Anda di halaman 1dari 5

Pemicuan STBM

27/12/2012 BY JUTOMO1976
LANGKAH-LANGKAH PEMICUAN :

A. Perkenalan

B. Sampaikan maksud dan tujuan

C. Pencairan suasana

D. Meminta Izin dengan masyarakat bahwa kita boleh belajar

E. Pemetaan
1. Ajak masyarakat untuk membuat outline desa / dusun /
kampung, seperti batas desa/dusun/kampung, jalan, sungai,
tempat umum dan lain-lain.
2. Siapkan potongan-potongan kertas dan bagikan kertas,
kemudian minta masyarakat untuk menuliskan nama kepala
keluarga masing-masing beserta jumlah jiwa dalam satu rumah
3. Membuat kesepakatan dengan masyarakat dengan bahasa
masyarakat tentang BAB dan TINJA
4. Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-
masing. JIka seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di
tempat terbuka maupun “numpang di tetangga”, tunjukkan
tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning.
5. Tanyakan pula di mana tempat melakukan BAB dalam kondisi
darurat seperti pada saat malam hari, saat hujan atau saat
terserang sakit perut.
6. Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh
setiap orang setiap harinya. Sepakati jumlah rata-ratanya.
7. Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB
di sembarang tempat) yang paling banyak menghasilkan tinja.
(beri tepuk tangan).
8. Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah
aliran airnya.
9. Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana
mereka mandi. Picu masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi
dengan air yang ada tinjanya.
10. Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat
yang masih BAB di sembarang tempat per hari, dan kemudian
per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada di desa/dusun
tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB
sembarang tempat berlangsung?.
11. Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja tersebut.
12. Di akhir kegiatan tanyakan: kira-kira kemana besok mereka
akan BAB? Apakah mereka akan melakukan hal yang sama?

F. Penelusuran Lokasi BAB Sembarangan (Transect Walk)


1. Ajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yang sering
dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan).
2. Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut.
3. Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa
yang hari ini telah BAB di tempat tersebut.
4. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran ada yang
biasa melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan:
 bagaimana perasaannya ?
 berapa lama kebiasaan itu berlangsung ?
 apakah besok akan melakukan hal yang sama?
5. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran tidak ada
satupun yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut
tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat lokasi tersebut.
Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya
berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut.
6. Jika ada anak kecil yang ikut dalam penelusuran atau berada
tidak jauh dengan tempat BAB itu, tanyakan apakah mereka
senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan
tidak suka, ajak anak-anak itu untuk menghentikan kebiasaan
itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian, slogan, puisi, dan
bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.
G. Alur Kontaminasi (Oral Fecal)

1. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja


bisa masuk ke dalam mulut?
2. Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”? melalui
apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau
menuliskan hal – hal yang menjadi perantara tinja sampai ke
mulut.
3. Analisa hasilnya bersama – sama dengan masyarakat dan
kembangkan diskusi (misalnya FGD untuk memicu rasa takut
sakit)

H. Simulasi air yang telah terkontaminasi

1. Alternativ pertama dengan air di ember


a. Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air
sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut
untuk cuci muka, kumur-kumur, cuci pakaiann dan lain-lain yang
biasa dilakukan oleh warga di sungai.

b. Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta


salah seorang peserta untuk melakukan hal yang dilakukan
sebelumnya.

c. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan


apa alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang
sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan
dilakukan masyarakat di kemudian hari?
2. Alternativ Kedua dengan air minum di gelas
a. Ambil air dalam gelas (bisa saja aqua gelas), minta salah satu
masyarakat untuk meminum air dalam gelas tersebut sampai
setengah gelas

b. Minta sisa air yang mereka minum kemudian masukan sedikit


kotoran ke dalam gelas dengan sehelai rambut dan minta mereka
untuk meminumnya kembali

c. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak meminumnya, tanyakan apa


alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah
terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan dilakukan
masyarakat di kemudian hari?

I. Diskusi Kelompok (FGD)

o FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB


di sembarang tempat selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.

o FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain

Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi
dengan masyarakat, diantaranya:

FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat


“pribadi”

 Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan


BAB di tempat terbuka dan alasan mengapa mereka
melakukannya.
 Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat
terbuka yang tidak terlindung dan kegiatan yang dilakukan dapat
dilihat oleh setiap orang?
 Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau
ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh
siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau
tidak sengaja?
 Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat
terbuka) padahal ia sedang mendapatkan rutinitas bulanan. Apa
yang dirasakan?
 Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan
melakukan kebiasaan yang sama?
FGD untuk memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”

 Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di


kampungnya”, dan kemana perginya sejumlah tinja tersebut.
 Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa
lalat adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut,
lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki
lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke mana
saja dengan membawa kotoran di kaki-kakinya, bagaimana
memastikan bahwa rumah–rumah dan makanan-makanan di
dalam kampung itu dijamin bebas dari lalat, dan sebagainya.
 Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah
mana saja yang pernah terkena diare (2 – 3 tahun lalu), berapa
biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota keluarga
(terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana
perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya.
 Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

(contohnya dalam komunitas yang beragama Islam)

 Bisa dengan mengutip hadits atau pendapat para alim ulama yang
relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB
sembarangan, seperti yang dilakukan oleh salah seorang fasilitator
di Sumbawa, yang intinya kurang lebih: “bahwa ada 3 kelompok
yang karena perbuatannya termasuk orang-orang yang terkutuk,
yaitu orang yang biasa membuang air (besar) di air yang mengalir
(sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh)”.
 Bisa dengan mengajak untuk mengingat hukum berwudlu, yaitu
untuk menghilangkan “najis”. Tanyakan air apa yang selama ini
digunakan oleh masyarakat untuk wudlu”? apakah benar-benar
bebas dari najis?
 Apa yang akan dilakukan kemudian?
FGD menyangkut kemiskinan

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan


ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk
membangun jamban.

 Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu


perlu dana besar, fasilitator bisa menanyakan apakah benar
jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan
alternatif yang paling sederhana).
 Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk
bisa membangun jamban (meskipun dengan bentuk yang paling
sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan dengan
masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat
Indonesia, misalnya Bangladesh. Bagaimana masyarakat miskin di
Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan BAB di
sembarang tempat.
 Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan
kepada mereka: tanggung jawab siapa masalah BAB ini? Apakah
untuk BAB saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan
pihak luar lainnya?

J. Puncak Pemicuan
1. Tanyakan kepada masyarakat siapa yang mau berubah, jika ada
yang mau berubah berikan apresiasi dengan meminta semua
masyarakat tepuk tangan

2. bagaimana kita berubah? Jika ada masyarakat yang mau


membuat jamban minta mereka menjelaskan bagaimana cara
membuat jamban serta tanyakan berapa biaya membuat jamban

3. jika jamban yang dijelaskan masih dengan harga yang mahal,


gali masyarakat untuk membuat jamban yang murah

4. jika sudah ada yang mau berubah, berikan apresiasi dan minta
mereka untuk membuat kontrak sosial

K. Penutupan

1. Ucapkan terimakasih kepada masyarakat

2. Membuat kesepakatan kapan kita bisa bertemu lagi untuk


membahas tindak lanjut

Anda mungkin juga menyukai