struktur Pengajaran
Tahap I : Menyajikan situasi yang rumit (terencana atau tidak terencana)
Tahap II : Menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi
Tahap III : Merumuskan tugas dan mengaturnya dalam pembelajaran (definisi masalah,
peran, tugas, dan lain-lain)
Tahap IV : Pembelajaran yang mandiri dan berkelompok
Tahap V : Menganalisis perkembangan dan proses
Tahap VI : Mendaur ulang aktivitas

Sistem sosial
Sistem ini berlandaskan proses dan keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang
rendah yang diberikan oleh guru. Siswa maupun guru memiliki status yang sama namun
dengan peran yang berbeda. Hal yang perlu diperhatikan yaitu kebingungan dan pertanyaan
terjadi terjadi secara alami. Iklim diskusi ditandai dengan proses interaksi yang bersifat
kesepakatan.

Peran/Tugas Guru
Guru berperan sebagai fasilitator yang langsung terrlibat dalam proses kelompok (membantu
pembelajar dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa
kebutuhan dalam sebuah penelitian (pengetahuan tentang metode yang digunakan) Guru juga
berperan sebagai seorang konselor akademik. Siswa akan bereaksi saat menghadapi suatu
kejadian yang membingungkandan guru akan menguji dan memperhatikan kebiasaan alami
siswa yang ditunjukkan dalam reaksi yang berbeda-beda. Siswa akan menentukan informasi
apa yang akan dibutuhkan untuk mendekati masalah dan proses untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemudian siswa akan mengembangkan hipotesis dan mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis tersebut. Siswa mengevaluasi hasil yang diperoleh
dan melakukan penelitian selanjutnya atau melakukan penelitian baru.
Pusat dalam proses pembelajaran dapat beralih untuk membangun lingkungan sosial yang
kooperatif dan mengajarkan ketrampilan bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan beberapa
penyelesaian masalah demokrasi. Selain itu, guru membimbing siswa dalam pengumpulan data
dan analisisnya, membantu siswa merumuskan hipotesis yang akan diuji. Oleh karena itu, tiap-
tiap kelompok mempunyai perbedaan yang sangat tajam dalam aspek kebutuhan akan struktur
(Hunt, 971) dan aspek kohesifnya (Thelen, 1960), maka guru tidak bisa bertindak secara
mekanis, namun harus bisa “membaca” perilaku sosial dan akademik siswa dan memberikan
bantuan dalam proses penelitian tanpa harus menekan siswa.

Sistem Dukungan
Lingkungan harus mampu merespon berbagai tuntuan pembelajar yang berbeda-beda. Guru
dan siswa harus bisa menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka mebutuhkannya.

Model investigasi Herbert Telen & John Mengembangkan keterampilan untuk


kelompok Dewey partisipasi dalam proses sosial yang
demokratis melalui penekanan yang
dikombinasikan pada keterampilan
antar pribadi (kelompok) dan
keterampilan-keterampilan penentuan
akademik.

Kelompok model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field-theory) yang
menitik beratkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to
life together). Teori ini dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka
dan W. Kohler yang berpandangan bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Sehingga implikasi dari teori ini bahwa
pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.
Model ini juga berlandaskan pemikiran bahwa kerja sama merupakan salah satu fenomena
kehidupan masyarakat yang sangat penting. Kelompok model ini menekankan pada
hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat. Kelompok ini memusatkan pada
proses di mana kenyataan ditawarkan secara sosial. Sebagai konsekuensinya, model –model
yang berorientasi sosial tersebut di atas, memberikan prioritas untuk memperbaiki kecakapan
individu untuk berhubungan dengan orang lain, untuk bertindak dalam proses yang
demokratis, dan untuk bekerja secara produktif dalam masyarakat. Meskipun kelompok
model ini lebih menekankan hubungan sosial dibandingkan dengan asfek lainnya, para tokoh
dalam kelompok ini juga menekankan pada perkembangan kesadaran study yang bersifat
akademik.

Model pembelajaran sosial dinyatakan oleh Joyce dan Weil (1978) dan Joyce, at al (2009)
adalah kelompok model pembelajaran yang menekankan pada tabiat sosial manusia,
mempelajari tingkah laku sosial, serta mempertinggi hasil capaian pembelajaran akademik
melalui pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama akademik, mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang baik, serta membentuk kehidupan sosial yang memuaskan,
berdebat, berdiskusi. Model pembelajaran sosial menurut Joyce, at al (2009) terbagi menjadi
empat model pembelajaran, yaitu: 1) Model Mitra Belajar (Partners in Learning); 2) Model
Investigasi Kelompok (Group Investigation); 3) Model Bermain Peran (Role Playing); dan 4)
Model Penelitian Hukum (Jurisprudential Inquiry). Guna kepentingan pengembangan model
pembelajaran, maka yang dimodel pembelajaran yang ditelah hanya 3 (tiga) model, yaitu
model pembelajaran investigasi kelompok (group investigation), model pembelajaran
bermain peran (role playing), dan model pembelajaran hukum (Jurisprudential Inquiry).
Adapun masing-masing model pembelajaran dimaksud memiliki langkahlangkah
pembelajaran (sintaks) sebagaimana tabel 1.

Anda mungkin juga menyukai