Kelompok 1
Angka Persiapan
1. Standar kualitas produk
a. Standar produk
b. Standar mental
c. Standar tertulis
Kesimpulan
Tidak semua metode yang diusulkan untuk mengevaluasi kualitas sensoris suatu produk
sama dengan setiap program pengawasan mutu dari suatu perusahaan. Uji pembedaan atau uji
preference mengukur kualitas produk secara tipikal. Metode berbasis score card sedikit lebih sesuai
dibandingkan metode pembedaan dari kontrol dan uji deskriptif, yang sering didengar untuk tujuan
pengawasan mutu. Metode lainnya seperti metode in/out dan pengkelasan mutu digunakan untuk
situasi tertentu.
Kelompok 2
1. Usia
2. Kota
Contoh, uji penerimaan dan sampel mayonaise secara komersial dengan 240 konsumen
ditiga kota dan 2 kelompok usia.
Skala hedonik 1-9 point dan perkiraan perbedaan skala adalah 0,8 maka dengan
dimasukkannya nilai “d” pada tabel 3 akan menjadi perbedaan 0,8 dibagi dengan panjang skala.
Kesimpulan
Kesalahan standar dari studi penerimaan sensoris dilakukan dilima negara yang berbeda dan
pada berbagai macam produk makanan memiliki kesamaan. Hal ini memungkinkan perkiraan jumlah
konsumen yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya, berdasarkan kesalahan standar yang
dilaporkan dalam penelitian ini.
Kelompok 3
Tujuan
Untuk mengetahui dampak intruksi kompetitif dan kooperatif pada motivasi dan kinerja anak-anak
terhadap sensoris
Anak-anak Jerman (N=202:101 anak perempuan, 101 anak laki-laki, anak usia 6-9 tahun)
mengikuti tes kesukaan kesamaan setelah memberikan (1) kompetitif:”saya ingin melihat apakah
anda dapat melakukannya dengan lebih baik daripada yang lain” (2) Kooperatif:”maukah membantu
saya” (3) kooperatif yang kompetitif:”apakah anda ingin membantu saya menjadi lebih baik dari
pada kelompok lainnya” atau (4) Intruksi Netral:”mampukah anda melakukan tes itu”. Selanjutnya
mereka ditanyai tentang motivasi mereka.
Temuan penelitian ini penting untuk penilaian persepsi sensoris anak. Cara kita menilai
kemampuan untuk memahami perbedaan jumlah bahan tertentu, akan selalu bias oleh kemampuan
anak untuk melaporkan apa yang mereka rasakan. Dianjurkan agar ilmuan sensoris yang bekerja
dengan anak-anak seharusnya tidak hanya menyesuaikan metodologi sensoris dengan kemampuan
koginitif anak, namun juga harus secara intrinsik memotivasi anak-anak untuk berprestasi dengan
baik selama pengujian. Untuk penelitian yang harus dilakukan diJerman atau masyarakat serupa
dalam hal daya saing anak-anak.