Oleh :
Nana Sri Rahayu 1210311020
Angga Putra Perdana 1210313039
Preseptor :
dr. Yan Edward Sp. THT-KL (K)
1
BAB I
PENDAHULUAN
berasal dari luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak
terdapat pada hidung. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda
asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh).
Selain itu benda asing dapat terbagi atas dua jenis , yaitu benda hidup (organik)
dan benda mati (anorganik). Contoh benda asing organik, antara lain lintah, lalat,
kesehatan primer. Kasus ini paling sering dialami oleh anak dan balita. Benda
tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus benda
asing asimtomatik dan terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang
antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan
kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat benda asing,
2
Sebagai dokter pada layanan primer, diagnosis benda asing di hidung
dapat mengeluarkan benda asing tersebut, namun hal ini bergantung pada
beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing,
apakah benda berupa bahan yang mudah diambil (lebut dan irregular) atau tidak
mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan kerjasama pasien.4 Oleh
karena itu pengkajian terhadap benda asing di hidung yang merupakan level
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian
luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; struktur hidung luar
dibedakan atas tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat
dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
4
rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral
terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka
inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral hidung dinamakan meatus
inferior, berikutnya celah antara konka media dan dinding lateral hidung disebut
meatus media dan celah antara konka konka superior dan dinding lateral hidung
Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian
posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , Krista palatine serta krista
sfenoid.5
5
2.1.2.2 Kavum nasi
1. Dasar hidung
2. Atap hidung
3. Dinding Lateral
4. Konka
Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka ;
6
dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior
Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit
antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel
etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa
ostium yang besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan
sfenoid.5
Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang
lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus
maksila, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior
konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah
yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara
atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius
infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah
satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior
7
posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang
2.1.2.6 Nares
Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan
nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum.Tiap
bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri
atas sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan
sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular
udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris
dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari
columnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari
rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel
goblet.5
8
2.1.3 Kompleks ostiomeatal (KOM) 5
yang berupa celah pada dinding lateral hidung.Pada potongan koronal sinus
paranasal gambaran KOM terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media
sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit
sekret akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai
serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung
9
2.1.4 Perdarahan hidung 5
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis
superfisial dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber
10
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.Vena-vena
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima
posterior konka media. Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari
permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor
11
2.2 Fisiologi Hidung
2.3 Definisi
Benda asing (corpus alienum) di hidung adalah benda asing yang berasal
dari luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada
hidung. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga
12
2.4 Epidemiologi
Benda asing di hidung adalah suatu kedaruratan yang cukup sering terjadi
di bidang telinga, hidung, dan tenggorok. Kejadian benda asing ini dapat terjadi
secara spontan atau tidak disengaja baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
asing di telinga. Lokasi benda asing di hidung biasanya di dasar kavum nasi, di
bawah konka inferior, atau di meatus media. Benda asing unilateral tersering di
sisi kanan sekitar dua kali di banding kiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh
beraktivitas.1,7
Sebesar lima puluh persen kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada
anak yang berumur kurang dari 4 tahun. Bayi di bawah 1 tahun yang gawat napas
karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian. Kacang atau
biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur 2-4 tahun karena
13
belum memiliki gigi molar yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan
dengan baik. Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang
berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan
benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut,
atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang berusia 1-3 tahun belum
terjadi koordinasi menelan dan penutuoan glottis yang sempurna.6,12 Pada anak-
anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior kavum nasi hingga
Benda asing yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen, manik-
manik dan kertas. Benda asing seperti plastik dapat pula bertahan lama karena
sukar didiagnosis akibat sifatnya yang noniritatif dan radiolusen sehingga tidak
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut.Sedangkan yang berasal dari dalam
Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas.Benda asing
eksogen padat terdiri atas zat organik (yang berasal dari tumbuhan seperti kacang-
kacangan dan yang berasal dari kerangka binatang seperti tulang) dan zat
anorganik seprti paku, jarum, peniti, dan batu.Benda asing eksogen cair dibagi
dalam benda asing yang bersifat iritatif dan non-iritatif.Benda asing endogen
berupa secret kental, darah, bekuan darah dan lain-lain. Berikut adalah jenis-jenis
14
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda
cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda
asing hidup.
1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
a. Larva lalat
manusia dan hewandi Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies
atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada toraks
15
dan pada abdomen bergaris melintang.Larva mempunyai kait-kait di
bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa
meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang
hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang
pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.2,8
b. Lintah
tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini
ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat.Lintah merupakan
saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan
itu akan menyebabakan lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami
darah.9
16
Gambar 6. Lintah hidup di hidung
c. Cacing
Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk
2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing
baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen
yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus
hidung.2
17
Gambar 7. Manik-manik di bawah konka inferior
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan
benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.5
tinggal)
18
2.6 Patogenesis
epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing
bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
terjadi apabila dicurigai pembungkus metal batterai terbuka dalam waktu 24 jam.
meningkatkan pH mukosa kavum nasi. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya
dalam kavum nasi dianggap sebagai benda asing sehingga merangsang pertahan
inferior.1,10
yang umum terjadi. Benda asing di hidung umumnya terdapat pada kelompok usia
anak-anak dengan atau tanpa retardasi mental, status sosial ekonomi yang buruk,
orang tua yang pendidikan rendah, dan biasanya memiliki kejadian serupa di masa
lalu. Selain itu, orang dewasa dengan penyakit jiwa dan keterbelakangan mental
19
Benda asing yang masuk ke dalam hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea, dan bronkus. Biasanya benda asing tersebut cenderung
terletak di lantai rongga hidung, tepat di bawah konka inferior, atau di fosa
anterior hidung bagian atas sampai konka media. Benda asing di hidung pada
anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan dapat
bertahan untuk waktu yang lama. Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa
gejala sampai kematian akibat sumbatan total. Biasanya pasien sering datang
dengan adanya benda asing pada salah satu rongga hidung, rhinitis berulang
unilateral, hidung berbau busuk, adanya sekret unilateral, dan epistaksis unilateral.
penghapus kecil, kancing, bagian mainan, kerikil, lilin, makanan, kertas, kain,
inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi yang akhirnya lama-
pada pembuluh darah. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus sehingga
disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah
berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring yang
2.8 Diagnosis
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setiap benda asing di saluran napas merupakan
hal serius karena dapat menyebabkan sumbatan jalan napas akut, baik total atau
sebagian. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus benda asing di
20
hidung sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Data terpenting
bagi seorang klinisi dalam mengevaluasi anak dengan kecurigaan benda asing di
hidung adalah cerita dari saksi mata karena biasanya anak dengan benda asing
Macam benda asing atau bahan yang masuk dan telah berapa lama benda
asing tersebut masuk sangat penting untuk diketahui. Benda asing organik di
sehingga dalam waktu 6 sampai 12 jam dapat menyebabkan sumbatan jalan napas
secara total. Sebaliknya pada benda asing anorganik, reaksi jaringan lebih sedikit
datang pada usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral
kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala
Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan
kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan
bersin.1
sedatif pada pasien pediatrik atau bantuan orang tua untuk memfiksasi pasien.
perdarahan. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung,
biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau
busuk. Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan
21
pemeriksaan penunjang, pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang
benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang
morbiditas potensial karena dapat terjadi kerusakan mukosa dan kematian akibat
terjatuhnya benda asing ke dalam saluran napas distal. Anestesi lokal dengan
premedikasi yang tepat, vasokonstriksi lokal, dan visualisasi yang baik dapat
biasanya pasien anak-anak sulit untuk kooperatif. Hal ini disebabkan oleh
mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi
duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya
seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian
atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu
pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep
22
aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat,
berpengalaman jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa
ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing
Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak
karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat
menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting
1. Lampu kepala
2. Vasokonstriktor topical
3. Spekulum hidung
23
4. Bag-valve mask
5. Forseps alligator
6. Probe hooked
7. Balon kateter
8. Kuret
9. Peralatan suction
Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak
benda asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan
benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan
anestesinya yaitu lidokain.15 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml
dari 1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari
hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran
pernafasan aman.8
melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang
yang memiliki benda asing di hidung dan tidak koperatif sebaiknya tidak di
24
berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan komplikasi dengan
Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung
sebaiknya posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan
kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat
terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut.8
tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan
dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat,
kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit
terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung,
pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing
kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat
selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan
a. Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat,
alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan
25
teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan
tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut
pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut sebagai "hook-scope",
b. Kateter balon
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat
yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat
digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6),
merupakan pilihan.8
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah
benda asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam
kateter (2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar).
Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut
26
benda asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik
lainnya.4
c. Tekanan positif
Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini
dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan
menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang
mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh
insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan
27
volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi
Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana
benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator.Suction yang diberikan
Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit
diambil dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil
haruslah yang kering dan terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar
Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan
tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel
benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung
Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini
komplikasi pada teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.4
biasanya apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis.
Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut.Forcep
alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan
28
memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop
dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara
umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum.
Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke
dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor
atau massa.4,8
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.5
29
2.10 Komplikasi
paranasal sinuses tetap menjadi standar emas untuk melihat benda asing hidung
2.11 Prognosis
di hidung bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan
material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan
irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan
kerjasama pasien.
30
BAB III
PENUTUP
Benda asing (corpus alienum) di hidung adalah benda asing yang berasal dari
luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada
hidung. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga
hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Benda asing pada
hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena anak
dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain.
Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda
asing hidup. Benda asing mati (inaminate foreign bodies) di hidung cendrung
epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing
bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai kematian akibat
sumbatan total. Biasanya pasien sering datang dengan adanya benda asing pada
salah satu rongga hidung, rhinitis berulang unilateral, hidung berbau busuk,
benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang
31
minimal. Pasien dapat datang dengan sinusitis, septum perforasi, meningitis,
tetanus dan difteri sebagai komplikasi benda asing di hidung. Mortalitas dan
pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing,
apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan irregular) atau tidak
mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan kerjasama pasien.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Junizaf MH. 2012. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi ke 7. Jakarta: FKUI
2. Novialdi, Rahman S. 2006. Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Bagian
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
http://repository.unand.ac.id/diunduh pada tanggal 20 April 2016.
3. Davies PH, Benge JR. 2000.Foreign Body. The Nose and Ear: A Review
Techniques for Removal in the Emergency Department.
4. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
33
12. Christanto A, Samodra E, Darmawan AB, Primadewi N. Gigi Palsu di
Trakea - Laporan Kasus . Cermin Dunia Kedokteran-Kalbemed. Jakarta.
2013
13. Jain A, Shah M, Jain S. Case Reports : Nasal Foreign Body Presenting as
Unilateral Headache. Indian Paediatrics. Department of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery, CU Shah Medical
College and Hospital, Surendra Nagar. India. 2011
14. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
15. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
2014. Benda asing di hidung. Jakata: IDI.
34