Anda di halaman 1dari 3

Sistem komunikasi itu dipakai untuk mengamati suatu sistem pers, maka objek - objek dari

sistem ini adalah pers (wartawan, dewan pers, institusi pers), pesan (masyarakat yang
berkepentingan, dan kepemerintahan. )

Ciri-ciri atau kualitas dari mereka sebagai objek-objek sistem merupakan sistem. Interaksi
antara mereka membentuk membentuk hubungan antara anggota sistem. Sistem pers juga eksis
dalam lingkungan sosial, politik, budayanya. Anggota-anggota sistem komunikasi ini bukanlah
orang-orang yang terisolasi dan hubungan mereka haruslah diperhitungkan untuk memahami
sistem komunikasi ini sebagai suatu unit dari sistem yang lebih besar.

Perundang-undangan pada sebuah negara dapat mempengaruhi sistem komunikasinya karena


agar kita bisa meletakkan media massa dalam sistem sosial seperti budaya, politik , pemerintah
, swasta , masyarakat dll yang saling mempengaruhi. Untuk di Negara demokrasi seperti
Indonesia berada dalam optimisme untuk masa depan kebebasan pers, yang juga berarti masa
depan demokrasi Indonesia. Saat ini Indonesia menjalankan politik keterbukaan dalam
kehidupan berbangsa dan ber-negara. Pers dengan masyarakat saling membutuhkan. Pers
membutuhkan dukungan dari masyarakat. Pada dasarnya teori ini menjelaskan bahwa media
sebagai penyampaian informasi secara efektif. Pers juga menjembatani hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat karena pemerintah dan masyarakat saling membutuhkan dalam
satu negara.

Menurut saya intinya kalo misal perundang-undangan di suatu Negara sangat mempengaruhi
sistem komunikasi karena hal ini dikarenakan tujuan dari buatnya perundang-undangan
adalah memberikan batasan – batasan serta hak –hak yang dapat dilakukan oleh individu
kelompok maupun badan hukum. Sehingga perundangan yang ada dapat diharapkan dapat
menjadi batasan seseorang informasi dengan menghargai hak orang lain maupun norma yang
ada di masyarakat.

Contohnya adalah masyarakat Indonesia dijamin dalam menyampaikan pendapat dan


berserikat serta berkumpul sesuai dengan pasal 28 UUD 1945 . Secara tersurat terdapat pada
pasal 28F yang berbunyi : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Selain diatur dalam hukum dasar
negara Indonesia, peraturan dalam berkomunikasi dapat mengacu pada: Undang-undang 32
tahun 2002, Undang-undang 40 tahun 1999, Undang-undang 36 tahun 1999; Undang-undang
8 tahun 1992. Akan tetap terdapat batasan dalam berkomunikasi seperti yang tertuang di
dalam UU penyiaran, UU ITE.

Meskipun di Indonesia mempunyai kebebasan dalam dunia media massa, menurut saya
seorang PERS atau jurnalis mempunyai keterbatasan dalam penyampaian atau
mempublikasikan atas informasi yang ia dapatkan dari nara sumber. Itu tertera pada UU PERS
no 40 tahun 1999 pada pasal 3 yang dijelaskan tentang fungsi dari sistem komunikasi di
Indonesia. PERS atau media juga mendapatkan hak-nya dalam mencari, mendapatkan
informasi dan mempunyai hak tolak untuk memberitakan atau mempublikasikan atas suatu
informasi yang di dapatkannya. Dan bersedia mempertanggungjawabkannya di depan hukum
jika PERS atau media melanggar.

Sistem komunikasi di Indonesia mempunyai peraturan – peraturan penyiaran oleh media dan
di awasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kominfo. Yang bertujuan untuk
menyusun dan mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga
penyiaran, pemerintah dan masyarakat.

Apakah sistem perundang-undangan di Indonesia bisa mempengaruhi peran pengaruh yang


signifikan bagi sistem komunikasi masyarakat terutama kelompok atau pelaku usaha di
bidang media. Fungsi dari perundang – undangan pada suatu negara untuk dapat menjamin
komunikasi terus berjalan dengan baik namun tetap diberikan batasan – batasan sehingga
tidak menimbulkan dampak negative di masyarakat, seperti contohnya : seorang PERS /
Journalist memberikan informasi atau menyebarkan berita palsu atau berita yang belum
terbukti kebenarannya sehingga dapat meresahkan masyarakat Indonesia .

Apakah perundangan ini dapat menjamin terciptanya komunikasi yang ideal ? menurut saya
iya , akan tetapi dalam pelaksaannya sering kali dihadapkan dengan keadaan yang tidak
sesuai dengan cita – cita dari terbuatnya perundang – undangan yang terkait.
Contohnya : media elektronik sering kali menyampaikan berita secara subjektif sehingga
lebih cenderung menggiring opini public dibandingkan menyampaikan berita yang benar
secara objektif.

Anda mungkin juga menyukai