Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang
oragn reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami
kehamilan, apabila kehamilan ini direncanakan,akan memberi rasa
kebahagiaan dan penuh harapan.
Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan
kebulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mental.
Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon
progestogen dan hormon estrogen, yakni hormon kewanitaan yang ada
didalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan. Adanya
ketidakseimbangan hormon ini akan merangsang lambung menjadi
meningkat dan menimbulkan rasa mual samapi muntah bila adaptasi tidak
kuat. Bahkan ada yang sampai tidak mampu lagi manjalankan aktivitas
sehari-hari, misalnya memasak, mencuci, mandi, makan, bahkan harus
istirahat di tempat tidur sampai dirawat di rumah sakit.
Seiring tambahan usia kehamilan bentuk tubuh berubah yang
semula langsing menjadi tidak langsing, buah dada mulai membesar,
pembuluh darah pada perut tampak biru, perut semakin menonjol kedepan.
Semua perubahan fisik pada ibu hamil mengakibatkan terjadinya
perubahan psikis berupa rasa tidak percaya diri terhadap penampilan
dirinya. Pada masa ini, ada ibu yang merasa enggan bepergian bahkan ada
yang sapai menarik diri dari aktivitas kehidupan sosial sebagai seorang
ibu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah “definisi
prenatal care, tujuan prenatal care, standart prenatal care, dan manajemen
prenatal care?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi prenatal care, tujuan prenatal care, faktor yang
mempengaruhi prenatal care, faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
prenatal care, standart prenatal care, hal-hal yang perlu dipersiapkan pada saat
sebelum dan selama kehamilan, , dan manajemen prenatal care?

1.3.2 Tujuan Umum


1. Menjelaskan tentang definisi prenatal care
2. Menjelaskan tentang tujuan prenatal care
3. Menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi prenatal care
4. Menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
prenatal care
5. Menjelaskan tentang standart prenatal care
6. Menjelaskan tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan pada saat
sebelum dan selama kehamilan
7. Menjelaskan tentang manajemen prenatal care

1.4 Manfaat
1. Kita dapat mengetahui tentang definisi prenatal care
2. Kita dapat mengetahui tentang tujuan prenatal care
3. Kita dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi prenatal care
4. Kita dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pemanfaatan prenatal
care
5. Kita dapat mengetahui tentang standart prenatal care
6. Kita dapat mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan pada saat sebelum
dan selama kehamilan
7. Kita dapat mengetahui tentang manajemen prenatal care
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut dinas kesehatan provinsi dati 1 jawa timur dalam pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga provinsi jawa timur, (2006) terdapat
beberapa pengertian mengenai asuhan antenatal, yaitu sebagai berikut.

1. Asuhan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan


memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama
kehamilan.
2. Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
3. Pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan,masa nifas, persiapan membersihkan
ASI, dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar.

Pengertian asuhan antenatal secara luas dapat diuraikan melalui penjelasan


berikut ini:

1. Merupakan upaya mempersiapkan pasangan remaja yang baru menikah


untuk menjadi orang tua yang efektif.
2. Meningkatkan pengertian bahwa keluarga adalah bagian dari
masyarakat.
3. Mencari factor social budaya yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan kesehatan ibu.
4. Meningkatkan pengertian dan merencanakan program keluarga
berencana.
5. Menanamkan pengertian tantang hubungan seksual yang sehat guna
meningkatkan keharmonisan keluarga.
6. Pemberian konseling tentang kehamilan
2.2 Tujuan Asuhan Antenatal.

Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta social
ibu dan bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan ataukomplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, ibu dan bayi dapat melewati
proses kelahiran dengan selamat
5. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

Secara garis besar ada dua tujuan dalam pemberian asuhan antenatal,tujuan
tersebut dikelompokan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

a. tujuan umum

Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin


(maternal and fital well being) sesuai dengan kebutuhan,
sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat
lahir dengan sehat,

b. tujua1n khusus
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2. Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam
jiwa ibu dan janin,
3. Merencanakn asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
4. Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam
menghadapi komplikasi.
5. Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI ekslusif.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Antenatal Care (ANC)
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005,p,27),
mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisis praktik antenatal care
dari perilaku kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu:

a. Faktor yang mempermudah (predisposing factors)


Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral sosial dan unsur lain
yang terdapat dalam diri individu.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan perasa.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata,
telinga. Pengetahuan yang kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2005,p,50)
Pengetahuan bagi masyarakat yang di desa-desa mereka
tidak selalu membaca pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan
kehamilan dari media cetak. Terlebih lagi kesadaran masyarakat
untuk membeli bahan-bahan bacaan baik yang berupa buku
maupun koran atau majalah masih rendah yang akibat dari
minimalnya pengetahuan tentang kesehatan kehamilan, serta
minimalnya pengetahuan tentang kesehatan kehamilan, serta
ketidak mengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatannya.
2. Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu simulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan kesiapan atau
kesidiaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
praktik (tindakan) atau (reaksi tertutup).(Notoatmodjo, 2005,p,25)
Berbagai tindakan sikap yang berpengaruh terhadap
pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC antara lain
meneriman (receiving), merespon, menghargai dan bertanggung
jawab menerima sendiri. Artinya orang mau memerhatikan
pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC. Mersepon
(responding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya.
Mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang di berikan adalah
suatu indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak
orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi
tingkat tiga, sedangkan tanggng jawab (resposible), tanggung
jawab atasa segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala
resiko merupakn sikap yang paling tinggi (Natoatmojo, 2005,p54).
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber
daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya
ini meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, klinik atau sumberdaya
yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut
keterjangkauan berbagai sumberdaya yaitu biaya, jarak, dan

ketersediaan transportasai (Green, 1980.p.129)


1) Keterjangkauan fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-
faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit yang kesemua
itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu
berbeda, prilaku masysrakat yang merugikan kesehatan ataupun
gaya hidup yag dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
2) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, krisis
ekonomi yang berkepajangan berakibat pada penurunan
kemampuan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan kesehatan
ibu hamil. Ketika biaya hidup semmakin meningkat sementara
pendapatan tidak meningkat maka banyak ibu hamil tidak mampu
untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan. Masalah
yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu
hamil kekuranga energi dan protein (KEK) hal ini disebabkan tidak
mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuan energi dan
protein yang dibutuhkan ibi selama kehamilan (Depkes, 2001,p.57)

3. jarak

Indonesia merupakan negara yang sangat luas sayangnya banyak


masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan. Jarak sangat
menentukan terhadap pelayanan kesehatan. Ditempat yang terpencil
ibu sulit memeriksakan kehamilannya. Hal ini karena transportasi
yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil

c. Faktor penguat

Faktor penguat adalah memperkuat perubahan periaku seseorang


dikarenakan adanya sikap dan perilku yang lain seperti sikap suami, orang
tua, tokoh kesehatan. Perilaku yang positif akan menunjang atau
meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2000)

Masyaakat Indonesi terdiri banyak suku bangsa yang mempunyai


latar belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut
sangat mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang memiliki budaya
tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi
dalam perilaku masyarakat termasuk dalam perilaku keshatan. Keadaan
lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruh ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya
merupakan budaya yang menghamb at keteraturan kunjungan ibu
hamil memriksakan kehamilannya.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan dan Kebutuhan dalam


Pemeriksaan Antenatal Care
1. Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik
dalam keadaan hidup maupun mati.Paritas seorang ibu yang tergolong
tidak aman untuk hamil dan melahirkan adalah pada kehamilan
pertama dan paritas tinggi (lebih dari 3).Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.

Ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan antenatal care


dengan paritas tinggi mengatakan bahwa terdapat risiko pada
kehamilan sebelumnya sehingga merasa perlu untuk memeriksakan
kehamilan secara teratur dan ibu yang memanfaatkan pelayanan
antenatal dengan paritas rendah merasa perlu untuk memeriksakan
kehamilan secara teratur karena belum memiliki pengalaman tentang
kehamilan. Sedangkan ibu hamil yang kurang memanfaatkan
pelayanan antenatal dengan paritas tinggi merasa telah memiliki
pengalaman pada kehamilan sebelumnya sehingga merasa tidak perlu
sering memeriksakan kehamilan dan ibu dengan paritas rendah yang
kurang memanfaatkan pelayanan antenatal care mengatakan bahwa ia
terlambat mengetahui tentang kehamilannya sehingga tidak
memeriksakan kehamilan pada trimester I.

2. Pengetahuan

Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal


Care Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2007) yang
menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dibanding yang tidak didasari oleh
pengetahuan.Pengetahuan akan memberikan kemampuan seseorang
untuk mengingat pengertian, tujuan, dan manfaat pemeriksaan
kehamilan.Berarti semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang
pelayanan antenatal maka semakin tinggi tingkat pemanfaatan
pelayanan atenatal care.

3. Keterjangkauan

Hubungan Keterjangkauan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Antenatal Care Keterjangkauan atau akses adalah layanan kesehatan
itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa (Pohan, 2002).
Keterjangkauan atau akses ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan
antenatal dalam penelitian ini mencakup akses geografis Akses
geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya perjalanan, jenis
transportasi untuk mendapatkan layanan kesehatan dan akses ekonomi
Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya
layanan kesehatan.

Ibu hamil yang kurang memanfaatkan pelayanan antenatal


mengatakan bahwa rumah mereka jauh dari puskesmas selain itu,
sulit menemukan sarana transportasi umum serta menghabiskan
waktu yang lama untuk perjalanan sehingga untuk memeriksakan
kehamilan mereka menggunakan jasa bidan praktek yang lebih
dekat dari rumah mereka.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian Rahma Erlina (2013) di Puskesmas Rawat Inap
Panjang Bandar Lampung menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara keterjangkauan dengan kunjungan
pemeriksaan kehamilan.
4. Dukungan keluarga
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal Care Peran keluarga dalam pelayanan
antenatal sangat penting, keluarga sebagai orangorang yang paling
dekat dengan ibu hamil yang harus memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya serta mendukung ibu hamil baik
secara moril maupun materil 7 sehingga ibu dapat melalui
kehamilannya dengan baik.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal care oleh ibu hamil dengan
kekuatan hubungan lemah.Dukungan keluarga berkontribusi
sebesar 36% terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care.
Dukungan keluarga terhadap ibu hamil ditunjukkan dengan selalu
mengingatkan jadwal pemeriksaan kehamilan, mengantar ibu
untuk memeriksakan kandungannya, mengingatkan ibu untuk
mengonsumsi makanan bergizi dan tablet Fe, serta menyiapkan
biaya bagi ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nafisa
Halim (2010) tentang demand pelayanan antenatal untuk kesehatan
anak di Nepal menunjukkan bahwa dukungan keluarga terutama
suami merupakan faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk
memanfaatkan pelayanan antenatal care.
5. Sikap
Hubungan Sikap Petugas dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Care Sikap adalah cara seseorang merespon fenomena
atau kejadian dilingkungannya. Menurut teori L.D. Brown sikap
petugas meliputitanggap terhadap keluhan, memberi kesempatan
bertanya, informasi jelas dan mudah dimengerti, dokter dan
perawat mau mendengar keluhan, suka membentu, peduli, ramah,
menghargai pasien (Pohan, 2002).Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap petugas dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal care dengan kekuatan hubungan
sedang. Sikap petugas berkontribusi sebesar Sikap petugas akan
membentuk persepsi ibu hamil tentang pelayanan antenatal.
Petugas yang memberikan kesan yang baik terhadap ibu hamil
serta menunjukkan kemampuan, ketelitian, keterampilan dalam
mengatasi kesulitan yang dialami pasien dengan cepat sesuai
dengan tuntunan akan membuat ibu hamil merasa percaya diri
untuk memeriksakan kesehatan dan puas dengan pelayanan yang
diberikan. Hal ini akan berdampak pada keinginan ibu untuk
melanjutkan pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan
tersebut.

2.5 Standar Minimal Antenatal Care

Standar minimal antenatal merupakan salah satu kebijakan program


pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu. Pelayanan atau asuhan
standar minimal mencakup 7T, yaitu sebagai berikut.

1. Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri
Kehamilan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam
perjalanannya kehamilan dapat berkembang menjadi suatu
permasalahan atau dapat menimbulkan komplikasi, sehingga
diperlukan pemantauan selama kehamilam untuk melihat
kesejahteraan ibu dan janin. Salah satu indicator untuk melihat
kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan,
tekanan darah, dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan.

2. Pemberuan imunisasi tetanus toksoid(TT) lengkap.


Pemberian imunisasi tetanus toksoid, merupakan salah satu
kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi atau neonates yang disebabkan oleh tetanus. Iminisasi
tetanus toksoid yang pertama (TTI) dapat diberikan pada saat
melakukan kunjungan antenatal yang pertama, kemuduan empat
minggu setelah TTI dapat diberikan TT2. Dengan pemberian
imunisasi TT diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari
tetanus neonatorum dalam kurun waktu 3 tahun.
3. Pemberian tablet tambah darah (zat besi), minimum 90 tablet selama
kehamilan.
Tablet zat besi diberikan kepada ibu dengan tujuan untuk mencegah
anemia dalam kehamilan, setiap tablet zat besi mengandung
FeSO4320mg (zat besi 60 mg) dan asam fotal 500 mg. pemberian
tablet zat besi dimulai dengan dosis satu tablet sehari pada saat ibu
tidak merasa mual. Selama kehamilan ibu diberikan minimal 90
tablet dan sebaiknya tidak diminum bersama the atau kopi, karena
akan menggu penyerapan obat. Untuk menghindari efeksamping
(misalnya konstipasi) setelah mengosumsi tablet zat besi, ibu di
anjurkan minum air putih minimal 1 gelas ukurang sedang (200 cc).

4. Tes terhadap penyakit menular seksual.


Penyakit menular seksual (PMS) merypankan sekelompok penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan
gangguan pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan
kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan pemeriksaan
konfirmatif dengan tujuan mengetahui etiologi yang pasti tentang
ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang diderita oleh ibu
hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalis baik kepada ibu maupun bayiyang di
kandung/dilahirkan.
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS dikomunitas atau
masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis pendekatan gejala,
memberikan terapi sesuai dengan gejala yang muncul, dan
memberikan konseling untuk rujukan.
5. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu


hamil dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang
membutuhkan rujukan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
konsultasi atau melakukan kerja sama penanganan, tindakan yang
harus dilakukan oleh bidan dikomunitas dalam temu wicara adalah
sebagai berukit.

a. Merujuk kedokter untuk konsultasi, menolong ibu


menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter
puskesmas, dokter obstetric ginekologi, dan sebagainya.
b. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.
c. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
surat hasil rujukan.
d. Meneruskan pemntauan kondisi ibu dan bayi selama
kehamilan.
e. Memberikan layanan atau asuhan antenatal.
f. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu malahirkan di
rumah.
g. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga
tentang recana kelahiran.
h. Persiapan atau pengaturan transportasi dan biaya untuk
ketempat persalinan.

2.6 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Sebelum dan Selama Masa
Kehamilan

2.6.1 Hal yang perlu diperhatikan pada saat sebelum hamil

Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada kehamilan termasuk


pengaturan nutrisi ibu hamil. Nutrisi yang baik berperan dalam
mencegah perdarahan ante dan post partum, pencegahan infeksi,
dan pencegahan komplikasi kehamilan (preeklampsia, kelainan
bawaan dll). Nutrisi yang baik juga berperan dalam proses
pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Gangguan nutrisi
(malnutrisi) pada kehamilan dapat berakibat luaran kehamilan yang
buruk, berbagai komplikasi kehamilan, dan dampak jangka
panjang yang buruk bagi janin (Hipertensi, penyakit jantung, DM
pada usia tua janin tersebut). Selain itu dalam kehamilan juga harus
dilakukan skrining penyakit-penyakit infeksi yang berisiko
menular pada janinnya (Hepatitis, HIV, Toxoplasma, Rubella,
DPT) dan jika memungkinkan dilakukan vaksinasi. Identifikasi
penyakit-penyakit sebelum hamil harus dideteksi sedini mungkin
(Diabetes Mellitus, epilepsi, penyakit jantung, penyakit paru,
hipertensi kronis, penyakit infeksi), dan jika memungkinkan
dilakukan intervensi. Dengan menyediakan kecukupan nutrisi yang
baik, maka dapat dihasilkan janin-janin yang sehat, sehingga dapat
dipersiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Karena itu
menjadi tugas kita untuk menyiapkan generasi mendatang yang
lebih baik dengan cara mempersiapkan kehamilan sebaik-baiknya.

2.6.2 Hal yang perlu diperhatikan pada masa kehamilan

a. Pola makan

Keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola


makannya sehari-hari yang dapat ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas hidangan (Sediaoetama, 1996). Pola makan adalah suatu
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Menurut
Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan
(food patern) diartikan sebagai cara seseorang memanfaatkan
pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan sosio-
ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan.
Di dalam susunan pola makan seseorang ada satu bahan makanan
yang dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak
lengkap apabila bahan makanan tersebut tidak ada, bahan makanan
tersebut adalah bahan makanan pokok. Di Indonesia bahan
makanan pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan
jagung, sagu, dan ubi jalar (Almatsier, 2009).

b. Gizi
Gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa
kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut
Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada
saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua
zat gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung
zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak
berlebihan. Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil
sangat menentukan kesehatan ibu hamil. Sehingga demi suksesnya
kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam
keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi,
protein, vitamin, dan mineral (Kusmiyati, 2009).
c. Komsumsi tablet
Tablet zat besi adalah zat besi-folat yang berbentuk tablet, tiap
tablet berisi 60 mg besi elemental dan 500 µg asam folat
(Aritonang, 2010). Tablet besi diberikan oleh pemerintah kepada
ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi terutama pada
kehamilan yang menginjak trimester ketiga (Nasoetion dan Karyadi,
1988). Konsumsi tablet besi diperlukan karena kebutuhan zat besi
yang tinggi pada masa kehamilan tidak akan bisa terpenuhi hanya
dari asupan makanan sehari-hari. Penambahan asupan besi baik
lewat makanan ataupun suplemen terbukti mampu mencegah
penurunan Hb akibat hemodilusi. Penelitian yang dilakukan oleh
Fatimah, dkk (2011) juga menyimpulkan bahwa kadar hemoglobin
berkaitan erat dengan konsumsi tablet besi ibu selama
kehamilannya. Tanpa suplementasi cadangan besi dalam tubuh ibu
akan mengalami penurunan yang tajam dan akan habis pada akhir
kehamilan. Oleh karena itu tablet besi sebesar 30-60 mg yang
dimulai pada minggu ke-12 kehamilan yang diteruskan sampai tiga
bulan pascapartum perlu diberikan setiap hari (Arisman, 2004).

2.7 Manajemen Asuhan Antenatal

Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah


alamiah dan sistematis yang dilakukan bidan,dengan tujuan untuk
mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan standar
yang berlaku. Dalam manajemen asuhan antenatal di komunitas,bidan harus
melakukan kerja sama dengan ibu,keluarga,dan masyarakat mengenai
persiapan rencana kelahiran,penolong persalinan,tempat bersalin,tabung untuk
bersalin,dan mempersiapkan rencana apabila terjadi komplikasi.

Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat,bidan akan menemui


ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan selama pemeriksaan kehamilan
atau antenatal care (ANC) di antaranya adalah ibu sakit,tidak ada
transportasi,tidak ada yang menjaga anak yang lain,kurangnya motivasi,dan
takut atau tidak mau ke pelayanan kesehatan.upaya yang harus dilakukan
bidan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan :

a. Melakukan kunjungan rumah


b. Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan
pemeriksaan
c. Apabila ada masalah,coba untuk membantu ibu dalam mencari
pemecahannya
d. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.

2.7.1 Kunjungan Antenatal Care (Anc)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga


Profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal care (ANC) sesuai
standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung kefaslitas
pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehan baik di posyandu,
pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil,memberikan
pelayanan Antenatal care (ANC) sesuai dengan standar dapat dianggap
sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI,2001,p.31).

2.7.2 Tujuan Kunjungan

1. Mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil untuk membantu


bidan dan membangun hubungan kepercayaan dengan ibu tersebut.
2. Mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
3. Menggunakan data untuk menghitung usia kehamilan dan tanggal
persalinan.
4. Merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu.

2.7.3 Kunjungan ideal selama kehamilan:

a. Pemeriksaan pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu


mengatakan terlambat haid 1 bulan.
b. Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
c. Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
d. Satu kali setiap minggu sampai usia kehamilan 9 bulan
e. Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan

2.7.4 Isi Riwayat Pada Kunjungan Antenatal Pertama

1. Informasi biodata
Identitas ibu dan suami (nama, umur, pekerjaan, agama,
suku, alamat). Informasi yang dimaksud berisi identitas umum,
perhatian pada usia ibu, status perkawinan, dan tingkat
pendidikan. Usia reproduksi sehat dan aman adalah antara 20-
30 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan diluar
nikah, kemungkinan ada unsure penolakan psikologis yang
tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga
fakotr kehamilan resiko tinggi untuk kemungkinan adanya
komplikasi obstetric seperti preeklamsia, ketuban pecah dini,
persalinan preterm, dan abortus.
2. Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-
mata ingin periksa hamil, atau ada keluhan /masalah lain
dirasakan.
3. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi hal-hal berikut.
a. HPHT dan apakah siklus menstruasi normal.
b. Gerak janin (kapan mulai dirasakan adan apakah ada
prubahan yang terjadi)
c. Masalah dan tanda-tanda bahaya (termasuk rabun senja)
d. Keluhan-keluhan lazim pada kehamilan.
e. Penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-jamuan)
f. Kekhawatiran lain yang dirasakan

2.7.5 Definisi Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang


dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama (Pusdiknakes, WHO-
JHPIEGO, 2003)

Dalam pelaksaan yang sesungguhnya karena frekuensi


kunjungan ulang yang lebih dari satu, maka kompetensi penh harus
dikuasai oleh seorang bidan mengingat hal tersebut merupakan
kewenangan seorang bidan yang jelas diatur dalam Kepmenkes RI
No.900 pasal 16 ayat 1 (c) Pelayanan antenatal pada kehamilan
normal.

Perlu diperhatikan pula wanita hamil seharusnya (minimal)


melakukn 4 kali kunjungan antenatal selama kehamilan. Pada setiap
kujungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat
penting sesuai dengan umur kaehamilan.

Bagi ibu hamil yang mempunyai masalah, hendaknya


disarankan untuk menemui tugas kesehatan bila ia merasakan tanda
bahaya atau jika merasakan khawatir.
2.7.6 Tujuan Kunjungan Ulang

Kunjunga ulang merupakan bagian dari asuhan antenatal. Setiap


wanita hamil menghadapi komplikasi yang dapat mengancam jiwanya,
oleh karena itu adanya pemeriksaan kehamilan/asuhan antenatal selama
periode kehamilannya sangatlah diperlukan termasuk adanya kunjungan
ulang. Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk menfasilitasi hasil
yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya.

Dalam kunjungan ulang kegiatannya lebih fokus dalam


pendeteksian komplikasi-komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan
kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terfokus dan pembelajaran, di
mana kegiatan ini lebih khusus dari kunjungan asuhan. Sementara itu,
dalam asuhan antenatal mencakup kegiatan yang lebih kompleks yang
mana kegiatan tersebut merupakan sengaja difokuskan untuk kunjungan
awal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Merupakan upaya mempersiapkan pasangan remaja


yang baru menikah untuk menjadi orang tua yang efektif.
Meningkatkan pengertian bahwa keluarga adalah bagian dari
masyarakat. Menanamkan pengertian tantang hubungan seksual
yang sehat guna meningkatkan keharmonisan keluarga. Tujuan
utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang
sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya. Standar minimal
antenatal merupakan salah satu kebijakan program pemerintah
untuk menurunkan angka kematian ibu. Pelayanan atau asuhan
standar minimal mencakup 7T, yaitu Timbang berat
badan,Ukur tekanan darah,Ukur tinggi fundus uteri, Pemberuan
imunisasi tetanus toksoid(TT) lengkap, Pemberian tablet
tambah darah (zat besi), minimum 90 tablet selama kehamilan,
Tes terhadap penyakit menular seksual,Temu wicara dalam
rangka persiapan rujukan.

3.2 Saran
Perlu dibahas lebih lanjut mengenai prenatal care agar
tercipta seorang ibu yang benar-benar siap untuk menerima
kelahiran bayi dan siap menerima perubahan-perubahan fisik
pada seorang ibu.

Anda mungkin juga menyukai