MAKALAH AIK
Dosen Pengampu :
Anggota kelompok:
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan adalah Badan Usaha yang kekayaannya terutama berbentuk
aset keuangan atau tagihan (claims), yang fungsinya sebagai lembaga intermediasi
keuangan antara unit defisit dengan unit surplus dan menawarkan secara luas berbagai
jasa keuangan (misalnya : simpanan, kredit, proteksi asuransi, penyediaan mekanisme
pembayaran & transfer dana) dan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam
ekonomi modern dalam melayani masyarakat. Sedangkan lembaga keuangan syariah
adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip
syariah Islam. Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari Bank dan Non-Bank (Asuransi,
Pegadaian, Reksa Dana, Pasar Modal, BPRS, dan BMT).
BMT adalah lembaga ekonomi atau keuangan mikro yang dioperasikan
berdasarkan prinsip bagi hasil dan disebut sebagai lembaga keuangan syariah non
perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini dibentuk atau
didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.
Dengan begitu, BMT dikelola secara profesional sehingga mencapai tingkat
efisiensi ekonomi tertentu, demi mewujudkan kesejahteraan anggota, seiring penguatan
kelembagaan BMT itu sendiri. Pada sudut pandang sosial, BMT berorientasi pada
peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan BMT ?
2. Apa dasar hukum BMT ?
3. Apa tujuan dan fungsi BMT ?
4. Bagaimana perkembangan BMT di Indonesia ?
5. Bagaimana prospek dan tantangan BMT ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas tujuan penulis dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian BMT.
2. Untuk mengetahui apa dasar hukum BMT.
3. Untuk mengetahui apa tujuan dan fungsi BMT.
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan BMT di Indonesia.
5. Untuk mengetahui bagaimana prospek dan tantangan BMT.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Keberlanjutan BMT
Masalah keberlanjutan BMT, pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal. faktor eksternal BMT yang paling berpengaruh adalah situasi perekonomian dan
regulasi dari pemerintah. Untuk faktor eksternal, selama situasiinternal BMT sendiri solid
dengan dukungan sistem dan manajemen yang berkualitas, insa-Allah akan mampu
menghadapi situasi eksternal kecuali secara ekstrim.
Sedangkan kondisi internal BMT yang dapat menjamin keberlanjutan BMT adalah
konsistensi terhadap “fondasi” yang sebenarnya dirumuskan oleh perhimpunan BMT dalam
“Arsitektur BMT Indonesia”, Khususnya terkait dengan Sumber Daya Instansi sebagai
“kunci” dari permasalahan situasi internal. BMT sangat bergantung pada tiga pilar utama,
yaitu di samping pribadi atau personalianya sendiri yang memiliki motivasi dan perilaku, serta
profesionalisme dan kompetensi, juga memiliki sistem dan manajemen yang kuat dan
didukung dengan keberadaan lembaganya yang sehat dengan rincian sebagai berikut:
1. Pribadi yang beriman dan akhlak yang tinggi, yang dimaksud sebagai kualifikasi yang
harus ada pada setiap insan BMT Indonesia yang memiliki
2. Motivasi yang memberikan makna prestasi dan perilaku atau akhlak yang islam
3. Profesionalisme dan kompeten, dalam arti keamanan dan kefathonahan setiap insan BMT
yang memiliki
4. Kinerja tinggi
a. Sistem dan manajemen SDI BMT Indonesia (SOM dan SOP), sebagai “rel” yang harus
di ikuti oleh setiap pegiat, khususnya pengelolaan BMT Indonesia
b. Perusahaan/Lembaga BMT yang sehat dan kuat, agar dapat melakukan pengembangan
SDI BMT Indonesia sesuai dengan karakteristik arsitektur BMT Indonesia.
H. Analisis pembiayaan
Analisis pembiayaan diperlukan agar BMT memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan
yang diberikan dapat dikembalikan oleh penerimanya. Jenis-jenis aspek yang dianalisis secara
umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis terhadap kemauan bayar dan analisis
terhadap kemampuan bayar. Hal yang perlu dlakukan dalam analisis kuantitatif :
1. Menghitung semua pendapatan atau penjualan.
2. Menghitung semua biaya keluarga atau baiaya usaha.
3. Hitung pendapatan bersih.
4. Besarnya angsuran maksimal 100% dari prndapatan bersihmya.
5. Besarnya pembiayaan yang dapat diberikan adalah: rasio angsuran × pendapatan bersih ×
jangka waktu.
1. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan
tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan itu dapat
memenuhi kewajibannya
2. Capacity
Yaitu penilaian secara subjektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk
melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan
di masa lalu yang didukung dengan pengamatan dilapangan atas sarana dan prasarana
usaha.
3. Capital, merupakan penilaian terhadap aset yang dimiliki calon penerima pembiayaan.
4. Collateral, merupakan jaminan yang dimiliki nasabah terhadap pembiayaan
5. Condition, terdiri dari dua internal (kondisi keluarga dan usaha/pekerjaan) dan eksternal
(kondisi luar yang mempengaruhi pekerjaan misal musim)
6. Syariah, merupakan penilaian penggunaan pembiayaan yang diterima dan sumber
pengembalian tidak melanggar syariat islam.
7. Pembiayaan yang dilarang
Yaitu pembaiyaan yang penggunaanya untuk usaha dan atau kegiatan lainnya yang
bertentangan dengan syariah islamiyah dan atau hukum pemerintah.
8. Pembiayaan yang dihindari
Yaitu pembiayaan untuk spekulasi, karena tidak mencerminkan kesungguhan dalam
berusuaha dan mengandung unsur gharar dan maysir. Contohnya pembiayaan tanoa
infromasi keuangan, pembiayaan pada bidang yang tidak dikuasasi, pembiayaan pada mitra
bermasalah dll.
I. Simpanan Lancar
Simpanan lancar adalah dana yang berasal dari anggota/masyarakat koperasi kepada
BMT dalam uang rupiah yang penarikan dan penyetorannya dilakukan dengan syarat tertentu.
Tujuan penyelenggaan simpanan lancar adalah sebagai produk yang dapat menjangkau
masyarakat luas termasuk golongan ekonomi menengah kebawah dan meningkatkan serta
memperluas usaha penghimpunan dan masyarakat. Produk dari simpanan lancaar meliputi,
tabungan harian, tabungan persiapan hari kurban, tabungan persiapan haji dll.
J. Simpanan Berjangka
Simpanan berjangka adalah dana yang disetorkan anggota ke BMT dengan akad
Mudharabah al Muthlaqoh yang dananya diperlakukan sebagai investasi secara produktif
dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat pengusaha dan perseorangan secara
professional. Penempatan dana masyarakat pada simpanan berjangka akan memperoleh
pendapatan bagi hasil antara anggota dan BMT sesuai porsi yang disepakati.
K. Ta’awun mikro takaful
Merupakan suatu usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara anggota dan
atau kumpulan anggota penerima pembiayaan dari BMT untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan prinsip syariah. Sumber dana program ta’awun berasal dari
iuran peserta yang memberikan sumbangan sejumlah 0,25% per tahun dari plafon
pembiayaan.
BMT adalah lembaga ekonomi atau keuangan mikro yang dioperasikan berdasarkan
prinsip bagi hasil dan disebut sebagai lembaga keuangan syariah non perbankan yang sifatnya
informal. Disebut informal karena lembaga ini dibentuk atau didirikan oleh kelompok swadaya
masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan
formal lainnya. Yang dapat menjadi klien atau nasabah BMT adalah masyarakat individu atau
perorangan anggota koperasi BMT yang tidak memiliki akses perbankan dengan keteria khusus;
Anggota Koperasi BMT, dan telah melakukan usaha atau memiliki niat dan tekat yang keras
akan melakukan usaha. Kriteria yang terakhir menunjukan tuntutan BMT harus profesional dan
benar “calculated”atau berhitung ketika memberikan layanan kepada nasabah, baik untuk
layanan penghimpunan sumber dana maupun alokasi dana atau pembiayaan yang dilakukan.
BMT memiliki perspektif masa depan yang sangat positif sebagai lembaga keuangan
yang benar-benar dapat menjawab persoalan bangsa dalam mengatasi masalah ekonomi dengan
syarat konsistensi yang harus dipegang oleh pengelola BMT yang amanah profesional. Oleh
karena itu, pengelola BMT harus memahami tidak saja latar belakang, maksud dan tujuan BMT
dengan konsistensi terhadap prinsip atau konsep sistem syariah yang melandasi operasionalnya.
BMT dapat menyalurkan dana dalam bentuk sebagai berikut : Transaksi jual beli berdasarkan
prinsip : a). Murabahah, b) istishna, dan c) salam, Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip : a)
mudharabah, dan b) musyarakah, Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip a) ijarah, b) Qardh,
dan c) Rahn.
Perilaku menabung para anggota BMT loyalitas anggota untuk menyimpan dana pada
BMT perlu mendapatkan mungkin dipertimbangkan oleh anggota untuk tetap menyimpan dana
mereka pada BMT diantaranya adalah : (1) atribut produk tabungan syariah (hal ini dapat dilihat
dari unsur, ketidakterlibatan pada unsur ribawi, penggunaan sistem bagi hasil, terhindar dari
unsur gharar dan masysir), (2) bagaimana BMT melayani anggota (yang dapat dilihat dari
misalnya pencairan tabungan dengan cepat, pelayanan pengambilan dana sampai ke rumah-
rumah (keliling tempat transaksi yang aman dan nyaman, petugas melayani dengan baik
berasesuai prosedur, dan sebagainya), (3) BMT terkait dengan produk zakat dan dalam
perkembangannya memungkinkan terkait dengan produk wakaf.