Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di
negara berkembang dan negara maju. Hipertensi merupakan masalah yang besar,
serius dan meningkat dimasa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang
tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Ada pun penyebab hipertensi, antara lain: Yang pertama hipertensi primer
yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Sedangkan yang kedua yaitu
hipertensi sekunder yang merupakan (10%) dari seluruh kasus hipertensi.
Hipertensi terjadi di masyarakat karena seperti yang di ketahui bahwa sebagian
besar (90%) penderita termasuk penderita hipertensi primer. Ada pun beberapa
faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti :
genetik ( yang mempunyai riwayat hipertensi), berat badan (obesitas), gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolahraga), stres, alkohol, merokok, dan mengkonsumsi
garam dalam makanan sehari-hari. Dapat kita lihat bahwa masyarakat kita
cenderung mengabaikan hal-hal di atas. Salah satu penyebab masyarakat
menyebabkan hal tersebut antara lain bagaimana tingkat pengetahuannya tentang
hipertensi.
Menurut Mustaida (2000), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
penderita hipertensi dengan terkontrolnya tekanan darah. Peningkatan
pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan
berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh
terhadap terkontrolnya tekanan darah.
Diperkirakan 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2015 dari sejumlah 639 juta di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2015. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Anonim, 2007).
Hipertensi menyumbang 12,8% dari seluruh kematian dan 44% dari semua
kecacatan (disabilitas) (DepKes RI, 2007).

1
Banyak pasien hipertensi tidak mengetahui apakah dirinya mengidap
hipertensi atau tidak. Untuk mewaspadai hal tersebut kita perlu memberikan
informasi yang lebih dalam agar pasien mengenal hipertensi lebih dalam.
Hipertensi terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, faktor makanan modern
sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang di awetkan
garam serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan
darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan. Kebiasaan
dengan mengkonsumsi minuman-minuman beralkohol dan merokok pun menjadi
penyebab utama yang sering di temukan. Hal ini di sebabkan karena faktor umur,
jenis kelamin, adat kebiasaan, pekerjaan, serta faktor pengetahuan tentang
penyakit hipertensi. Pengetahuan tentang hipertensi yang baik akan
mempermudah pencegahan, penanggulangan serta mengurangi faktor resiko yang
terjadi karena penyakit hipertensi. Ada pun hal yang terjadi apabila kurangnya
pengetahuan tentang hipertensi yaitu akan semakin memperburuk keadaan dengan
adanya komplikasi penyakit tersebut.
Karena itulah penderita hipertensi harus mengetahui penyakit hipertensi
secara menyeluruh, dengan demikian dapat mengontrol peyakit hipertensi
tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang
Penyakit Hipertensi di Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah
yaitu Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Penyakit
Hipertensi di Puskesmas Beringin Raya, Kota Bengkulu Tahun 2017

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi
Tentang Penyakit Hipertensi di Puskesmas Beringin Raya tahun 2017

2
1.3.2 Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan warga tentang hipertensi
bedasarkan tingkat pendidikan
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan warga tentang hipertensi
berdasarkan umur dan jenis kelamin
c. Mengetahui gambaran sikap dan prilaku warga tentang hipertensi

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
informasi dan sebagai referensi untuk meningkatkan pendidikan kesehatan
tentang hipertensi.
b. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan
sekaligus menambah wawasan mengenai hipertensi agar mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.4.2 Manfaat praktis
Memberi masukan kepada penderita hipertensi, kader kesehatan, maupun
masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berhubungan dengan
kepandaian segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2008), tingkatan pengetahuan meliputi :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (review) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh lahan yang dipenuhi
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4
4) Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek
ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya antara yang satu dengan yang lain.
5) Sintesis (Sintesys)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi haru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pengetahuan


1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan menunjukkan
korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat,
dengan demikian pengetahuan juga meningkat.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal.
5) Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan.

5
6) Umur
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi


2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi, lebih dari 140/90 mmHg.
Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau
lebih dan di klasifikasikan sesuai derajat keparahan.

2.2.2 Penyebab hipertensi


Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak atau diketahui
penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini :
1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopouse beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan : obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.

6
5) Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah, bila gaya hidup menetap.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari
adanya penyakit lain seperti :
A. Penyakit ginjal
(1) Stenosis arteri renalis
(2) Pielonefritis
(3) Glomerulonefritis
(4) Tumor-tumor ginjal
(5) Penyakit ginjal poli kista (biasanya diturunkan)
(6) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
(7) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
B. Kelainan hormonal
(1) Hiperaldosteronisme
(2) Sindrom cushing
(3) Feokromositoma
C. Obat-obatan
(1) Pil KB
(2) Kotikostiroid
(3) Siklosporin
(4) Eritropoietin
(5) Kokain
D. Penyebab lainnya
(1) Koartasio aorta
(2) Preeklamsi pada kehamilan
(3) Porfilia intermiten akut
(4) Keracunan timbal akut.

2.2.3 Gejala Hipertensi


Banyak pasien dari hipertensi tidak dapat terdeteksi lebih dini. Dengan
kata lain gejala awal yang di tunjukan sulit untuk mendeteksi apakah seseorang

7
terkena penyakit hipertensi atau tidak. Hipertensi jarang menunjukkan gejala dan
biasanya diketahui melalui skrining atau saat penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa gejala yang muncul yaitu sakit kepala
terutama di bagian belakang, pusing, vertigo, gangguan penglihatan dan pingsan.
Gejala sering muncul setelah adanya komplikasi pada organ pasien, misalnya
pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Pada hipertensi sekunder, gejala yang timbul akan didahului gejala penyakit
yang menimbulkan hipertensi tersebut. Contohnya penyakit ginjal atau penyakit
endokrin seperti obesitas, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon
face), “Punuk Kerbau” (buffalo hump). Penyakit Tiroid mempunyai gejala dan
tanda yang khas. Hilangnya denyut arteri femoralis menandakan Coarctacio
Aorta. Gejala yang banyak dirasakan pada penderita penyakit hipertensi sekunder
adalah sakit kepala, pucat, jantung berdebar-debar, dan sering buang air kecil.

2.2.4 Komplikasi
Dokter Hananto (2008) menjelaskan akibat penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol, akan berbahaya karena bisa disusul masalah komplikasi lainnya.
komplikasi hipertensi terjadi karena adanya kerusakan salah satu bahkan lebih
pada organ tubuh. Hal ini disebabkan peningkatan tekanan darah dalam waktu
lama sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu. Tekanan darah
yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan :

1. Serangan jantung dan stroke


Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri,
yang dapat menyebabkan serangan jantung dan pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga menyebabkan stroke.
2. Aneurisma atau aneurysm
Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembulu darah melemah,
membentuk suatu anuarisme. Jika anuarisma pecah, dapat mengancam jiwa.
3. Gagal jantung
Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam pembuluh, otot
jantung perlu berkontraksi lebih sehingga otot akan menjadi kental. Otot kental

8
memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh,hal ini yang menyebabkan komplikasi hipertensi yang berupa gagal jantung.
4. Penyempitan pembuluh darah
Lemah dan menyempitnya pembuluh darah pada ginjal hal ini dapat
mencegah dari organ-organ lain berfungsi normal.
5. Sindrom metabolik
Sindrom ini adalah sekelompok gangguan metabolisme tubuh termasuk
lingkar pinggang meningkat, trigliserida tinggi, rendah high density lipoprotein
(HDL) dan tekanan darah tinggi.
6. Ginjal
Hipertensi yang lama atau berat dapat menyebabkan kerusakan sehingga
fungsi ginjal menurun menyebabkan darah yang disaring menjadi kurang
sehingga jumlah darah yang dihasilkan menurun dan zat-zat yang seharusnya di
buang seperti urea menumpuk dalam darah atau plasma.

2.2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Hipertensi antara lain, yaitu:
1. Istirahat
2. Diet dan olah raga
a. Diet rendah garam
b. Penurunan berat badan
c. Olah raga teratur
d. Menghindari faktor resiko :
- Rokok
- Alkohol
- Hiperlipidemi
- Stres
3. Medikamentosa
a. Usia ≥60 tahun
- Sistol >150mmHg  Target penurunan Sistol <150mmHg
- Diastole >90mmHg  Target penurunan Diastol < 90mmHg

9
 Thiazid tipe Diuretik (Hydrochlorothiazide, chlorthalidone), ACE Inhibitor
(Captopril, Lisinopril) / Angiotensin Reseptor blockers (Valsartan, losartan),
Calcium Channel Blockers (amlodipine, nifedipine) satu atau kombinasi.( non
kulit hitam)
 Thiazid tipe Diuretik (Hydrochlorothiazide, chlorthalidone), Calcium Channel
Blockers (amlodipine, nifedipine) satu atau kombinasi.
b. Usia < 60 tahun
- Sistol > 140mmHg  Target penurunan Sistol < 140mmHg
- Diastole > 90mmHg  target penurunan Diastol < 90mmHg
 Thiazid tipe Diuretik (Hydrochlorothiazide, chlorthalidone), ACE Inhibitor
(Captopril, Lisinopril) / Angiotensin Reseptor blockers (Valsartan, losartan),
Calcium Channel Blockers ( amlodipine, nifedipine) satu atau kombinasi.( non
kulit hitam)
 Thiazid tipe Diuretik (Hydrochlorothiazide, chlorthalidone), Calcium Channel
Blockers ( amlodipine, nifedipine) satu atau kombinasi.( untuk kulit hitam)
c. Usia > 18 tahun Diabetes Melitus
- Sistol >140mmHg  Target Penurunan Sistol <140mmHg
- Diastol >90mmHg  Target Penurunan Diastole <90mmHg
 Thiazid tipe Diuretik (Hydrochlorothiazide, chlorthalidone), ACE Inhibitor
(Captopril, Lisinopril) / Angiotensin Reseptor blockers (Valsartan, losartan),
Calcium Channel Blockers ( amlodipine, nifedipine) satu atau kombinasi.( non
kulit hitam)
 Thiazid tipe Diuretik (Hydrochlorothiazide, chlorthalidone), Calcium Channel
Blockers ( amlodipine, nifedipine) satu atau kombinasi.( untuk kulit hitam)
d. Usia > 18 tahun Penyakit Ginjal Kronik dengan atau tanpa Diabetes Melitus
- Sistol >140mmHg  Target penurunan Sistole < 140mmHg
- Diastol > 90mmHg  Target Penurunan Diastole <90mmHg
 ACE Inhibitor (Captopril, Lisinopril) / Angiotensin Reseptor blockers
(Valsartan, losartan), satu atau kombinasi.

Tujuan utama terapi Hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan


target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan

10
perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu
kelas yang direkomendasikan. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan
gunakan ACE Inhibitor dan ARB bersama-sama pada satu pasien. Jika tekanan
darah tidak dapat dicapai juga dengan menggunakan 3 obat, obat hipertensi kelas
lain dapat digunakan atau rujuk ke spesialis penyakit dalam.

Gambar 2.1 Algoritma penanganan Hipertensi JNC 8

11
Gambar 2.2 Daftar obat Hipertensi

2.2.6 Pencegahan Hipertensi


Setiap datangnya penyakit, pastilah pengobatan harus menjadi perhatian
utama. Tetapi alangkah lebih baik, kalau kita perlu melakukan proses pencegahan,
agar penyakit yang kita jauhi memang tidak menghinggap dalam kesehatan kita.
Bagaimanapun, pencegahan lebih baik dari pada mengobati. Langkah preventif
akan menjadi pelajaran berharga bagi keluarga untuk mengharmoniskan hubungan
kekeluargaan, sehingga bisa terhindar dari berbagai macam penyakit. Dalam
rangka pencegahan atas hipertensi, segala kegiatan hidup haruslah dalam proses
pengawasan. Khususnya kegiatan sehari-hari keluarga. Beberapa hal yang dapat
kita lakukan dalam pencegahan hipertensi yaitu:
1. Pencegahan Hipertensi dengan Olahraga yang Cukup
Olahraga yang dianjurkan bagi orang yang beresiko tinggi terkena hipertensi
adalah :

12
a. Aerobik, meliputi jalan santai, joging, lari, bersepeda, renang secara
teratur.
b. Olahraga rileks seperti yoga dan meditasi.
2. Pencegahan Hipertensi dengan Tidak Merokok
Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan
kertas.
Cara untuk menghindari pengaruh rokok yaitu :
a. Sebaiknya menghindari daerah yang terkena asap rokok.
b. Jika anda seorang perokok, berhentilah merokok sama sekali dengan
niat penuh. Menghentikan merokok secara total mungkin sulit
dilakukan, tetapi peluang untuk kembali merokok lebih kecil jika di
bandingkan dengan cara mengurangi perlahan-lahan. Suksesnya
seseorang untuk berhenti merokok tergantung niat pada diri perokok
itu sendiri.
3. Pencegahan Hipertensi dengan Tidak Minum Alkohol
Pada seseorang yang sering meminum minuman beralkohol tekanan darah
mudah berubah dan cenderung lebih tinggi. alkohol dapat meningkatkan
keasaman darah, darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini yang memaksa
jantung memompa darah lebih kuat lagi. Ini berarti terjadi peningkatan tekanan
darah.
4. Pencegahan Hipertensi dengan Istirahat yang Cukup
Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot. Istirahat dengan
posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak.
5. Pencegahan Hipertensi dengan Rutin Berobat ke Pelayanan Kesehatan
Bagi orang yang memiliki resiko tinggi terkena hipertensi, lakukan
pemeriksaan diri ke dokter secara berkala. Pengobatan hipertensi harus dengan
resep Dokter. Jangan meminum obat tanpa petunjuk dari Dokter, karena dapat
menimbulkan kekebalan terhadap obat tertentu dan kerusakan ginjal.
6. Pencegahan Hipertensi dangan Mengatur Pola Makan
Perbanyak minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-sedikit
tapi sering kandungan zat dalam makanan pun perlu diperhatikan, meliputi :
a. Kurangi minum-minuman yang mengandung soda

13
b. Kurangi memakam daging, ikan, kerang , kepiting dan
susu, cemilan yang asin dan gurih.
c. Hindari memakan makanan ikan asin, telur asin, otak,
soda, kue, jeroan, sarden, udang dan cumi-cumi.Diet
rendah kolesterol. Memakan makanan yang mengandung
lemak baik (meningkatkan HDL) dan sedikit mengandung
lemak jahat (menurunkan LDL).

2.3 Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Syntesis
6. Evaluasi

Terkontrolnya Tekanan
Pengetahuan Hipertensi
Darah

Faktor yang
Teori tentang Hipertensi
mempengaruhi :
1. Tingkat
Pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial ekonomi
6. Umur
Gambar 2.3 Kerangka Teori

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pasien Hipertensi Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Baik Cukup Kurang

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional berfungsi untuk membatasi ruang lingkup atau


pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti.
Tabel 3.1 Definisi Operasional yang Digunakan dalam Penelitian

Hasil
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala
Ukur
Usia Usia responden Kuesioner Wawancara < 35 tahun Numerik
sesuai dengan 35-45
tanggal lahir, yang tahun
dalam satuan tahun. > 45 tahun
Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner Wawancara 0= IRT, Nominal
dilakukan oleh 1=Wirasw
responden sehari- asta
hari dalam upaya
menghasilkan uang
untuk membantu
kehidupan.

15
Pendidikan Tingkat pendidikan Kuesioner Wawancara 0=SD Ordinal
formal terakhir 1=SMP
yang ditamatkan 1=SMA
oleh responden 2=Perguru
untuk memperoleh an Tinggi
ijazah.

Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Wawancara jawaban Ordinal


responden tentang benar
penyakit Hipertensi diberi nilai
berdasarkan jumlah 1, jika
pertanyaan yang salah nilai
dijawab dengan 0, Jumlah
benar. skor
dikategorik
an menjadi
3
kelompok
median.
1. Baik :
nilai >14
2. Cukup :
nilai8-14
3.Kurang :
nilai <8

3.3 Cara Ukur

3.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 20 pertanyaan. Jika pertanyaan
dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah
maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 20. Selanjutnya
dikategorikan atas baik, cukup dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya
tentang penyakit Hipertensi (skor jawaban responden >75% dari nilai
tertinggi yaitu >14)
b. Cukup, apabila responden mengetahui sebagian tentang Penyakit
Hipertensi (skor jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 8-14)
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang penyakit
Hipertensi (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <8).

16
3.4 Jenis Penelitian
Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif adalah
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan
atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang atau
yang sedang terjadi. Kuntitatif adalah data yang dihasilkan berupa angka. Pada
penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan penderit Hipertensi tentang
Penyakit Hipertensi.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang
suatu tempat yang akan digunakan untuk melakukan sesuatu kejadian atau
peristiwa. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sriwijaya.
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau
keadaan berada atau berlangsung. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Juni
2017.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian


3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua penderita Hipertensi yang melakukan
kunjungan ke Posbindu di Kelurahan Sriwijaya.
3.6.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling. Quota sampling adalah
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sudah ditentukan peneliti jumlahnya

17
berdasarkan keterbatasan waktu penelitian dan kemampuan pribadi peneliti.
Sehingga, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 35
orang.
3.7 Teknik Pengambilan Data
Data adalah pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun angka.
Berdasarkan cara memperolehnya data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan
data sekunder.

1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek / objek
penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data Primer diperoleh
secara langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari pertanyaan yang
disediakan melalui kuesioner.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Cara mendapat data sekunder ini adalah studi dokumentasi. Studi
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, dan surat kabar.

3.8 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Penelitian ini hanya menggunakan
variabel tunggal yaitu pengetahuan penderita Hipertensi tentang penyakit
Hipertensi.

3.9 Pengolahan Data


Data yang telah terkumpul akan diolah (editing, coding, entry, dan
tabulating data).
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data.

18
b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data dengan memberikan angka satu,dua, dan seterusnya.
c. Entry, yaitu memasukan data untuk diolah menggunakan komputer.
d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data.

3.10 Analisis Data


Peneliti menganalisis data yang telah diolah dengan menggunakan analisis
univariat. Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisi satu variabel saja. Analisis ini digunakan karena penelitian ini hanya
mencari gambaran dari suatu variabel tunggal. Variabel yang dianalisis
menggunakan analisis univariat di sini adalah variabel karakteristik dan variabel
tingkat pengetahuan responden.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi wilayah Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Rawat Inap Beringin Raya

A. Letak Wilayah
Puskesmas Kuala Tungkal II terletak di Kelurahan Tungkal IV Kota yang
termasuk dalam wilayah Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Provinsi Jambi.
Batas wilayah Kecamatan Tungkal Ilir, yaitu:
 Sebelah Utara : Kecamatan Seberang Kota (Tungkal V)
 Sebelah Timur : Kecamatan Kuala Betara
 Sebelah Barat : Kecamatan Pengabuan
 Sebelah Selatan : Kecamatan Bram Itam
Secara administratif Puskesmas Kuala Tungkal II sejak tahun 2012
mempunyai wilayah kerja yang meliputi 4 kelurahan dan 1 desa, yang terdiri dari :
 Kelurahan Tungkal Harapan
 Kelurahan Tungkal IV Kota
 Desa Teluk Sialang
 Kelurahan Sungai Nibung
 Kelurahan Sriwijaya

Gambar 4.1
Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat

20
B. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II yaitu 57 Km2. Wilayah
kerja Puskesmas Kuala Tungkal II dibagi dalam wilayah kerja Puskesmas
pembantu yang terdiri dari :
 Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Tungkal Harapan, yang meliputi
Kelurahan Tungkal Harapan dan Kelurahan Sungai Nibung.
 Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sungai Limau, yang meliputi
Kelurahan Tungkal IV Kota dan Kelurahan Sriwijaya.
 Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Teluk Sialang, yang meliputi
Desa Teluk Sialang.

C. Iklim
Pada umumnya wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II beriklim panas,
dengan suhu rata-rata berkisar antara 28oC-32oC. Musim hujan hanya terjadi
beberapa bulan dalam setahun dengan curah hujan rata-rata 2.000-2500 mm
dalam setahun. Kondisi ini yang mengakibatkan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kuala Tungkal II selalu kekurangan air bersih yang pada umumnya
masyarakat sangat tergantung pada air hujan sebagai sumber air bersih terutama di
Desa Teluk Sialang, sebagian Kelurahan Tungkal Harapan dan Kelurahan
Sriwijaya.
Wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II merupakan dataran rendah dan
berawa dengan ketinggian tanah antara 1-4 meter dari permukaan laut. Pada saat
pasang laut naik sebagian besar daerah kelurahan dan desa tergenang air pasang
surut.

4.1.2 Keadaan Topografis Puskesmas Kuala Tungkal II


A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk untuk wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II pada
tahun 2014 berjumlah 32.216 jiwa (8.711 KK) dengan kepadatan penduduk rata-
rata 565 jiwa/Km2. Jumlah penduduk terpadat yaitu di Kelurahan Tungkal
Harapan 13.079 jiwa sedangkan terjarang adalah di Desa Teluk Sialang yaitu
2.331 jiwa.

21
B. Mata Pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian penduduk adalah petani/buruh tani,
nelayan, pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, tukang cukur,
tukang jahit, salon, buruh kasar, Pegawai Negeri Sipil / ABRI dan pensiunan.

C. Sarana Pendidikan
Saranan pendidikan yang dimiliki mulai dari Paud/TK sampai tingkat
SMA.15
MTs/Po
No Kelurahan/Desa Paud/TK SD/SLB MI SMP SMA
npes
Tungkal
1 3 5 2 1 0 0
Harapan
2 Tungkal IV Kota 3 5 0 2 0 0
3 Teluk Sialang 1 2 2 0 0 0
4 Sei Nibung 1 2 0 1 1 0
5 Sriwijaya 2 0 1 1 0 1
Jumlah 10 14 5 5 1 1

Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II


terdiri dari TK/PAUD 10, SD/SLB/MI 19, SMP/SLB 5 dan SMA/MTs 2.

D. Sarana Perekonomian
Sarana perekenomian di wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II terdiri
dari: Pelabuhan Parit I, Pelabuhan speed boat, dan Sub Terminal. Sarana pasar
terdiri dari : Pasar Tradisional Parit I, Pasar Tradisional Teluk Sialang, Swalayan
dan Kompleks Pertokoan dan Kios.

E. Sarana Keagamaan

22
Sarana keagamaan berupa Mesjid sebanyak 16 buah, Gereja 2 buah dan
Wihara/Kelenteng 2 buah.

F. Budaya dan Adat Istiadat


Budaya dan adat istiadat pada umumnya terdiri dari berbagai budaya dan
adat istiadat seperti Melayu, Banjar, Bugis, Minga, Jawa, Batak dan Etnis
Tionghua. Semua budaya dan adat istiadat tersebut tergabung dalam satu rumpun
yaitu budaya dan adat istiadat Melayu Jambi khususnya Kuala Tungkal.

G. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variable yang kerap mendapatkan
perhatian khusus dan menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan
faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik
buruknya status derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-
indikator seperti : akses terhadap air bersih dan air minum yang aman, akses
terhadap sanitasi dasar, tempat umum dan pengelolaan makan sehat, institusi yang
dibina kesehatan lingkungannya, rumah sehat serta rumah/bangunan yang
diperiksa dan bebas jentik nyamuk aedes.

4.2 Karakteristik Dasar Responden


Responden dalam penelitian ini adalah penderita Hipertensi di kelurahan
Sriwijaya yang berjumlah 35 orang dapat dikategorikan dalam kelompok umur,
pendidikan dan pekerjaan yaitu:
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi reponden berdasarkan umur di Kelurahan
Sriwijaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

No Umur Jumlah Persentase

1 <35 Tahun 5 14%

23
2 35-45 tahun 11 31%

3 >45 tahun 19 54%

Total 35 100%

Umur Responden

14%

54% 31%

<35 Tahun 35-45 Tahun >45 Tahun

Diagram 4.1
Distribusi frekuensi reponden berdasarkan umur di Kelurahan Sriwijaya,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1 diketahui bahwa 5 responden


(14%) berumur kurang dari 35 tahun, 11 responden (31%) berumur 35 – 45 tahun
dan 19 responden (54%) berumur lebih dari 45 tahun. Sehingga sebagian besar
responden berumur lebih dari 45 tahun yaitu sebanyak 19 responden (54%).

B. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan


Tabel 4.2 Distribusi frekuensi reponden berdasarkan pendidikan di
Kelurahan Sriwijaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

No Pendidikan Jumlah Persentase


1 SD 4 11%
2 SMP 17 49%
3 SMA 12 34%

24
4 Perguruan Tinggi 2 6%
Total 35 100%

Pendidikan Responden

Perguruan SD
Tinggi 11%
SMA 6%
34%

SMP
49%

SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Diagram 4.2
Distribusi frekuensi reponden berdasarkan pendidikan di Kelurahan
Sriwijaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram 4.2 di atas dapat diketahui responden
yang pendiidikan SD terdapat sebanyak 4 responden (11%), pendidikan SMP
sebanyak 17 responden (49%), pendidikan SMA tedapat sebanyak 12 responden
(34%) dan pendidikan Perguruan Tinggi terdapat sebanyak 2 responden (6 %).
Jadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan SMP yaitu
sebanyak 17 responden (49%)

C. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan


Tabel 4.3 Distribusi frekuensi reponden berdasarkan pekerjaan di
Kelurahan Sriwijaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

No Pekerjaan Jumlah Persentase

25
1 IRT 24 69%

2 Wiraswasta 11 31%

Total 35 100%

Pekerjaan Responden

Wiraswasta,
31%

IRT, 69%

IRT Wiraswasta

Diagram 4.3
Distribusi frekuensi reponden berdasarkan pekerjaan di Kelurahan
Sriwijaya , Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

Berdasarkan tabel 4.3 dan diagram 4.3 diketahui bahwa karakteristik


pekerjaan responden di atas terdapat sebanyak 11 responden (31%) di bidang
wiraswasta, pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 24 responden (69%). Jadi
pekerjaan responden dalam penelitian ini sebagian besar Ibu Rumah Tangga yaitu
sebanyak 24 responden (69%).

4.3 Pengetahuan Responden


Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
di Kelurahan Sriwijaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

26
No Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 11 31%
2 Cukup 19 54%
3 Kurang 5 14%
Total 35 100%

Pengetahuan Responden

Kurang, 14%
Baik, 31%

Cukup, 54%

Baik Cukup Kurang

Diagram 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
di Kelurahan Sriwijaya, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

Berdasarkan tabel 4.4 dan diagram 4.4 di atas, tingkat pengetahuan tentang
Penyakit Hipertensi dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 11
respsonden (31%), pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (54%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (14%). Jadi responden dalam
penelitian ini sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 responden
(54%).

4.4 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan penderita Hipertensi
tentang penyakit Hipertensi dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 11

27
responden (31%), pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (54%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (14%). Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 responden
(54%).
Menurut Notoatmodjo (2009), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata, telinga. Pengetahuan atau kognisi merupakan domain
yang sangat pcnting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya,
pengalaman, sosial ekonomi dan umur.
Berdasarkan tabel karakteristik responden dapat diketahui hasil yang
paling banyak yang berpendidikan SMP sebanyak 17 responden (49%), umur
responden lebih dari 45 tahun sebanyak 19 responden (54%), dan sebagian besar
penderita hipertensi sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 24 responden (69%).
Salah satu faktor yang mempengaruh perkembangan pengetahuan adalah
tingkat pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan
menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang
meningkat, dengan demikian pengetahuan juga meningkat. Pengetahuan itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya,
sehingga seseorang semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan dan pendidikan seseorang berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena hasil
pendidikan ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap pengambilan
keputusan seseorang.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur. Umur mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

28
yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Pekerjaan berhubungan dengan sosial ekonomi, sehingga pengetahuan
dapat dipengaruhi pekerjaan. Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Status ekonomi seseoran juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Menurut Mustaida (2000), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
penderita hipertensi dengan terkontrolnya tekanan darah. Peningkatan
pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan
berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh
terhadap terkontrolnya tekanan darah.
Pengetahuan tentang hipertensi yang baik akan mempermudah
pencegahan, penanggulangan serta mengurangi faktor resiko yang terjadi karena
penyakit hipertensi. Ada pun hal yang terjadi apa bila kurangnya pengetahuan
tentang hipertensi akan semakin memperparah keadaan dengan adanya
komplikasi penyakit tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan penderita Hipertensi paling banyak pada kategori cukup yaitu
sebanyak 19 responden (54%). Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh
sfaktor pendidikan, infoormasi, budaya, pengalaman, pekerjaan, dan umur.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

29
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran tingkat
pengetahuan penderita Hipertensi tentang Penyakit Hipertensi di Kelurahan
Sriwijaya diperoleh:
 Dari segi karakteristik responden diketahui bahwa pekerjaan penderita
Hipertensi ditemukan mayoritas sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 24
orang (69%) dan minoritas wiraswasta sebanyak 11 orang (31%), pada
usia ditemukan bahwa mayoritas yang berumur lebih dari 45 tahun
sebanyak 19 orang (54%) dan minoritas yang berumur kurang dari 35
tahun sebanyak 5 orang (14%), pada pendidikan ditemukan bahwa
mayoritas berpendidikan SMP yaitu sebanyak 17 orang (49%) dan
minoritas Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang (6 %).
 Dari segi pengetahuan tentang penyakit Hipertensi menunjukkan bahwa
mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang (54 %) dan
minoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 11 orang (31%).

5.2 Saran
 Kader
Dapat memberikan informasi-informasi baru melalui penyuluhan kepada
penderita Hipertensi serta masyarakat kelurahan Sriwijaya sehingga
menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit Hipertensi.
 Responden
Diharapkan kepada penderita Hipertensi selalu mengontrol tekanan
darahnya setiap minggunya dan ikut aktif dalam mengikuti kegiatan
posbindu agar memperoleh informasi yang benar dari sumber yang tepat,
sehingga dapat menambah pengetahuannya tentang penyakit Hipertensi
 Puskesmas Tungkal II
Karena masih cukupnya pengetahuan penderita Hipertensi tentang
penyakit Hipertensi, maka perlu adanya upaya dari puskesmas sebagai
pendorong masyarakat untuk membantu meningkatkan aspek pengetahuan

30
melalui upaya penyuluhan. Hal tersebut diharapkan dapat membuat
semakin baiknya pengetahuan.
 Bagi Peneliti Lanjut
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian-
penelitian selanjutnya. Perlu adanya penelitian penelitian lanjutan dengan
sampel yang lebih luas dan pengambilan sampel yang lebih baik.
.

DAFTAR PUSTAKA

31
1. Divisi Kardiologi. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. JNC 8 Evidence-

Based guideline Penangan pasien Hipertensi dewasa. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Cipto Mangunkusumo

2. PriceSA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6, Jakarta : EGC. 2005

3. Gunawan, I.Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius, 2001

4. Muhammadun, AS.( 2010). Hidup Bersama Hipertensi. In-Books.

Jogjakarta.

5. Mutaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

6. Wawan, A dan dewi, M. 2010 Teori dan pengukuran Pengetahuan, sikap

dan Prilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

7. Arikunto, Suharsini. (2010). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rineka cipta

8. Notoadmodjo, S .(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

9. Notoadmojo, Soekidjo, (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka


Cipta: Jakarta.
10. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

DOKUMENTASI

32
33

Anda mungkin juga menyukai