Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN OBAT RUSAK ATAU

KADALUARSA
No. Dokumen : Kepala Puskesmas Panguragan

No. Revisi : 00
SPO TanggalTerbit :
H. jamiat, SKM., MMKes
NIP. 19640516 198412 1 001
Halaman :
Puskesmas
Panguragan Kab.
Cirebon
Menangani obat-obat yang sudah tidak bisa dipakai ataupun obat yang sudah habis
1. Pengertian masa pakainya

Agar petugas memahami tentang cara dan prosedur penanganan obat rusak atau
1. Tujuan kadaluarsa

SK Pimpinan Puskesmas Panguragan nomor /pkm Panguragan /2016 tentang


2. Kebijakan Penanganan Obat Daluarsa

1. PERMENKES No 35 Tahun 2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


2. Materi pengelolaan Obat di Puskesmas oleh UPTD Farmasi Dinas Kesehatan
3. Referensi
Kota Cirebon

1. Petugas pengelola obat mengidentifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
2. Petugas pengelola obat memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan
pada tempat terpisah dari penyimpanan obat lainnya
3. Bila ada kerusakan dan atau kadaluarsa maka petugas pengelola obat
memisahkan obat tersebut dan disimpan pada tempat terpisah dari
penyimpanan obat lainnya
4. Prosedur/
4. Petugas pengelola obat membuat catatan obat rusak/kadaluarsa
Langkah-Langkah
5. Petugas melaporkan hal tersebut kepada Kepala Puskesmas dan membuat
Berita Acara Pemeriksaan/penelitian obat kadaluarsa /rusak/ hilang dan Berita
Acara Serah Terima Obat Kadalurasa/ rusak dan mengembalikan obat tersebut
ke Gudang Obat Dinas Kesehatan Kota
6. Petugas pengelola obat mendokumentasikan pencatatan tersebut

1. Buku catatan obat Rusak/ Daluarsa


2. Berita Acara Pemeriksaan / Penelitian Obat kadaluarsa/Rusak/Hilang
6. Dokumen Terkait
3. Berita Acara Serah Terima Obat Kadaluarsa/ Rusak
SOP PENATALAKSANAAN TB PARU
No. Dokumen : Kepala Puskesmas Panguragan
No. Revisi : 00
SPO TanggalTerbit : H. jamiat, SKM., MMKes
NIP. 19640516 198412 1 001
Halaman :
Puskesmas
Panguragan Kab.
Cirebon

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


2. Pengertian
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,


5. Tujuan memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT)
SK Pimpinan Puskesmas Panguragan nomor /pkm Panguragan /2016
6. Kebijakan
Standar Pelayanan Penderita TBC
Depkes RI. Pedoman nasional pengendalian tuberculosis. Jakarta : kementrian
7. Referensi
Kesehatan tahun 2014
Bahan
1. obat TB
8. Prosedur
2. Buku status pasien
3. Lembar Resep

1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang BP


2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak.
3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi:
- Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi.
- Diberikan dalam dosis yang tepat
- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan.
9. Langkah - langkah
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam
tahap awal dan tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

- Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
 Pasien TB paru terdiagnosis klinis
 Pasien TB ekstra paru
- Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
 Pasien kambuh
 Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori
1 sebelumnya
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up)
- Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR)

Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi
2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien
yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT
sebelumnya.
Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat
dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1


Berat badan Tahap intensif tiap Tahap lanjutan 3 kali
hari selama 56 hari seminggu selama 16
minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2:


Berat Tahap insentif tiap hari Tahap lanjutan 3
badan kali seminggu
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20
minggu
30-37 2 tab 4 KDT + 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2
kg 500 mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
38-54 3 tab 4 KDT + 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3
kg 750 mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
55-70 4 tab 4 KDT + 4 tab 4 KDT 4 tab 2 KDT +
kg 1000 mg injeksi 4 tab Etambutol
Streptomisin
≥71 kg 5 tab 4 KDT + 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5
1000mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin

Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip


pengobatan dengan:
 System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian, cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai
dengan cara yang paling mampu dilasanakan pasien
 Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)

Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa


dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan
dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan
radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh
uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2
contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya
positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Hasil dari
pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai pengobatan harus
dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif merupakan suatu cara
terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap
awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap
BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan
tahap lanjutan(tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi).
Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya
dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan
hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali pada akhir pengobatan.
Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak untuk
memantau kemajuan hasil pengobatan:
1) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
- Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan dosis
pengobatan tahap lanjutan
- Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada
bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)
2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1) :
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak
teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT sisipan).
Lakukan pemeriksaan ulang dahak kembali setelah pemberian OAT
tahap lanjutan satu bulan. Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap
positif, lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat.
- Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan
pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5
(menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).

Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan


paduanOAT kategori 2):
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak
teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
- Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR
- Apabila tidak bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk
ke RS Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan dosis OAT tahap
lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang dahak
kembali pada akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).

3) Pada bulan ke 5 atau lebih :


- Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang apabila hasil
pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan sampai
seluruh dosis pengobatan selesai diberikan
- Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif, pengobatan
dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR
.
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR
- Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1),
pengobatan dinyatakan gagal. Apabila oleh karena suatu sebab belum
bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR, berikan pengobatan paduan OAT kategori 2 dari
awal.
- Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan
paduan OAT kategori 2), pengobatan dinyatakan gagal. Harus
diupayakan semaksimal mungkin agar bisa dilakukan pemeriksaan uji
kepekaan atau dirujuk ke RS Pussat Rujukan TB MDR. Apabila oleh
karena suatu sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau
dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan penjelasan, pengetahuan
dan selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI (Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi).

4. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria rujukan


 TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan komorbid)
seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolic,
TB anak perlu dirujuk ke layanan sekunder. Pasien TB yang telah
mendapat advis dari layanan spesialistik dapat melanjutkan
pengobatan di fasilitas pelayanan primer.
 Suspek TB-MDR harus dirujuk ke layanan sekunder
5. Melakukan pencatatan mengenai
 Semua pengobatan yang telah diberikan
 Respon hasil mikrobiologi
 Kondisi fisik pasien
 Efek samping obat

8. Hal-hal yang -
perlu diperhatikan

9. Unit terkait 1. Balai pengobatan (BP)


2. P2M (pemberantasan penyakit menular)

10. Dokumen terkait -

11.Rekaman -

Anda mungkin juga menyukai