I. Aspek Etik
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
a. Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
b. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan
oleh akal.
c. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
II. Bioetik
Di dalam kaidah dasar bioetik terkandung prinsip-prinsip dasar bioetik yang harus selalu
diperhatikan. Empat prinsip etik (beneficence, non-maleficence, auotonomy, dan justice) dapat
diterima di seluruh budaya, tetapi prinsip etik ini dapat bervariasi antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lainnya.
Di Indonesia sendiri, ada 4 prinsip berkaitan dengan bioetik yang harus selalu dipegang
oleh seorang dokter. Keempat prinsip tersebut adalah:
a) Beneficence
Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk
kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya
atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.
Lebih khusus, beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus berbuat baik,
menghormati martabat manusia, dan harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam
kondisi sehat. Point utama dari prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa
seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih banyak dampak baiknya
daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi.
b) Non-maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan suatu
perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien. Dokter haruslah memilih tindakan
yang paling kecil resikonya. “Do no harm” merupakan point penting dalam prinsip non-
maleficence. Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat atau darurat.
c) Autonomy
Dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia, terutama
hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri. Autonomy pasien harus dihormati
secara etik, dan di sebagain besar negara dihormati secara legal. Akan tetapi perlu diperhatikan
bahwa dibutuhkan pasien yang dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk
dapat menyetujui atau menolak tindakan medis.
d) Justice
Justice atau keadilan adalah prinsip berikutnya yang terkandung dalam bioetik. Justice
adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil untuk
semua pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan
tingkat ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dsb.
Diperlukan nilai moral keadilan untuk menyediakan perawatan medis dengan adil agar ada
kesamaan dalam perlakuan kepada pasien.
Untuk menentukan apakah diperlukan nilai keadilan moral untuk kelayakan minimal dalam
memberikan pelayaan medis, harus dinilai juga dari seberapa penting masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek dari pasien, diharapkan
seorang dokter dapat berlaku adil.
Merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktek
kedokteran.Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002 tentang
penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah
Kerja Susila Kedokteran Indonesia. Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat
itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968
melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada
MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.
III.1. Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard
profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya..
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang ( compassion ) dan
penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk
insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien.. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.
Pasal12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
kedokteran/kesehat
IV. Aspek Agama
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standard profesi yang tertinggi.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.
“Bagaimana pun keadaan pasien, dokter harus senantiasa semaksimal mungkin
memberikan pelayanan medis, kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia
dengan tidak mudah membuat keputusan sebelum ada ijin dari pihak terkait serta
indikasi yang kuat”
Pasal7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien. “Setiap manusia
(pasien) ada haknya untuk sehat, hidup bahkan mati. Sebagai dokter, harus tetap
bijak & menghormati apapun hak dari pasien. Terutama bila hal tersebut, memang
yang pasien/keluarganya inginkan. Tapi tidak mengindahkan juga hak dokter”
Pasal7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
mahluk insani. “Setiap tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan
dan kebahagiaaan manusia. Jadi dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak
boleh melakukan: (1) Menggugurkan kandungan (Abortus Provocatus), (2)
Mengakhiri kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan”
Di antara firman-firman Allah SWT yang menyinggung soal jiwa atau “nafs” itu
adalah :
Artinya :
Artinya :
Masalahnya adalah sejauh mana atau dalam hal apa saja nyawa seseorang
bisa/boleh dihabisi. Untuk ini Allah telah menggariskannya melalui firman-Nya dalam
surat Al-An’am : 151
Artinya :
“Dan jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan
suatu (sebab) yang benar”.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wapres: Pencarian Korban Bencana
Sulteng Dihentikan 11 Oktober
2018", https://nasional.kompas.com/read/2018/10/09/16103471/wapres-pencarian-korban-
bencana-sulteng-dihentikan-11-oktober-2018.
Penulis : Yoga Sukmana
Editor : Krisiandi
2. Sudah diperpanjang
Sutopo mengatakan, sesuai prosedur, masa evakuasi korban dalam sebuah bencana
sebenarnya hanya dilakukan selama 7 hari. Namun, tim SAR dalam hal ini telah
memperpanjang upaya tersebut menjadi 14 hari. Meski pencarian korban dihentikan, masa
tanggap darurat bencana belum tentu dihentikan juga pada hari ini. Keputusan tersebut hingga
saat ini masih dibahas dan kemungkinan akan diperpanjang dari pengumuman tanggap darurat
sebelumnya hingga 11 Oktober.
3. Warga ikhlas
Menurut Sutopo, warga yang masih kehilangan anggota keluarga atau kerabatnya sudah
mengikhlaskan proses pencarian dihentikan. Menurut dia, meski pemerintah dan tim SAR
sudah menghentikan proses pencarian, warga yang masih ingin mencari anggota keluarga
yang hilang tetap diperbolehkan melakukan pencarian. Relawan diperbolehkan untuk
membantu. Berakhirnya masa evakuasi korban bencana Sulteng, lanjut Sutopo, akan ditutup
dengan acara doa bersama di tiga wilayah, yaitu Kelurahan Balaroa, Petobo, dan Jono Oge. Di
ketiga daerah ini diperkirakan masih terdapat ribuan korban hilang yang tertimbun reruntuhan
bangunan dan lumpur. *** Rangkaian gempa mengguncang Sulawesi Tengah pada 28
September 2018. Gempa bermagnitudo 7,4 yang tertinggi memicu tsunami dan likuefaksi.
Akibatnya, 2.045 korban meninggal dunia, 671 orang hilang dan 10.679 jiwa luka berat.
Selain itu, sebanyak 67.310 rumah, 2.736 sekolah rusak, 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik
jalan rusak berat. Sebanyak 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik di Palu, Donggala, dan
Sigi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Evakuasi Korban Gempa Sulteng dan
Tsunami Palu Dihentikan, Ini 3
Alasannya", https://regional.kompas.com/read/2018/10/11/08550131/evakuasi-korban-gempa-
sulteng-dan-tsunami-palu-dihentikan-ini-3-alasannya.
Daftar Pustaka
Fauzi Aseri, Euthanasia Suatu Tinjauan dari Segi Kedokteran, Hukum Pidana, dan Hukum
Islam, dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, (ed.), Problematika Hukum
Islam Kontemporer, buku ke-4, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002).
Etika kedokteran dan hukum kesehatan EGC
Samil,RS. Etika kedokteran Indonesia Yayasan Bina pustaka Sarwono. Jakarta.2001