Anda di halaman 1dari 25

A.

Tujuan Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah bagian dari pengendalian

internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,dokumen, teknologi,

dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis

seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi

manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk

menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional

organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada

kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau

dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung

keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.

Tujuan dari Sistem Informasi Manajemen (SIM):

 Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok

jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.

 Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,

pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.

 Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu

memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara

menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka

mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja

(informasi akuntansi dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap

manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).


SIM yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang

akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta

tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.

Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan

mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta

wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka

SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.

Secara teoritis komputer bukan prasyarat mutlak bagi sebuah SIM, namun

dalam praktek SIM yang baik tidak akan ada tanpa bantuan kemampuan

pemrosesan komputer. Prinsip utama perancangan SIM : SIM harus dijalin secara

teliti agar mampu melayani tugas utama.

Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi

umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional

perusahaan. SIM menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan

output dari berbagai simulasi model matematika.

B. Sumber-Sumber, Alat dan Alur Penyampaian Informasi

1. Alat Penyampaian Informasi

Berdasarkan zaman dan waktu penggunaan nya alat komunikasi di golongkan

menjadi 2 macam yaitu :

a. Alat komunikasi masalalu ( alat komunikasi Tradisional )

1) Kentongan

2) Lonceng
3) Bedug

4) Surat

5) Merpati POS

6) Api

7) Asap

8) Prasasti

9) Daun Lontar

b. Alat komunikasi modern

1) Telegrap

2) Telepon

3) Televisi

4) Telepon Genggam

5) Faximili (FAX)

6) Radio

7) Pager

8) Internet

2. Alur Penyampaian Informasi:

a. Menemukan Informasi : Pelapor menemukan informasi untuk

dipublikasikan seperti potensi desa, produk, berita desa, pengumuman dll

b. Lapor pada PLAID (Pengelola Layanan Administrasi dan Informasi Desa)

: Pelapor mendatangi ruangan PLAID dan melaporkan informasi yang

dimiliki kepada (pengelola WEB desa)


c. Koreksi Berita : Administrator PLAID (WEB desa) menghubungi bagian

redaksi untuk mengoreksi informasi yang akan diupload

d. Upload Berita : Redaksi menghubungi bagian operator untuk mengupload

informasi yang siap untuk dipublikasikan

komunikasi krisis

Sebelum saya secara khusus mengamati bagaimana orang berkomunikasi di masa

bencana letusan Merapi 2010, saya belum pernah tahu ada bidang khusus bernama

komunikasi krisis. Saat saya membaca-baca bagaimana pandangan ilmu

komunikasi mengenai bencana, saya temui bidang ini. Di dalamnya, krisis

dimengerti sebagai "persepsi mengenai kejadian yang mengancam harapan penting

dari para pemangku kepentingan dan dapat memengaruhi kinerja organisasi"

(Coombs dalam Heath & O'Hair, 2009). Saat membaca pengertian ini, pikiran saya

mendapati ketidaksesuaian antara dugaan saya sendiri dan kenyataan. Saya

menduga bahwa krisis mencakup peristiwa apa pun yang berubah mendadak

sehingga mengganggu perikehidupan bersama. Ternyata di bidang komunikasi

krisis yang disebut krisis hanyalah apa yang berhubungan dengan para pemangku

kepentingan dalam organisasi. Saya lanjutkan dengan menelusuri berbagai

penelitian komunikasi krisis, sama saja. Beberapa buku yang saya pikir menjadi

acuan di bidang ini juga sama.

Pengertian krisis dari sudut pandang organisasi berguna untuk memahami

bagaimana tanggapan organisasi dan apakah itu sudah baik atau belum. Sebagai
misal, kematian seorang pemimpin perusahaan besar bisa menjadi krisis, meskipun

kematian itu sendiri bukanlah krisis (ingat krisis adalah persepsi). Atau contoh lain

adalah soal pencemaran zat tertentu pada makanan kaleng (seberapa besar reaksi

orang dipengaruhi juga oleh bagaimana persepsi tentang bahaya itu). Komunikasi

krisis meneliti bagaimana "pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran informasi

yang diperlukan untuk menghadapi keadaan krisis" (Coombs, 2009). Pengetahuan

ini berguna bagi seorang pengelola perusahaan untuk mengendalikan krisis, baik

sebelum, semasa, maupun setelah terjadi. Di samping sumbangan pemikirannya

dan wawasannya dalam memahami krisis, pengertian di atas mengandung

keterbatasan.

Saat krisis hanya dimengerti sebagai apa yang terjadi pada organisasi dan sangat

sering terjadi organisasi yang dimaksud adalah perusahaan dan badan pemerintah,

maka lahirlah dua ciri utama yang merupakan kelemahan: 1.) pelaku utama

pengendalian krisis adalah perusahaan/badan pemerintah, dan 2.) penerima dampak

utama krisis adalah perusahaan. Bidang komunikasi krisis sangat kuat diwarnai

kehadiran para ahli kehumasan baik dari perusahaan maupun pemerintah karena

merekalah pelaku utama. Benarkah demikian? Jika kita berkaca dari penelitian di

bidang sosiologi bencana, maka ada sangat banyak bukti bahwa pertolongan

pertama selalu diberikan oleh masyarakat setempat. Nah, berarti masyarakat

sebagai pelaku utama pengendalian krisis hilang dari dari pandangan. Hilang pula

peluang untuk memahami dan memperkuat peran masyarakat. Kedua, melihat krisis

dari kacamata organisasi juga mengabaikan kenyataan bahwa masyarakat juga

sebagai penerima dampak yang besar (kadang yang terbesar). Memang masyarakat
selalu lebih luas ketimbang pemangku kepentingan sehingga lebih sulit dirangkum

dan ditentukan. Namun, kerumitan teknologi dan hubungan antarlembaga pada

tataran negara maupun dunia membuat gagasan pemangku kepentingan tidaklah

memadai. Sebagai contoh, saat zat beracun bocor dan mengalir ke air tanah dan

menguap ke udara dan terserap ke bahan mentah makanan, siapakah pemangku

kepentingan?

Kembali ke soal komunikasi krisis, mengingat perkembangannya sekarang yang

sangat terjalin dengan praktik kehumasan maka sulit berharap komunikasi krisis

bisa membantu saya memahami masyarakat sebagai pelaku utama pengendalian

krisis. Jadi, saya mesti bergerak kembali ke kajian khalayak dan sedikit soal

bencana. Tentang kedua bidang terakhir, saya akan menulis lagi lain waktu.

Pustaka

Coombs, W. T. (2009). Conceptualizing crisis communication. In R. L. Heath and

H. D. O’Hair (Eds.), Handbook of risk and crisis communication (pp. 99-118). New

York, NY: Routledge.

Heath, R. L. (2010). Introduction: Crisis communication: Defining the beast and

de-marginalizing key publics. In W. T. Coombs and S. J. Holliday (Eds.), The

handbook of crisis communication (pp. 1-16). West Sussex: Blackwell Publishing.


1.

Fungsi Dan kegunaan alat komunikasi tradisional dan modern

A. Contoh Alat Komunikasi Tradisional

1. Kentongan

Pada masa kerajaan, kentongan digunakan untuk menyampaikan pesan

dan perintah dari sang raja kepada rakyatnya. Petugas kerajaan cukup memukul

kentongan dan dalam beberapa saat kemudian rakyat bergegas kumpul di tempat

yang sudah biasa digunakan untuk pertemuan antara raja dengan rakyatnya untuk

menyampaikan informasi.Meskipun saat ini teknologi sudah semakin canggih,

namun sebagian masyarakat tidak bisa meninggalkan media komunikasi

tradisional ini khususnya di daerah pedesaan yang digunakan sebagai sarana ronda

malam. Ada juga kentongan yang bentuknya cukup besar atau yang sering disebut

´bedug´ digunakan oleh masyarakat sebagai penanda waktu sholat tiba.Dalam

penggunaannya, kentongan dipukul dengan irama yang berbeda beda sesuai

kejadian yang akan dan sedang terjadi. Misalnya, tanda kentongan yang
menandakan adanya kebakaran rumah, adanya bencana banjir, adanya pencurian,

atau akan adanya gerombolan pasukan lawan yang datang menyerang dimasa

peperangan kerajaan zaman dahulu.

Manfaat dan Fungsi Kentongan :

Awalnya, kentongan digunakan sebagai alat pendamping ronda untuk

memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam. Dalam masyarakat pedalaman,

kentongan seringkali digunakan ketika suro-suro kecil atau sebagai pemanggil

masyarakat untuk ke masjid bila jam salat telah tiba.Namun, kentongan yang

dikenal sebagai teknologi tradisional ini telah mengalami transformasi

fungsi.Dalam masyarakat modern, kentongan dijadikan sebagai salah satu alat yang

efektif untuk mencegah demam berdarah. Dengan kentongan, monitoring terhadap

pemberantasan sarang nyamuk pun dilakukan. Dalam masyarakat tani, seringkali

menggunakan kentongan sebagai alat untuk mengusir hewan yang merusak

tanaman dan padi warga

2. Lonceng

Lonceng adalah suatu peralatan sederhana yang digunakanuntuk menciptakan

bunyi. Bentuknya biasanya adalahsebuah tabung dengan salah satu sisi yang

terbuka dan bergema saat dipukul. Alat untuk memukul dapat berupa pemukul
panjang yang digantung di dalam lonceng tersebutatau pemukul yang terpisah.

Menurut KBBI, loncengmemiliki dua pengertian, pertama lonceng adalah

semacam bel yang dibunyikan untuk menentukan waktu ataumemberitahukan

sesuatu, sedangkan pengertian yang kedua,lonceng adalah jam besar atau arloji.

Lonceng-lonceng besar pada umumnya terbuat darilogam namun lonceng-lonceng

kecil dapat pula terbuat dari keramik atau porselen.Dahulu lonceng digunakan

untuk mengabarkan suatu berita kepada masyrakat dansebagai penanda waktu.

Lonceng juga digunakan oleh umat Kristiani untuk memberitanda waktu beribadah,

biasanya dibunyikan tiga kali, pada pukul 06.00. 12.00, dan18.00. Lonceng

digunakan pertama kali dalam gereja Katolik sekitar tahun 400 masehi,dan

dianggap diperkenalkan oleh Paulinus, Uskup Nola, sebuah kota di Campania,

Italia.Penggunaannya menyebar luas dengan cepat dan tidak hanya digunakan

untuk mengumpulkan umat dalam acara keagamaan, tetapi juga sebagai peringatan

ketika ada bahaya.

3. Bedug

Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedugmerupakan instrumen musik

tradisional yang telah digunakansejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi

sebagai alatkomunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritualkeagamaan maupun


politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasadibunyikan untuk pemberitahuan

mengenai waktu salat atausembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu

besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah

batangdilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran

lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau

selaput gendang.Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas,

rendah, tetapi dapatterdengar sampai jarak yang cukup jauh.

4. Surat

Berdasarkan prasasti dan dokumen yang ditemukan, surat-menyurat di Indonesia

sudah ada sejak zaman Kerajaan Mulawarman, Sriwijaya, Tarumanegara, Mataram

Kuno, Purnawarman, dan Majapahit. Masuknya agama Budha dan Hindu memicu

budaya maneulis dan surat menyurat. Namun, biasanya hanya dilakukan antara

bangsawan dan biarawan. Bentuknya sederhana, mengunakan batu, kayu, kulit

kayu, bambu atau lontar, dan menggunakan bahasa sansakerta.

Ketika VOC berkuasa (sekitar abad 17 dan 18), surat menyurat dilakukan

antara Pulau Jwa dan daratan Eropa. Saat itu surat hanya boleh ditujukan kepada

para pejabat resmi dan isinya tidak boleh menceritakan kegiatan VOC di Indonesia.

Pengirimannya melalui kapal yang berlayar dari Belanda ke Indonesia atau


sebaliknya. Tak berapa lama jasa pengiriman pas pun muncul melalaui kantor pas.

Pengiriman surat pun semakin lancer saat Jalan Raya Pos (de Grote Posweg) dari

Anyer ke Panarukan (1.000 km) mulai dibangun. Waktu yang dibutuhkan untuk

mengirim surat dari Jawa Barat ke Jawa Timur semakin singkat.

5. Merpati Pos

Merupakan alat komunikasi dengan menggunakan burung merpati sebagai

mengantar surat atau pesan, Merpati dipilih karena burung ini pintar, memiliki daya

ingat kuat, kemampuan navigasi dan naluri alamiah untuk kembali ke sarang,

metode ini berasal dari orang-orang Persia yang melatih burung-burung merpati.

Pertama kali digunakan oleh Sultan Bagdad, Nuruddin (1416) untuk mengirimkan

pesan sekitar kerajaannya. Orang Romawi menggunakan merpati pos untuk

mengirim pesan kepada pasukan militernya. Orang Yunani memberitahukan

pemenang olimpiade melalui merpati pos. pada masa perang dunia pertama (1914-

1918) pun pasukan Amerika menggunakan permati pos untuk komunikasi.

6. API
Api adalah zat panas yang ditimbulkan dari benda yang terbakar, berasal dari proses

oksidasi sehingga berupaenergi berintensitas yang bervariasi dan memiliki

bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrumvisual sehingga

dapat tidak terlihat oleh mata manusia)dan panas yang juga dapat menimbulkan

asap. Api juga digunakan dalam komunikasi tradisional

7. Asap

Media komunikasi ini tergolong unik dan sangat populer digunakan oleh bangsa

Indian di Amerika. Asap dapat digunakan untuk mengirimkan informasi rahasia

kepada temanmaupun lawan. Dalam berkomunikasi menggunakan asap, tidak ada

kode-kode yang baku sehingga tidak semua orang dapat membaca maksud dari

kepulan asap yangdikirim. Namun yang umum dan sering kita lihat di beberapa

film, asap dapat digunakanuntuk meminta bantuan ketika seseorang sedang tersesat

di hutan dengan cara menunjukan keberadaannya menggunakan asap. Atau

mungkin kamu pernah ikut dalamkegiatan Pramuka dimana mereka menggunakan

asap dalam suatu permainan pesan berantai.

8. Prasasti
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prasastimerupakan piagam yang tertulis

pada batu, tembaga,dan sebagainya. Prasasti merupakan sumber sejarah penting

untuk mengungkap peristiwa masa lalu.Prasasti merupakan sumber dokumen

tertulis yangorisinil dan pasti terjamin keasliannya sebagai peninggalan masa

lalu.Menurut Matrical Eulogitic Inscription, Ms. Dannel,Sanskrit Dictionary,

Prasasti berarti tulisan yang berisi pujian dan merupakan anugerah yang diberikan

seorangraja kepada rakyatnya dan berlakunya secara turuntemurun. Istilah tersebut

dalam Negara Kertagama dikatakan sebagai purwasarirareng prasatyalama tan

rinaksan iwo, yang berarti hak-hak istimewa yang sejak dahuludilindungi oleh

prasasti kuno.

9. Daun Lontar

Selain prasasti, daun lontar juga digunakan sebagai alat komunikasi masa lalu.

Daun lontar adalah daun dari pohon siwalan yang dikeringkan. Daun lontar dikenal
juga sebagai daun pohon Nira. Daun lontar di pakai untuk menulis naskah dan

kerajinan. Naskahdari lontar banyak ditemukan di Sunda, Jawa, Bali,Madura,

Lombok, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan kerajinan dari lontar digunakanuntuk

bahan baku atap rumah dan produk utama anyaman serta kipas

B. Contoh Alat Komunikasi Modern

1. Telegrap

Telegraf merupakan sebuah mesin/alat yang menggunakan teknologi telegrafi

untuk mengirim dan menerima pesan dari jarak jauh. Kata telegraf yang sering

didengar saat ini, secara umum merupakan telegraf elektrik. Telegraf ditemukan

oleh seorang warga Amerika Serikat bernama Samuel F.B. Morse bersama dengan

asistennya Alexander Bain.

2. Telepon
Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan

suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi

dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga

memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya.

Prinsip dasar telepon

Ketika gagang telepon diangkat, posisi telepon disebut off hook. Lalu sirkuit terbagi

menjadi dua jalur di mana bagian positifnya akan berfungsi sebagai Tip yang

menunjukkan angka nol sedangkan pada bagian negatif akan berfungsi sebagai

Ring yang menunjukkan angka -48V DC. Kedua jalur ini yang nantinya akan

memproses pesan dari sender untuk sampai ke receiver. Agar dapat menghasilkan

suara pada telepon, sinyal elektrik ditransmisikan melalui kabel telepon yang

kemudian diubah menjadi sinyal yang dapat didengar oleh telepon receiver. Untuk

teknologi analog, transmisi sinyal analog yang dikirimkan dari central office (CO)

akan diubah menjadi transmisi digital. Angka-angka sebagai nomer telepon

merupakan penggabungan antara nada-nada dan frekuensi tertentu yang kemudian

dinamakan Dual-tone multi-frequency DTMF dan memiliki satuan Hertz.

Hubungan utama yang ada dalam sirkuit akan menjadi on hook ketika dibuka, lalu

akan muncul getaran. Bunyi yang muncul di telepon penerima menandakan telepon

telah siap digunakan.

3. Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai

penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-

putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε,

"jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga

televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan

media visual/penglihatan.” Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda,

karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi'

secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak

saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi,

khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media

periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini

cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat

materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah

dapat diakses melalui Internet,

4. Telepon Genggam (hand Phone)


Telepon seluler (ponsel) atau telepon genggam (telgam) atau handphone (HP) atau

disebut pula adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai

kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun

dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan

dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia

mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for

Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access).

Badan yang mengatur telekomunikasi seluler Indonesia adalah Asosiasi

Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI).

5. Faksimili (FAX)

Mesin faks adalah peralatan komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan

dokumen dengan menggunakan suatu perangkat yang mampu beroperasi melalui

jaringan telepon dengan hasil yang serupa dengan aslinya.


Sedangkan Menurut A.G. Pringgodigdo, mesin faks adalah sistem transmisi tanpa

kawat untuk gambar-gambar dan grafik-grafik dengan cara mengatur sinar cahaya

dan foto elektrik sel serta mengubah bagian gelap dan terang dari suatu bahan

sehingga dapat dipancarkan dalam suara, lalu pesawat penerima akan mengubahnya

kembali seperti aslinya kepada kertas yang telah diolah secara ilmiah. Selain

mengirimkan dokumen, mesin faks juga mampu menghantarkan citra foto dengan

fasilitas half tone. Mesin faks biasanya terdiri dari modem, mesin fotokopi, alat

pemindai gambar, dan alat pencetak data (printer).

6. Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara

modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang


ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa

yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut

(seperti molekul udara)

Gelombang radio adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan terbentuk

ketika objek bermuatan listrik dari gelombang osilator (gelombang pembawa)

dimodulasi dengan gelombang audio (ditumpangkan frekuensinya) pada frekuensi

yang terdapat dalam frekuensi gelombang radio (RF; "radio frequency")) pada suatu

spektrum elektromagnetik, dan radiasi elektromagnetiknya bergerak dengan cara

osilasi elektrik maupun magnetik.

Gelombang elektromagnetik lain yang memiliki frekuensi di atas gelombang radio

meliputi sinar gamma, sinar-X, inframerah, ultraviolet, dan cahaya terlihat.

Ketika gelombang radio dikirim melalui kabel kemudian dipancarkan oleh antena,

osilasi dari medan listrik dan magnetik tersebut dinyatakan dalam bentuk arus

bolak-balik dan voltase di dalam kabel. Dari pancaran gelombang radio ini

kemudian dapat diubah oleh radio penerima (pesawat radio) menjadi signal audio

atau lainnya yang membawa siaran dan informasi.


7. Pager

Pager atau radia panggil merupakan alat telekomunikasi untuk

menyampaikan dan menerima pesan pendek. Sekarang mungkin sudah

jarang ditemukan, tetapi alat ini masih sering dipakai untuk orang-orang

yang bergerak dibidang jasa seperti jasa informasi dari kesehatan. Pager

ditemukan tahun 1956 oleh Multitone Electronic di Rumah Sakit St.

Thomas London oleh dokter-dokter yang sedang bertugas dalam kondisi

darurat. Sejak itu pager semakin berkembang. Sebelum telefon seluler

berkembang, pager digunakan sebagai pengganti untuk layanan telefon

lokal dan internasional. Di Indonesia pager muncul sebelum tahun 1997.

pelanggannya mencapai 800.000. namun karena harga perangkat yang terus

menerus melambung pelangan pun perlahan menurun. Apalagi telah

munculnya teknologi telefon seluler.

8. Internet

Rangkaian yang membentuk iuternet (kependekan dari interconnected-networking)

diawali pada tahun 1969 sebagai ARPANET. Rangkaian ini dibangun oleh ARPA
(United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency).

Tahun 1983. ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya dari NCP ke

TCP/IP, yang merupakan awal dari internet yang kita kenal. Di Indonesia, sejarah

internet dimulai pada awal tahun 1990-an. Tahun 1992 hingga 1994, beberapa nama

muncul diawal pembangunan internet salah satu diantaranya Onno W. Purbo.

Tahun 1994 IndoNet menjadi ISP (Internet Serveci Provider) komersial pertama di

Indonesia. Saat ini pihak Pos dan Telekomunikasi belum melihat celah bisnis

internet. Mulai 1995 mucul jasa akses Telnet ke luar negeri, sehingga pemakai

internet di Indonesia bisa mengakses internet (HTTP)

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Informasi_Manajemen
SISTEM PERINGATAN DINI (Early Warning System)

Sistem peringatan dini (early warning system) ini dibangun dengan maksud
bahwa agar para pengambil kebijakan di bidang mitigasi dan penanggulangan
bencana alam lebih mudah dalam mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan apa yang dapat dipersiapkan sebelum, pada saat, maupun pasca kejadian
suatu bencana.

Sistem peringatan dini inipun dapat dibangun manakala semua unsur, mulai dari
masyarakat, aparat di daerah sampai kepada pada pengambil kebijakan pada
organisasi penanggulangan bencana di tingkat pusat sudah sepakat dan satu
persepsi tentang pengertian bencana dan penanggulangannya. Lain dari itu,
pendefinisian akan faktor-faktor penyebab dan jenis/klasifikasi bencana juga telah
disepakati sebagai suatu acuan dalam upaya penanggulangan bencana dimaksud.

Untuk tindakan penanggulangan bencana, diperlukan data yang akurat tentang


kejadian bencana itu sendiri. Diantara data yang diperlukan tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Lokasi bencana (where), hal ini perlu diketahui sebagai dasar untuk
perencanaan pelaksanaan penanggulangan bencana; kemudian juga tentu bencana
yang terjadi di perkotaan akan jauh berbeda kerugian atau kehilangan jiwa
maupun hartanya dibanding dengan bencana yang terjadi di pedesaan.

b. Penyebab bencana (why), ini dapat diperkirakan melalui analisis peta atau
analisis lapangan,

c. Waktu kejadian bencana (when), waktu kejadian yang tepat mungkin sulit
diramal, namun dapat diperkirakan; perkiraan waktu kejadian dapat didasarkan
pada data historis, dara seri dan data hasil pemantauan; perkiraan dapat juga
didasarkan pada perubahan gejala alam dan perilaku makhluk hidup (binatang).

d. Bagaimana kejadian dari bencana (how), kejadian proses berlangsungnya


bencana itu dapat dibedakan berdasarkan kecepatan dan besarannya, durasi
kejadiannya.

Dari data yang diperoleh tersebut di atas, dihimpun dan selanjutnya dianalisis
serta diteliti apakah peringatan dini terhadap suatu kejadian bencana itu dapat
dilakukan atau tidak. Sebab sistem peringatan dini (early warning system) ini
dapat dilakukan tergantung pada jenis bencana dan data yang tersedia. Bila data
pemantauan cukup akurat, maka peringatan dini dapat dilaksanakan dengan baik.
Apabila terjadi fenomena alam yang melebihi normal cenderung meningkat, maka
peringatan dini dapat dilakukan. Namun sesungguhnya yang perlu dicatat adalah,
bahwa tidak semua jenis bencana dapat dilakukan peringatan dini.
Hal lain disamping adanya peringatan dini terhadap bencana yang mungkin terjadi
dan akan menimpa kehidupan masyarakat, perlu juga dibuat simulasi-simulasi
dari berbagai kemungkinan kejadian bencana, baik itu bencana alam maupun
bencana akibat ulah manusia, tentu pada daerah-daerah rewan bencana.

Selanjutnya hal itu perlu disosialisasikan dan atau dikampanyekan kepada


masyarakat melalui organisasi penanggulangan bencana yang berwenang, seperti
BAKORNAS PBP (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan
Pengungsian), SATKORLAK PBP (Satuan Koordinasi Pelaksanaan
Penanggulangan Bencana dan Pengungsian), maupun Pemerintah Daerah
setempat. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat paham akan bencana yang
mungkin akan terjadi di daerahnya, serta mengerti akan langkah-langkah
penanggulangan bencana tersebut jika sewaktu-waktu terjadi.

Untuk mendapatkan data daerah rawan bencana seperti dimaksud di atas, maka
tentu sebelumnya perlu dilakukan survei dan pemetaan daerah rawan bencana,
baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia. Saat ini dengan berbagai
macam teknologi yang ada, kiranya hal itu dapat dilakukan dengan mudah , dalam
rangka meningkatkan pengkajian daerah rawan bahaya maupun mitigasinya.

Aplikasi teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), GIS (Geographic


Information System), dan GPS (Global Positioning System) yang terintegrasi
dalam upaya pengkajian daerah rawan bencana alam dan mitigasi adalah salah
satu jawaban dan upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisasikan kerugian
dan korban akibat bencana.

Dari aplikasi teknologi di atas, bisa didapatkan berbagai macam data tentang
daerah rawan bencana alam, seperti:

Letusan gunungapi,

Gempa bumi,

Longsoran, gerakan tanah/gerakan massa batuan,

Banjir,

Gelombang pasang/Tsunami,

Kebakaran hutan.

Selain itu, dapat juga disusun database atau basisdata dari bencana alam, baik
pada level nasional, provinsi, maupun kabupaten dan kota. Dalam upaya
penyusunan sistem informasi bencana alam, tentunya diperlukan penyebaran
basisdata bencana alam dan integrasi metadata bencana alam secara baik dan
sistematis.
V. PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Sebagaimana diketahui, penanganan bencana yang efektif dan efisien perlu


didukung oleh ketersediaan data yang akurat, oleh karenanya data untuk
pengelolaan bencana perlu diketahui. Ketersediaan data bencana tersebut dapat
dijadikan dasar untuk merencanakan dan menggariskan kebijakan yang diperlukan
dalam menanggulangi, termasuk dalam hal pengorganisasian dan teknis
pelaksanaan penanggulangan bencana.

Dalam hal upaya penanggulangan bencana, perlu kiranya dilakukan hal-hal


sebagai berikut:

Identifikasi faktor penyebab bencana,

Pengklasifikasian bencana dan pendeskripsian karakteristiknya,

Identifikasi kebutuhan data yang diperlukan dalam penanggulangan bencana,

Memahami kebijakan dan organisasi dalam penanggulangan bencana,

Mengetahui teknik pelaksanaan penanggulangan bencana,

Selanjutnya, perlu juga dipahami akan tindakan-tindakan yang perlu dipersiapkan


sebelum, pada saat, maupun pasca kejadian bencana; tindakan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

Tindakan yang harus dilakukan sebelum terjadi bencana, adalah: pencegahan,


mitigasi, dan kesiap-siagaan,

Tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana, adalah: tanggap darurat,
konsolidasi, dan rehabilitasi,

Tindakan yang harus dilakukan pasca bencana, adalah: rekonstruksi dan


pembangunan.

Adapun dalam hal strategi dan koordinasi penanggulangan suatu bencana, yang
perlu dilakukan adalah:

Melakukan koordinasi dengan BAKORNAS PBP, SATKORLAK PBP, dan


SATLAK,

Membuat jaringan lokal, regional, nasional, dan internasional, tergantung pada


besaran/tingkat bencananya,

Melaksanakan tindakan sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas masing-


masing.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Poniman, A., 2002, The Role of BAKOSURTANAL on Natural Hazard Surveys


and Mapping, Panduan Natural Hazard Course, BAKOSURTANAL, 2002,

Sutikno, 2002, Kebijaksanaan Pengelolaan Bencana di Indonesia, Panduan


Pelatihan Tenaga Supervisor Kebencanaan, Yogyakarta, 5-24 Agustus 2002,
Badan Linmas Provinsi Papua dan PSB UGM, Yogyakarta, 2002,

Verstappen, H.Th., 1988, Geomorphological Surveys and Natural Hazard


Zoning, with special Reference to Volcanic Hazards in Central Java, Majalah
Geomorfologi, Berlin-Stuttgart, Jerman, 1988.

Anda mungkin juga menyukai