Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada
di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan
kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan
pembelajaran. Bagi teori ini, sistem syaraf dan otak merupakan asas fisikal bagi
proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara
proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan
dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak
akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Secara umum ada 10 hukum dasar otak yang relevan dalam bidang
pendidikan. Hukum-hukum itu antara lain: 1) keunikan, 2) kekhususan, 3)
sinergisitas, 4) hemisferik dan dominasi, 5) verba-grafis, 6) imajinasi dan fakta, 7)
plastisitas sel saraf, 8) kerja serempak, 9) simbiosis rasio-emosi-spriritualitas, dan
10) otak laki-laki-otak perempuan. Otak bukan sekedar struktur (benda-organik),
tetapi fungsi dan sifat. Karena itu, otak merupakan titik utama pengembangan
manusia dalam bidang pendidikan. Tidak saja untuk belajar mengajar tetapi juga
bagi pendidikan secara keseluruhan.
1. Keunikan
Otak merupakan sistem yang dinamis atau sistem yang hidup (living system).
Otak tidak saja tumbuh dan berkembang tetapi otak juga terbuka terhadap
intervensi dari luar. Karena dapat diintervensi dari luar, otak setiap orang itu unik.
Pengalaman, pendidikan dan gaya hidup yang berbeda membuat otak menjai
berbeda. Otak dapat berkembang tak terbatas tanpa memperbesar ukuran
tengkorak. Otak tidak pernah istirahat, bahkan ketika tidurpun otak bekerja.
Sebagai sistem yang hidup, otak harus di charge supaya bisa hidup secara
dinamis. Ahli otak memperkirakan bahwa manusia rata-rata baru memakai 20-
50% dari potensi otak. Potensi alam bawah sadar, intuisi dan konektivitas belum
dipakai secara baik. Hal tersebut menjadikan setiap orang berbeda dalam banyak
hal. Karena itu tidak ada teknik belajar yang baku dan tunggal untuk semua orang.
Pendidik harus dapat mengemas teknik-teknik belajar yang memperhatikan
keunikan ini.
2. Kekhususan
Para ahli (Howard Gardner, ahli saraf dan pendidikan dari sekolah kedokteran
Boston dan sekolah pendidikan Harvad) menemukan kemampuan otak berkaitan
dengan kekhususan seseorang dalam memanfaatkannya. Kemampuan ini (Gardner
menyebutnya Multiple Inteligence) didukung oleh perbedaan struktur otak pada
setiap orang. Perbedaan ini terjadi antara lain karena manifestasi kekhususan
genetik pada proses perkembangan susunan syaraf pusat. Prinsip kedua ini
menunjukkan adanya keunggulan yang bersifat khas pada setiap orang. Anak
yang unggul dalam bidang matematika tidaklah berarti lebih unggul dibandingkan
dengan anak-anak lain yang pintar main basket, menari, atau memainkan biola.
Sekolah yang baik harus memberikan ruang yang luas bagi pengembangan semua
kecerdasan ini.
3. Sinergisitas
Otak dan seluruh bagian tubuh, terutama organ gerak dan organ indera memiliki
hubungan sinergis. Bagian motorik dan sensorik di otak memiliki hubungan saraf
melalui pelepasan zat-zat kimia bernama neurotransmitter dengan indera dan
organ gerak. Rangsangan pada beberapa organ secara bersamaan akan
memberikan efek lebih baik dibandingkan hanya 1 organ. Otak lebih cepat
menangkap informasi yang melibatkan dua kelompok organ ini sekaligus.
Keadaan otak dalam kondisi alfa (gelombang otak 8-14 kali per menit) merupakan
keadaan yang paling optimal untuk belajar. Keadaan ini akan merilekskan otot-
otot, menstabilkan denyut jantung. Belajar di bawah tekanan, pemaksaan dan
dalam keadaan lelah akan merangsang otak memasuki kondisi beta. Dalam
kondisi beta ini proses penerimaan dan pengelolaan informasi menjadi tidak
efektif. Pembelajaran dan pendidikan harus dapat mempertahankan sinergisitas
otak- tubuh.
Dalam prinsip ini setiap orang memiliki gaya dan cara yang unik dalam belajar,
pemerolehan informasi dan strategi pemecahan masalah. Tidak ada otak yang
sama. Karena itu, tidak ada teknik belajar mengajar yang sama.
5. Verba-grafis
Memori akan tertata dengan baik, efektif dan efisien jika diformulasikan dalam
bentuk kata dan gambar. Memori akan tertata dengan baik, efektif dan efisien jika
diformulasikan dalam bentuk kata dan gambar. Pembuatan catatan yang baik tidak
saja untuk melestarikan informasi di buku tulis, tetapi juga memudahkan otak
untuk mengkode, menyimpan dan memanggil kembali informasi tersebut.
Setiap keping informasi disimpan dalam sel-sel saraf. Tepatnya, disimpan dalam
bentuk perubahan molekul-molekul kimia di dalam dan di luar sel saraf. Jika
informasi diterima dengan cara yang cocok dengan mekanisme otak, akan terjadi
penguatan hubungan antar sel saraf melalui perubahan molekuler. Semakin sering
otak dipakai, semakin banyak perubahan molekuler yang terjadi dan semakin
kuatlah memori. Perubahan akan semakin cepat terjadi jika berkaitan dengan
informasi yang tidak lazim. Hal-hal yang tak lazim lebih cepat merangsang otak.
8. Simultanitas
Ketika merespon sebuah informasi, seluruh bagian otak bekerja sama secara
serempak. Walaupun pusat pengaturan informasi berada di bagian yang berbeda-
beda di otak, bagian-bagian itu akan bekerja serempak ketika menerima dan
memproses informasi. Ketika melihat sebuah gambar bergerak, bagian otak yang
menyerapi bentuk, gerakan, warna dan nuansa emosi akan segera bereaksi.
Hasilnya adalah respons yangutuh. Kerja serempak otak ini mirip dengan orkestra
yang dipimpin oleh seorang dirigen. Jika seluruh bagian otak dapat dirangsang
untuk bekerja secara serempak, penyerapan informasi akan menjadi lebih efektif.
Otak memiliki kemampuan mendeteksi perubahan secepat apapun, dalam hitunga
detik.
9. Simbiosis rasio-emosi-spiritualitas
Rasio dan emosi menjadi penopang utama spiritualitas manusia. Jika rasio dan
emosi memberikan kepada manusia keunggulan yang bersifat teknik dan
diperlukan untuk mengarungi kehidupan dunia, maka spiritualitas memerlukan
makna bagi tindakan-tindakan manusia. Spiritualitas yang baik biasanya tampak
dari rasio dan emosi yang baik. Otak menyediakan piranti emosi bagi manusia
untuk melakukan tindakan yang mengarah pada pemerolehan makna hidup,
yaitu1) kesadaran diri, 2) manajemen suasana hati, 3) motovasi diri, 4) empati,
dan 5) manajemen relasi sosial. Untuk dapat melakukan lima hal ini, rasio, emosi
dan spiritualitas bekerja keras secara simbiosis mutualistik. Ini adalah kunci-kunci
sukses kehidupan.
Dalam belajar, perempuan dan lelaki memiliki learning dan thinking style yang
berbeda. Karena itu pengelolaan kelas akan jauh lebih efektif dan optimal jika
kedua jenis kelamin ini dibimbing menurut style masing-masing. Model
pembelajaran tutorial akan lebih optimal mengerahkan potensi kedua jenis
kelamin ini. Namun, ini tidak berarti harus ada pemisahan kelas antara kedua jenis
kelamin. Yang paling penting, pendidik harus bisa memahami bagaimana mereka
berpikir sehingga lebih mudah membimbing.
Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan stimulus dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses
pembelajaran, maka cara kerja otak tersebut menghasilkan hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari: