IDENTITAS PASIEN
A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien di IGD RSUD Asy Syifa pada
tanggal 16 Januari 2018, serta didukung catatan medis pasien.
Keluhan utama : Kejang
Keluhan tambahan : Demam, batuk, pilek
1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam diukur dengan thermometer oleh
ibu pasien suhu 37,8oC yang sebelumnya diawali dengan batuk berdahak dan pilek. Demam
dirasakan terus menerus awalnya tidak terlalu tinggi, pasien tidak mengalami kejang, tidak
disertai menggigil dan tidak mengigau selama tidur. Tidak terdapat sesak napas. Tidak terdapat
keluhan gusi berdarah maupun bintik-bintik merah pada seluruh badan. Tidak terdapat keluhan
nyeri maupun tersendat-sendat saat buang air kecil. Buang air kecil terakhir sebanyak 4 kali
sehari, berwarna kuning jernih. Keluhan muntah maupun diare disangkal oleh ibu pasien. Pasien
masih mau minum dan nafsu makannya baik.
6 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien dirasakan demam yang semakin tinggi diukur
dengan thermometer oleh ibu pasien suhu 38,7 oC dan terus menerus disertai dengan batuk dan
pilek, kemudian oleh ibu pasien dikompres dan diberikan obat sirup penurun panas
(paracetamol).
1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien masih mengalami demam yang semakin tinggi
diukur dengan thermometer oleh ibu pasien suhu 40,2 oC, batuk, pilek, dan pasien mengalami
kejang. Kejang sebanyak dua kali, kejang pertama berlangsung kurang lebih 5 menit dan kejang
terjadi saat pasien demam tinggi. Selama kejang seluruh badan bergerak, mata melirik keatas,
mulut tertutup rapat dan pasien tidak sadar selama kejang. Setelah kejang pasien sadar dan
langsung menangis. Pasien langsung dibawa ke bidan dekat rumah. Selang waktu 15 menit dari
kejang pertama pasien mengalami kejang kedua kalinya yang berlangsung kurang lebih 15
menit dan terjadi saat pasien demam tinggi. Selama kejang yang kedua, pasien tidak sadar,
seluruh badan bergerak, mata melirik keatas, mulut tertutup rapat. Pasien diberikan obat
diazepam per rektal oleh bidan dan langsung dirujuk ke RSUD Asy Syifa.
Pasien tampak sakit sedang, kejang (-), serta demam dirasakan naik turun. Batuk (+), pilek
(+). BAK dan BAB tidak ada keluhan, pasien bisa makan dan minum.
Pasien tampak sakit sedang, kejang (-), demam dirasakan naik turun. Batuk (+), pilek (+).
BAK dan BAB tidak ada keluhan, pasien bisa makan dan minum
Pasien tampak aktif, demam (-), kejang (-), batuk pilek berkurang. Acc pulang sore.
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya, pasien juga pernah mengalami kejang pada bulan Agustus 2017 (usia 8 bulan)
November 2017 (usia 11 bulan), kejang masing-masing sebanyak satu kali, lama kejang
berlangsung tidak pernah lebih dari 5 menit, kejang selalu disertai dengan demam tinggi, serta
terdapat batuk dan pilek sebelumnya, kejang berhenti sendiri dan setelah kejang pasien langsung
menangis,. Hal tersebut menyebabkan pasien dirawat di RSUD Asy Syifa.
Ibu pasien mengaku pasien memiliki riwayat alergi debu. Tidak ada riwayat sakit telinga
maupun keluar cairan dari telinga sebelumnya. Tidak ada riwayat sakit gigi. Pasien tidak pernah
mengalami trauma di kepala.
Ibu pasien pernah mengalami kejang satu kali saat demam tinggi sewaktu masih kecil.
Kakak pasien juga pernah mengalami kejang saat demam tinggi ketika berusia 1 tahun. Tidak
terdapat riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga pasien.
Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur di bidan 1 kali setiap bulan
sampai usia kehamilan 6 bulan dan 2 kali setiap bulan dari usia kehamilan 6 bulan sampai 9
bulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi TT 2 kali di bidan. Ibu tidak pernah
menderita penyakit selama hamil. Riwayat perdarahan, trauma, minum jamu, minum alkohol
dan merokok disangkal. Obat – obatan yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan
tablet penambah darah.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Pasien merupakan anak perempuan kedua dari ibu P2A0 dengan usia kehamilan cukup
bulan yaitu 39 minggu, lahir secara sectio ceasarea atas indikasi letak sungsang, persalinan
ditolong oleh dokter spesialis kandungan, anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 2800
gram. Ibu tidak mengingat panjang badan lahir, lingkar kepala, dan lingkar dada saat lahir.
3
Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di posyandu dan puskesmas dengan anak dalam keadaan
sehat.
Pertumbuhan : Berat badan lahir 2800 gram. Panjang badan lahir ibu tidak ingat.
Berat badan saat ini 7,7 kg, Panjang badan saat ini 72 cm. Setiap kontrol ke
posyandu anak selalu dalam keadaan sehat dan kondisi anak dicatat pada
KMS.
Perkembangan : Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Mengoceh : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 12 bulan
Saat ini anak berusia 1 tahun 1 bulan sudah bisa berdiri dan berjalan dengan berpegangan.
Tidak ada gangguan perkembangan, mental, maupun emosional.
Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur.
Riwayat Imunisasi :
BCG : pernah, saat umur 1 bulan.
Hepatitis B : pernah 3x, setelah lahir dan saat umur 1 dan 6 bulan.
Polio : pernah 4x, setelah lahir, dan saat umur 2, 4, dan 6 bulan.
DPT : pernah 3x, saat umur 2, 4, dan 6 bulan.
Campak : pernah 1x, saat umur 9 bulan
Kesan : Anak telah mendapat imunisasi dasar sesuai dengan usia anak.
4
Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu tidak mengikuti program KB.
Data Perumahan :
Kepemilikan rumah : rumah pribadi
Keadaan rumah : dinding rumah tembok, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu,
1 dapur. Limbah dibuang ke selokan sekitar. Sumber air minum
adalah air galon isi ulang, sumber air untuk mencuci dari PAM.
Terdapat jendela di setiap ruangan dan sering dibuka. Pencahayaan
dan ventilasi rumah cukup.
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan dan padat.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 16 Januari 2018 pukul 10.00 WIB
Anak perempuan usia 1 tahun 1 bulan, berat badan sekarang 7,7 kg, panjang badan 72 cm.
HR : 120x/menit, reguler
RR : 26 x/menit, reguler
Suhu : 37,40C
Nadi : isi dan tekanan cukup
Status Generalis
- Kepala : Normosefal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, UUB
dbN.
- Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+,
5
edema palpebral -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cowong -/-
- Hidung : Bentuk hidung normal, sekret +/+, nafas cuping hidung -/-, epistaksis -/-
- Telinga : Bentuk telinga normal, discharge -/-, membran timpani intak +/+
- Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), perdarahan gusi (-), lidah kotor (-)
- Tenggorok : T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis (+), kripta melebar (-),
Detritus (-).
- Leher : Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
- Aksilla : Tidak ada pembesaran KGB
- Thoraks
Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus kordis
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi : Batas jantung sulit ditentukan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
retraksi (-)
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Sulit dilakukan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua hemitoraks, rhonki -/-, wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar maupun lien
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-) turgor normal (kembali < 2 detik).
- Genitalia : Perempuan. Dalam batas normal.
- Anus : Dalam batas normal
- Ekstremitas :
6
- Pemeriksaan Neurologis
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
DARAH RUTIN
KIMIA KLINIK
7
D. PEMERIKSAAN KHUSUS
- Data Antropometri
Anak perempuan usia 1 tahun 1 bulan, berat badan 7,7 kg, panjang badan 72 cm.
• WAZ = (BB – Median) / SD = (7,7 – 9,8) / 1,1 = - 1,9 (BB normal)
• HAZ = (TB – Median) / SD = (72 – 75,5) / 2,90 = - 1,20 (TB normal)
• WHZ = (BB – Median) / SD = (7,7 – 8,9)/ 0,9= - 1,08 (normal)
Kesan : perawakan normal, gizi baik
III. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 1 tahun 1 bulan, BB 7,7 kg, PB 72 cm dengan
keluhan demam yang dialami pasien 1 hari sebelum masuk rumah sakit yang sebelumnya
diawali oleh batuk dan pilek, demam diukur dengan thermometer oleh ibu pasien suhu 37,8oC.
Demam dirasakan semakin lama semakin tinggi meskipun sudah diberikan paracetamol sirup,
hingga 1 jam sebelum masuk rumah sakit suhu mencapai 40,2 oC, dan pasien mengalami kejang.
Kejang sebanyak dua kali, kejang pertama berlangsung kurang lebih 5 menit kemudian pasien
sadar sendiri dan langsung menangis kemudian pasien dibawa kebidan. Selang waktu 15 menit
dari kejang pertama pasien mengalami kejang kedua kalinya yang berlangsung kurang lebih 15
menit. Selama kejang pasien tidak sadar, seluruh badan bergerak, mata melirik keatas, mulut
tertutup rapat. Pasien diberikan obat diazepam per rektal oleh bidan.
Sebelumnya, pasien juga pernah mengalami kejang pada bulan Agustus 2018 (usia 8
bulan), November 2018 (usia 11 bulan), kejang masing-masing sebanyak satu kali, lama kejang
berlangsung tidak pernah lebih dari 5 menit, kejang selalu disertai dengan demam tinggi, serta
terdapat batuk dan pilek sebelumnya, kejang berhenti sendiri dan setelah kejang pasien langsung
menangis. Ibu pasien pernah mengalami kejang satu kali saat demam tinggi sewaktu masih
kecil. Kakak pasien juga pernah mengalami kejang saat demam tinggi ketika berusia 1 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, kesan gizi baik, mukosa faring hiperemis, sekret pada hidung. Pada
pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan patologis.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan hematokrit dan
leukositosis. Pemeriksaan antropometri menunjukkan kesan gizi baik.
8
IV. DIAGNOSIS BANDING
Observasi Kejang
1. Cerebral
a. Akut Sesaat
a) Infeksi
- Ekstrakranial
Kejang Demam Simpleks
Kejang Demam Kompleks
- Intrakranial
Meningitis
Ensefalitis
Meningoensefalitis
b) Gangguan elektrolit
c) Gangguan metabolik
d) Gangguan kardiovaskular
b. Kronik berulang
a) Epilepsi
2. Non-cerebral
a. Tetanus, Tetani
Demam
Demam kurang dari 3 hari:
1. ISPA
a. Atas
a) Faringitis
b) Tonsillitis
c) Sinusitis
d) Rhinitis
b. Bawah
a) Bronkopneumonia
b) Bronkiolitis
c) Pneumonia
d) OMA
2. Demam Dengue
3. DHF
9
V. DIAGNOSIS KERJA
VI. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
- Diet : ASI, makan dan minum biasa sama seperti sebelum anak sakit
- Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Observasi kejang
- Edukasi
2. Medikamentosa
- Infus RL 30,8 cc/jam ~ 10 tpm
- Paracetamol i.v 80 mg, interval minimal 6 jam , bila suhu >38,5oC
- Cefotaxim i.v 3 x 150 mg
- Diazepam i.v 2,5 mg (i.v pelan), bila kejang
- Paracetamol Syrup (125 mg/5 ml) 3 x 1 cth
- Ambroxol syrup (15mg/5ml)2x ½ cth
10
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP HARIAN
11
19/10/20 Demam (-), HR : 98x/m - Infus RL 10 tpm
18 kejang (-), batuk RR : 24x/m - P.O :
pilek berkurang T : 36,8 oC
- Pamol 3x 0,8 cc drop
- Diazepam 3x 1,5 mg
- CTM 1/12, Ambroxol 1/6 (XII
pulveres 3x1 )
- Cefadroxil 3x1/2 cth
- Acc pulang
12
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi dengan kenaikan suhu rektal diatas 38
C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Batasan usia kejang demam antara umur 6
bulan sampai 5 tahun.
Bisa juga dikatakan kejang demam apabila ada tanda-tanda selain demam, seperti di bawah ini :
- Tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
- Tanpa adanya gangguan elektrolit akut,
- Terjadi pada anak berusia > 1 bulan,
- Dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan s/d 3 tahun; insidens tertinggi pada umur 18 bulan.
II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 3% anak-anak dibawah usia 6 tahun pernah menderita kejang demam. Anak
laki-laki lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1,0. Menurut ras maka kulit
putih lebih banyak daripada kulit berwarna.
Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu
meningkat. Faktor hereditas juga memegang peranan. Lennox Buchthal (1971) berpendapat bahwa
kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi
yang sempurna. Dan 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada
anak normal hanya 3%.
III. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi
saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang
tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Konvulsi jauh lebih sering terjadi dalam 2 tahun pertama dibanding masa kehidupan
lainnya. Cedera intrakranial saat lahir termasuk pengaruh anoksia dan perdarahan serta cacat
kongenital pada otak, merupakan penyebab tersering pada bayi kecil.
13
Pada masa bayi lanjut dan awal masa kanak-kanak, penyebab tersering adalah infeksi akut
(ekstra dan intrakranial). Penyebab yang lebih jarang pada bayi adalah tetani, epilepsi idiopatik,
hipoglikemia, tumor otak, insufisiensi ginjal, keracunan, asfiksia, perdarahan intrakranial spontan
dan trombosis, trauma postnatal,dan lain-lain.
IV. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak dperlukan suatu energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion Klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam
dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
14
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya
dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 oC sedangkan pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC atau lebih. Dari kenyataan ini
dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang.
Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang
demam, yaitu:
Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu.
Cepatnya kenaikan suhu.
Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan.
Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah bertambah
dan terjadi ketidakseimbangan.
Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik
susunan saraf pusat (korteks serebri).
V. GEJALA KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya
tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis, furunklosis dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali
tanpa adanya kelainan saraf.
15
Secara umum, gejala klinis kejang demam adalah sebagai berikut :
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba)
Kejang tonik-klonik atau grand mal
Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang
mengalami kejang demam)
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20
detik)
Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama biasanya berlangsung 1-2
menit
Lidah atau pipinya tergigit
Gigi atau rahangnya terkatup rapat
Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
Gangguan pernafasan
Apneu (henti nafas)
Kulitnya kebiruan.
Setelah mengalami kejang biasanya:
Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) maupun sakit kepala.
Mengantuk
Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya cedera otak
atau kejang menahun adalah kecil.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami
demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur dengan cara
memasukkan thermometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,9 oC.
17
VIII. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding kejang demam adalah :
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan
kejang.
18
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yg paling umum dari kejang demam, adalah adanya kejang demam berulang.
Sekitar 33% anak akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali. Resiko
terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika,
Pada kejang yang pertama, anak anda hanya mengalami demam yg tidak terlalu tinggi.
Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yg sempit
Ada faktor turunan dari ayah-ibunya
Namun begitu, faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin
muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami
kejang berulang.
XI. PROGNOSA
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
Kejang demam berulang
Epilepsi
Kelainan motorik
Gangguan mental dan belajar
19
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius FK
UI
Nelson, W.E., 2000. Nelson Volume 3: Ilmu Kesehatan Anak; Bab 543 (2055 - 2060):Kejang-
kejang pada anak. Jakarta: EGC
Pudjiadi., A H., 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Jakarta: Badan
Penerbit IDAI
WHO Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten/Kota. Alih bahasa: Tim Adaptasi Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
20