Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan manusia. Taukan anda
berasal dari manakah limbah disekita kita? Limbah berasal dari berbagai sumber,
contohnya : rumah tangga dan industry atau pabrik. Limbah bisa berupa padatan,
cairan ataupun gas. Ketiga limbah tersebut sama-sama berbahaya. Tidak hanya
isinya namun juga wadah atau kemasannya juga menjadi limbah, seperti plastic,
kertas ataupun kaleng.Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari
semakin meningkat jumlahnya.

Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup


lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan menyimpan limbah dengan
jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan baik. Ternyata limbah-limbah
tersebut termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada penulisan
makalah ini, akan mengupas semua tentang limbah B3 dan bagaimana system
pembuangannya yang baik.

Meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada berbagai


kegiatan antara lain kegiatan perindustrian, kesehatan, maupun kegiatan rumah
tangga dapat dipastikan akan menghasilkan limbah B3. Limbah tersebut akan
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia
bila tidak dikelola dengan benar. Keberadaan limbah B3 sebagian besar memang
berasal dari sektor industri, namun limbah B3 dari sektor domestik atau yang
disebut dengan sampah B3 permukiman juga perlu mendapat perhatian. Limbah
bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat atau
konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan merusakkan lingkungan hidup, sehingga dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lain (Peraturan Pemerintah No. 18 Pasal 1 Tahun 1999).

1
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga
merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak
mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa
berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu
lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah
secara benar maka bias menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.

Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah limbah, adalah konsep 4R, yaitu:
1. Reduce: mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan
sampah.
2. Reuse : menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-
barang yang masih dapat dimanfaatkan.
3. Recycle: memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaat, menjadi
bermanfaat.
4. Recovery: upaya pengambilan kembali atau pemanfaatan material yang
masih dapat dimanfaatkan.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Pengertian limbah B3
2. Dasar hukum
3. Institusi mana sajakah yang berwenang
4. Mekanisme pengelolaan limbah B3
5. Bagaimana hukum dalam penanganan B3?
6. Contoh badan usaha perorangan yang membuang limbah

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari limbah B3.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari pengaturan limbah B3.
3. Untuk mengetahui institusi mana saja yang berwenang
4. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan limbah B3.

2
5. Untuk mengetahui hukum dalam penanganan B3.
6. Untuk mengetahui contoh badan usaha perorangan yang membuang
limbah

3
BAB II
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

2.1 Pengertian
Menurut PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), yang dimaksud dengan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa


(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.

Sedangkan definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United
State Government) B3 adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi
fisiknya sangat berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,
kerusakan properti dan atau lingkungan.

Limbah adalah bahan sisa dari suatu kegiatan atau prosuksi, baik dalam skala
kecil (rumah tangga) maupun skala besar (pabrik). Dalam PP 18/1999 Jo. PP
85/1999, Pasal 1 (ayat 2) dijelaskan pengertian Limbah B3. Limbah bahan
berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat konsentrasi
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkanatau merusak lingkungan hidup, dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

4
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu total solids
residu (TSR), kandungan fixed residu (FR), kandungan volatile solids residue
(VSR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, dan karakter atau
sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak,
beracun, dan sifat kimia serta kandungan senyawa kimia).

Contoh limbah B3 adalah logam berat, spt Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pd, Mn, Hg, dan Zn
serta zat kimia, seperti pestisida, sianida, sulfide dan fenol. Cd dihasilkan dari
lumpur dan limbah industry kimia tertentu. Hg dihasilkan dari industry klor-alkali,
industry cat, kegiatan pertambangan, industry kertas, dan pembakaran bahan
bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam
berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Limbah
B3 dapat diidentifikasi menurut sumber, uji karakteristik, dan uji toksikologi.

2.2.Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3


Dasar hukum mengenai pengelolaan limbah B3 meliputi
1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009
tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) oleh Pemerintah
Daerah;
3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 1
Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Terkait Pengelolaan Limbah B3 :


1. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah
B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan (Pasal 59
ayat 1);

5
2. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Pelaku
pengelola limbah B3 (penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat,
pengolah dan/atau penimbun limbah B3) wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku ( Pasal 9 s/d Pasal 26 );
3. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Setiap badan
usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki
izin dan atau rekomendasi pengelolaan LB3 ( Pasal 40 ayat 1 );
4. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap orang yang melakukan
pengelolaan limbah B3 tanpa izin, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit satu
milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar rupiah ( Pasal 102 );
5. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah
B3 dan tidak melakukan pengelolaan limbah B3, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling
sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar rupiah ( Pasal
103)

Dasar hukum izin pengelolaan limbah B3


1. Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 juncto Peraturan Pemerintah
Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizian Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:
KEP-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun; dan

6
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak
Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis.

2.3.Institusi Yang Berwenang


Yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan izin lokasi pengolahan adalah
kepala kantor pertanahan kabupaten/kota (pasal 42) sesuai dengan rencana tata
ruang berdasarkan rekomendasi Kepala instansi yang bertanggung jawab.
Disamping itu, untuk melengkapi perizinan kegiatan pengolahan limbah tersebut,
dibutuhkan analisis dampak lingkungan terlebih dahulu, disertai dokumen-
dokumen yang biasa menyertainya. Dalam hal penghasil limbah bertindak pula
sebagai pengolah limbah dan kegiatan tersebut dilakukan pada lokasi yang sama,
maka analisis dampak lingkungannya dibuat teritegrasi dengan kegiatan utamanya
dengan persyaratan yang berlaku. Untuk itu, hanya rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang telah disetujui oleh instansi
berwenang yang diajukan kepada Instansi yang bertanggung jawab bersama
persyaratan lainnya.

2.4.Mekanisme Pengelolaan Limbah B3


Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinya kembali. Setiap kegiatan/usaha yang berhubungan
dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan
penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas
lingkungan tetap pada kondisi semula. Apabila terjadi pencemaran akibat
tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar
kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

Bagi perusahaan yang sudah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO


14001-2004 atau ikut dalam kegiatan PROPER ( Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan ) dari Kementrian
Lingkungan Hidup atau ikut sertifikasi RSPO ( Roundtable on Sustainable Palm
Oil ) atau ISPO ( Indonesia Sustainable Palm Oil ), maka diharuskan melakukan

7
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Dalam peraturan terbaru yakni
Peraturan Pemerintah no 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun ( Limbah B3 ) dinyatakan dalam pasal 3 bahwa ” Setiap
Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3
yang dihasilkannya.“. Adapun definisi PENGELOLAAN LIMBAH B3 adalah
kegiatan yang meliputi pengurangan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.

2.5.Hukum dalam Penanganan Limbah B3


Limbah B3 perlu dikelola sebab jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar
meningkat. Dengan beredarnya segala jenis limbah B3, maka banyak terjadi
kasus-kasus kecelakaan, keracunan, atau gangguan kesehatan serta lingkungan
yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : penanganan dan penggunaan
pestisida yang kurang baik dan tepat, peredaran bahan kimia berbahaya yang
sudah dilarang (arsen, garam dan sianida), sistem pengemasan dan penandaan
(simbol/label yang tidak memadai), sistem penyimpanan yang tidak memenuhi
persyaratan teknis.

Dengan kasus-kasus di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 yang


baik dan benar. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan
pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut (PP No.18
& 85 tahun 1999). Dengan Pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka
mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah
B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi.

Penanganan limbah B3 secara umum dapat dilakukan dengan cara, diantaranya :


1. Daur ulang atau recovery dengan memanfaatkan kembali bahan baku dengan
metoda daur ulang atau recovery.
2. Pembakaran (Insinerator) yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada
alat pembakar khusus.
3. Proses detoksifikasi dan netralisasi dengan mengurangi kadar racun.
4. Penimbunan/penanaman(Landfill).Penanganan secara penimbunan dilakukan
terhadap limbah padat dan residu dari proses solidifikasi, sisa dari proses daur

8
ulang, sisa pengolahan fisik-kimia, katalis, ter, lumpur padat (sludge) dan
berbagai limbah yang tidak dapat diolah atau diproses lagi.

2.6. Sistem pembuangan limbah B3


System pembuangan limbah B3 melalui beberapa tahap. Hal ini disebabkan
limbah B3 sangat berbahaya jika terkontaminasi dengan manusia atau makhluk
hidup yang lain. Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang
mencangkup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan limbah B3,
dan menimbun hasil pengolahan.

Penyimpanan adalah penyimpanan sementara limbah B3 di dalam lokasi


kegiatannya sebelum diserahkan kepada pengumpul atau pengolahan limbah B3.
Penyimpanan ini dilakukan oleh penghasil limbah B3, baik perorangan maupun
badan usaha.
Syarat tempat penyimpanan limbah B3 adalah
1) Dibuat dengan kapasitas yang sesui dengan jumlah B3 yang akan
disimpan
2) Tempat penyimpanan bebas banjir
3) Secara geologi, dinyatakan stabil
4) Perancangan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah
5) Perencanaan upaya pengendalian pencemaran lingkungan

Pengumpulan adalah proses mengumpulan limbah B3. Proses ini dapat dilakukan
oleh perorangan atau badan usaha dari penghasil limbah B3 dengan maksud
menyimpan untuk kemudian diserahkan kepada pengolah limbah B3.

Syarat-syarat sebagai pengumpul limbah B3 adalah


1) Memperhatikan karakteristik limbah B3
2) Mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3
3) Mempunyai lahan minimum satu hektar
4) Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan
5) Konstruksi dan bahan bangunan disesuaikan dengan karateristik limbah
B3
6) Jauh dari sumber air

9
7) Bukan merupakan daaerah tangkapan air
8) Jauh dari fasilitas pemukiman penduduk atau fasilitas umum

Pengangkutan adalah proses untuk memindahkan limbah B3 dari penghasil ke


pengumpul atau ke pengolahan termasuk ke tempat penimbun akhir dengan
menggunakan alat angkut yang dilakukan oleh suatu badan usaha.

Pengolahan adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3


menjadi tidak berbahaya dan tidak beracun. Jika memungkinkan, mengolah agar
limbah B3 dimurnikan atau di daur ulang
Persyaratan pengolahan limbah B3 meliputi;
1) Lokasi pengolahan limbah
2) Fasilitas pengolahan limbah
3) Penanganan limbah B3 sebelum diolah
4) Pengolahan limbah B3
5) Hasil pengolahan limbah B3

Sebelum melakukan pengolahan terhadap limbah B3, dilakukan uji analisa


kandungan/parameter fisika atau kimia dan biologi guna menetapkan prosedur
yang tepat dalam pengolahannya. Setelah hasilnya diketahui, tahap selanjutnya
adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi
kualitas dab baku mutu pem,buangan atau lingkungan yang ditetapkan.

Ada banyak metode pengolahan limbah B3 di industry. Tiga diantaranya yang


paling popular adalah chemical conditioning, solidification/stabilization, dan
incineration.
1. Chemical Conditioning
Tahapan yang harus dilalui adalah mengurangi volume limbah dengan cara
meningkatkan kandungan padatan, menstabilkan senyawa organic dan
menghancurkan pathogen, serta menghilangkan atau mengurangi kandungan
air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Setelah itu, limbah dibuang
ke tempat pembuangan akhir, yaitu sanitary landfill, crop land, atau
injection.

10
2. Solidification/Stabilization
Stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses penghancuran limbah dengan
bahan tambahan (zat aditif). Tujuannya adalah untuk menurunkan kadar zat
pencemar dari limbah dan mengurangi toksinasi limbah tersebut. Adapun
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan zat aditif. Kedua proses tersebut sering kali terkait
sehingga dianggap mempunyai arti yang sama
3. Incineration
Teknologi insenerasi (pembakaran) adalah alternatifyang menarik dalam
pengolahan limbah B3. Insenerasi mengurangi volume san massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya
bukan solusi final dari system pengolahan limbah padat. Pada dasarnya,
proses ini hanya memindahkan limbah dari bentuk gas yang tidak kasat
mata. Prosses ini menghasilkan energy dalam bentuk panas. Kelebihan alat
insenerasi adalahg dapat menghancurkan sebagian besar komponen limbah
B3, limbah berkurang dengan cepat, dan menggunakan lahan yanf relating
kecil.

Aspek terpenting dalam system isenerasi adalah nilai kandungan energy


(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam
mempertahankan berlangsungnya prose pembakaran, heating value juga
menentukan banyaknya energy yang diperoleh dari system ini. Banyak jenis
insenerator (alat insenerasi), diantaranya rotary kiln, multiple hearth,
fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit

Dari jenis insenerastor tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan daripada


yang lainnya. Alat ini dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara
simultan.

2.7. Contoh Badan Usaha Perorangan Yang Membuang Limbah


Contoh dari limbah b3 adalah limbah yang memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:

11
1. Mudah meledak, oksidasi tinggi dan mudah menyala/terbakar adalah
contoh ciri-ciri dari salah satu jenis limbah b3 yang pertama. Jadi, jika
kita menemukan sesuatu yang sekiranya tak terpakai tetapi memiliki
tanda-tanda mudah meledak, oksidasi tinggi dan mudah terbakar sudah
masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun. Seperti
misalnya kaleng bekas gas, kaleng bekas obat nyamuk, korek isi gas yang
tak terpakai.
2. Beracun
Bahan bekas/limbah apa saja yang memiliki resiko meracuni manusia dan
makhluk hidup lainya, menyebabkan kesakitan pada makhluk hidup,
mematikan keseburan tanaman/lingkungan, menyebakan
kecacatan/kesakitan jika bersentuhan dengan kulit, mata, terminum dan
lainya misalnya bekas cairan pembersih lantai.
3. Korosif
Disebut korosif jika akan menimbulkan reaksi kimia jika limbah ini
tersentuh tangan sehingga terjadi ruam-ruam merah, rasa panas hingga
menyebabkan kerusakan kulit. Tak hanya itu, disebut juga korosif jika
menyebabkan reaksi berkarat pada besi ketika tersentuh besi. Limbah
yang memiliki kadar PH asam ≤ 2 dan basa lebih dari 12.5 juga masuk
dalam kategori korosif seperti contohnya limbah b3 yang termasuk dalam
kategori ini adalah pemutih pakaian, pembersih porselen, dan cairan
kimia lainya.
4. Infeksius
Karakteristik limbah b3 yang berikutnya juga limbah yang infeksius.
Limbah infeksius memang jarang ditemukan pada limbah rumah tangga.
Tetapi, tempat-tempat tertentu seperti rumah sakit dan klinik adalah
sumber utama limbah b3 yang satu ini. Ada banyak sekali contoh dari
limbah b3 infeksius ini seperti misalnya jarum suntik, selang infus, verban
bekas luka pasien, darah, dan hal-hal lain yang sejenis.

2.8. Contoh Kasus Pembuangan Limbah Di Lingkungan Hidup


1. Di Kalimantan Selatan, pembuangan limbah industri ke aliran sungai oleh
PT Galuh Cempaka.

12
2. Kalimantan Tengah. Tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih
tercemar air raksa (merkurium) akibat penambangan emas disepanjang
daerah aliran sungai (DAS) Barito, Kahayan dan Kapuas. Pencemaran itu
melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
3. Perusahaan tambang yang menerapkan pembuangan limbah tailingnya ke
laut (Sub Marine Tailing Disposal). Pertama, adalah Newmont Minahasa
Raya (NMR) sejak 1996 di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara dan
kemudian menyusul PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat sejak 1999. Setiap harinya 2.000 metrik ton tailing
berbentuk pasta dibuang ke Perairan Buyat di Minahasa dan 120.000
metrik ton di Teluk Senunu, Sumbawa. Pada akhirnya dari proses ini
terjadi berbagai dampak yang berujung kepada turunnya kualitas
lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia.
4. Papua. PT Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan
dampak hancurnya Gunung Grasberg, tercemarnya Sungai Aigwa,
meluapnya air danau Wanagon, Tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar
daratan dan 84.158 hektar Laut Arafura.
5. Di Jawa, pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama
puluhan tahun (Jawa Barat), pembuangan limbah oleh beberapa pabrik ke
Kali Surabaya dan sederetan kasus pencemaran industri yang telah nyata-
nyata menimbulkan korban.
6. Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath dan
Arens pada tahun 1987 (Prasetiantono, di dalam Sudjana dan Burhan
(ed.), 1996: 95), diperkirakan bahwa akibat erosi tanah yang terjadi di
Jawa nilai kerugian yang ditimbulkan telah mencapai 0.5% dari GDP dan
lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan
akibat kebakaran hutan, polusi di Jawa dan terkurasnya kandungan
sumber daya tanah di Jawa.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mengetahui suatu limbah merupakan limbah B3 atau bukan dapat dengan
melakukan uji kualitatif dan kuantitatif. Dalam uji kuantitatif dapat menggunakan
parameter pH, reaktifitas air, pengoksidasian, mudah terbakar, kandungan amonia,
kandungan sianida dan kandungan sulfida.

Limbah B3 hasil buangan industri, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga


yang dibuang ke lingkungan sangat berbahaya dan dapat merusak lingkungan.
Maka dari hal tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga
bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, untuk mencegah dampak negatif dari
limbah B3, yang salah satu caranya yaitu dengan pengelolaan limbah B3 yang
baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah : PP No.18 Pasal 1 dan 85 Tahun 1999.
Dan penanganan limbah B3 harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah
maupun masyarakat umum, guna mencegah peredaran limbah B3 yang berbahaya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Koosbandiah, Hertien Surikarti. (2011). Tosikologi Lingkungan dan Metode Uji

Hayati. Bandung : Rizqi Press.

Anonim.(2010).Pengelolaan limbah B3. [Online].Tersedia:

http://k3pelakan.blogspot.com/2010/11/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-
dan.html.

Anonim. (2011). Zat-zat Berbahaya dan Beracun.

15

Anda mungkin juga menyukai