SKRIPSI
OLEH:
FITRAH FAUZIAH
NIM: 131000510
OLEH:
FITRAH FAUZIAH
NIM: 131000510
Fitrah Fauziah
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
iii
iv
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
pihak yang telah membantu hingga terwujudnya Skripsi ini, terutama kepada
orang tua saya tercinta, Ibunda Aminah dan Ayahanda Iriansyah Hadi yang telah
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan seluruh staf
khusunya bagian Rekam Medik yang telah membantu penulis dalam proses
pengumpulan data.
Azizah yang selalu memberikan dukungan serta doa dan motivasi kepada
kerabat lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
10. Sahabat terkasih Dwi, Wira, Jhones, Ribka, Ruth, Hotma, Eka, Novel, Vela,
Imam, Grace, Asla, Yuna, Salvina, Rian, Ayu, Hanny, Rina, dan teman-teman
dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan moril,
materil, serta doa dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
11. Semua pihak terkait yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
vi
lindungan Allah SWT atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Apabila
terdapat kesalahan maka penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar
Fitrah Fauziah
vii
BAB I PENDAHULUAN
viii
4.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ........................... 36
4.1.1 Gambaran Umum .............................................................................. 36
4.1.1 Visi, Misi dan Motto RSUP Haji Adam Malik Medan ....................... 36
4.1.1 Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan ..... 37
4.2 Analisis Deskriptif ........................................................................................ 38
4.2.1 Sosiodemografi .................................................................................. 38
4.2.2 Keadaan Sewaktu Datang .................................................................. 40
4.2.3 Status Gizi ......................................................................................... 40
4.2.4 Gejala Subjektif ................................................................................. 41
4.2.5 Gejala Objektif .................................................................................. 41
4.2.6 Klasifikasi Meningitis ........................................................................ 42
4.2.7 Lama Rawatan Rata-Rata .................................................................. 43
4.2.8 Keadaan Sewaktu Pulang ................................................................... 43
4.3 Analsis Statistik ............................................................................................ 44
4.3.1 Umur Berdasarkan Klasifikasi Meningitis .......................................... 44
4.3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ............................. 45
4.3.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ........... 46
4.3.4 Sewaktu Pulang Berdasarkan Umur ................................................... 46
4.3.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang ...... 47
4.3.6 Status Gizi Berdasarkan Klasifikasi Meningitis .................................. 48
4.3.7 Klasifikasi Meningitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ........... 49
BAB V PEMBAHASAN
ix
xi
Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jeis Kelamin Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ....................................... 47
xii
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016 ................................................................ 50
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 52
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Agama Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 53
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Asal Daerah Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 54
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ........................... 55
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Status Gizi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 57
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Gejala Subjektif Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 58
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Gejala Objektif Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 59
Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .................................... 59
xiii
Gambar 5.11 Diagram Bar Umur Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan
Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 59
Gambar 5.12 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .................................... 59
Gambar 5.13 Diagram Bar Umur Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan
Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 59
Gambar 5.14 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ........................... 59
Gambar 5.15 Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Meningitis Pada
Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ............... 59
Gambar 5.16 Diagram Bar Status Gizi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .................................... 59
xiv
xv
1996 di Medan. Beragama Islam, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan
Ayahanda Iriansyah Hadi dan Ibunda Aminah. Alamat penulis Jl. Abadi No. 2
xvi
Infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP) mengakibatkan beban yang berat bagi
merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka kematiannya
cukup tinggi (Rachmat, 2004). Infeksi SSP pada anak dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang besar jika tidak terdeksi dan tertangani secara
tepat. Salah satu penyakit infeksi SSP yang paling sering terjadi pada anak adalah
meningitis.
Meningitis adalah salah satu penyakit SSP yang mengancam jiwa dan
2011). Data World Health Organization (WHO) Tahun 2009 jumlah kasus
meningitis dan kasus kecacatan neurologis lainnya yaitu 500.000 dengan Case
kesehatan dunia yang serius. Secara keseluruhan diperkirakan 1-2 juta kasus
meningitis terjadi dalam satu tahun. Permasalahan yang lebih penting terjadi di
negara-negara dengan sumber daya yang rendah, seperti beberapa daerah Sub
6.000 kasus per tahun, setengahnya terjadi pada anak, sehingga diperkirakan
1
Universitas Sumatera Utara
2
Diantara tahun 2003 hingga 2005, CFR dari kasus meningitis di Afrika
adalah 4-26%. Di Niame, Niger, CFR yang disebabkan N. meningitidis pada tahun
Insidensi di Indiana pada tahun 2005 untuk usia anak < 9 tahun sebesar 46,84 per
100.000 penduduk (Age group Indiana, 2005). Di Ghana dan Burkina Faso, CFR
dan 5-8 kali lebih tinggi dari yang disebabkan oleh N.meningitidis (7-12%)
infeksi pada anak yang menakutkan, menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang
tinggi. Angka mortalitas dapat mencapai 5%-10% dan morbiditas jangka panjang
yang berupa gejala sisa neurologis mencapai 50% (Rogiet dkk, 2010; WHO,
bakterial pada anak di negara berkembang sebesar 20 per 100.000 orang per tahun
dan pada anak usia <1 tahun tiga kali lebih tinggi (Sigauque dkk, 2008).
semua anak usia < 5 tahun meninggal karena kasus meningitis. Kejadian definitif
Chan, 2011) dan 28,9% (Filipina) (Pasco, 2012). Setiap tahun, lebih dari 400 juta
banyak terjadi di negara-negara Afrika dengan lebih dari 900.000 kasus dalam
rentang tahun 1995-2014. Dari kasus ini, 10% mengakibatkan kematian, dengan
sepanjang tahun 2005-2006, terdapat 273 kasus meningitis, dengan rentang usia
antara 12 sampai 78 tahun dan yang berjenis kelamin laki-laki 192 kasus,
Kupang pada Tahun 2012 adalah meningitis sebesar 3,5 %, sementara pada anak
penyebab kematian bayi umur 29 hari – 11 bulan dengan urutan ketiga (9,3%).
Proporsi penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan
urutan keempat. Angka kematian pada kasus yang tidak diobati adalah 50-90%
(Japardi, 2002).
Mesranti, di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2005-2008 terdapat 148
kasus meningitis dan 71 kasus mengalami kematian (CFR 47,1%) dengan jumlah
Penelitian yang dilakukan Erika S., di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2000-2002 terdapat 116 kasus meningitis pada anak dan 26 kasus
mengalami kematian (CFR 22,4%). Penderita paling banyak yaitu usia < 6 tahun
yaitu 73 orang (62,9%). Penelitian yang dilakukan oleh Delima Sitorus di Rumah
kasus (75,4%), dan penderita paling banyak yaitu usia 0-5 tahun sebanyak 58
kasus (44,6%).
pada tahun 2006-2010, terdapat 102 kasus meningitis pada anak, dan 43 kasus
Penderita paling banyak pada usia 0-5 tahun yaitu 60 orang. Data yang diperoleh
dari survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan,
pada Tahun 2014 – 2016, terdapat 110 kasus meningitis pada anak. Berdasarkan
Menigitis Pada Anak di Ruang Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan
daerah.
status gizi.
gejala subjektif.
gejala objektif.
klasifikasi meningitis.
meningitis.
klasifikasi meningitis.
meningitis.
sewaktu pulang.
a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji
b. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai
mengenai penyakit Meningitis pada anak dan sebagai syarat untuk lulus di
2.1 Meningitis
oleh bakteri, virus, atau meski jarang, jamur.Meningitis bakteri merupakan salah
satu dari infeksi yang kemungkinan paling serius pada bayi dan anak yang lebih
tua (Karen dkk, 2011). Terjadinya meningitis dapat secara langsung sebagai
akibat cedera traumatis atau secara langsung dipindahkan dari tempat lain di
atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medulla spinalis,
yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal (Soegeng,
2002). Pasien mengeluh sakit kepala terus-menerus yang meliputi seluruh bagian
kepala. Jika sakit kepala menyerang selama lebih dari 3 jam sampai 3 hari,pasien
mungkin mengalami meningitis virus atau bakteri, jika lebih lama, pasien
(CSS). Biasanya proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga
8
Universitas Sumatera Utara
9
pada pasien yang sembuh dari meningitis bakterial (Ropper dkk, 2005).
2.1.2 Etiologi
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau meski jarang, jamur. Istilah meningitis
gambaran serupa juga dapat ditemukan pada infeksi organisme lain (penyakit
lainnya.
terutama pada pasien dengan riwayat pembedahan saraf atau trauma tembus
kepala. Meningitis viral umumnya disebabkan oleh virus, echovirus, dan pada
pasien yang tidak mendapatkan vaksinasi virus polio. Eksresi transmisi melalui
meningitis bakterialis pada anak, tetapi sekarang jarang. Namun, penyakit ini tetap
salah satu penyebab meningitis yang umum terjadi pada anak yang belum
a. Meningitis Purulenta
bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakteri spesifik maupun virus. Penyebab meningitis purulenta ialah kuman sejenis
selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, thrombosis sinus
1. Gejala infeksi akut. Anak menjadi lesu, mudah terangsang, panas, muntah,
anoreksia dan pada anak yang besar mungkin didapatkan keluhan sakit
(pada anak yang besar), morning cry (pada neonatus) yaitu tangis yang
merintih. Kesadaran bayi/ anak menurun dari apatis sampai koma. Kejang
yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar
paresis atau paralisis, strabismus (crack pot sign) dan pernapasan Cheyne
positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas terjadi, sering terdapat
b. Meningitis Serosa
Meningitis serosa adalah suatu sindrom klinis umum yang disebabkan oleh
berbagai kausa (Rudolph dkk, 2006). Meningitis serosa yaitu radang selaput otak
arakhnoid dan pia meter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab
primer, biasanya dari paru. Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput
sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat eksudat dan
tuberkel.
Tampak juga kelainan pada pembuluh darah seperti arteritis dan flebitis
Akibat penyumbatan ini dapat terjadi infark otak yang kemudian akan
1. stadium I (prodromal):
2. stadium II (transisi):
tidak beraksi, nadi dan nafas tidak teratur kadang-kadang cheyne stokes,
2007).
a. Berdasarkan Orang
patogen spesifik yang lemah yang terkait dengan umur muda. Risiko terbesar pada
bayi antara umur 1 dan 12 bulan, 95% kasus terjadi antara umur 1 bulan dan 5
tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Insidens
tahun.Insidens tertinggi terjadi pada suku asli Amerika, suku asli Alaska dan suku
Aborigin Australia, hal ini menunjukkan faktor genetika berpengaruh besar dalam
kerentanan penyakit. Infeksi ini memiliki prevalens lebih tinggi pada kelompok
sosial ekonomi rendah, anak kecil, dan pasien imunokompromais (Karen dkk,
2011).
b. Berdasarkan Tempat
dan aktivitas musiman vektor artropoda (nyamuk). Musim panas dan musimgugur
Serikat, infeksi arbovirus umumnya terjadi pada musim panas dan musim gugur
c. Berdasarkan Waktu
dan Mali Barat, hingga Niger, Nigeria, Chad, dan Sudan Timur) epidemik
pada akhir April – awal Mei dan diakhiri dengan dimulainya musim penghujan.
Tahun 2008, Afghanistan melaporkan 2.154 kasus meningitis dan 140 kematian
(CFR 5%) dimana sebagian besar kasus terjadi pada musim panas (Karen dkk,
2011).
2.2.2 Determinan
a. Host
Faktor risiko lainnya adalah adanya gangguan sistem imun baik kongenital
disease), asplenia fungsional ataupun anatomis, dan lingkungan yang padat, misal
ditempat penitipan anak, asrama universitas, atau asrama militer (Geyik dkk,
2002).
b. Agent
Serikat, mempunyai insiden tahunan 32-71/100.000 anak yang lebih muda dari
40%). Pada penderita yang tua (umur lebih tua dari 60 tahun), S. pneumoniae
adalah penyebab meningitis yang paling sering yang disertai oleh basilus gram-
Aspergillus dan Candida sebagai penyebab yang jarang (Geyik dkk, 2002).
c. Lingkungan
dilaporkan pada rumah tangga yang penuh sesak, pusat perawatan-harian, ruang
kelas, serta asrama college dan militer. Karena bakteri ditularkan dari orang ke
orang melalui udara, individu rentan yang berdekatan pada keadaan ini
2002).
penderita dengan infeksi sistem saraf pusat (SSS) akut mempunyai sindrom yang
serupa. Gejala-gejala yang lazim adalah : nyeri kepala, nausea, muntah, anoreksia,
gelisah, dan iritabilitas. Sayangnya, kebanyakan dari gejala-gejala ini sangat tidak
fotopobia, nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang-
jika manifestasi awal hanya nyeri kepala dan demam.Selain itu, kaku kuduk tidak
selalu ditemukan pada pasien sopor, koma, atau pada lansia (Ropper dkk, 2005;
oleh patogen spesifik, hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis. Gejala
kegawatan pada anak yang sering ditemukan adalah kejang, koma, hipertensi,
renjatan, kadar hemoglobin kurang dari 11g/dl dan leukosit dalam cairan
serebrospiral kurang dari 1000/mm3. Penderita ini umumnya meninggal atau bila
hidup ditemukan gejala sisa. Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala
gangguan alat pernafasan atas dan gastrointestinal, pada bayi biasanya gejalanya
hanya berupa iritabilitas, cengeng, tidak suka makan dan kadang-kadang demam.
Gambaran klinis yang sering muncul pada anak dengan meningitis antara
lain :
muntah, anoreksia dan pada anak yang besar mengeluh nyeri kepala, pada
labialis.
Pada anak besar sebelum terjadi gejala di atas sering mengeluh sakit di
daerah leher dan punggung. Gejala neurologis meningitis bakteri dapat dibagi 4
fase:
1. Fase I : Sub febris, lesu, iritabel, selera makan menurun, mual dan sakit
kepala ringan.
hemiparase, arteritis.
apabila:
dengan selimut.
f. demam selalu muncul, yang tertinggi adalah di malam hari, dan sering kali
ditemukan suhu dibawah normal, pucat, letargi, iritabilitas, kurang makan dan
minum, kejang, diare dan muntah, fontanel yang menonjol dan opistotonus.
Kemudian pada bayi dan anak dapat ditemukan adanya latergi, iritabilitas,
Infeksi akut sistem saraf sentral (SSS) merupakan penyebab demam yang
paling sering disertai dengan tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit sistem saraf
sentral pada anak. Meningitis bakterial merupakan infeksi sistem syaraf pusat,
terutama menyerang anak usia <2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia
6-18 bulan. Meningitis pada anak-anak masih sering dijumpai, meskipun sudah
Pada anak-anak, gejala-gejala yang ada sering tidak spesifik. Demam, lesu,
tidak dapat tidur, iritabel, dan muntah sering ditemukan, dan ada insidensi kejang
yang lebih tinggi. Ditinjau dari segi usia, meningitis bakterial lebih sering
ditemukan pada anak usia 6-<12 bulan yang mengalami kejang pertama
Meningitis bakterial dapat timbul dalam 24 jam pertama sesudah lahir dan
sering fatal. Pada bayi baru lahir, gejala klasik mengitis seperti pada bayi yang
lebih besar tidak selalu dijumpai, maka pungsi lumbal perlu dilakukan pada setiap
BBL yang dicurigai menderita kelainan neurologis seperti pada bayi dengan
tangis merintih, latergi, suhu yang menurun, kesukaran minum, dan sebagainya.
Menurut Kosim dkk 2014, pada masa neonatal berbagai bentuk infeksi
dapat terjadi pada bayi. Di negara yang sedang berkembang macam infeksi yang
Selanjutnya ditemukan bahwa case fatality rate yang tinggi terjadi pada
penderita tetanus dan sepsis/meningitis neonatal. Kedua penyakit terakhir ini lebih
CFR yang tinggi pada penderita sepsis dan meningitis merupakan masalah yang
mekanisme. Pada umumnya virus bereplikasi di luar SSP dan menginvasi SSP
dapat langsung melintasi sawar darah otak, atau diangkut oleh leukosit yang
mumps, measles, atau herpes virus. Virus yang lain menginvasi melalui saraf
perifer dan saraf otak, seperti polio dan HIV. Pada saat virus telah berada di SSP,
melalui pleksus koroid atau kapiler serebral. Seluruh area ruang subarakhnoid
yang meliputi otak, medula spinalis, dan nervus optikus dapat dimasuki oleh
bakteri dan akan menyebar dengan cepat. Infeksi juga mengenai ventrikel, baik
secara langsung melalui peksus koroid maupun melalui refluks lewat foramina
bakteri patogen umumnya melalui droplet respirasi atau kontak langsung dengan
dengan berikatan pada sel epitel menggunakan villi adhesive dan membrane
mengalami infeksi virus pada sistem pernapasan atau pada perokok (Ropper dkk,
satu membentuk cairan yang kental yang disebut pustule. Karena sifat cairannya
tersebut penyakit ini popular disebut meningitis purulenta (Sujono dkk, 2009).
Menurut Karen dkk 2011, meskipun telah digunakan terapi antibiotik yang
tepat, tingkat mortalitas akibat meningitis bakterialis pada anak sangat bermakna,
pada penderita meningitis Hib, 50% dari jumlah penderita meningitis tersebut
sembuh normal, tetapi sisanya akan menunjukkan gejala sisa meliputi tuli,
a. Dehidrasi asidosis. Pasien yang koma jika tidak diberikan cairan secara
sisterna.
stupor akan mudah timbul dekubitus bila tidak sering diubah letak
g. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak
tepat.
berwarna jernih dengan jumlah sel 20 sampai beberapa ribu per mm3. Ditemukan
dengan:
sesuai kehendak.
b. Tanda kernig
Tanda ini mendeteksi akar saraf yang terasa sakit/ terinflamasi (meningitis
secara lurus –uji ini peka bagi meningitis, namun tidak terlalu. Pasien
berbaring telentang, lutut dan pinggul di salah satu sisi ditekuk secara pasif
pasien terlihat menahan sakit dan lututnya tidak bisa diluruskan lagi. Rasa
tidak spesifik, tetapi nyeri yang terasa dipunggung bawah lebih spesifik.
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan
lutut kontralateral.
e. Pemeriksaan fisik
muncul, yang tertinggi adalah malam hari, dan sering kali disertai rigor
muda bisa marah, pikun, atau bahkan agresif sebelum mengalami stupor.
f. Pemeriksaan darah
Endap Darah (LED), kadar glukosa, elektrolit, dan kultur. Pada meningitis
g. Pemeriksaan Radiologis
2. Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepalam dan bila
coli.Durasi terapi berkisar 10-14 hari untuk S.pneumonia, 5-7 hari untuk
antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan pungsi lumbal guna
2012).
a. Pencegahan Primer
dilakukan dengan pemberian vaksin pada bayi agar mendapatkan kekebalan tubuh
H.influenzae tipe b yang dapat diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan atau
segera mungkin sesudahnya. Imunisasi Hib adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjadinya penyakit influenzae tipe B, penyakit radang selaput otak atau
setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri
dari 1 dosis Hepatitis B (0-7 hari), 1 dosis BCG (1 bulan), 3 dosis DPT-HB-Hib(2
bulan), 4 dosis polio tetes (2 bulan), dan 1 dosis campak (9 bulan). Capaian
indikator ini di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 86,54%. Cakupan imunisasi
dasar lengkap pada bayi di Jawa Barat adalah 82,48%, Sumatera Selatan 91,3%,
Sumatera Barat 74,9%, dan Sumatera Utara 75,4% (Kemenkes RI, 2015).
enterovirus.Vaksin yang efektif dan tersedia yaitu vaksin untuk polio, measles,
mumps, varisela, dan rubella.Vaksin arbovirus juga tersedia dan harus digunakan
untuk populasi yang tinggal atau mengunjungi area endemis (Rotbart, 2003; Bale,
b. Pencegahan Sekunder
kaku, tanda kernig, tanda brudzinski I, tanda brudzinski II, pemeriksaan fisik,
harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan pungsi lumbal guna pemberian
c. Pencegahan Tersier
dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat (Adrew & David, 2012).
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Kota Medan sejak
3.3.1 Populasi
pada anak di ruang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
yang tercatat di dalam kartu status dengan jumlah 110 data penderita.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah data penderita meningitis pada anak di ruang
32
Universitas Sumatera Utara
33
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu
status sampel penderita meningitis pada anak di ruang rawat inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016. Semua kartu status sampel tersebut
diteliti.
3.5.1 Meningitis pada anak adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai dan
sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan
medulla spinaslis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam
3.5.2 Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia antara umur 0-
3.5.3 Sosiodemografi
a. Umur adalah umur anak yang menderita meningitis yang tercatat di rekam
1. 0 – 5 tahun
2. 6 – 18 tahun
b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin anak yang menderita meningitis yang
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Dikategorikan atas:
1. Islam
2. Protestan
3. Katolik
1. Kota Medan
2. Diluar Kota Medan
3.5.4 Keadaan sewaktu datang adalah keadaan penderita pertama kali masuk ke
1. Sadar
2. Tidak sadar
3.5.5 Status Gizi adalah status gizi anak yang menderita meningitis.
Dikategorikan atas:
(Kemenkes, 2011)
3.5.6 Gejala subjektif adalah gejala yang dirasakan oleh penderita meningitis.
Dikategorikan atas :
1. Demam
2. Kejang
3. Muntah
4. Sakit Kepala
5. Kaku pada anggota badan
3.5.7 Gejala objektif adalah gejala yang ditegakkan oleh dokter melalui
1. Purulenta
2. Serosa
rumah sakit RSUP Adam Malik, dihitung sejak tanggal mulai dirawat
3.5.10 Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan anak yang menderita meningitis
secara statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and
kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, diagram pie,
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah Rumah Sakit
Umum Kelas A milik Pemerintahan Pusat yang secara teknis berada di bawah
Direktoral Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Rumah Sakit ini
berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan dan merupakan pusat
rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera Bagian Utara dan Bagian
4.1.2 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan
Visi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah “Menjadi
Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang Terbaik dan Bermutu
Visi tersebut diwujudkan melalui Misi Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Berkesinambungan.
36
Universitas Sumatera Utara
37
Motto dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah
4.1.3 Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Nilai-nilai Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu:
kesehatan maka pelayanan medis ahrus diberikan dengan cara benar tanpa
keadilan social.
2. Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika profesi dan
norma-norma religious.
3. Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan peraturan dan
dipertanggungjawabkan.
Budaya Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
adalah:
dan ketrampilan terkini dengan perhitungan tepat, cepat dan matang serta
2. Integritas: Berlandaskan Iman dan Taqwa, Jujur, Iklas, Setia, Tegar dan
4.2.1 Sosiodemografi
sosiodemografi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 63 orang (57,3%), dan proporsi penderita
meningitis anak pada kelompok umur 6-18 tahun sebanyak 47 orang (42,7%).
anak berdasarkan agama yaitu agama Islam sebanyak 67 orang (60,9%) dan
berdasarkan asal daerah yaitu berasal dari Luar Kota Medan sebanyak 92 orang
(83,6%) dan proporsi asal daerah Kota Medan sebanyak 16 orang (14,5%). Ada
sebanyak 2 orang (1,8%) yang tidak tercatat asal daerahnya di dalam kartu status.
sewaktu datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
berdasarkan keadaan sewaktu datang adalah datang dalam keadaan tidak sadar
status gizi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-
berdasarkan kategori status gizi adalah gizi baik sebanyak 66 orang (60,0%).
Selanjutnya untuk kategori gizi kurang sebanyak 41 orang (37,3%) dan proporsi
terendah penderita meningitis anak adalah kategori gizi lebih sebanyak 3 orang
(2,7%).
subjektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
dengan gejala sakit kepala sebanyak 16 orang (14,5%), proporsi penderita dengan
gejala muntah sebanyak 5 orang (4,5%), dan proporsi terendah yaitu penderita
objektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
kernig sebanyak 7 orang (6,4%), dan proporsi terendah yaitu letargi sebanyak 5
orang (4,5%).
meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
rata di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
meningitis anak adalah 9,10 hari atau 9 hari. SD (Standard Deviasi) 8,197 hari
atau 8 hari dengan minimum lama rawatan 1 hari dan maksimum lama rawatan
pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
(24,5%). CFR penderita meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 adalah 47,3%. Angka kematian meningitis
pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 cukup tinggi,
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 berdasarkan klasifikasi
purulenta, proporsi tertinggi pada kelompok umur 6-18 tahun sebanyak 37 orang
(52,9%), sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak
proporsi tertinggi yaitu pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 30 orang (75%),
sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 6-18 tahun yaitu sebanyak 10
orang (25%).
nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 berdasarkan
proporsi tertinggi yaitu dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (62,5%)
(37,5%).
nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 110 penderita meningitis pada anak
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai
p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
berobat jalan terdapat 14 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (45,2%) dan 17
orang pada kelompok 6-18 tahun (54,8%). Dari 27 penderita meningitis terdapat
17 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (63%) dan 10 orang pada kelompok
meninggal terdapat 32 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (61,5%) dan 20
nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
berobat jalan terdapat 20 orang yang datang dalam keadaan sadar (64,5%) dan 11
orang yang datang dalam keadaan tidak sadar (35,5%). Dari 27 penderita
meningitis terdapat 14 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (63%) dan 13 orang
yang datang dalam keadaan tidak sadar (48,1%). Selanjutnya, dari 52 penderita
meningitis yang meninggal terdapat 18 orang yang datang dalam keadaan sadar
(34,6%) dan 34 orang yang datang dalam keadaan tidak sadar (65,4%).
nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 berdasarkan
purulenta, proporsi gizi baik yaitu sebanyak 47 orang (67,1%) dan proporsi gizi
meningitis serosa, proporsi gizi baik yaitu sebanyak 22 orang (55%) dan proporsi
diperoleh nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
(74,0%) dan meningitis serosa sebanyak 7 orang (26%). Dari 52 orang penderita
nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi
5.1.1 Sosiodemografi
a. Umur
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada
42,7% 57,3%
pada anak tertinggi pada kelompok umur 0-5 tahun (57,3%), dan proporsi
penderita meningitis anak terendah pada kelompok umur 6-18 tahun (42,7%).
menemukan penderita meningitis yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan
banyak terdapat pada umur 1-2 tahun (25%). Hal ini juga sejalan dengan
51
Universitas Sumatera Utara
52
penelitian Sitepu (2012) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2002
yang menemukan penderita meningitis pada anak tertinggi pada kelompok umur 1
bulan - <6 tahun yaitu sebanyak 73 anak (62,9%), sedangkan penelitian oleh
WHO (1996) di USA yang menyatakan bahwa lebih dari 40% penyakit meningitis
pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Menurut Harsono (2003) meningitis dapat
terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering pada kelompok umur <5
tahun. Menurut Golnik (2007) meningitis merupakan infeksi sistem syaraf pusat,
terutama menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia
6-18 bulan.
Ditinjau dari segi usia, meningitis bacterial lebih sering ditemukan pada
anak usia 6 - <12 bulan yang mengalami kejang pertama (American Academy of
Pediatrics, 2011). Penyakit meningitis terjaadi 2-10 kali lebih sering pada anak
berusia kurang dari 10 tahun daripada kelompok usia lain (Rudolph dkk, 2006).
Dari hasil penelitian, didapat penderita termuda berumur 2 hari dan tertua
berumur 18 tahun. Jenis meningitis pada umur termuda tersebut adalah jenis
monocytogenes yang didapat sebelum lahir atau selama persalinan (dari ibu) atau
sesudah lahir (dirumah sakit). Janin, bayi baru lahir dan ibu hamil sangat rentan
gabungan H.influenzae tipe b yang dapat diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan
atau segera mungkin sesudahnya. Imunisasi Hib adalah imunisasi yang diberikan
b. Jenis Kelamin
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat
40,0% 60,0%
laki-laki perempuan
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
tahun 2014-2016 adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 60,0% dan yang terendah
pada jenis kelamin perempuan sebesar 40,0%. Rasio penderita laki-laki dengan
Mengenai faktor risiko meningitis yang lebih banyak pada laki-laki belum
ada teorinya sampai saat ini, namun hal ini sejalan dengan penelitian WHO (2003)
(purulenta) di Srinagarind Hospital, Thailand 73% laki-laki dan pada Tahun 2003
dari 45 penderita. Menurut Nelson (1992), meningitis lebih banyak dijumpai pada
resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih besar dibanding
Sitorus, D (2005) di RS. St. Elisabeth Medan dengan desain case series yang
menemukan bahwa dari 130 penderita meningitis, paling banyak pada laki-laki
(59,2%). Perbandingan jumlah ini juga sejalan dengan Ostergaard (2005) dimana
adalah 96:91.
c. Agama
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada
10%
29,1%
60,9%
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016 berdasarkan agama yaitu Islam sebesar 60,9% dan proporsi
datang berobat dan dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan lebih banyak yang
d. Asal Daerah
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat
10%
14,5%
83,6%
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
tahun 2014-2016 adalah berasal dari luar Kota Medan 83,6% sedangkan dari Kota
Medan 14,5%. Dan 2 orang tidak tercatat asal daerah di buku status. Hal ini
penderita yang berasal dari luar Kota Medan banyak yang berobat ke RSUP H.
Adam Malik Medan. Daerah asal penderita yang dirujuk seperti Aceh, Langkat,
Padang Sidempuan, Riau, Tarutung dan Deli Serdang. Proporsi yang tertinggi
datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016
47,3% 52,7%
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan tahun
2014-2016 datang dalam keadaan tidak sadar 52,7% dan sadar 47,3%.
nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang-kejang dan
defisit neurologis setempat. Biasanya radang selaput otak akan disertai panas
mendadak, mual, muntah, anoreksia, fotopobia, dan kaku kuduk. Bila infeksi
bersifat sementara atau menetap, dan pada bayi fontanella mencembung (Ropper
dkk, 2005; Clarke dkk, 2009; Van De Beek dkk, 2006). Jika anak sudah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada
2,7%
37,3%
60,0%
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
tahun 2014-2016 berdasarkan status gizi tertinggi yaitu gizi baik sebesar 60,0%,
adalah daya tahan tubuh yang kurang, status gizi yang kurang baik (malnutrisi),
atau didapat dari respons penjamu terhadap infeksi yang merupakan predisposisi
penyakit meningitis bakteri (Mansjoer dkk, 2000). Faktor risiko utama untuk
spesifik yang lemah yang terkait dengan umur muda. Risiko terbesar pada bayi
antara umur 1 dan 12 bulan, 95% kasus terjadi antara umur 1 bulan dan 5 tahun
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat
Gejala Subjektif
kejang 53,6
Gejala Subjektif
Demam 25,4
Muntah 4,5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Proporsi (%)
Gambar 5.7 Diagram Bar Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan
Gejala Subjektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
tahun 2014-2016 berdasarkan gejala subjektif adalah kejang sebesar 53,6% dan
dari 11g/dl dan leukosit dalam cairan serebrospiral kurang dari 1000/mm3 .
Penderita ini umumnya meninggal atau bila hidup ditemukan gejala sisa. Menurut
suhu dibawah normal, pucat, letargi, iritabilitas, kurang makan dan minum,
kejang, diare dan muntah, fontanel yang menonjol dan opistotonus. Pada bayi dan
anak ditemukan letargi, iritabiltitas, kepucatan, nafsu makan menurun, mual dan
nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang-kejang dan
defisit neurologis setempat (Ropper dkk, 2005; Clarke dkk, 2009; Van De Beek
dkk, 2006). Pasien meningitis purulenta pada umumnya dalam keadaan kesadaran
yang menurun dan seringkali disertai muntah-muntah atau diare. Oleh karenanya
cairan intravena. Tanda neurologis fokal yang ditemukan termasuk adanya demam
(Karen dkk, 2011). Biasanya didapatkan riwayat infeksi saluran nafas bagian atas
dalam dua atau tida hari sebelum onset penyakit, gejala dapat didahului oleh
muntah, diare (Japardi, 2002). Meningitis ditandai oleh awitan nyeri kepala yang
relatifcepat, sering disertai demam, gejala dan tanda iritasi meningen (Rudolph
dkk, 2006).
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat
Gejala Objektif
4,5
Letargi
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Proporsi (%)
objektif pada penderita meningitis pada anak dengan proporsi tertinggi yaitu kaku
kuduk 48,2%, menunjukkan bahwa dari setiap 110 penderita meningitis anak
terdapat 53 anak yang mengalami kaku kuduk. Tidak tertulis di kartu status
29,1%, menunjukkan bahwa dari setiap 110 penderita meningitis anak terdapat 32
menunjukkan dari setiap 110 penderita meningitis anak terdapat 13 anak yang
setiap 110 penderita meningitis anak terdapat 7 anak yang mengalami tanda
Kernig(+). Letargi 4,5%, yang berarti dari setiap 110 penderita meningitis anak
dkk (2011) ditemukannya tanda kernig dan brudzinsky positif pada anak berusia
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat
36,4%
63,6%
Purulenta Serosa
meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan pia meter yang
meliputi otak dan medulla spinalis. Meningitis serosa adalah radang selaput otak
arakhnoid dan pia meter yang disertai cairan otak yang jernih (WHO, 2008).
infeksi yang menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam
sebagai akibat komplikasi lain. Kuman secara hematogen samapi ke selaput otak,
peradangan organ/ jaringan di dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis
RSUP H. Adam Malik Medan adalah hari, SD = 8,197 hari, minimum lama
rawatan adalah 1 hari dan maksimum 45 hari. Karakteristik penderita yang lama
rawatannya 1 hari ada 3 orang (2,7%), yaitu pada umur 13.6 tahun, 14.0 tahun dan
18.0 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan meninggal. Karakteristik penderita
yang lama rawatannya 45 hari ada 1 orang (0,9%), yaitu pada umur 9 bulan
dengan kondisi pasien yang sudah dalam keadaan parah ketika dibawa ke rumah
sakit untuk pengobatan. Faktor yang mempengaruhi prognosa adalah usia pasien,
bakterimia, kecepatan terapi, komplikasi dan keadaan umum dari pasien sendiri.
pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016
24,5%
47,3%
28,2%
meningitis anak lebih banyak yang pulang meninggal yaitu 47,3% dan yang
paling rendah yaitu pulang atas permintaan sendiri 24,5%. Penderita yang pulang
dalam keadaan parah. Penyebab penderita meninggal yaitu umur <5 tahun,
mengalami kejang, dan keadaan tidak sadar saat pertama kali masuk rumah sakit.
Penderita yang pulang berobat jalan akan melanjutkan pengobatan setelah keluar
dari rumah sakit untuk pemulihan kondisi penderita. Penderita yang pulang atas
karena alasan tidak puas dengan pelayanan rumah sakit dan sudah menganggap
penderita.
hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis. Gejala kegawatan pada anak yang
kurang dari 11g/dl dan leukosit dalam cairan serebrospiral kurang dari 1000/mm3.
Penderita ini umumnya meninggal atau bila hidup ditemukan gejala sisa
pertolongan, lamanya gejala atau sakit sebelum dirawat (Tidy, 2012). CFR 47,3%.
Faktor yang berhubungan kuat dengan kematian yaitu usia <5 tahun, kejang
glukosa CSS <10 mg/dl, albumin CSS >200 mg/dl, neutrofil <2000/mm3 dan
hemoglobin <9 g/dl (Lovera & Arbo, 2005). Penyakit meningitis dapat
membunuh dalam hitungan jam dan memakan lebih dari seratus nyawa di UK
setiap tahunnya. Hal ini tidak hanya terkait dengan risiko yang signifikan dari
mortalitas, tetapi juga dengan morbiditas jangka panjang. Mereka yang sembuh
adalah bakteri penyebab utama meningitis pada anak-anak dan dewasa muda, dan
penyebab umum septikemia dan shock pada usia tersebut (Background to desease,
2006).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Shinta (2011) di Medan yang menemukan
penderita meningitis yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan yang
klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
80 75%
70
60 52,9%
47,1%
Proporsi (%)
50
40
25% 0-5 tahun
30
20 6-18 tahun
10
0
Purulenta serosa
Klasifikasi Meningitis
meningitis purulenta lebih tinggi pada kelompok umur 0-5 tahun 52,9% dan
terendah pada kelompok umur 6-18 tahun 47,1%. Proporsi penderita meningitis
serosa yang tertinggi yaitu pada kelompok umur < 5 tahun 75% dan terendah pada
p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur
berdasarkan klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
70
62,5%
60 58,6%
50
Proporsi (%)
41,4%
40 37,5%
30 Laki-Laki
20 Perempuan
10
0
Purulenta serosa
Klasifikasi Meningitis
meningitis purulenta lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki 58,6% dan terendah
pada jenis kelamin perempuan 41,4%. Pada meningitis serosa, proporsi tertinggi
dan menurut teori laki-laki lebih rentan untuk terkena meningitis dibandingkan
p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis
berdasarkan klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Klasifikasi Meningitis
purulenta 9,44
serosa 8,50
0 2 4 6 8 10
Lama rawatan rata-rata
purulenta memiliki lama rawatan rata-rata 9,44 hari. Penderita meningitis serosa
memliki lama rawatan rata-rata 8,50 hari. Lebih lamanya masa rawatan penderita
purulenta.
penurunan berat badan saat dirawat di rumah sakit. Menurut Markam (1992),
pengobatannya 10 hari atau minimal 7 hari. Menurut Trihono dkk (2002) lama
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji T-test diperoleh nilai
p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan
anak berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
60
50,8%
50 42,6%
40 36,1%
Proporsi (%)
0
0-5 tahun 6-18 tahun
Keadaan Sewaktu Pulang
(22,2%). Selanjutnya, pada kelompok usia 6-18 tahun proporsi tertinggi yaitu
p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur
Hal ini sesuai dengan penelitian Delima Sitorus (2012) di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 yang menyatakan tidak ada perbedaan
anak berdasarkan keadaan sewaktu datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
70
58,6%
60
50
Proporsi (%)
38,5%
40 34,6%
30 26,9% sadar
22,4%
20 19,0% tidak sadar
10
0
pulang berobat pulang atas meninggal
jalan permintaan sendiri
Keadaan Sewaktu Datang
Gambar 5.15 Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Penderita
Meningitis pada Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang
pulang berobat jalan yang datang dalam keadaan sadar yaitu 38,5%. proporsi
penderita yang pulang atas permintaan sendiri yang datang dalam keadaan sadar
mencari pengobatan setelah dalam keadaan parah karena gejala meningitis tidak
spesifik tapi mirip dengan sakit flu biasa sehingga terlambat didiagnosa. Pulang
pengobatan di rumah sakit dan minta untuk diijinkan pulang. Penderita meningitis
yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan yang buruk menyebabkan risiko
kematian yang cukup tinggi yaitu mencapai 50% (WHO, 2008). Stadium III atau
koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia (Soegeng, 2002)
p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan
klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
80
70 67,1%
60 55%
50 45,0%
Gambar 5.16 Diagram Bar Status Gizi Penderita Meningitis pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
purulenta terdapat proporsi gizi baik yaitu sebesar 67,1% dan proporsi mengalami
gizi kurang yaitu 32,9%. Dari 40 orang penderita meningitis serosa proporsi
tertinggi yaitu yang mengalami gizi baik yaitu 55% dan proporsi mengalami gizi
diperoleh nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara
keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
90
80,6%
80 74,0%
70
60 51,9%
48,0%
50
purulenta
40
26% serosa
30
19,4%
20
10
0
PBJ PAPS meninggal
Gambar 5.17 Diagram Bar Klasifikasi Penderita Meningitis pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.17 dapat dilihat bahwa dari 31 orang penderita
orang (74,0%) dan meningitis serosa sebanyak 7 orang (26%). Dari 52 orang
(52%).
Morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Oleh
karena itu penyakit ini memerlukan diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang
diperoleh nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara
6.1 Kesimpulan
6.1.7 Lama rawatan rata-rata penderita meningitis pada anak adalah 9,10
hari.
meningitis.
75
klasifikasi meningitis.
berdasarkan umur.
meningtis.
sewaktu pulang.
6.2 Saran
anak.
6.2.3 Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi dan balita agar
Andrew & David. 2012. Camberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis. Edisi
13. London: Edward Arnold
Bale. 2006. Viral Infectious of the Nervous System. Dalam Swaiman, dkk. Pediatric
Neurology Principles and Practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby Elsevier
Clarke, dkk. 2005. Adam and Victor’s principles of neurologyb. Edisi 8. London:
Blackwell Publishing
Deshpande, dkk. 2007. Evaluation of the IS6110 PCR Assay for the Rapid Diagnosis of
Tuberculous Meningitis. Cerebrospinal Fluid Res, 4, 10.
Erika, S. 2004. Karakteristik Penderita Meningitis Anak Yang Dirawat Inap di RS Santa
Elisabeth Medan Tahun 2000-2002. Skripsi
Geyik MF, dkk. 2002. Acute Bacterial Meningitis as a Complication of Otitis Media and
77
Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Salemba
Medika
Jannis dkk. 2006. Meningitis Mortality in Neurology Ward of Dr. Cipto Mangunkusumo
Hospital Jakarta. MJI
Karen, dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi keenam. New York:
ELSEVIER
Kelompok Studi Neuro Infeksi. 2011. Infeksi Pada Sistem Saraf. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan UNAIR
Kennedy, dkk. 2007. Incidence of Bacterial Meningitis in Asia Using Enhanced CSF
Testing: Polymerase Chain Reaction, Latex Agglutination and Culture.
Epidemiol. Infect, 1217-1226
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat
Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kosim, dkk . 2014 . Buku Ajar Neonatologi. Cetakan Keempat . Jakarta : Perpustakaan
Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius.
Jakarta.
Maria dkk. 2006. Infectious of the Nervous System. Dalam: Menkes, dkk. Child
Neurology. Edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
Marx, G. 2011. Tuberculous meningitis: diagnosis and treatment overview. Tuberc Res
Treat
Mesranti, Maria. 2011. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2005-2008. Skripsi
Prober, dkk. 2009. Acute Bacterial Meningitis Beyond the Neonatal Period. Dalam
Kliegman dkk. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 18. Philadelphia: Elsevier
Saunders
Riyadi. R, Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rogiet, dkk. 2010. Predicting Sequelae and Death After Bacterial Meningitis in
Chidhood: a Systematic Review of Prognosis Studies. BMC Infect Dis
Ropper, dkk. 2005. Neurology: A queen square textbook. New York: McGraw-Hill
Rotbart. 2003. Aseptic and Viral Meningitis. Dalam Long dkk. Principles and Practice of
Pediatric Infectious Disease. Edisi ke-2. Philadelphia: Churchil Livingstone
Rudolph dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri. Volume 3. Appleton & Lange
Saharso, D., Hidayati, S. 2000. Infeksi Susunan Saraf Pusat dalam Buku Ajar Neurologi
Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Sarimawar, dkk. 2014. Pola Penyebab Kematian Kelompok Bayi dan Anak Balita Hasil
Sistem Registrasi Kematian di Indonesia Tahun 2012. Jurnal Ekologi Kesehatan
Sigauque, dkk. 2008. Acute Bacterial Meningitis Among Children in Mahica a Rural
Area in Southern Mozambique. Acta Tropica, 105: 21-31
Sinaga, Dameria. 2012. Distribusi Frekuensi Penderita Meningitis Anak Yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 1999-2001. Skripsi
Sintha. 2011. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang di Rawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2006 – 2010. Skripsi
Sitepu, Senny. 2012. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang di Rawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2000 – 2002. Skripsi
Siti, dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Interna Publishing
Sitorus, Delima. 2012. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2004. Skripsi
Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika
Tidy,Colin.2012.EncephalitisandMeningoensefalitis.
http://www.patient.co.uk/doctor/encephalitisandmeningoencephalitis.htm
Trihono dkk. 2002. Hot Topics in Pediatrics II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Kelompok Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0-5 tahun 63 39.4 57.3 57.3
6-18 tahun 47 29.4 42.7 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid laki-laki 66 41.3 60.0 60.0
perempuan 44 27.5 40.0 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 50 31.3 31.3 31.3
Islam 67 41.9 41.9 73.1
protestan 32 20.0 20.0 93.1
katolik 11 6.9 6.9 100.0
Total 160 100.0 100.0
Asal Daerah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0 2 1.3 1.8 1.8
kota medan 16 10.0 14.5 16.4
diluar kota
92 57.5 83.6 100.0
medan
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0
Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid gizi kurang 41 25.6 37.3 37.3
gizi baik 66 41.3 60.0 97.3
gizi lebih 3 1.9 2.7 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0
Gejala Subjektif
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid demam 25 15.6 22.7 22.7
kejang 59 36.9 53.6 76.4
muntah 5 3.1 4.5 80.9
sakit kepala 16 10.0 14.5 95.5
kaku pada
2 1.3 1.8 97.3
anggota badan
batuk 2 1.3 1.8 99.1
sasak nafas 1 .6 .9 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0
Gejala Objektif
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid kaku kuduk 53 33.1 48.2 48.2
tanda kernig 7 4.4 6.4 54.5
brudzinski I/II 13 8.1 11.8 66.4
letargi 5 3.1 4.5 70.9
tidak ada pemeriksaan 32 20.0 29.1 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0
39
29
40
24
30
20
10
umurk
0-5 tahun 6-18 tahun Total
klasifikasi meningitis purulenta Count 33 37 70
Expected Count 40.1 29.9 70.0
% within klasifikasi
47.1% 52.9% 100.0%
meningitis
% within umurk 52.4% 78.7% 63.6%
% of Total 30.0% 33.6% 63.6%
serosa Count 30 10 40
Expected Count 22.9 17.1 40.0
% within klasifikasi
75.0% 25.0% 100.0%
meningitis
% within umurk 47.6% 21.3% 36.4%
% of Total 27.3% 9.1% 36.4%
Total Count 63 47 110
Expected Count 63.0 47.0 110.0
% within klasifikasi
57.3% 42.7% 100.0%
meningitis
% within umurk 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 57.3% 42.7% 100.0%
Chi-Square Tests
jenis kelamin
laki-laki perempuan Total
klasifikasi meningitis purulenta Count 41 29 70
Expected Count 42.0 28.0 70.0
% within klasifikasi
58.6% 41.4% 100.0%
meningitis
% within jenis kelamin 62.1% 65.9% 63.6%
% of Total 37.3% 26.4% 63.6%
serosa Count 25 15 40
Expected Count 24.0 16.0 40.0
% within klasifikasi
62.5% 37.5% 100.0%
meningitis
% within jenis kelamin 37.9% 34.1% 36.4%
% of Total 22.7% 13.6% 36.4%
Total Count 66 44 110
Expected Count 66.0 44.0 110.0
% within klasifikasi
60.0% 40.0% 100.0%
meningitis
% within jenis kelamin 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Upper Lower
lama Equal
rawa varian
.73 .39 .56 .94 1.63
tan ces .579 108 -2.287 4.173
2 4 4 3 0
rata- assum
rata ed
Equal
varian
ces .55 .94 1.59
.591 86.472 -2.230 4.116
not 6 3 6
assum
ed
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.602a 2 .272
Lik elihood Ratio 2.585 2 .275
Linear-by-Linear
1.829 1 .176
As soc iation
N of Valid Cases 110
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 11.54.
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
12.76.
status gizi * klasifikasi meningitis Crosstabulation
klasifikasi meningitis
purulenta serosa Total
status gizi kurang Count 23 18 41
gizi Expected Count 26.1 14.9 41.0
% within status gizi 56.1% 43.9% 100.0%
% within klasifikasi
32.9% 45.0% 37.3%
meningitis
% of Total 20.9% 16.4% 37.3%
gizi baik Count 45 21 66
Expected Count 42.0 24.0 66.0
% within status gizi 68.2% 31.8% 100.0%
% within klasifikasi
64.3% 52.5% 60.0%
meningitis
% of Total 40.9% 19.1% 60.0%
gizi lebih Count 2 1 3
Expected Count 1.9 1.1 3.0
% within status gizi 66.7% 33.3% 100.0%
% within klasifikasi
2.9% 2.5% 2.7%
meningitis
% of Total 1.8% .9% 2.7%
Total Count 70 40 110
Expected Count 70.0 40.0 110.0
% within status gizi 63.6% 36.4% 100.0%
% within klasifikasi
100.0% 100.0% 100.0%
meningitis
% of Total 63.6% 36.4% 100.0%