Anda di halaman 1dari 10

Kajian Penyusunan Prototipe Peta Desa Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi .................................................

(Riadi dan Rachma)

KAJIAN PROTOTIPE PETA DESA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT


RESOLUSI TINGGI
(Study of Village Map Prototype using High Resolution Satellite Imagery)
Bambang Riadi dan Tia Rizka N. Rachma
Bidang Penelitian, Badan Informasi Geospasial
Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 46 Bogor, Indonesia
E-mail: bambang.riadi@big.go.id
Diterima: 13 Februari 2017; Direvisi (revised): 24 Agustus 2017; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 12 September 2017

ABSTRAK

Peta desa merupakan peta tematik bersifat dasar yang menyajikan unsur-unsur alam dan unsur tema
khusus yang pemilihan skalanya mempertimbangkan penyajian seluruh wilayah desa tersajikan dalam satu
muka peta. Pengkajian prototipe peta desa bertujuan untuk menguji spesifikasi teknis pembuatan peta desa
dan menyediakan peta desa yang dapat memenuhi keperluan masyarakat desa dan pengguna lainnya.
Penelitian juga bertujuan untuk mengkaji hal-hal teknis dan non-teknis terkait pembuatan peta desa. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra tegak resolusi tinggi (CTRT) yang diperoleh dari Badan
Informasi Geospasial (BIG). Metode yang digunakan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap delineasi batas desa
secara kartometrik dan tahap penyajian peta desa. Tahapan delineasi batas desa secara kartometrik
mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 45 Tahun 2016, sedangkan tahap
penyajian peta desa sesuai spesifikasi yang tertuang dalam Peraturan Kepala BIG No. 3 Tahun 2016.
Selanjutnya peta yang sudah sesuai spesifikasi tersebut diuji melalui kegiatan wawancara dengan aparat
desa dan masyarakat untuk mengetahui kebutuhan masyarakat desa akan unsur-unsur yang perlu
ditampilkan pada peta. Hasil dari penelitian adalah prototipe peta desa, dengan studi kasus desa
Karangligar. Prototipe peta desa mengusulkan penambahan dari spesifikasi penyajian peta yang tertuang
dalam Peraturan Kepala BIG, yaitu dengan penambahan unsur kontur, penambahan daftar koordinat titik
kartometrik hasil kesepakatan, serta pewarnaan yang disesuaikan dengan warna dasar citra sebagai latar
belakangnya. Selain itu, berdasar hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat desa, diketahui warga
lebih mudah membaca dan menggunakan peta dalam bentuk peta garis daripada peta citra.
Kata kunci: desa, peta desa, batas desa, Karangligar, citra tegak resolusi tinggi
ABSTRACT

Village maps are categorizing to basic-thematic maps which presents natural features and special
theme considering the scale, and all village area show in one map. The aims of this study are to examine
technical specification of village map that can fulfill the needs of rural communities and other users, as well
as be reviewing the technical and non-technical matters related to making the village map. The data used in
this study is orthorectified high-resolution satellite imagery, from Geospatial Information Agency. Method of
this study divided into two parts. Delineate village border refers to Indonesian Minister of Home Affairs’s
Regulation (Permendagri No. 45/2016), then presenting the village map based on a specification of Head of
Indonesian Geospatial Information Agency’s Regulation (Peraturan Kepala BIG No.3/2016). The map that
fulfills the specification tested by a discussion with the villagers to confirm the villagers need of the map. The
result of this research is village map prototype in Karangligar Village. The prototype of village maps proposed
additional elements to complete the village maps, such as adding contour elements, adding the list of
coordinates of cartometric points (presented the border points), and modify the element colors adjusted to
the color of satellite imagery as the base-map. Moreover, from discussion with villagers as map user, known
that villagers more easily got information from a map that presented in vector maps than imagery maps.

Keywords: village, village map, village border, Karangligar, high resolution satellite imagery

PENDAHULUAN desa diundangkan setelah mendapat nomor


registrasi dari gubernur dan kode desa dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Kementerian Dalam Negeri dan peraturan daerah
tentang Desa membawa implikasi pada arti penting tersebut harus disertai lampiran peta desa.
batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk Kegiatan perencanaan dan pembangunan
peta desa, selanjutnya ditetapkan dalam peraturan desa guna mendukung nawacita, memerlukan
bupati/walikota. Peraturan daerah kabupaten/kota ketersediaan informasi geospasial khususnya peta
tentang pembentukan, penghapusan, desa. Peta desa merupakan peta tematik bersifat
penggabungan, dan perubahan status desa dasar yang berisi unsur dan informasi batas
menjadi kelurahan dan/atau kelurahan menjadi wilayah, infrastruktur transportasi, toponim,

147
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No. 2 Oktober 2017: 147-156

perairan, sarana prasarana yang disajikan dalam citra yang telah melalui proses ortorektifikasi.
peta citra (BIG, 2016). Penggunaan peta ortorektifikasi untuk manajemen
Melalui peta desa, hal-hal yang dapat menjadi dan perencanaan sumber daya alam diterapkan
kendala dalam upaya pemberdayaan potensi desa untuk kegiatan participatory geographic information
terdeteksi, sehingga dapat dilakukan langkah system, masyarakat desa dapat dengan mudah
penyelesaiannya secara komprehensif. Peta desa mengetahui unsur rumah, unsur sawah, dan kebun
memiliki berbagai kepentingan diantaranya: mereka dengan bantuan peta citra (Wang et al.,
a. Mengetahui posisi desa terhadap kawasan 2008).
disekitarnya;
b. Mengidentifikasi potensi desa;
c. Untuk inventarisasi aset desa;
d. Membantu perencanaan pembangunan
infrastruktur desa;
e. Sebagai dasar informasi untuk integrasi
spasial pembangunan wilayah;
f. Sebagai dasar pengambilan kebijakan-
kebijakan pembangunan desa;
g. Sebagai alat yang dapat digunakan untuk
mengusulkan posisi batas masing-masing
pihak; dan
h. Dapat untuk mengilustrasikan pendapat Gambar 1. Sebaran Ketersediaan Citra Satelit Resolusi
dalam negosiasi atau mediasi sengketa. Tinggi di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Pasal 3 Peraturan Kepala BIG No. 3 Tahun
(Permendagri) No. 56 Tahun 2015 tentang Kode 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Desa menyebutkan tiga spesifikasi penyajian peta
jumlah desa dan kelurahan di Indonesia telah desa, yaitu dalam bentuk peta citra, peta sarana
mencapai 83.184. Guna melakukan pemetaan dan prasarana, serta peta penutup lahan. Peta
seluruh desa di Indonesia yang memenuhi asas desa yang disajikan dalam bentuk peta penutup
keberpihakan, asas pemberdayaan dan asas lahan dan peta sarana dan prasarana merupakan
percepatan sangat perlu dukungan data dasar. peta garis. Peta desa menurut spesifikasi disajikan
Keputusan Mahkamah Konstitusi MK/No.35/PUU- pada skala 1:2.500, skala 1:5.000, atau skala
X/2012 terkait dengan masyarakat hukum adat dan 1:10.000.
hutan adat bahwa peta dasar wilayah disiapkan Penelitian ini dibatasi pada kajian prototipe
oleh pemerintah dan apabila keputusan tersebut Peta Desa dalam bentuk Peta Citra, yang
diadopsi untuk keperluan peta desa, selayaknya menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia
data dasarnya disiapkan oleh pemerintah. pada citra satelit resolusi tinggi. Tujuan dari
Data dasar untuk pelaksanaan pembuatan penelitian ini adalah mengetahui apakah RBI skala
peta desa adalah peta Rupabumi Indonesia (RBI) 1:25,000 dapat digunakan untuk membuat peta
dengan ketersediaan skala 1:5.000 tersedia 0,42% desa, membuat prototipe peta desa yang sesuai
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kebutuhan masyarakat, serta mengkaji hal-hal
(NKRI), skala 1:10.000 tersedia 1,17% Wilayah teknis dan non teknis terkait pembuatan peta desa
NKRI. Selain peta RBI, data dasar yang dapat menggunakan data CTRT. Prototipe peta desa
digunakan adalah citra satelit resolusi tinggi yang disusun dengan daerah studi Desa Karangligar,
melalui proses ortorektifikasi (penegakan citra) Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten
menjadi Citra Tegak Resolusi Tinggi (CTRT). Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Untuk dapat dijadikan sebagai data dasar dalam
pembuatan peta desa, citra satelit resolusi tinggi METODE
harus melalui proses ortorektifikasi. Badan
Pembuatan peta desa meliputi dua kegiatan
Informasi Geospasial (BIG) sebagai instansi
utama yaitu delineasi batas desa secara
penyedia data dan informasi geospasial telah
kartometrik dan penyajian peta desa. Kedua
bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan
kegiatan tersebut tidak terlepas dari peraturan
Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menyediakan
yang menaunginya. Proses delineasi batas desa
citra satelit resolusi tinggi di berbagai wilayah di
secara kartometrik mengacu pada Peraturan
Indonesia. Proses ortorektifikasi terus dilakukan
Menteri Dalam Negeri No. 45 Tahun 2016 dan
oleh BIG, demikian pula pengadaan peta RBI skala
penyajian Peta Desa mengacu pada Peraturan
besar.
Kepala Badan Informasi Geospasial No. 3 Tahun
Gambar 1 menyajikan indeks CTRT untuk
2016. Pandangan pakar dan amanat dari undang-
pembuatan peta desa yang tersedia di Badan
undang menjadi perhatian dalam penyusunan
Informasi Geospasial hingga Juni 2017. Warna
metode penelitian yang ditunjukkan pada diagram
ungu pada Gambar 1 menunjukkan citra resolusi
alir Gambar 2.
tinggi yang tersedia hasil kerjasama BIG dan
LAPAN. Warna biru pada Gambar 1 menunjukkan

148
Kajian Penyusunan Prototipe Peta Desa Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi ................................................. (Riadi dan Rachma)

CTRT Peta RBI

Cropping citra Unsur batas Unsur


sesuai desa wilayah planimetris dan kontur

Delineasi desa secara kartometrik

Penyajian Peta Desa


Pembuatan draft Peta
Kerja Desa

Verifikasi dan delineasi

Partisipatory Rapid
Appraisal

Batas desa
terverifikasi Pembuatan layout Peta
Desa

Sesuai kebutuhan
masyarakat

Prototipe Peta Desa

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian.

Delineasi Batas Desa yang memiliki keluatan hukum. Penggunaan peta


RBI sebagai acuan karena peta tersebut
Permendagri No. 45 Tahun 2016 tentang menampilkan unsur-unsur alam dan buatan
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa manusia yang dikelompokkan menjadi tujuh tema,
menjadi acuan dalam kegiatan delineasi batas yaitu penutup lahan, hidrografi, hipsografi,
desa. Permendagri tersebut menyebutkan bahwa bangunan (gedung, transportasi dan utilitas), batas
penetapan batas desa diwujudkan melalui tahapan administrasi baik yang bersifat indikatif maupun
pengumpulan dan penelitian dokumen, pemilihan definitif, dan toponimi.
peta dasar yang dipakai, dan pembuatan garis Kegiatan delineasi juga dilakukan untuk
batas secara kartometris di atas peta, dengan memverifikasi batas indikatif antara dua desa
berpedoman pada dokumen batas desa berupa untuk mendapat kesepakatan segmen batas antar
peta rupabumi, peta-peta lain, dan dokumen lain desa yang disaksikan oleh Tim Penetapan dan

149
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No. 2 Oktober 2017: 147-156

Penegasan Batas Desa. Verifikasi batas di atas Argamulya, dan Parungsari Kecamatan
citra tegak resolusi tinggi dilakukan dengan Telukjambe Barat, serta Desa Sukamakmur
interpretasi visual dalam melakukan penafsiran Kecamatan Telukjambe Timur. Desa-desa tersebut
citra untuk mendapatkan informasi objek alam atau seluruhnya berada di wilayah Kabupaten
objek buatan yang akurat. Untuk penetapan batas Karawang, Provinsi Jawa Barat.
desa dilakukan melalui tahapan pengumpulan dan Peta kerja disusun menggunakan data citra
penelitian dokumen, pemilihan peta dasar, dan satelit dengan batas indikatif yang diperoleh dari
pembuatan garis batas pada peta rupabumi atau peta RBI skala 1:25,000. Hal ini sesuai dengan
citra tegak resolusi tinggi secara kartometrik. Lampiran Permendagri No 45 tahun 2016 apabila
Pasal 1 Ayat 11 Permendagri No. 45 tahun belum ada peta RBI skala 1:5,000 dapat
2016 menyebutkan bahwa metode kartometrik digunakan data citra satelit dengan resolusi spasial
adalah penelusuran/penarikan garis batas pada kurang dari 4 meter. Citra yang digunakan adalah
peta kerja dan pengukuran/perhitungan posisi titik, citra SPOT-6 ter-ortorektifikasi yang merupakan
garis, jarak dan luas cakupan wilayah dengan data terbaik yang tersedia di lokasi penelitian.
menggunakan peta dasar dan informasi Verifikasi batas Desa Karangligar diatas peta
geospasial lainnya sebagai pendukung. kerja hasil tumpang susun batas desa indikatif di
Optimalisasi penyelesaian batas dengan cara atas citra satelit dengan cara delineasi batas
kartometris dilakukan untuk mengurangi kegiatan secara kartometrik. Verifikasi batas indikatif dari
pelacakan lapangan (Riadi, 2015). Karena aspek peta RBI di atas citra dilakukan dengan cara
geospasial/peta dalam boundary making memiliki interpretasi. Interpretasi citra merupakan langkah
arti penting untuk mereduksi sengketa batas untuk mengidentifikasi objek dengan cara
wilayah, juga sebagai alat yang dapat digunakan penafsiran atas objek yang ada pada citra
untuk mengusulkan posisi batas masing-masing penginderaan jauh. Interpretasi citra dilakukan
pihak dan dapat untuk mengilustrasikan pendapat berdasar unsur interpretasi, yaitu rona/warna,
dalam negosiasi atau mediasi penetapan batas bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, letak, dan
wilayah (Sumaryo, 2012). Metode kartometris asosiasi. (Purwadi, 2001 dalam Hamsa, 2013).
(mapping method) dengan berbagai teknologi Pada citra tegak resolusi tinggi unsur interpretasi
cukup efektif diterapkan dalam rangka penetapan lebih mudah dikenali sehingga suatu objek dapat
dan penegasan batas wilayah desa sebagai salah diidentifikasi sebagai jalan, sungai, rumah, sawah,
satu unsur tematik dasar (Riadi dan Makmuriyanto, dan sebagainya.
2014). Delineasi dilakukan dengan validasi bersama
Penelitian ini menggunakan data dasar yang aparat desa untuk mencari kebenaran data fisik
berupa peta Rupabumi Indonesia dan CTRT di (peta) dan kebenaran yuridis (Peraturan Daerah),
lokasi Desa Karangligar dan sekitarnya. Peta RBI kemudian membuat justifikasi dengan cara
yang digunakan memiliki skala 1:25.000 tahun membuat penetapan dan pengesahannya dalam
2000. Peta RBI Skala 1:25.000 memiliki ketelitian suatu berita acara penetapan dan penegasan
horizontal 0,3 mm (BSN, 2010). Kedetailan batas desa yang dilampiri dengan daftar koordinat
informasi pada Peta RBI Skala 1:25.000 hingga batas (Riadi dan Makmuriyanto, 2014). Dalam
pada tingkat desa karena sudah terdapat indikasi delineasi dilakukan metode pemetaan partisipatif
batas desa dalam salah satu layer Peta RBI oleh aparat desa sebagai perwakilan masing-
tersebut (Hidayat et al., 2016). Batas desa dari masing desa. Perwakilan dari desa yang
peta RBI digunakan sebagai batas indikatif untuk bersebelahan dipertemukan dan diarahkan untuk
kegiatan validasi batas. Data citra satelit yang menginterpretasi citra dan mengenali objek-objek
digunakan adalah citra SPOT-6 resolusi 1,5 m yang ada diatas citra kemudian memverifikasi
yang telah di-ortorektifikasi. batas indikatif menurut pendapat masing-masing
Memperhatikan hasil peta yang disajikan tidak desa. Jika batas indikatif RBI tidak sesuai kondisi
terbatas pada area desa Karangligar namun yang sebenarnya, garis tersebut diperbaiki dengan
sesuai luasan frame peta, cropping data citra cara digambar secara langsung di peta kerja, dan
satelit mengacu pada nomor lembar peta (NLP) dilakukan perbaikan pada data spasialnya
RBI yang menampilkan desa Karangligar berdasar menggunakan perangkat lunak Geographic
batas indikatif, yaitu lembar 1209-514 dan 1209- Information System (GIS). Setelah batas
523. Cropping dilakukan lebih besar dari batas disepakati, kedua perwakilan desa menentukan
indikatifnya dikarenakan adanya kemungkinan titik-titik kartometrik sebagai bagian dari proses
batas desa dalam kegiatan verifikasi melebihi delineasi.
batas indikatif. Titik kartometrik merupakan cara efektif untuk
Kegiatan delineasi batas desa secara mewakili garis segmen batas wilayah dengan tepat
kartometrik menggunakan acuan awal adalah di setiap titik belok dan dapat diletakan di lokasi
unsur batas wilayah, yaitu batas desa indikatif yang tidak dimungkinkan untuk dilakukan nya
yang diambil dari peta RBI. Penggunaan peta RBI pemasangan patok batas di lapangan (Adikresna
adalah untuk memperoleh orientasi posisi Desa P dan Budisusanto, 2014). Lampiran Permendagri
Karangligar dengan desa-desa disekitarnya. No. 45 tahun 2016 tentang Pedoman Penetapan
Berdasar data batas indikatif, Desa Karangligar dan Penegasan Batas Desa menyatakan bahwa
berbatasan dengan Desa Karangmulya, penentuan titik kartometrik dilakukan dengan

150
Kajian Penyusunan Prototipe Peta Desa Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi ................................................. (Riadi dan Rachma)

proses ekstraksi titik-titik koordinat berdasarkan ini dikenal sebagai konsep pembangunan desa
garis batas desa hasil delineasi. Titik batas terpadu (Jamal, 2008). Konsep ini sebagai
kartometrik dipilih pada obyek-obyek yang mudah penjabaran Pasal 8 ayat 3 huruf e UU No. 6 Tahun
dikenali, dengan kerapatan disesuaikan 2016 tentang Desa, yang menyatakan bahwa desa
kebutuhan. Pada titik pertemuan batas tiga desa adalah wilayah yang memiliki potensi yang meliputi
juga diberikan titik kartometrik. Titik kartometrik sumber daya alam, sumber daya manusia dan
juga diberikan pada setiap pergantian jenis batas sumber daya ekonomi pendukung.
dari batas alam (misal sungai) ke batas buatan Peta Desa dalam bentuk Peta Citra adalah
(jalan, rel kereta api, dan sebagainya). Penamaan hasil tumpang susun data vektor unsur planimetris
masing-masing titik menggunakan kode wilayah (jalan dan sungai), kontur dan toponim di atas
administrasi yang tercantum dalam Permendagri citra. Peta citra dapat memberikan informasi
No. 5 Tahun 2015. kenampakan desa dari permukaan bumi untuk
Partisipatory rapid apprasial merupakan salah identifikasi objek penting seperti lokasi kampung,
satu model yang dapat digunakan mengkaji lokasi danau, persawahan, dan sebagainya.
keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan Beberapa ketentuan yang tertuang dalam
partisipasi masyarakat untuk menyusun peta desa. Peraturan Kepala BIG No. 3 tahun 2016 bagian
Perumusan masalahnya adalah bagaimana Lampiran, terkait spesifikasi teknis peta desa
strategi merencanakan dan mengembangkan desa dalam bentuk peta citra yaitu:
berbasis masyarakat (Singgih dan Nirwana, 2016), a) Datum horizontal
sehingga muatan peta potensi desa akan berbeda Datum horizontal yang digunakan adalah SRGI
satu dengan yang lainnya. Potensi desa yang 2013.
dimaksud di antaranya adalah sebaran fasilitas b) Proyeksi
social, fasilitas umum, sumber daya alam desa, Sistem proyeksi yang digunakan untuk
nama jalan, sebaran industri, dan usaha-usaha penyajian adalah Universal Transverse
lainnya yang ada di desa (Handayani dan Mercator (UTM).
Cahyono, 2014). Potensi wilayah secara utuh c) Skala peta
merupakan perpaduan antara rona fisik dan rona Peta desa dapat disajikan pada skala 1:2.500,
sosial ekonomi. Rona fisik wilayah mencakup 1:5.000, atau 1:10.000, dengan
lokasi wilayah, luasan wilayah, bentuk lahan, mempertimbangkan penyajian seluruh wilayah
kondisi topografi, kondisi lereng, kondisi tanah, desa dalam satu muka peta, atau
kondisi iklim, kondisi hidrologi, kondisi geologi, menggunakan indeks jika tidak dapat disajikan
penggunaan lahan, dan kondisi fisik lainnya dalam satu peta berskala 1:10.000.
(Suharyanto dan Sofianto, 2012). d) Ukuran peta
Ukuran kertas untuk menyajikan peta desa
Penyajian Peta Desa adalah A0 atau A1.
e) Ketelitian peta
Peta desa memiliki unsur batas desa dan Ketelitian posisi horizontal menggunakan tiga
segala informasi tentang desa yang diperlukan kelas ketelitian bagi masing-masing skala. Uji
untuk mendukung segala aktifitas pembangunan ketelitian posisi horizontal mengacu pada
pedesaan, sebagai contoh adalah pembangunan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8202 tentang
pertanian. Pembangunan pertanian melekat pada Ketelitian Peta Dasar.
pembangunan perdesaan (agricultural and rural f) Unsur peta
development). Aktivitas pertanian meliputi kegiatan Unsur yang harus ada pada peta citra meliputi
produksi pertanian (on farm), kegiatan pengolahan toponim, batas wilayah, jaringan/infrastruktur
hasil-hasil pertanian dan sumber daya alam transportasi, perairan, dan sarana prasarana.
lainnya (off farm) serta aktivitas-aktivitas non Penampakan kedetilan masing-masing unsur
pertanian lainnya (non farm). Kegiatan non farm tersaji pada tabel peraturan kepala di bagian
seperti industri kerajinan, wisata dan perdagangan. lampiran yang terbagi dalam kelas wajib/harus
Pola pembangunan perdesaan semacam ini ditampilkan, pilihan, dan kondisional (jika ada
dikenal dengan istilah integrated agricultural and harus ditampilkan).
rural development (pembangunan pertanian dan Selain memuat spesifikasi teknis untuk
perdesaan terpadu). Bahwa di sektor masyarakat pembuatan peta desa, Peraturan Kepala BIG yang
tradisional banyak sekali sumberdaya alam yang telah disebutkan juga memuat ketentuan
belum dikembangkan secara optimal disebabkan mengenai penyajian peta desa dalam bentuk peta
karena belum adanya informasi potensi desa citra. Bagian Lampiran dari peraturan kepala BIG
secara spasial, sehingga tingkat produktifitas No. 3 tahun 2016 menyebutkan kaidah dalam
rendah dan berimplikasi terhadap tingkat penyusunan layout peta, dengan memuat
pendapatan yang rendah (Rustiadi et.al., 2009). beberapa hal berikut:
Pola pembangunan yang tidak hanya a) Grid dan Gratikul
pembangunan fisik pertanian, tetapi juga telah Pada masing-masing skala dan masing-masing
mengakomodasikan seluruh aspek (dimensi) ukuran kertas, telah dicantumkan standar
kehidupan manusia di perdesaan seperti : fisik, mengenai interval grid dan gratikul.
sosial, ekonomi, lingkungan dan lainnya, konsep

151
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No. 2 Oktober 2017: 147-156

b) Penulisan nama unsur rupabumi HASIL DAN PEMBAHASAN


Nama unsur rupabumi yang dicantumkan
haruslah yang telah disahkan oleh pejabat yang Hasil dari kegiatan delineasi batas desa
berwenang. secara kartometrik dituangkan dalam berita acara
c) Singkatan sebagai bentuk persetujuan antara kepala desa
Singkatan dapat dituliskan bagi unsur yang berbatasan. Berita acara yang dimaksud
rupabumi. Singkatan yang dituliskan adalah memuat daftar koordinat titik-titik kartometrik dan
singkatan baku, dalam bahasa Indonesia dan lokasi-lokasi batas yang menunjukkan batas yang
bahasa berbagai daerah di Indonesia disetujui. Berita acara dilengkapi dengan tanda
d) Simbol, notasi, dan huruf tangan dari kepala desa yang berbatasan, beserta
Telah disediakan tabel dalam Lampiran untuk waktu kesepakatan batas. Apabila dalam proses
penyajian unsur toponim penegasan batas secara kartometris memerlukan
e) Informasi tata letak peta. pelacakan, pemasangan, dan pengukuran pilar
Lampiran juga memuat spesifikasi informasi batas sebagai batas fisik hal ini dapat dilakukan
tata letak peta. dalam kegiatan yang terpisah dan batas desanya
Dalam menyajikan peta desa, digunakan data dicantumkan sebagai batas indikatif.
batas desa yang telah diverifikasi, ditunjukkan Percepatan pemetaan desa sangat
dengan peta dan berita acara hasil kegiatan dimungkinkan mengingat ketersediaan data citra
delineasi batas desa. Selain data tersebut, dari Badan Informasi Geospasial yang dapat
digunakan pula data yang diambil dari peta RBI mendukung percepatan pelaksanaan pemetaan
yaitu unsur planimetris (jalan, sungai, saluran, desa telah tersedia meski kurang dari 50% wilayah
dsb.) dan unsur toponim. Data-data tersebut NKRI yang dapat dimanfaatkan secara maksimal
ditumpang susun untuk membuat tata letak peta setelah melalui proses ortorektifikasi. Selain
desa. penggunaan citra tersebut, Lampiran I Peraturan
Peta kerja berupa peta citra yang telah Kepala BIG No. 3 Tahun 2016 menyebutkan
disusun dengan tata letak mengacu pada bahwa peta citra dapat juga dibuat menggunakan
Peraturan Kepala BIG dilakukan uji evaluasi foto udara.
kartografis. Evaluasi kartografis merupakan Dasar hukum berupa perundangan dan
langkah yang dilakukan untuk mengetahui peraturan-peraturan yang memayungi
keefektifan dan keefisienan dari peta yang pelaksanaan pemetaan desa adalah Undang
dihasilkan (Kertanegara et al., 2013). Peta Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
ditunjukkan dan sebagai bahan diskusi dengan Permendagri No. 45 Tahun 2016 tentang
pemerintah desa setempat atau pihak terkait Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa,
lainnya (rapid appraisal), yang dilanjutkan dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi MK/No.35/PUU-
partisipatory method guna mendapatkan masukan X/2012, dan Peraturan Kepala BIG No. 3 Tahun
unsur-unsur apa saja yang perlu ditampilkan dalam 2016 tentang Penyajian Peta Desa. Penyediaan
peta desa. data dasar wilayah dikukuhkan oleh Putusan
Langkah pengujian adalah dengan cara Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa
melakukan wawancara kepada beberapa tokoh peta dasar wilayah disiapkan oleh pemerintah
masyarakat, baik warga maupun aparat desa. yang dalam hal ini adalah Badan Informasi
Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui Geospasial. Aspek teknis penyajian peta desa
apakah peta yang dibuat sudah sesuai dengan sesuai spesifikasi yang diatur dalam Peraturan
kebutuhan masyarakat. Apabila ada Kepala BIG, secara teknis dapat dipenuhi oleh
ketidaksesuaian dengan kebutuhan di desa, maka seluruh desa apabila data dasar pembuatan peta
akan dilakukan perbaikan pada tata letak peta desa telah tersedia.
untuk mendapat hasil sesuai kebutuhan Unsur-unsur planimetris, batas wilayah, dan
masyarakat. kontur dari peta RBI dimaksudkan sebagai
Penyajian peta dan penyimpanannya dapat pemandu pengguna peta dalam membaca peta
dilakukan dalam bentuk cetakan (hardcopy) atau desa. Inti utama kedalaman informasi peta desa
dalam format digital (softcopy). Format digital dengan format peta citra adalah penyajian dalam
terdiri dari 2 macam data yaitu format raster dan bentuk citra dengan resolusi tinggi.
format vektor, format raster data menggunakan Hasil penelitian berupa prototipe peta desa
satuan pixel (resolusi) yang dinyatakan dalam yaitu Peta Citra Desa Karangligar menggunakan
satuan ppi (pixel per inch). Sedangkan format data masukan data citra ortorektifikasi dan peta RBI
vektor dinyatakan dalam nilai koordinat berupa titik skala 1:25.000 dapat dilihat pada Gambar 3
dan garis (Handoyo, 2009). Hasil prototipe peta (perkecilan). Khusus desa Karangligar
desa merupakan perpaduan data format raster dan digambarkan dengan warna jelas di muka peta,
data format vektor, kedalaman informasi pada sedangkan desa-desa di sekitarnya menggunakan
skala peta desa dengan skala besar diperoleh dari warna samar/ disamarkan. Data fasilitas sosial
data CTRT sedangkan informasi pendukung (fasos) dan fasilitas umum (fasum) dicantumkan
diperoleh dari peta RBI skala 1:25.000 berupa data berupa simbol. Potensi Desa Karangligar adalah
vektor (jalan, sungai, kontur). daerah pertanian sawah sudah tampak secara
jelas di peta citra.

152
Kajian Penyusunan Prototipe Peta Desa Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi ................................................. (Riadi dan Rachma)

Judul
dan
arah
utara

Indeks
peta

Legenda

Titik
kartometrik

Sumber
data dan
catatan
Gambar 3. Prototipe Peta Desa Karangligar.

Peraturan Kepala BIG mencantumkan sekitarnya, akses jalan, dan aliran sungai. Akses
ketentuan dalam pewarnaan unsur yang muncul jalan dan sungai digunakan untuk orientasi dan
dalam peta. Berdasarkan prototipe hasil memberi gambaran informasi lingkungan wilayah
penelitian, diketahui perlu adanya modifikasi desa sebagai bagian infrastruktur pendukung
pewarnaan data vektor maupun toponim untuk sumber daya ekonomi. Penambahan informasi
disesuaikan dengan warna dasar citra yang menggunakan data vektor dari peta RBI yang
digunakan sebagai latar belakang nya, karena tersedia di daerah penelitian.
apabila mengacu pada Peraturan Kepala BIG, Peta hasil pada Gambar 3 memiliki skala
ada banyak warna yang tidak tampak pada peta 1:2.500 untuk disajikan pada ukuran kertas A0.
karena bertabrakan dengan warna citra. Dalam pembuatannya, unsur dari RBI skala
Peta yang sudah sesuai spesifikasi diuji 1:25.000 tidak serta merta ditumpang susun untuk
melalui kegiatan wawancara dengan aparat desa membuat peta desa dengan skala 1:2.500.
dan masyarakat. Hasil dari wawancara diketahui Pembuatan peta dengan skala data dasar lebih
bahwa warga secara umum lebih menguasai peta kecil dari skala hasil tidak dibenarkan karena
yang disajikan dalam bentuk peta garis daripada adanya proses generalisasi dalam pembuatan
peta citra. Meskipun dalam skala besar peta citra peta tersebut. Unsur RBI hanya digunakan
memudahkan pengguna untuk menginterpretasi sebagai pemandu, karena pada warga diminta
objek, warga lebih mudah mengenali lokasi dan untuk memverifikasi kebenaran peta dan
orientasi wilayah dengan bantuan sungai, jalan, memastikan apakah peta sesuai kebutuhan
dan toponim. masyarakat. Verifikasi dilakukan pada unsur
Meski demikian, warga tetap dapat planimetris, toponim, dan batas wilayah.
menggunakan peta dalam bentuk peta citra Sedangkan unsur kontur tidak dapat digunakan
dengan masukan penambahan beberapa unsur karena skala peta hasil lebih besar dari skala RBI
penting yang perlu dimasukkan dalam peta yaitu yang menjadi masukan dan tidak dilakukan
kontur, penempatan titik kartometrik, dan verifikasi dengan pengukuran kontur. Unsur
penambahan pada legenda peta. Penambahan kontur dalam kegiatan ini hanya dapat digunakan
pada legenda peta berupa pencantuman indeks untuk memberikan informasi kelerengan lokasi
peta tambahan dan nilai koordinat titik yang dipetakan. Gambar 3 merupakan peta hasil
kartometrik. Nilai koordinat titik kartometrik yang yang telah melalui proses verifikasi dan perbaikan
disepakati oleh kedua Kepala Desa diposisikan berdasar hasil verifikasi. Perbaikan selain
pada garis delineasi disajikan pada Tabel 1. menggunakan batas hasil delineasi juga termasuk
Indeks peta tambahan adalah berupa peta garis perbaikan pada garis jalan dan sungai.
yang menampilkan nama-nama desa di

153
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No. 2 Oktober 2017: 147-156

Tabel 1. Daftar Koordinat Kartometris Batas Desa Karangligar.


No_Titik Bujur_X Lintang_Y UTM_X UTM_Y

TK1072 107˚ 14' 57" E 6˚ 18' 30" S 748848 9302186


TK1073 107˚ 15' 21" E 6˚ 18' 29" S 749565 9302200
TK1074 107˚ 15' 43" E 6˚ 18' 28" S 750248 9302224
TK1076 107˚ 15' 43" E 6˚ 18' 48" S 750237 9301622
TK1077 107˚ 15' 36" E 6˚ 19' 20" S 750026 9300630
TK1400 107˚ 14' 56" E 6˚ 18' 33" S 748810 9302067
TK1401 107˚ 14' 50" E 6˚ 18' 34" S 748611 9302067
TK1412 107˚ 14' 50" E 6˚ 19' 12" S 748613 9300877
TK1413 107˚ 14' 45" E 6˚ 18' 57" S 748464 9301336
TK1414 107˚ 14' 39" E 6˚ 19' 54" S 748274 9299595
TK1415 107˚ 15' 05" E 6˚ 20' 30" S 749051 9298493
TK1416 107˚ 14' 51" E 6˚ 20' 49" S 748640 9297899
TK1423 107˚ 14' 52" E 6˚ 21' 00" S 748646 9297563
TK1424 107˚ 15' 14" E 6˚ 20' 45" S 749338 9298034
TK1425 107˚ 15' 14" E 6˚ 19' 49" S 749352 9299745

Ketentuan Permendagri No. 27 Tahun 2006 dokumen penetapan batas, pelacakan garis batas,
sangat sulit dilaksanakan oleh daerah karena pemasangan pilar di sepanjang garis batas, serta
membutuhkan biaya mahal sehingga membebani pengukuran dan penentuan posisi pilar batas.
APBD dan Bupati kurang merespon untuk Pada Permendagri pengganti ketentuan di atas
melaksanakan penetapan dan penegasan batas di dihapus ayat yang terkait pembuatan peta,
daerahnya (Nadeak, et.al., 2015). Penelitian ini sehingga tahapan pembuatan peta menjadi mutlak
mengacu pada Permendagri No. 45 Tahun 2016 dilakukan demi terciptanya tertib administrasi
yang menggantikan Permendagri No 27 Tahun pemerintahan. Perubahan Permendagri,
2006. Perbedaan pertama dari kedua peraturan diharapkan akan memangkas biaya dan waktu
tersebut adalah pada tujuan, tata cara, dan pelaksanaan penyusunan peta desa, karena
tahapan penegasan batas desa. Sebelumnya terkait dengan batas desa yang merupakan bagian
tujuan pemetaan desa adalah untuk mendapatkan layer yang harus ditampilkan didalam peta desa.
kepastian hukum digantikan dengan untuk Desa Karangligar masuk kategori kawasan
menciptakan tertib administrasi pemerintahan dan perdesaan dengan kegiatan utama pertanian
memberi kejelasan dan kepastian hukum terhadap pangan (sawah), kegiatan industri rumahan adalah
batas wilayah suatu desa yang memenuhi aspek industri tempe dan pembuatan jamur merang.
teknis dan yuridis. Pada aspek tata cara dari Pasal Untuk menampilkan lokasi industri dimaksud dapat
3 menjadi Pasal 10 yang menjelaskan lebih baku disajikan dalam bentuk simbol atau titik, pada
beberapa prosedur penetapan batas desa untuk pembuatan portotipe peta desa kali ini belum
menghindari multi tafsir kata ‘delineasi garis batas dapat ditampilkan posisi industri dimaksudkan.
secara kartometris di atas peta dasar’. Pada Lokasi penelitian juga merupakan daerah rawan
Permendagri No. 27 Tahun 2006 pembuatan peta banjir yang berpotensi menimbulkan kerugian
desa dilakukan apabila kedua desa menganggap pada produksi pertanian, penyampaian informasi
perlu (Pasal 4 Ayat 2), ayat ini dihapus pada daerah rawan banjir dalam peta desa dapat
Permendagri No. 45 Tahun 2016, karena adanya disajikan dalam bentuk vektor sehingga tidak akan
ketentuan perundangan yang mewajibkan mengganggu tampilan citra peta desanya.
tersedianya peta desa yang dilengkapi dengan Pelaksanaan pembuatan peta desa untuk
garis batas wilayah desa. Penggambaran garis satu desa dapat diselesaikan dalam kurun waktu
batas desa bertujuan untuk menciptakan tertib 10 hari dengan 2 orang pelaksana, ini bisa
administrasi pemerintahan, sehingga peta batas dilakukan dengan kondisi ideal (peta dan citra
desa dianggap perlu ada untuk setiap desa. Peta ortorektifikasi sudah tersedia, saat validasi dan
batas desa yang disepakati juga menjadi jawaban delineasi semua kepala desa bisa bertemu dalam
bagi pemerintah desa terhadap jangkauan satu forum bersama dan menyepakati batas pada
pelayanan terhadap masyarakat yang telah diakui saat pertemuan). Lebih lanjut tentang kebutuhan
oleh kedua desa yang saling berbatasan. waktu dalam penyusunan prototipe peta desa
Pasal 4 Ayat 1 Permendagri No. 27 tahun dapat diihat pada Tabel 2.
2006 menyebutkan bahwa pembuatan peta garis
batas dilaksanakan setelah tahapan penentuan

154
Kajian Penyusunan Prototipe Peta Desa Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi ................................................. (Riadi dan Rachma)

Tabel 2. Kebutuhan Waktu dalam Penyusunan Kepala BIG tersebut perlu diperbaiki dengan
Prototipe Peta Citra. mempertimbangkan hasil-hasil penelitian. Hasil
No. Kegiatan Waktu Penjelasan penelitian yang pertama yaitu perlunya
1 Persiapan 2 hari Design frame, cek penambahan data kontur untuk informasi kondisi
data dasar
geografis. Untuk menyajikan informasi kontur,
diperlukan peta RBI pada skala yang sesuai
2 Pembuatan 2 hari Membuat peta desa
dengan skala penyajian peta desa.
peta kerja dioverlay dengan
Selanjutnya, perlu ditambahkan daftar
data planimetris RBI
koordinat titik kartometrik dalam informasi tepi
3 Verifikasi 4 hari Verifikasi, validasi
untuk membantu pengguna peta mengetahui
dan validasi dan delineasi
lokasi batas yang sudah disepakati kepala desa
4 Finishing 2 hari Finalisasi yang berbatasan. Selain itu, kelengkapan data
peta desa pembuatan peta dalam peta berupa akses jalan, aliran sungai, dan
desa nama-nama desa yang berbatasan. Jika
menggunakan data dasar berupa CTRT, jalan dan
Peta merupakan informasi (spasial) mengenai sungai sudah dapat diketahui dengan interpretasi
lingkungan. Pekerjaan teknik dan sosial citra. Terakhir, perlu adanya modifikasi pewarnaan
membutuhkan peta-peta dengan berbagai macam data vektor maupun simbol toponim yang
jenis tema dan skala peta. Teknik penyajian peta disesuaikan dengan warna dasar citra.
akan memperhatikan sistem proyeksi peta, skala
peta, serta simbol-simbol dari unsur muka bumi UCAPAN TERIMA KASIH
yang akan disajikan. Peta desa sebagai peta
tematik dasar menyajikan unsur-unsur alam dan Ucapan terima kasih disampaikan kepada
unsur tema khusus. Badan Informasi Geospasial dengan kemudahan
Berdasar hasil wawancara dan diskusi akses data, juga kepada Badan Perencanaan
dengan masyarakat sebagai pengguna peta, Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
diketahui warga lebih mudah membaca dan Karawang, Camat Telukjambe Barat, dan Kepala
menggunakan peta dalam bentuk peta garis Desa Karangligar yang memberi informasi dan
dibandingkan peta citra. Meskipun demikian, peta membatu dalam pelaksanaan survei.
citra tetap dapat terbaca dan dimanfaatkan dengan
baik. DAFTAR PUSTAKA
Memperhatikan prosedur penetapan dan
Adikresna P, P. R., dan Budisusanto, Y. (2014).
penegasan batas desa yang panjang dan berbiaya Penentuan Batas Wilayah dengan Menggunakan
besar perlu kiranya dilakukan prosedur yang lebih Metode Kartometrik. Geoid, 9(2), 195-200.
sederhana secara teknis yang dituangkan dalam BIG [Badan Informasi Geospasial]. (2016). Peraturan
Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial. kepala BIG Nomor 3 tahun 2016 tentang Penyajian
Peta Desa, bagian lampiran. BIG, Cibinong.
KESIMPULAN BSN [Badan Standarisasi Nasional]. (2010). Spesifikasi
penyajian peta rupa bumi – Bagian 2: Skala
Data yang diperoleh dari peta RBI skala 1:25.000. BSN, Jakarta.
1:25.000 dapat digunakan sebagai data dasar Hamsa. (2013) . Identifikasi Luas Lahan Baku Sawah di
pembuatan peta desa dengan syarat data tersebut Kecamatan Sinjai Borong berdasarkan Citra
terlebih dahulu diverifikasi bersama masyarakat Resolusi Tinggi (Worldview2). Skripsi Universitas
Hasanuddin.
dan aparat desa, ditambahkan dengan informasi
Handoyo, S. (2009). Kaidah Kartografis; Sebuah
yang sebelumnya tidak tampak pada peta RBI kontemplasi Profesi. Jakarta. Forum Teknik Atlas
skala 1:25.000, serta dilakukan perbaikan hasil Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.
dari verifikasi. Handayani, H. H., dan Cahyono, A. B. (2014). Pemetaan
Peta desa dalam bentuk peta citra dapat Partisipatif Potensi Desa (Studi Kasus: Desa
dimanfaatkan sebagai percepatan pembuatan peta Selopatak, Kecamatan Trawas, Kabupaten
desa, terutama karena peta citra tersebut dapat Mojokerto. Geoid, 10(1), 99-103.
dibuat dari foto udara dan CTRT yang Hidayat, F., Rachma, T. R. N., Amhar, F. (2016).
ketersediaan datanya sudah mencapai ± 50% Analisis Terhadap Desain Peta untuk Desa Adat
(Studi kasus Desa Kanekes/Baduy, Provinsi
wilayah NKRI. Meskipun demikian, berdasar hasil
Banten). Prosiding FIT-ISI dan CGISE, 2016
wawancara dan diskusi dengan masyarakat desa, Jamal, E. (2008). Kajian Kritis Terhadap Pelaksanaan
diketahui warga lebih mudah membaca dan Pembangunan Perdesaan di Indonesia. Jurnal
menggunakan peta dalam bentuk peta garis Forum Penelitian Agro Ekonomi, 26(2), 92-102
daripada peta citra. Kertanegara, U., Laila N, A., Sudarsono, B. (2013).
Prototipe peta desa Karangligar telah dibuat Peninjauan Secara Kartografis dalam Pembuatan
sebagai hasil penelitian, mengacu pada Peraturan Peta Kampus Universitas Diponegoro. Jurnal
Kepala BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Geodesi Undip, 2(4), 10-25.
Teknis Penyajian Peta Desa dengan beberapa Nadeak, H., Dalla, A. Y., Nuryadin, D., dan Hadi, A. S.
(2015). Batas Wilayah Desa Pasca Berlakunya
perbaikan mengacu pada hasil wawancara dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
masyarakat. Berdasar hasil penelitian, Peraturan

155
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No. 2 Oktober 2017: 147-156

Desa. Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu).
Governance, 7(3), 239-250. Jurnal Pariwisata Pesona, 1(1)
Riadi, B (2015). Implementasi Permendagri Nomor 76 Suharyanto, S., dan Sofianto, A. (2015). Model
Tahun 2012 dalam Penetapan dan Penegasan Pembangunan Desa Terpadu Inovatif di Jawa
Batas Desa Secara Kartometris. Sosio Didaktika, Tengah. Jurnal Bina Praja. Journal of Home Affairs
2(1), 92-100. Governance, 4(4), 251-260.
Riadi, B., dan Makmuriyanto, A. (2014). Kajian Sumaryo. (2012). Aspek Geospasial dalam Sengketa
Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas Pulau Berhala. Prosiding Konferensi Teknik dan
Kecamatan/Distrik, Desa/Kelurahan Secara Sains Informasi Geospasial ke-1 Jurusan Teknik
Kartometris. Majalah Ilmiah Globe, 16(2). Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Rustiadi, E. Saefulhakim, S. Panuju, D.R. (2009). Yogyakarta. 247-256
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Wang, X., Yu, Z., Cinderby, S., Forrester, J. (2008).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anhancing participation: Experiences of
Singgih, M. N., dan Nirwana, N. (2016). Perencanaan participatory geographic information system in
dan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Shanxi province, China. Applied Geography, 28,
Masyarakat dengan Model Partisipatory Rural 96-100.
Appraisal (Studi Perencanaan Desa Wisata

156

Anda mungkin juga menyukai