01 Konsep Dan Komponen Morfologi PDF
01 Konsep Dan Komponen Morfologi PDF
Johannes Parlindungan
Disampaikan dalam Mata Kuliah Pilihan Morfologi Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
1
Gambar di atas menggambarkan bangunan sebagai komponen bentuk (form) melalui konfigurasi 2 dari
beberapa objek membentuk satu kesatuan lansekap kota (townscape). Secara visual mudah diamati
3
4
dalam
bentuk skala ruang. 5
6
7
8
9
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3
1
2
3
4
5
6
7
(a) Sumber : Hedman dan Jaszewski (1988) (b) Sumber : Marshall (2005)
4.3 • Mosborough Master Plan: macro and micro scale permutations. 8
9
4
Gambar 2. Ilustrasi komponen pembentuk shape
Gambar di atas memberi gambaran susunan bangunan dan jaringan jalan sebagai komponen pembentuk
shape dimana pada gambar (a) kesatuan bangunan secara vertikal memberi bentuk geometris eksternal
berupa skyline sementara gambar (b) memperlihatkan struktur geometris yang dibentuk oleh jalan memberi
pole radial, linier atau grid pada suatu kawasan perkotaan.
PERKEMBANGAN TEORI MORFOLOGI
Teori morfologi sendiri telah berkembang dalam beberapa fase yang secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut (Moudon, 1997) :
1. Italian school. Kajian mengenai bentuk diawali dengan keprihatinan atas meluasnya paham
dan dampak arsitektur modern yang berkembang setelah masa perang dunia kedua
khususnya di Eropa (Cataldi, 2003). Arsitektur modern yang mendorong tumbuhnya
internasionalisme dalam desain bangunan dan lingkungan dinilai mengancam kelestarian
aspek lokalitas dari arsitektur. Muratori kemudian mengembangkan metode untuk menggali
kekayaan bentuk-bentuk dalam arsitektur lokal untuk kemudian dipergunakan sebagai
bentuk dasar dari komponen-komponen lingkungan yang baru. Metode ini dikenal dengan
nama typologi dan mahzab yang mempergunakan metode ini dikenal dengan nama
Muratorian. Pada masa ini analisis mengenai bentuk lebih berorientasi pada bangunan
sebagai representasi dari arsitektur.
2. French school. Metodologi mengenai kajian bentuk terus berkembang dimana
memasukkan unsur growth. Dalam fase ini, mulai berkembang kesadaran mengenai
pentingnya memperhatikan unsur pertumbuhan populasi dan masalah sosial di dalamnya
yang mempengauruhi pertumbuhan bentang kota (townscape).
3. English school. Kompleksitas kawasan perkotaan menuntut penjelasan yang lebih
komprehensif mengenai penyebab dan bagaimana strategi pengendaliannya. Pada fase
ini, metodologi kajian bentuk diperkaya dengan substansi geografi yang diperkenalkan oleh
M.R.G.Conzen yang kemudian lebih dikenal dengan mahzab Conzenian. Pada mahzab ini,
bentuk kota dipahami sebagai representasi proses yang didorong oleh beberapa
komponen geografis antara lain struktur bangunan, fungsi bangunan atau lahan, ukuran
kapling dan jaringan jalan. Pada era ini, istilah morphology mulai dikenal.
Meskipun metodologi morfologi telah mengalami beberapa fase, ketiga tradisi (school) tidak dapat
dipandang secara terpisah satu sama lain. Dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan
perkotaan, pertumbuhan kawasan tidak dapat dapat lagi hanya dipandang dari segi geografisnya
saja dengan mengabaikan kandungan makna lokal yang dapat dengan baik direpresentasikan
oleh arsitektur bangunan atau bentang alam, sehingga diperlukan penggabungan mahzab yang
disebut typo-morphology yang menekankan pentingnya unsur place.
KOMPONEN MORFOLOGI
Meskipun masing-masing mahzab di atas memiliki fokus amatan yang berbeda, tetapi masing-
masing menerapkan disiplin yang sama, yaitu adanya skala observasi dan komponen observasi.
Skala observasi merupakan penjenjangan tingkat kedetailan pengamatan (resolusi) yang
berimplikasi pada jenis komponen fisik dasar yang observasi. Secara umum, resolusi pengamatan
dalam analisis morfologi antara lain terdiri dari :
• Plot, merupakan skala amatan morfologi dengan resolusi yang paling rendah karena hanya
fokus ke komponen-komponen fisik yang berada pada potongan lahan yang sama. Objek-
objek dalam sebuah plot tidak dibatasi oleh ruas jalan apapun, dengan demikian kita dapat
menemukan komponen bangunan dan guna lahan di dalamnya. Plot yang terdiri dari
beberapa beberapa kapling biasanya disebut blok.
• Distrik, merupakan sekumpulan plot beserta komponen fisik di dalamnya yang
dihubungkan oleh ruas-ruas jalan. Distrik sudah dapat memperlihatkan kompleksitas
kawasan karena didalamnya dapat diamati sebaran blok dengan karakteristik fisik
lingkungan dan demografi.
• Kota, secara morfologis merupakan satu kesatuan wilayah dengan kompleksitas struktur
dan pola ruang sebagai pusat permukiman.
• Wilayah, merupakan satu kesatuan wilayah yang tersusun dari pusat-pusat permukiman
secara berjenjang.
Komponen pengamatan morfologi akan ditentukan oleh tingkat resolusi amatan. Sebagai contoh,
dalam mahzab Conzenian, pengamanan terhadap struktur bangunan tidak mungkin dilakukan
pada resolusi wilayah, sementara pola keterhubungan jaringan jalan justru sangat jelas terlihat
dalam resolusi kota dan wilayah. Sementara itu, komponen-komponen typology dalam mahzab
Muratorian akan lebih mudah diamati dalam resolusi plot dan distrik. Dengan demikian,
pengenalan akan karakteristik setiap komponen morfologi sangat diperlukan untuk dapat
mempermudah dalam menentukan metodologi yang tepat dalam melakukan analisis.
Pembahasan mengenai komponen morfologi akan difokuskan pada mahzab Muratorian,
Conzenian dan typo-morphology.
A. Komponen morfologi Muratorian.
Pendekatan ini menganggap tipologi bangunan merupakan akar dari bentuk kota (Moudon, 1997).
Dengan demikian, selain mempergunakan empat skala amatan (bangunan/plot, distrik, kota dan
wilayah), pendekatan ini mempergunakan empat aspek analisis, antara lain :
• Elemen desain, yaitu komponen-komponen yang mendukung kelengkapan desain,
misalnya bangunan terdiri dari atap, pintu, dan lain sebagainya; suatu distrik terdiri dari
bangunan-bangunan dan ruang terbuka, dan lain sebagainya.
• Struktur internal elemen, yaitu posisi atau hubungan antara elemen desain. Misalnya
sebaran ruang tebuka hijau menurut sebaran bangunan, dan lain sebagainya.
• Hubungan antara bentuk dan kegunaan, yaitu komponen yang menjelaskan bagaimana
dimensi dan proporsi ruang serta komponen fisik lainnya dapat mengakomodasi fungsi
ruang.
• Aspek formal atau perwujudan fisik, yaitu bagaimana desain bangunan dan kawasan
secara fisik mencerminkan makna dan kegunaan. Misalnya pemakaian tutupan lahan
berupa rumput tanpa pagar pada suatu ruang terbuka menandakan bahwa rumput dapat
dipergunakan sebagai alas duduk atau tempat beristirahat, berbeda halnya apabila
kawasan berumput ini diberi pagar vegetasi atau komponen pembatas lainnya.
Dalam analisisnya, ada beberapa dalil yang harus diperhatikan, antara lain :
• Bangunan dan lingkungan tidak dapat dipisahkan.
• Bagian dari sebuah kota tidak dapat dipisahkan dari kota secara keseluruhan.
• Sebuah kota hanya dapat dipahami dari dimensi sejarahnya karena kota muncul sebagai
suksesi dari reaksi an proses pertumbuhan.
Dari dalil di atas, dapat dipahami bahwa sebuah kota dapat dijelaskan secara logis dari blok-blok
bangunannya.
‘Italian school’
1. parcel
2. block
3. tissuel
4. quarter
5. city
22
ܴܴ0
ܴ
C
ܴܴ
"ܴ ܴ
ܴܴ'
2ܴ 1-ܴ{5-ܴ
ܴ #
ܴ ܴ
ܴ Gambar di sebelah memperlihatkan bagaimana secara kognitif, pengguna
ܴ
ܴ ܴ
ܴ
[ܴ
ܴ Ō
C
'ܴ
ܴ ܴ
ruang mampu men-struktur-kan kawasan perkotaan yang dengan jelas
ܴ
ܴ#
ܴܴ
ܴ
ܴ ܴ ܴ
2ܴ<#·ܴ ܴ ܴ M
merepresentasikan morfologi kawasan.
ܴ ܴܴ
'M
ܴ
2ܴ 1-ܴ 75-ܴ Peta mental yang dibentuk dari proses berpikir (kognisi) menangkap
ܴ #
ܴ !ܴ M
"ܴ ܴ #ܴ
ܴ
"ܴ ܴܴ komponen-komponen arsitektur kota (tipologi) seperti desain bangunan,
'
2ܴ
ܴ
#
ܴ
taman, pola jalan, dan lain sebagainya dan merangkainya sedemikian rupa
ܴ ܴ
ܴ
ܴۻ1
--ܴ ܴ
5÷ܴ
untuk menjelaskan pola keterhubungan antara komponen-komponen
ܴ
ܴ ܴ
ܴ
S
ܴ 1
-фܴ
ܴ ْ2ܴ tersebut dalam bentuk morfologi kawasan.
ܴ
ܴ 1 ܴ
ܴ
ܴ 1
--ܴ
ܴ
ܴ#5ܴ 1-ܴa5-ܴ
Evergreen trees obstruct solar access Plant with the sun in mind
space by channelling wind along streets . . .
• electricity / fuel;
• water;
When selecting trees, consider their full mature height. Check that tree
• construction materials.
to buildings will not grow to block out sunlight or overshadow solar pan
(or indeed cause problems to foundations).
Consider reed beds
If there is sufficient land available, consid
Photovoltaic infrastructure by using reed bed filtratio
panel run-off. These can form attractive landsc
approximate land requirement is 1-2 m2 p
Brandon Groves, South Ockenden, Essex: Landscaping to create place
Smaller deciduous trees enable greater solar gain Location Former hospital site
. . . or creating vortexes in plazas in
front of tall buildings (from Lang, 1994)
on the
Waste not,edge
wantofnot
the town adjacent
to the green belt. Waste may be considered simply as wha
GambarPlanting to maximise solar gain should not need radical
5. Ilustasi pertimbangan iklim mikro dalam ways of reusing resources within the site
rancang kota Countryside Properties
Developer
changes. Indeed, planting in a typical 19th century block organic materials through to re-using bu
Sumbercan
: Leang (2000)
be easily adapted to optimise solar potential. Site Area 24.1 Hectares (11.62 ha net) Re-use of excavated material o
rainwater.
Density consumption of transporting off site. Us
59.4 units per ha (net)
reduce site construction waste. Recycling
Project
The redevelopment of a former hospital site providing
Aspek perkotaan lain yang juga masih terkait kelestarian dan kesehatan alam materials
adalah energi.
that need centralised processi
690 units including mixed housing, community hall
Morfologi kota mempengaruhi efisiensi energi dalam beberapa cara (Leang, 2000) antara
and school
Think CHP lain :
It may be possible to add new infrastruc
Details oleh penataan
• Pemanfaatan energi surya yang sangat dipengaruhi Brandon Groves isexample,
bangunan anmeliputi
example of howareas
arah
in compact design quality
where the pac
demand are right, it may be
raise values. By situating the new development withi cost effectiv
hadap bangunan, ketinggian bangunan dan topografi. Power) plant or District Heating System.
mature landscape, onmarket perceptions
gas or other fuels. Theof this area
‘waste’ heat loc
the
• Pemanfaatan dan pengolahan air bersih dan air tanah yangadjacent sangat dipengaruhi
to low grade
space“estate” oleh
housing,
and domestic have heating.
hot water been
potensi alamiah kawasan perkotaan dan 52 completely turned around. From the outset the devel
daya dukung lingkungan.
took advantage of the assets the place had to offer.
• Pengendalian angin yang sangat dipengaruhi oleh penataan blok bangunan.
• Efisiensi dalam sistem infrastruktur, baik terkait sistem pergerakan, pengelolaan
The key lesson to be learntsampah,
is a strategic one. The site is
dan lain sebagainya. adjacent to the greenbelt, but the area reserved as gre
land was of lesser landscape and ecological value than
Pendekatan lain yang
Housing is focussed merupakan
on a central open space bagian
and works dari perkembangan ilmu morfologi adalah teori space
with the existing landscape
areas within the site not designated for conservation.
syntax (Hillier dan Hanson, 1984; Hillier 2007; Carmona et al, 2003:171). Teori ininegotiations
Following constructive memberiwith the local au
penjelasan logis terhadap konfigurasi ruang dalam kaitannya dengan it was therefore
perilakuagreedpergerakan
to absorb the landscape open
component into the centre of the scheme, whilst allow
manusia. Pendekatan ini menganggap konfigurasi ruang sebagai akar atau generator
some development of the greenbelt. By engaging in th
pertumbuhan kawasan yang secara logis berkaitan dengan persepsi dan perilaku
‘greenbelt swap’ apenghuni serta
more cohesive urban edge has resu
berimplikasi pada beberapa aspek ekonomi ruang kota seperti nilai guna lahan. Dalam kajianheart of the sche
with high qualtiy landscaping at the
trust run by the local community was set up to ensure
perkotaan kontemporer, penelitian konfigurasi ruang dengan mempergunakan pendekatan space
standards of maintenance.
syntax diarahkan untuk membangun konsep yang kuat dalam menggabungkan kawasan lama
(historic district) dengan kawasan baru (Karimi, 2000). Susunan ruang dianggap sebagai bentuk
urban design compendium
warisan budaya yang mengalami perkembangan dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini,
budaya tidak dianggap sebagai artefak yang mati (Hillier, 2007:30), tetapi sebagai unsur organik
yang harus dijaga integritasnya dengan lingkungan yang baru agar tujuan fungsional, sosial
budaya dan lingkungan dalam pembentukan kawasan perkotaan dapat tercapai.
Y OF ,ONDON
REFERENSI
Adams dan Tiesdell. 2013. Shaping places. Routledge, Taylor and Francis Group.
Barton et al. 2003. Shaping neighborhoods. Spon Press.
Cataldi. 2003. From Muratori to Caniggia: the origins and development of the Italian School of
design typology. Urban Morphlogy (2003) 7(1), 19-34.
Choi dan Sayyar. 2012. Urban diversity and pedestrian behaviour. Proceedings: 8th International
Space Syntax Symposium.
Hedman dan Jaszewski. 1998. Fundamentals of urban design. Planner Press
Hillier B, Hanson J. 1984. The social logic of space. Cambridge University Press.
Hillier B. 2007. Space is the machine. Space Syntax Publisher
Kaiser et al. 1995. Urban land use planning. University of Ilinois Press.
Karimi. 2000. Urban conservation and spatial transformation: preserving the fragments or
maintaining the spatial spirit. Urban Design International (2000) 5, 221-231.
Leang. 2000. Urban design compendium. English Partnership and The Housing Copporation.
Marshall. 2005. Streets and patterns. Spon Press.
Moudon. 1997. Urban morphology as an emerging interdiciplinary field. Urban Morphology (1997)
1, 3-10.
Zahnd. 1999. Perancangan kota secara terpadu. Penerbit Kanisius.