Dalam Al-Qur’an dan Hadits, ilmu (ilm) yang secara makna adalah pengetahuan
sangat banyak disebutkan. Ilmu pua yang menjadikan sumber amalan yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang harus dikerjakan sesuai dengan ilmu. Di dalam
Islam, ilmu juga begitu banyak memiliki cabang dan bidangnya sesuai dengan tokoh-
tokoh bidang yang mengusainya.
Kedudukan Ilmu dalam Addinul Islam juga sangat ditekankan pada setiap
hambanya; “Tholabul ilmi, faridhotun ‘ala kulli muslimin” bahwasanya menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap kaum muslimin, serta memiliki kedudukan, pahala, dan
keutamaaan besar yang patutnya kita sebagai ummatnya patut berlomba-lomba dalam
menguasai ilmu pengetahuan. Dalam Surah Al-alaq ayat 1-5 juga menjadi banyak
gambaran dari para Ulama bahwa Islam dihadirkan pertama kali dalam perintah untuk
berilmu tidak hanya dengan kalimat bacalah, namun dengan kalimat “Iqra Bismi
Robbika”. Bacalah dengan nama Tuham-Mu yang telah menciptakan. Dalam surah Al-
Mujadalah ayat 11 pun menjadikan ilmu sebagai kedudukan yang tinggi bagi orang yang
beriman dan berilmu dengan beberapa derajat;
Ibnu Sina, seorang dokter, fisikawan, filosof dan teolog, yang patut
membanggakan bagi kaum Muslimin bahwa penemu Ilmu kedokteran pertama adalah
Ibnu Sina, seorang tokoh muslim dimana saat kecilnya sudah paham Al-Qur’an yang
membawa sumbangsih besar untuk kaum muslimin, namun inipun perlu disayangkan
dimana penulis menyadari sebagai seorang perawat menemukan fenomena dimana kita
menyadari bahwa pencetus ilmu kedokteran pertama adalah kaum dan tokoh Islam,
namun disayangkan saat ini dimana ilmu kedokteran yang berkembang, jurnal
penelitian, perkembangan ilmu kedokteran malah lebih banyak dikembangkan oleh
kedokteran non muslim, ada apa dengan umat muslim saat ini yang kurang
memperhatikan bahkan kurang bisa menjaga tentang apa yang harusnya dijaga oleh
umat islam.
Pernahkan kita bertanya kenapa ummat islam saat ini mulai mundur dalam ilmu
pengetahuan bahkan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh ilmuan muslim harus rela
diambil dan dipopulerkan oleh orang barat, mengapa demikian ?
Para ilmuan muslim menemukan ilmu pengetahuan tentu bukan sesuatu yang
gampang, penuh perjuangan dan penguasaan, perlu modal, perlu pondasi ilmu yang
kuat. Dan sat kembali apakah pondasi atau pelajaran awal yang diperhatikan terlebih
dahulu dari para ilmuan kita ?. Ya, jawabanya tidak lain adalah Al-Qur’an, mengapa
tidak ?. Ibnu Sina, seorang ilmuan itu sudah hafal Al-Qur’an sejak ia masih kanak-
kanak, begitu pula Al-Khawarizmi, Ibnu Haytam, dan juga yang lainya.
Jika kita lihat kepada maha dahsyatnya Al-Qur’an yang telah Allah turunkan
sebagai petunjuk. ya Al-Qur’an yang Allah turunkan sebagai petunjuk (Hudan Linnas) bagi
seluruh umat manusia pada umunya dan (Hudan Lilmuttaqin) petunjuk bagi orang-orang
yang bertaqwa pada khususnya.
Memang, Al-Qur’an tidak hanya untuk orang Islam saja, namun Allah mengatakan
dalam firman-Nya Hudan linnas yakni petunjuk bagi seluruh umat manusia, sehingga
wajar, Robert Guilhem seorang pakar genetika, pemimpin yahudi di Albert Einstain
College mendeklarasikan dirinya masuk Islam ketika ia mengetahui hakikat empiris ilmiah
dan kemukjizatan Al-Quran tentang penyebab penentuan iddah (masa tunggu) perempuan
yang dicerai suaminya dengan masa 3 bulan. Beliau terperangah kagum oleh ayat-ayat Al-
Quran yang berbicara tentang iddah (masa tunggu) wanita Muslimah yang dicerai suaminya
seperti yang diatur di dalam Islam, memang penelitian ini terdapat perbedaan pendapat pula
dikalangan ilmuan tentang orisinilitas antara fakta yang nyata untuk ditutupi atau memang
perlu diuji keaslianya, namun ini mampu menjadi hikmah bersama dalam kisah yang sangat
familiar di dunia Ilmuan.
Dalam penelitianya Robert Guilhem menemukan; bahwa jejak rekam seorang laki-
laki akan hilang setelah tiga bulan. Bukti-bukti itu menyimpulkan bahwa hubungan
persetubuhan suami istri akan menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik (rekam jejak)
khususnya pada perempuan. Jika pasangan ini setiap bulannya tidak melakukan
persetubuhan maka sidik itu akan perlahan-lahan hilang antara 25-30 persen. Setelah tiga
bulan berlalu, maka sidik itu akan hilang secara keseluruhan. Sehingga perempuan yang
dicerai akan siap menerima sidik laki-laki lainnya.
Inilah yang membuat Guilhem terbelalak, ternyata Allah sudah berbicara 1400
tahun yang lalu dalam surah Ath-ThalAl-Qur’an tentang apa yang Guilhem sampaikan,
yang biasanya dalam hal ini ummat Islam menyebutnya dengan masa IDDAH (Masa
Tunggu) yang menjadi kewajiban bagi wanita yang ditinggal suaminya dalam keadaan
sedang tidak hamil.
Banyak hal lain yang menjadi bukti bahwasanya Al-Qur’an Allah turunkan sebagai
petunjuk bagi seluruh ummat manusia (Hudan Linnas) tanpa ada iman pun apalagi yang
beriman, maka patutlah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi orang yang beriman
(Hudan Lilmuttaqin) dalam surah Al-Baqarah dibagian awal yang menjadi hikmah,
sebelum kita mempelajari yang lain, maka anda harus yakin bahwa semua yang ada di
dalam Al-Qur’an ini benar adanya.
Lalu bagaimana kita harus menyikapi keadaan umat islam yang merosotnya
peradaban ?, maka kuncinya adalah tanamkan dan bekali Al-Qur’an kepada jiwa generasi
pemuda pemudi Islam karena Subbanul Yaum, Rijalul Ghodan “pemuda hari ini adalah
generasi penerus dimasa yang akan dating” yang saat ini Gazwul Fikri begitu banyak
tergencarkan.
Saya teringat apa yang pernah dikatakan oleh William Ewart Gladstone (1809-1898),
mantan Perdana Menteri Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam , dan tidak
akan mampu menguasasinya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an.
Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka, baru kita akan menang dan
menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad dari pada
seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan
seks.”
Inilah peradaban Islam yang perlu kita perhatikan, yang saling berkaitan antara Peradaban,
Ilmu pengetahuan, Pemuda, dan Al-Qur’an. Bukankah saat kaum muslimin hendak semua ke
medan perang lalu Allah mengatakan dalam surah At Taubah ayat 122 bahwa jangan semua ke
medan perang, hendaklah ada dari sebagian mereka tetap tinggal untuk menuntut ilmu, sehingga
dapat menjadi penolong untuk kaumnya. Jika nperang merupakan pertahana dari serangan dan
musuh Islam, maka menuntut ilmu merupakan pertahanan dalam membawa peradaban dan
kemajuan Islam. Maka tanamkan petunjuk itu dalam dirimu dan diri anak-anakmu, tanamkan
semangatkan mereka dalam ber-Islam, bertafaqquh fid din, yang mampu membawa nama untuk
Islam, agar nanti kejayaan Islam mampulah kembali dibawa oleh generasi Islam yang sangat kita
harapkan.