Anda di halaman 1dari 3

UAS AGAMA ISLAM II

AHMAD FAIZ SETIAWAN


071811633064

1 A. Islam telah mengatakan untuk berbuaik baik kepada sesama manusia maupun
lingkungan disekelilingnya termasuk lingkungan kerja, terdapat pada surat Ali imran ayat 159
:
‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِّم َن ِهّٰللا ِلْنَت َلُهْم ۚ َو َلْو ُكْنَت َفًّظا َغ ِلْيَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض ْو ا ِم ْن َح ْو ِلَك ۖ َفا ْعُف َع ْنُهْم َو ا ْسَتْغ ِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ُهْم‬
‫ِفى اَاْل ْم ِر ۚ َفِا َذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِهّٰللا ۗ ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم َتَو ِّك ِلْيَن‬
Yang artinya : Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun
untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal."
Dari ayat tersebut kita belajar etika dalam berprofresi agar bisa menciptakan suasana yang
nyaman bagu semua orang yang akan berinteraksi dengan kita (Hasmawati, 2015)

B. Contoh etika dalam profesi perpustakaan


Menjaga Nama Baik Rekan Rekan
Pustakawan juga harus selalu menjaga nama baik rekan sejawatnya. Hal ini dilakukan agar
hubungan dan kerjasama antar pustakawan dapat tetap terjalin dengan baik, sehingga
peningkatan keunggulan profesi pustakawan selalu dapat ditingkatkan untuk menciptakan
manfaat yang lebih berarti dan luas bagi masyarakat atau pengguna melalui ilmu atau bahan
pustaka yang dikelola. Sebagaimana dalam H.R At-Tirmidzi bahwa Artinya : Barang siapa
meringankan kesulitan besar seorang mukmin dari kesulitan dunia ini, Allah akan
membebaskannya dari satu kesulitan dari kesulitan pada hari kiamat. Siapa pun yang
memudahkan orang yang dalam kesulitan , Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di
akhirat. Muslim, Allah akan menutupi aib mereka di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu
membantu hamba-Nya selama hamba-Nya membantu saudara mereka...." (HR.Muslim
no.2699)

2. A. Pada masa kepemimpinan Harun al-Rasyid dan al-Ma‟mun sangat memperhatikan ilmu
pengetahuan yang ditandai dengan penerjemahan buku-buku yang berbahasa Yunani dan
Bizantium ke dalam bahasa Arab, bahkan khalifah al-Ma‟mun telah mendirikan Bait al-
Hikmah yang mengkaji cabang-cabang ilmu kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optik,
sejarah, dan filsafat (Gunawan S. 2019). Tidak hanya dibidang ilmu-ilmu umum, tetapi pada
periode ini ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam juga mulai disusun dengan rapi, maka dalam
bidang penyusunan hadis dikenal nama imam Bukhari dan Muslim, bidang fikih dikenal
nama imam Abu Hanifah dan imam Malik bin Anas, di bidang tafsir dikenal nama imam ath-
Thabari, bidang sejarah dikenal nama Ibnu Hisyam, bidang tasawuf terdapat nama Abu Yazid
al-Busthami, Husain bin Mansur al-Hallaj dan bidang-bidang lainnya. Perhatian terhadap
ilmu pengetahuan ini, terus berlangsung hingga ke masa kebangkitan umat Islam yang
ditandai dengan bermunculannya berbagai tokoh Muslim melakukan pembaharuan pemikiran
Islam atau modernisasi dalam Islam untuk kejayaan umat Islam, salah satu tokoh pemaharu
tersebut diantaranya adalah Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Jamaluddin al-Afghani di
Mesir, Sir Sayyid Ahmad Khan di India, dan lainnya. Sebenarnya ide pembaharuan itu tidak
hanya terjadi di luar negeri tetapi juga termasuk di Indonesia yang dikembangkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan dari organisasi Muhammadiyah dan K.H. Hasyim Asy‟ari dari organisasi
Nadhatul Ulama (NU) dengan mengembangkan qawaidul fikhiyah.
Gustave Lebon seorang orientalis Barat mengatakan bahwa orang-orang Arablah yang
membuat kita memiliki peradaban selama lebih kurang 6 (enam) abad, memang kemajuan
peradaban kita saat ini. tidak lepas dari kerja keras para ilmuwan dan cendekiawan Muslim,
bahkan mereka para ilmuwan Muslim sering dijuluki sebagai pelopor lahirnya peradaban
dunia, sebab mereka telah mampu mengembangkan peradaban Yunani kuno kepada
peradaban yang lebih elegan dan maju. Tidak hanya itu, mereka juga mengembangkan pola
pikir dan kecerdasan insan manusia sehingga menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan
dalam berbagai bidang, maka tidak mengherankan apabila banyak kalangan ilmuwan Barat
yang mengatakan bahwa ilmuwan Muslim memegang peranan penting bahkan merupakan
donatur kemajuan peradaban dunia. Misalnya pada abad ke 12 dan ke 13, di bidang filsafat
dan sains banyak karya ilmuwan-ilmuwan Muslim yang diterjemahkan kedalam bahasa Barat
termasuk ke dalam bahasa Spanyol sehingga masyarakat Barat semakin cerdas, sebab pada
masa ini para ilmuwan Muslim sangat menguasai seputar metode dan teori-teori penelitian
dan eksperimen membuat ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat saat ini.

B. 1.Membangun ilmu yang mapan


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) :
‫ علم اإلنسان ما لم يعلم‬، ‫ الذي علم بالقلم‬، ‫ اقرأ وربك األكرم‬، ‫ خلق اإلنسان من علق‬، ‫اقرأ باسم ربك الذي خلق‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-Alaq [96]: 1).
Ayat yang turun pertama kali ini menjadi pondasi dasar bagi orang beriman. Membaca
merupakan syarat utama memperoleh ilmu. Untuk memahami dan melaksanakan syariat
Islam dibutuhkan ilmu yang benar dan memadai. Sebab tak sedikit manusia yang niatnya
berbuat baik tapi terjerumus ke dalam kesalahan bahkan kesesatan.
2. Membangun iman yang mendalam
Bagi orang beriman, apapun itu pastinya tak cukup jika tak dibarengi dengan keimanan
kepada Allah. Mengilmui syariat Islam secara rinci bahkan menghafal dalil-dalil yang ada
hanya menjadi sia-sia jika tak didasari dengan pondasi iman atau hidayah.
Godaan syahwat dan kepuasaan sesaat di dunia hanya bisa terlewati dengan bekal iman di
dada. Sebagaimana jalan terjal menuju surga juga hanya bisa didaki dengan stok iman yang
cukup. Memahami syariat Islam dengan baik dan rinci menjadi tidak bermakna tanpa adanya
iman.
3. Membangun ukhuwah yang kokoh
Longgarnya ukhuwah (persaudaraan) di tengah umat Islam menyuburkan krisis yang
menimpa saat ini. Hal ini menjadi peluang besar bagi musuh-musuh Islam untuk
memberaikan rajutan ukhuwah yang terjalin, mendinginkan dekapan ukhuwah, dan
menjadikan cinta sesama saudara Muslim berubah tawar dan hampa. Inilah fenomena umat
Islam saat ini. Sebagian mereka masih sibuk bertikai sesama Muslim sedang di luar sana
musuh-musuh Islam bertepuk riuh dengan pemandangan tersebut. Allah berfirman Ali Imran
ayat 103
‫واعتصموا بحبل هللا جميعا وال تفرق••وا واذكروا نعمت هللا عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأص••بحتم بنعمته إخوانا‬
‫وكنتم على شفا حفرة من النار فأنقذكم منها كذلك يبين هللا لكم آياته لعلكم تهتدون‬
Dari ayat diatas kita belajar apabila kita bersatu maka kita tidak akan mudah terpecah belah,
dan Allah akan senantiasa menjaga kita.

Anda mungkin juga menyukai