Anda di halaman 1dari 16

Keutamaan Menuntut Ilmu

Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat Al Quran meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajad. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad. (Al Mujadilah: 11) Pada surat Ali Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang berilmu. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) (Ali Imran:18) Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia. Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu (Al Ankabut:43) Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Quran. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (Al Ankabut:49) Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. Ulama adalah pewaris para Nabi Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud. Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang alim. (HR Thabrani) Seorang alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku. (HR At Tirmidzi). Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah begitu sabdanya. Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat. Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi2, soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu Nabi juga menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu seorang muslim haruslah berusaha belajar setinggi2nya. Jangan sampai kalah dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak mampu secara finansial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk membantunya jika dia ternyata adalah orang yang berbakat. Sekarang ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan orang-orang kafir. Ternyata justru orang-orang kafir itulah yang mengamalkan ajaran Islam seperti kewajiban menuntut Ilmu

setinggi2nya. Jarang kita menemukan ilmuwan di antara ummat Islam. Sebaliknya, tingkat buta huruf sangat tinggi di negara2 Islam. Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya. Ayat pertama dalam Islam adalah Iqra! Bacalah! Di situ Allah memperintahkan ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara2 Islam. Ini karena kita tidak konsekwen dengan ajaran Islam. Nabi juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah SWT, dan pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat menerima manfaat dari ilmunya.. Apabila anak Adam meninggal, bermanfaat.(HR Muslim) maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang

Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb dengan sungguh2. Mereka giat menuntut ilmu. Hadits2 seperti Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah, Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir), memberikan motivasi yang kuat untuk belajar. Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas. Pabrik kertas pertama didirikan di Baghdad tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu dengan subur di seluruh negeri Arab (baca: Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing. Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana (artinya: pandai) hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat. Pada masa awal Islam dibangun badan2 pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model Islam. Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan Angka Arab (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem Angka Arab yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu III, tapi coba tulis angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan? Jadi para ahli matematika dan akuntan haruslah berterimakasih pada orang-orang Islam, he he he..:) Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa menemukan komputer yang menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu bisa terjadi. Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra). Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 irrational serta menulis suatu buku sistematik tentang Muadalah (equation). Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).

Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa. Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat. Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu pengetahuan. Ketika terjadi perang salib antara raja Richard the Lion Heart dan Sultan Saladdin, boleh dikata itu adalah pertempuran antara bangsa barbar dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal itu ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat Eropa ketika itu) sedangkan Sultan Saladin bukan saja seorang yang literate, tapi juga seorang ahli di bidang kedokteran. Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap di antara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga welas asih. Jika kita menonton film Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner, tentu kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor seperti teropong. Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi. Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya. Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa kita jadi ahli komputer, kalau kita akhirnya masuk neraka karena tidak pernah mengetahui cara shalat? Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang menguasainya. Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Islam dan bisa menegakkan kalimah Allah.

Referensi: 1. Ihya Ulumuddiin karangan Imam Al Ghazali 2. Janji-janji Islam karangan Roger Garaudy

http://syiarislam.wordpress.com/2007/09/27/keutamaan-menuntut-ilmu/

Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan Ulama Tidak diragukan lagi bahwasanya pengetahuan para penuntut ilmu terhadap kemuliaan yang

besar yang akan mereka dapati dengan menuntut ilmu dan kedudukan yang tinggi yang akan mereka peroleh, akan menjadikan mereka paling bersemangat dalam menempuh jalannya ilmu dan belajar, dan beradab dengan adab-adab yang syar'i yang akan menambah kedudukan dan keutamaan mereka di sisi Allah Subhaanah, serta akan meninggikan kemuliaan mereka dan akan terbuktilah kemanfaatan mereka terhadap manusia.

Ayat-ayat Al-Qur`an yang Menjelaskan Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan Ulama Allah Ta'ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka miliki dari kedudukan dan ketinggian: "Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (AzZumar:9) Dan Allah juga berfirman: "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11) Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141) Di antara dalil yang menunjukkan atas keutamaan ilmu dan wajibnya meminta tambahan darinya adalah firman Allah Ta'ala yang memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam: "Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (agama)." (Thaahaa:114) Allah Subhaanahu Wa Ta'ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta tambahan dari sesuatu kecuali meminta tambahan dari ilmu dan ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu syar'i yang akan menjadikan seorang hamba mengenal Rabbnya Subhaanah dan mengetahui apa-apa yang diwajibkan atas seorang mukallaf dari perkara

agamanya dalam ibadah dan muamalahnya. (Fathul Baarii 1/141) Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan memberikan kepada mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya: "Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benarbenar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269) Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya. (Akhlaaqul 'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy hal.9)

Demikian juga di antara dalil-dalil yang menguatkan akan pentingnya ilmu dan keharusan mencarinya adalah firman Allah Ta'ala yang artinya: "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad:19) Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana dikatakan oleh AlImam Al-Bukhariy. (Shahiihul Bukhaariy, Kitaabul 'Ilmi, Baabul 'Ilmi Qablal 'Amal) Adapun ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mempunyai buah yang agung, dan yang paling menonjolnya adalah adanya rasa khasy-yah kepada Allah Subhaanah dari pemiliknya. Maka ulama adalah manusia yang paling takut kepada Rabbnya, karena apa yang telah mereka pelajari dari ilmu yang akan menambah pengetahuan mereka kepada Rabbnya dan akan mengokohkan keimanan yang ada pada hati-hati mereka. Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Faathir:28) Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala berfirman: "Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)

Hadits-hadits yang Menerangkan Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukannya Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus hadits yang mulia, di mana dalam haditshadits tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada ilmu dan menganjurkan atasnya serta menerangkan kedudukan ulama dan kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya dimiliki oleh mereka agar berakhlak dengannya dan bersemangat atasnya. Di dalam Shahiihul Bukhaariy, misalnya, terdapat lebih dari seratus hadits yang menjelaskan masalah ilmu, mencarinya dan anjuran atasnya, dan sungguh Al-Imam Al-Bukhariy telah menyendirikan pembahasan ilmu dengan membuat satu kitab khusus (yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan beliau tempatkan setelah Kitabul Iman. Demikian juga kitab-kitab sunnah lainnya yang padanya terdapat sejumlah hadits yang banyak dari hadits-hadits yang marfu' dan atsar-atsar yang mauquf kepada shahabat dan tabi'in, yang semuanya mengisyaratkan kepada kedudukan yang agung yang kembalinya kepada ulama, dan kedudukan yang tinggi yang Allah muliakan penuntut ilmu dengannya. Di antara hadits-hadits tersebut adalah:

1. Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih) Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan yang terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak mau tafaqquh fiddiin (mempelajari dan memahami agamanya) berarti telah diharamkan dari berbagai kebaikan.

2. Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga

mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (HR. Al-Bukhariy) Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar bersemangat terhadap ilmu dan belajar, yaitu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa dengan hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakan orang yang mendengar ilmu yang beliau bawa dengan bumi/tanah yang bermacam-macam yang air hujan turun padanya: - Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya. - Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya. - Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air. Tidaklah dikumpulkan dalam perumpamaan tersebut antara dua kelompok yang pertama kecuali karena kebersamaan mereka dalam kemanfaatan dari ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan disendirikanlah kelompok ketiga yang tercela karena tidak adanya kemanfaatan darinya. (Fathul Baarii 1/177) Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang menempuh jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat pada dirinya dan manusia pun

mengambil manfaat darinya dan antara orang yang rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.

3. Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6) Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya, demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan mendo'akan kebaikan untuknya. Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya.

4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang mendengarnya." (HR. AtTirmidziy no.2659 dan isnadnya shahih, lihat Jaami'ul Ushuul 8/18) Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan yang besar bagi penuntut ilmu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akannya dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari ilmu, menghapal hadits, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada yang lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur.

5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: : "Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631) Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri. Dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya tersebut. Wallaahu A'lam WaHuwal Muwaffiq. Diringkas dari Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.10-18.
http://fdawj.atspace.org/awwb/th3/20.htm

ILMU DAN KEUTAMAANNYA

Kebodohan adalah salah satu sebab utama seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Kebaikan anak Adam adalah dengan iman dan amal shalih, dan tidaklah mengeluarkan mereka dari kebaikan, kecuali dua perkara: Pertama: Kebodohan, kebalikan dari ilmu, sehingga orang-orangnya akan menjadi sesat. Kedua: Mengikuti hawa-nafsu dan syahwat, yang keduanya ada di dalam jiwa. Sehingga orangorang akan mengikuti hawa-nafsu dan dimurkai (oleh Allah). (Majmu Fatawa 15/242) Demikian juga orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan kebodohan, maka sesungguhnya mereka lebih banyak merusak daripada membangun! Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salafush Shalih:
,

Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu Fatawa 25/281) KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU Oleh karena bahaya penyakit kebodohan yang begitu besar, maka agama memberikan resep obat untuk menghilangkan penyakit tersebut. Yaitu mewajibkan para pemeluknya untuk menuntut ilmu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah] Demikian juga Alloh Taala memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama mereka. Firman Alloh:

Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. 21:7) YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU Yang dimaksudkan ilmu di sini adalah ilmu syari, ilmu yang diwahyukan Allah kepada RasulNya, dan diwariskan kepada para ulama pewaris para Nabi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya dengan hal itu- Allah jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Baramngsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388] Marilah kita perhatikan hadits yang agung ini. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu pada awal kalimat, dan keutamaan alim (orang yang berilmu) pada pertengahan kalimat, lalu pada akhir kalimat beliau n menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu yang diwariskan para Nabi, yaitu ilmu agama yang haq! Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: Telah diketahui bahwa ilmu yang diwariskan oleh para Nabi adalah ilmu syariat Allah Azza wa Jalla, bukan lainnya. Sehinga para Nabi tidaklah mewariskan ilmu tekhnologi dan yang berkaitan dengannya kepada manusia. [Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh Al-Utsaimin]

Ini bukan berarti bahwa ilmu dunia itu terlarang atau tidak berfaedah. Bahkan ilmu dunia yang dibutuhkan oleh umat juga perlu dipelajari dengan niat yang baik. Beliau juga berkata: Yang kami maksudkan adalah ilmu syari, yaitu: ilmu yang yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yang berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk. Maka ilmu yang mendapatkan pujian dan sanjungan hanyalah ilmu wahyu, ilmu yang diturunkan oleh Allah. [Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh Al-Utsaimin] Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

Semoga Allah mengelokkan wajah seseorang yang telah mendengar perkataanku, lalu dia menyampaikannya. Terkadang orang yang membawa fiqih (ilmu; pemahaman; hadits Nabi) bukanlah ahli fiqih. Terkadang orang yang membawa fiqih membawa kepada orang yang lebih fiqih (faham) darinya. [HR. Ibnu Majah no:230, dan ini lafazhnya; Ahmad 5/183; Abu Dawud no: 3660; dan lainnya] Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata: Beliau n menamakan perkataan beliau dengan nama ilmu, bagi orang yang merenungkan dan memahaminya. [Jami Bayanil Ilmi Wa Fadhlihi] Oleh karena itulah wahai saudara-saudaraku yang tercinta, istilah ilmu tidaklah dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya kecuali terhadap ayat-ayat Al-Quran, sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, atau kesepakatan seluruh umat terhadap suatu perkara yang menghilangkan perselisihan, dan apa-apa yang dapat mendekatkan kepadanya. [Diambil dari perkataan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam kitab Bahjatun Nazhirin 2/461] Inilah kewajiban kita, kaum muslimin, baik terpelajar atau awam. Kita wajib mengetahui dan memahami apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan apa-apa yang Dia larang. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU Sesungguhnya keutamaan menuntut ilmu sangat banyak, di sini cukuplah kami sebutkan beberapa faedah dari hadits di atas yang telah kami sampaikan:
1. Allah memudahkan jalan ke sorga bagi orang yang menuntut ilmu. 2. Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi. 3. Seorang alim dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikanikan di dalam air. 4. Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang. 5. Para ulama itu pewaris para Nabi.

Semoga Alloh memberikan semangat kepada kita semua untuk menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, sehingga meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

Penulis: Ustadz Muslim Atsari Artikel: www.UstadzMuslim.com


http://ustadzmuslim.com/ilmu-dan-keutamaannya/

Keutamaan Menuntut Ilmu Dalam Al-Qur'an banyak sekali dalil yang tentang keutamaan menuntut ilmu ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat manusia sejak lahir sampai mati "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman yang mempunyai ilmu diantara kamu dengan beberapa derajat"(QS.Al-Mujadallah : 11) dari ayat diatas jelaslah bahwasannya orang yang memeliki ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu, kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasanya manusia diangkat sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarena dikarenakan pengetahuannya bukan karena bentuknya ataupun asal kejadiannya Sementara itu dalam surat lain Allah berfirma "Katakanlah :"samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu" (QS, Az-Zumar : 9), jelas menyuruh manusia itu untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang tidak berilmu itu sama Dengan demikian jelaslah bahwa Islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan menjadi penerang jalan yang lurus, amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad Imam Al-Ghazali mengatakan : "Allah mengangkat derajat orang-orang dengan ilmu, lalu menjadikan mereka kebaikan sebagai pemimpin dan pepberi petunjuk yang diikuti, petuntuk dalam kebaikan, jejek mereka mereka diikuti dan perbuatan mereka diamalkan. Para malaikat ingin menghiasi mereka dan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya. Setiap yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka dan memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan dilaut dan binatang-binatang, hewan-hewan buas dan ternak-ternak didaratan serta bintang-bintang dilangit. Karena Ilmu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang gelap serta menguatkan yang lemah. Dengan Ilmu hamba mencapai kedudukan orang-orang yang salih.
http://masharum.tripod.com/keutamaan.html

Dari Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam). [1]

Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin [2], pada pembahasan Keutamaan Ilmu mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama. Imam an-Nawawi berkata: Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu. [3] Imam Ibnu Hajar al-Asqalaani berkata: Dalam hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya. [4] Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah: 1. Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Taala dan Rasul-Nya adalah ilmu agama. [5] 2. Salah satu ciri utama orang yang akan mendapatkan taufik dan kebaikan dari Allah Taala adalah dengan orang tersebut berusaha mempelajari dan memahami petunjuk Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dalam agama Islam. [6] 3. Orang yang tidak memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu agama akan terhalangi untuk mendapatkan kebaikan dari Allah Taala. [7] 4. Yang dimaksud dengan pemahaman agama dalam hadits ini adalah ilmu/pengetahuan tentang hukum-hukum agama yang mewariskan amalan shaleh, karena ilmu yang tidak dibarengi dengan amalan shaleh bukanlah merupakan ciri kebaikan. [8] 5. Memahami petunjuk Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dengan benar merupakan penuntun bagi manusia untuk mencapai derajat takwa kepada Allah Taala. [9] 6. Pemahaman yang benar tentang agama Islam hanyalah bersumber dari Allah semata, oleh karena itu hendaknya seorang muslim disamping giat menuntut ilmu, selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Taala agar dianugerahkan pemahaman yang benar dalam agama. [10] *** Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A. Artikel www.muslim.or.id Footnote: [1] HSR al-Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037). [2] 2/463- Bahjatun Naazhiriin.

[3] Syarah Shahih Muslim (7/128). [4] Fathul Baari (1/165). [5] Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaiman dalam kitab al-Ilmu (hal. 9). [6] Lihat kitab Miftaahu Daaris Saaadah (1/60). [7] Lihat kitab Fathul Baari (1/165) dan Miftaahu Daaris Saaadah (1/60). [8] Lihat kitab Miftaahu Daaris Saaadah (1/60). [9] Lihat kitab Syarah Shahih Muslim (7/128) dan Faidhul Qadiir (3/510). [10] Lihat Bahjatun Naazhiriin (2/463).
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html

Keutamaan Menuntut Ilmu Dari Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam). [HSR al-Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037).] Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin, pada pembahasan Keutamaan Ilmu mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama. Imam an-Nawawi berkata: Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu. [Syarah Shahih Muslim (7/128).] Imam Ibnu Hajar al-Asqalaani berkata: Dalam hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya. [Fathul Baari (1/165).] Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah: 1. Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Taala dan Rasul-Nya adalah ilmu agama. 2. Salah satu ciri utama orang yang akan mendapatkan taufik dan kebaikan dari Allah Taala adalah dengan orang tersebut berusaha mempelajari dan memahami petunjuk Allah Taala dan RasulNya shallallahu alaihi wa sallam dalam agama Islam.

3. Orang yang tidak memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu agama akan terhalangi untuk mendapatkan kebaikan dari Allah Taala. 4. Yang dimaksud dengan pemahaman agama dalam hadits ini adalah ilmu/pengetahuan tentang hukumhukum agama yang mewariskan amalan shaleh, karena ilmu yang tidak dibarengi dengan amalan shaleh bukanlah merupakan ciri kebaikan. 5. Memahami petunjuk Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dengan benar merupakan penuntun bagi manusia untuk mencapai derajat takwa kepada Allah Taala. 6. Pemahaman yang benar tentang agama Islam hanyalah bersumber dari Allah semata, oleh karena itu hendaknya seorang muslim disamping giat menuntut ilmu, selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Taala agar dianugerahkan pemahaman yang benar dalam agama.

Sumber : www.muslim.or.id Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A.

http://www.radiodaqu.com/berita-155-keutamaan-menuntut-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai