Anda di halaman 1dari 34

Clinical Science Session

BENDA ASING DI HIDUNG

Oleh :
Nana Sri Rahayu 1210311020
Angga Putra Perdana 1210313039

Preseptor :
dr. Yan Edward Sp. THT-KL (K)

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corpus alienum atau benda asing di hidung adalah benda asing yang

berasal dari luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak

terdapat pada hidung. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda

asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh).

Selain itu benda asing dapat terbagi atas dua jenis , yaitu benda hidup (organik)

dan benda mati (anorganik). Contoh benda asing organik, antara lain lintah, lalat,

larva, sedangkan benda asing anorganik, misalnya manik-manik, kertas, tisu,

logam, baterai kecil, kacang-kacangan, dan lain-lain.1

Kasus benda asing di hidung sering ditemui oleh dokter di pelayanan

kesehatan primer. Kasus ini paling sering dialami oleh anak dan balita. Benda

asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung

tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus benda

asing asimtomatik dan terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang

telinga hidung dan tenggorok.2

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam hidung

antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan

tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, penurunan

kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat benda asing,

serta faktor kecerobohan. Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas

bahkan mortalitas bila masuk ke saluran nafas bawah.3

2
Sebagai dokter pada layanan primer, diagnosis benda asing di hidung

harus dapat ditegakkan dan ditatalaksana secara komprehensif. Dokter keluarga

dapat mengeluarkan benda asing tersebut, namun hal ini bergantung pada

beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing,

apakah benda berupa bahan yang mudah diambil (lebut dan irregular) atau tidak

mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan kerjasama pasien.4 Oleh

karena itu pengkajian terhadap benda asing di hidung yang merupakan level

kompetensi 4 dan sering terjadi di masyarakat sangat penting dilakukan.

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung, definisi,

klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,

tatalaksana, komplikasi serta prognosis dari benda asing di hidung.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan ntuk menambah pengetahuan tentang

benda asing di hidung dan langkah-langkah penatalaksanaan secara komprehensif,

yang nantinya akan diterapkan sebagai dokter pada pelayanan primer.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang

merujuk dari berbagai literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Hidung

2.1.1 Anatomi hidung luar

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian

luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; struktur hidung luar

dibedakan atas tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat

digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ;

dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk

hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : 1)

pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung

(hip),4) ala nasi,5) kolumela, dan 6) lubang hidung (nares anterior).5

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi

oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan

atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung

(os nasal) , 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal ;

sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang

terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis

superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai

kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum.5

2.1.2 Anatomi hidung dalam

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari

os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan

4
rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral

terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka

inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral hidung dinamakan meatus

inferior, berikutnya celah antara konka media dan dinding lateral hidung disebut

meatus media dan celah antara konka konka superior dan dinding lateral hidung

disebut meatus superior.5

Gambar 1. Anatomi hidung dalam

2.1.2.1 Septum nasi

Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian

posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian

posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , Krista palatine serta krista

sfenoid.5

5
2.1.2.2 Kavum nasi

Kavum nasi terdiri dari:5

1. Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan

prosesus horizontal os palatum. .

2. Atap hidung

Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os

nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus

os sphenoid.Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina

kribrosa yang dilalui oleh filament-filamen n.olfaktorius yang

berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju

bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior.

3. Dinding Lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis

os maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang

merupakan bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina

perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial.

4. Konka

Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka ;

celah antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus

inferior ; celah antara konka media dan inferior disebut meatus

media, dan di sebelah atas konka media disebut meatus superior.

Kadang-kadang didapatkan konka keempat (konka suprema) yang

teratas. Konka suprema, konka superior, dan konka media berasal

6
dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior

merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian

superior dan palatum.

2.1.2.3 Meatus superior

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit

antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel

etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa

ostium yang besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan

korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus

sfenoid.5

2.1.2.4 Meatus media

Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang

lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus

maksila, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior

konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah

yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara

atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius

dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris.5

Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang

berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Di atas

infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah

satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior

biasanya bermuara di infundibulum.Sinus frontal dan sel-sel etmoid anterior

biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di

7
posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang

duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan infundibulum.5

2.1.2.5 Meatus Inferior

Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di

belakang batas posterior nostril. 5

2.1.2.6 Nares

Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan

nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum.Tiap

nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum,

bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan

bagian luar oleh lamina pterigoideus.5

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri

atas sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan

sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular

dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah

apeks prosesus zygomatikus os maksilla.5

Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi

udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris

dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari

orbita dan zygomatikus. Sinus-sinus tersebut terbentuk oleh pseudostratified

columnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari

rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel

goblet.5

8
2.1.3 Kompleks ostiomeatal (KOM) 5

Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior

yang berupa celah pada dinding lateral hidung.Pada potongan koronal sinus

paranasal gambaran KOM terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media

dan lamina papirasea.Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah

prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger

nasi dan ressus frontal.

Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena

sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit

infundibulum sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal

sekret akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai

serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung

menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus

dan konka media

Gambar 2.Kompleks Ostio Meatal

9
2.1.4 Perdarahan hidung 5

Gambar 3. Perdarahan Hidung

Bagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid

anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis

interna.Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.

maksilaris interna, di antaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina

yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki

rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.Bagian depan hidung

mendapat pendarahan dari cabang – cabang a.fasialis.

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

a.sfenopalatina,a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang

disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya

superfisial dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber

epistaksis(pendarahan hidung) terutama pada anak.

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan

berdampingan dengan arterinya .Vena di vestibulum dan struktur luar hidung

10
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.Vena-vena

di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakanfaktor predisposisi untuk

mudahnya penyebaran infeksi hingga ke intracranial.

2.1.5 Persarafan hidung 5

Gambar 4. Persarafan Hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari

n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal

dari n.oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat

persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.Ganglion

sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan

persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima

serabut-serabut sensorisdari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari

n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus

profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung

posterior konka media. Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari

permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor

penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung

11
2.2 Fisiologi Hidung

Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi

fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah: 5

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),

penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan

dan mekanisme imunologik lokal,

2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara

untuk menampung stimulus penghidu,

3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses

bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,

4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi

terhadap trauma dan pelindung panas, dan

5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang

berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang

dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau

tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.6

2.3 Definisi

Benda asing (corpus alienum) di hidung adalah benda asing yang berasal

dari luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada

hidung. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga

hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. 1

12
2.4 Epidemiologi

Benda asing di hidung adalah suatu kedaruratan yang cukup sering terjadi

di bidang telinga, hidung, dan tenggorok. Kejadian benda asing ini dapat terjadi

secara spontan atau tidak disengaja baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

Benda asing di hidung lebih banyak kejadiannya dibandingkan dengan benda

asing di telinga. Lokasi benda asing di hidung biasanya di dasar kavum nasi, di

bawah konka inferior, atau di meatus media. Benda asing unilateral tersering di

sisi kanan sekitar dua kali di banding kiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh

kecenderungan individu yang dominan menggunakan tangan kanan dalam hal

beraktivitas.1,7

Gambar 5. Lokasi Benda Asing di Hidung

Sebesar lima puluh persen kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada

anak yang berumur kurang dari 4 tahun. Bayi di bawah 1 tahun yang gawat napas

karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian. Kacang atau

biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur 2-4 tahun karena

13
belum memiliki gigi molar yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan

dengan baik. Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang

berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan

benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut,

atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang berusia 1-3 tahun belum

terjadi koordinasi menelan dan penutuoan glottis yang sempurna.6,12 Pada anak-

anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior kavum nasi hingga

ke bawah konka inferior dan medial. 8

Benda asing yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen, manik-

manik dan kertas. Benda asing seperti plastik dapat pula bertahan lama karena

sukar didiagnosis akibat sifatnya yang noniritatif dan radiolusen sehingga tidak

tampak dari pemeriksaan radiologik.

2.5 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,

biasanya masuk melalui hidung atau mulut.Sedangkan yang berasal dari dalam

tubuh disebut benda asing endogen.

Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas.Benda asing

eksogen padat terdiri atas zat organik (yang berasal dari tumbuhan seperti kacang-

kacangan dan yang berasal dari kerangka binatang seperti tulang) dan zat

anorganik seprti paku, jarum, peniti, dan batu.Benda asing eksogen cair dibagi

dalam benda asing yang bersifat iritatif dan non-iritatif.Benda asing endogen

berupa secret kental, darah, bekuan darah dan lain-lain. Berikut adalah jenis-jenis

benda asing berdasarkan asalnya:2

14
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk

melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair

atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-

kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari

kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur

barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda

cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu

cairan dengan pH 7,4.

2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing

endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,

perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke

dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.1

Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda

asing hidup.

1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan

cacing.

a. Larva lalat

Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung

manusia dan hewandi Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies

Chryssomya bezziana.Chrysomya bezziana adalah serangga yang

termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo

Cyclorrapha, kelas Insecta.Lalat dewasa berukuran sedang berwarna biru

atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada toraks

15
dan pada abdomen bergaris melintang.Larva mempunyai kait-kait di

bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa

meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang

hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang

pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.2,8

b. Lintah

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas

hirudinae.Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang

belakang yang termasuk dalam filumannelida. Anggota jenis cacing ini

tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini

ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat.Lintah merupakan

hewan pengisap darah.Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua

ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada

saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan

mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak

akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan

menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini pipih,

bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.

Lintah menghisap darah pasien sehingga akan memperbesar ukurannya,

itu akan menyebabakan lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami

syok akibat kehilangan darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi

darah.9

16
Gambar 6. Lintah hidup di hidung

c. Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi

masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi

Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk

mendapatkan oksigen yang lebih banyak.

2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing

baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen

yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus

diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera,

karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa

hidung.2

17
Gambar 7. Manik-manik di bawah konka inferior

Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan

menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan

benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.5

Faktor predisposisinya yaitu:

1. Factor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisis social, tempat

tinggal)

2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme dan epilepsy).

3. Factor fisik (kelainan dan penyakit neurologic)

4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak

5. Factor kejiwaan (emosi , gangguan psikis)

6. Ukuran, bentuk serta sifat benda asing

7. Makan sambil bermain

18
2.6 Patogenesis

Benda asing mati (inaminate foreign bodies) di hidung cendrung

menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi,

epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing

hidup (animate foreigh body) menyebabakan reaksi inflamasi dengan drajat

bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang

hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.1,10

Pathogenesis korpos alienum batrai, mekanisme perforasi pada septum nasi

terjadi apabila dicurigai pembungkus metal batterai terbuka dalam waktu 24 jam.

Selanjutnya kandungan alkali keluar dan mengiritasi mukosa sehingga

meningkatkan pH mukosa kavum nasi. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya

nekrosis jaringan lokal. Kemudian, batterai dan kandungannya yang terdapat

dalam kavum nasi dianggap sebagai benda asing sehingga merangsang pertahan

tubuh untuk terjadinya inflamasi. Bahkan dapat menyebabkan destruksi konka

inferior.1,10

2.7 Gambaran Klinis

Benda asing di telinga hidung tenggorokan merupakan suatu kegawatan

yang umum terjadi. Benda asing di hidung umumnya terdapat pada kelompok usia

anak-anak dengan atau tanpa retardasi mental, status sosial ekonomi yang buruk,

orang tua yang pendidikan rendah, dan biasanya memiliki kejadian serupa di masa

lalu. Selain itu, orang dewasa dengan penyakit jiwa dan keterbelakangan mental

juga dapat ditemukan dengan adanya benda asing di hidungnya. 4,11

19
Benda asing yang masuk ke dalam hidung dapat tersangkut di hidung,

nasofaring, laring, trakea, dan bronkus. Biasanya benda asing tersebut cenderung

terletak di lantai rongga hidung, tepat di bawah konka inferior, atau di fosa

anterior hidung bagian atas sampai konka media. Benda asing di hidung pada

anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan dapat

bertahan untuk waktu yang lama. Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa

gejala sampai kematian akibat sumbatan total. Biasanya pasien sering datang

dengan adanya benda asing pada salah satu rongga hidung, rhinitis berulang

unilateral, hidung berbau busuk, adanya sekret unilateral, dan epistaksis unilateral.

Benda asing umumnya adalah manik-manik, kacang-kacangan, biji-bijian,

penghapus kecil, kancing, bagian mainan, kerikil, lilin, makanan, kertas, kain,

batu, dan tombol baterai. 1,4,6,11,12,13

Pada pemeriksaan dengan rinoskopi anterior, tampak edema dengan

inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi yang akhirnya lama-

kelamaan dapat menimbulkan epistaksis akibat peradangan lokal dan tekanan

pada pembuluh darah. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus sehingga

disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah

berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring yang

kemudian dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus.1,11

2.8 Diagnosis

Diagnosis klinis benda asing di hidung dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setiap benda asing di saluran napas merupakan

hal serius karena dapat menyebabkan sumbatan jalan napas akut, baik total atau

sebagian. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus benda asing di

20
hidung sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Data terpenting

bagi seorang klinisi dalam mengevaluasi anak dengan kecurigaan benda asing di

hidung adalah cerita dari saksi mata karena biasanya anak dengan benda asing

hidung tidak menunjukkan gejala. 1,12

Macam benda asing atau bahan yang masuk dan telah berapa lama benda

asing tersebut masuk sangat penting untuk diketahui. Benda asing organik di

dalam saluran napas dapat cepat mengembang karena bersifat higroskopis

sehingga dalam waktu 6 sampai 12 jam dapat menyebabkan sumbatan jalan napas

secara total. Sebaliknya pada benda asing anorganik, reaksi jaringan lebih sedikit

bahkan kadang tidak menimbulkan gejala.1,12

Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien

datang pada usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral

kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala

yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan bernapas melalui mulut.

Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan

kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan

bersin.1

Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien dalam keadaan imobilisasi agar

memudahkan pemeriksaan. Oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat

sedatif pada pasien pediatrik atau bantuan orang tua untuk memfiksasi pasien.

Kadang-kadang terjadi trauma lokal mungkin dengan eritema, edema, atau

perdarahan. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung,

biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau

busuk. Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan

21
pemeriksaan penunjang, pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang

memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.1

2.9 Tata Laksana

Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan

benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang

minimal. Pengeluaran benda asing di hidung tampaknya sederhana tetapi terdapat

morbiditas potensial karena dapat terjadi kerusakan mukosa dan kematian akibat

terjatuhnya benda asing ke dalam saluran napas distal. Anestesi lokal dengan

premedikasi yang tepat, vasokonstriksi lokal, dan visualisasi yang baik dapat

mengurangi edema mukosa pada saat pengambilang benda asing hidung. 16

Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena

biasanya pasien anak-anak sulit untuk kooperatif. Hal ini disebabkan oleh

ketakutan anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka

akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung

sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan.5

Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk

mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi

duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya

sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah

kemungkinan terjadinya aspirasi.3,16

Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung,

seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian

atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu

pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep

22
aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat,

maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.5

Berikut ini beberapa teknik mengeluarkan benda asing di hidung :

1. Persiapan sebelum melakukan Teknik

Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang

berpengalaman jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa

tidaknya ekstraksi, harus dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan

tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba berulang kali dapat

mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda asing

ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing

tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.8

Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak

kooperatif. Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus

dicoba pada pasien ini.8

Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya

karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat

menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting

untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain

itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan

oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.8

Peralatan yang digunakan meliputi:8

1. Lampu kepala

2. Vasokonstriktor topical

3. Spekulum hidung

23
4. Bag-valve mask

5. Forseps alligator

6. Probe hooked

7. Balon kateter

8. Kuret

9. Peralatan suction

Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak

muncul pada pasien selama pengangkatan. 15 Namun, vasokonstriksi farmakologis

dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari

benda asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan

memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa epinefrin) dan 0,5%

phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan

benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan

anestesinya yaitu lidokain.15 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml

dari 1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari

laporan kasus epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di

hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran

pernafasan aman.8

Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian

sedasi harus dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Satu penelitian

melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang

rendah dengan penggunaan sedasi.Penelitian lain berpendapat bawa pada pasien

yang memiliki benda asing di hidung dan tidak koperatif sebaiknya tidak di

24
berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan komplikasi dengan

mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.5,8

Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung

sebaiknya posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan

kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat

terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut.8

Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode

tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan

dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat,

kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit

terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung,

pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing

yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.8

Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat

kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat

mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.8

Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung

selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan

lokasi dan bentuk benda asing tersebut.10

2. Jenis-jenisTeknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung

a. Instrumentasi langsung

Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat,

benda asing tidak rapuh.Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep

alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan

25
teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan

mudah pindah ke posterior.8

Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat

tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut

kemudian ditarik ke depan. Satu peneliti melaporkan menggunakan endoskopi

fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian menggunakannya sebagai

pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut sebagai "hook-scope",

teknik ini berguna jika pasien kooperatif.8

Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi

instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang

benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.8

b. Kateter balon

Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat

yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat

digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6),

atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga

merupakan pilihan.8

Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah

sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain

jelly.Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati

benda asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam

kateter (2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar).

Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut

tertarik.7Teknik dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar

26
benda asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik

lainnya.4

Gambar 8. Pengunaan Forgarty Catheter

c. Tekanan positif

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini

dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan

menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang

mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh

orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.1,2,14 Ketika topeng bag-

valve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal

insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan

komplikasi seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital.Tekanan

positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas,

paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan

27
volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi

yang terakhir belum dilaporkan.1

d. Tekanan Negatif (Suction)

Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana

benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator.Suction yang diberikan

pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.16

e. Lem atau Perekat

Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit

diambil dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil

haruslah yang kering dan terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar

benda asing dihidung minimal.16

Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan

tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel

benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung

dapat dengan mudah terluka oleh lem tempatnya.4

f. Instrumen yang dibuat sendiri

Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini

dapat dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena

komplikasi pada teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.4

g. Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan

Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan

biasanya apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis.

Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut.Forcep

alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan

28
memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop

dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara

umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum.

Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke

dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor

atau massa.4,8

Gambar 2.7 Mengeluarkan benda asing dengan forsep alligator

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus

benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.5

Perlu diberikan edukasi kepada orangtua dan masyarakat tentang bahaya

masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Orangtua diminta menjauhkan

benda tersebut dari jangkauan anak-anak. Serta perlunya meningkatkan

kemampuan dan ketrampilan paramedic dalam mendiagnosis dan menangani

pasien dengan benda asing pada saluran napas.6

29
2.10 Komplikasi

Pasien dapat datang dengan sinusitis, septum perforasi, meningitis, tetanus

dan difteri sebagai komplikasi benda asing di hidung. Computed tomography

paranasal sinuses tetap menjadi standar emas untuk melihat benda asing hidung

yang tidak terlihat dengan pemeriksaan rinoskopi.11

2.11 Prognosis

Mortalitas dan morbiditas benda asing di hidung tergantung sberapa

besar sumbatan yang diakibatkannya. Keberhasilan penanganan dari benda asing

di hidung bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan

material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan

irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan

kerjasama pasien.

30
BAB III

PENUTUP

Benda asing (corpus alienum) di hidung adalah benda asing yang berasal dari

luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada

hidung. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga

hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Benda asing pada

hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena anak

yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan

dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain.

Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda

asing hidup. Benda asing mati (inaminate foreign bodies) di hidung cendrung

menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi,

epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing

hidup (animate foreigh body) menyebabakan reaksi inflamasi dengan drajat

bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang

hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.

Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai kematian akibat

sumbatan total. Biasanya pasien sering datang dengan adanya benda asing pada

salah satu rongga hidung, rhinitis berulang unilateral, hidung berbau busuk,

adanya sekret unilateral, dan epistaksis unilateral.

Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan

benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang

31
minimal. Pasien dapat datang dengan sinusitis, septum perforasi, meningitis,

tetanus dan difteri sebagai komplikasi benda asing di hidung. Mortalitas dan

morbiditas benda asing di hidung tergantung sberapa besar sumbatan yang

diakibatkannya. Keberhasilan penanganan dari benda asing di hidung bergantung

pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing,

apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan irregular) atau tidak

mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter, dan kerjasama pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf MH. 2012. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi ke 7. Jakarta: FKUI
2. Novialdi, Rahman S. 2006. Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Bagian
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
http://repository.unand.ac.id/diunduh pada tanggal 20 April 2016.
3. Davies PH, Benge JR. 2000.Foreign Body. The Nose and Ear: A Review
Techniques for Removal in the Emergency Department.
4. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.

University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am

Fam Physician. 2007

5. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. 2012.Hidung. Dalam Buku


Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi ke 7. Jakarta: FKUI
6. Widiastuti D, Chair I. Aspirasi Kacang pada Anak. Sari Pediatri. Jakarta.
2003
7. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Khatmandu University Medical
Journal. Nepal: 2012.
8. Fischer JI.2013. Nasal Foreign Body,
http//emedicine.medscape.com/article/763767-overview. Diakses 20 April
2016
9. Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N.
Rhinoliths. http://www.ijdr.in/di unduh tanggal 20 April 2016
10. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology
and Paranasal Sinuses. Thompson Learning.
11. Kalyanasundaram R, Thirunavukkarasu R, Balasubramaniam G,
Palaniappan H. An Unusual Foreign Body in the Nasal Cavity.
International Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery.
Department of ENT Thanjavur Medical College. India. 2014

33
12. Christanto A, Samodra E, Darmawan AB, Primadewi N. Gigi Palsu di
Trakea - Laporan Kasus . Cermin Dunia Kedokteran-Kalbemed. Jakarta.
2013
13. Jain A, Shah M, Jain S. Case Reports : Nasal Foreign Body Presenting as
Unilateral Headache. Indian Paediatrics. Department of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery, CU Shah Medical
College and Hospital, Surendra Nagar. India. 2011
14. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
15. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
2014. Benda asing di hidung. Jakata: IDI.

16. Detlef B, Randolf R. The Rhinolith—A Possible Differential Diagnosis of


a Unilateral Nasal Obstruction. Hindawi Publishing Coorporation. 2010.

34

Anda mungkin juga menyukai