Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIK ILMU PENYAKIT DALAM :

RANTAI KOKOH COST-EFFECTIVENESS

Supartondo

PENDAHULUAN Pemilihan jenis pemeriksaan penunjang perlu


dilakukan dengan cermat, supaya tidak ada tindakan
Umur harapan hidup di berbagai kawasan dunia bertambah, yang berlebihan atau membahayakan, juga pada tahap
karena turunnya angka kematian anak dan ibu. pengobatan kemudian.
Penduduk makin berubah, artinya jumlah golongan Inilah yang disebut cost-effectiveness, yaitu:
usia lanjut bertambah, juga karena jumlah golongan usia menetapkan pilihan cerdas (segi teknik diagnosis dan
muda berkurang akibat turunnya angka kelahiran. Ini terapi) yang paling tepat untuk pasien dan keadaan klinik
terjadi di Barat. tertentu.

Meskipun kondisi lingkungan hidup berbeda, di Perkembangan teknologi medik sangat pesat sehingga
Indonesia jumlah penduduk usia lanjut juga bertambah. dokter memang dituntut memilih sesuatu yang berguna
Sekarang jumlah penduduk yang berumur 60 tahun, lebih dalam penetapan masalah pasien yang dihadapi. Berbagai
dari 19juta orang. panduan telah dikembangkan oleh perhimpunan profesi
Mereka ini, daya cadangan tubuhnya memang dan institusi pelayanan kesehatan untuk memberikan
berkurang, rawan sakit dan mungkin menggunakan pengarahan.
biaya kesehatan yang sangat besar. Biaya ini, yang hams' Panduan seperti ini merupakan kerahgka untuk: 1).
digunakan secara adil dan merata untuk semua golongan mengelola pasien dengan masalah kesehatan (termasuk
umur masyarakat, harus dipertimbangkan oleh petugas diagnosis dan gejala) tertentu, 2). melindungi pasien,
kesehatan (terutama dokter) bila mereka melayani pasien. khususnya mereka yang tidak dapat memanfaatkan
Gagasan ini sama dengan pendapat Kwik Kian Gie tentang kemudahan pelayanan kesehatan, supaya tidak mendapat
PDB (produk domestik bruto). pelayanan di bawah tingkat baku, 3). membela pemberi
layanan yang teliti terhadap tuntutan hukum yang tak
berdasar, 4). mencegah penggunaan fasilitas kesehatan
PEMERIKS A AN, PENETAPAN MASALAH secara berlebihan sehingga merugikan masyarakat.
KESEHATAN DAN PENGELOLAANNYA Pengelolaan masalah kesehatan kemudian harus
dinilai hasilnya. Tentu saja keberhasilan dipastikan secara
Pada seorang pasien, cara pemeriksaan baku berpangkal objektif.
dari keluhan yang ditelusuri, penyebabnya sesuai
. Demam tifoid, hipertensi, diabetes dapat ditegaskan
dengan hipotesis yang dipikirkan. Tanya jawab mungkin tanda-tanda kesembuhan atau pengendaliannya. Tetapi
menghasilkan perubahan hipotesis sehingga akhirnya kita tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan kesatuan
ditemukan penyebab yang tepat. bio (logi) - psiko (logi) - sosial sehingga segi subjektif
Dalam proses ini akan terungkap perjalanan penyakit yang menyertai kelainan di atas juga perlu diperhatikan.
sejak awal. Biasanya pemeriksaan laboratorium atau Inilah cara pendekatan terpadu yang didambakan
pencitraan (radioiogi, MRI, dan sebagainya) diperlukan seorang pasien. Cara pendekatan ini digunakan oleh setiap
untuk mendukung hipotesis ini. dokter, supaya pasien mendapat layanan yang bermutu.

22
PRAKT1K ILMU PENYAKIT DALAM: RANTAI KOKOH COST-EFFECTIVENBSS 23

Pada masalah kesehatan yang tidak sederhana (keganasan sistem pelayanan kesehatan diperlukan untuk mencapai
misalnya) suatu tim dokter akan bekerja sama setidaknya , taraf kesehatan yang direncanakan.
untuk memberikan asuhan yang mengutamakan kualitas
hidup.
DOKTER DAN TARAF KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN Bahwa dokter dengan kemampuannya dan nalurinya


tetap merupakan unsur dari suatu kesatuan, tampak dari
Dokter yang dibekali dengan panduan yang telah dibahas Laporan Pembangunan Manusia 2003 yang dikeluarkan
tadi, tentu saja bekerja dalam suatu sistem yang biasanya oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-
terdiri dari sistem pelayanan primer (puskesmas, praktik
. Bangsa.
mandiri)-sekunder (rumah sakit pemerintah swasta)-tersier
, Sangat mencemaskan bahwa Indeks Pembangunan
(rumah sakit khusus, menggunakan teknoiogi tinggi). Manusia Indonesia turun dari 0,684 ke 0,682 dan peringkat
Sistem pelayanan ini tentu berjalan baik dengan turun dari urutan 110 ke 112 dari 175 negara. Walaupun
tersedianya sumber daya manusia dan dana cukup. Indonesia mencapai kemajuan dalam upaya mengurangi
Komunikasi di abad 21 menambah pengetahuan kita jumlah orang miskin sejak 13 tahun lalu, indikator
tentang berbagai cara pengobatan baru. lain seperti kekurangan gizi, kematian ibu melahirkan,
Dianjurkan menjawab tiga pertanyaan lebih dahulu pelayanan imunisasi, persalinan, sanitasi belum banyak
untuk menanggapi cara pengobatan baru; 1). Apakah cara berubah.
baru ini lebih unggul secara bermakna dibanding cara Ketidakberdayaan dokter tergambar dari komentar
yang dipakai sekarang; 2). Berapa biayanya dan apakah Kwik Kian Gie: "Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak
ekonomis; 3). Berapa jumlah pasien yang memerlukannya berarti jika tidak dinikmati secara merata" dan Chatib
serta siapa yang menanggung biaya. Basri:" Manusia miskin, kelaparan dan sakit bukan karena
Dokter di klinik harus memerhatikan pertanyaan tidak ada makanan, tetapi karena tidak ada akses (hak
pertama, namun sebaiknya tidak terlibat di segi perolehan) untuk mendapat makanan. Dan ini tugas
ekonominya.
"

negara (daerah) .

Jika hasil cara pengobatan baru lebih baik, tetapi Sejak 1 Maret 2005 pemerintah RI menetapkan
biayanya lebih tinggi diperlukan cost-effectiveness analysis,
, kenaikan harga BBM yang diperkirakan menghasilkan Rp
yang menghitung jumlah dana untuk mendapatkan 20 triliun untuk alokasi program pendidikan dan kesehatan
manfaat lebih dibanding cara lama. Manfaat ini dapat
, 36 juta orang miskin.
berupa penambahan jumlah pasien yang terselamatkan Informasi non medik lain seperti pencapaian
dengan cara diagnosis baru atau peningkatan jumlah pendidikan dasar, pelestarian lingkungan dan sebagainya
tahun umur dengan cara pengobatan baru Hasil analisis
. mungkin menambah pemberdayaan dokter.
ini dapat mendukung usul dari dokter di klinik Pertanyaan.

ketiga perlu dijawab oleh penyangga dana dan ahli


analisis kebijakan kesehatan . KESiMPULAN

Berangkat dari himbauan menggunakan konsep cosf-


ETIK PROFESI DAN KURIKULUM PENDIDIKAN effectiveness da\am tugas dokter, rantai berikut bertambah
DOKTER panjang dan sangat berguna dalam pengembangan diri
dokter sebagai intelektual: kurikulum (pelatihan intensif
Pembahasan tentang pemeriksaan pasien penetapan , dan bermutu) - etik profesi (pemantauan bermakna) -
masalah kesehatan pilihan pemeriksaan penunjang dan
, layanan medik (penataran berkala dan penyuluhan sesuai
pengobatan ternyata membentuk rantai kokoh, sehingga masalah di lapangan seperti DBD) - informasi non medik
penerapan konsep cost-effectiveness berkaitan dengan nasional (gambaran utuh tentang warga).
penerapan etik profesi, bukan semata-mata keterampilan
teknik.
Kedua butir ini jelas harus ada dalam kurikulum REFERENSI
pendidikan dokter kita. Kalau memang sudah ada,
pelatihannya harus ditingkatkan. Tetapi bila belum Indeks Pembangunan Manusia memburuk. Koinpas, 10 juli
2003.
tercantum diperlukan reformasi kurikulum.
,
Kadarisman (2003) Interaksi gaya hidup sehal dan perlindungan
Akan semakin nyata, bahwa keterpaduan antara tiga ekonomi. (tidak diterbitkan)
unsu r; perhimpunan profesi-institusi pendidikan dokter- Kwik Kian Cie. Apakah resep IMF mesti baik ? Kompas, 12 Juli
24 HLSAFATILMU PENYAKIT DALAM

2003.
i
Mark, DB Economic issues in clinical medicine. In: E.Braunwald
'
et al, eds. Harrison s Principles of Internal Medicine. 15th ed.
New York: Mc Graw-Hill.2001.P.17-18.
Mulyani S (Kepala Bappenas), Kompas 4 Maret 2005.
,

Supartondo. Pendekatan klinik pasien geriatri di rawat jalan dan


di rawat inap. In Presiding T.I. Geriatri. Supartondo dkk
(eds). Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.2002.P.18-21. !.
Supartondo (1997). Cost-effectivesness dalam tindak medik.tCuliah
dalam aceu-a Orientasi Tatalaksana RS Pendidikan / FKUI oleh
Diklat RS Dr Cipto Mangunkusumo 18-20 Juni 1997.
The practice of medicine. In: E. Braunwald et al, eds. Harrison's
Principles of Internal Medicine.lSth ed.New York;* Mc Graw-
Hill.2001.p.2-4. *
Vergrijzing dalam Inleiding Gerontoiogie en Geriatric/ ed. F.
Eulderink dkk. hal. 7, Bohn Stafleu Van Loghum Hduten / ,

Zaventem 1993.

1 ;

0,

IV

if ,

V .1
!

Anda mungkin juga menyukai