Anda di halaman 1dari 118

KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS PADA ANAK

DI RUANG RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK


MEDAN TAHUN 2014-2016

SKRIPSI

OLEH:
FITRAH FAUZIAH
NIM: 131000510

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS PADA ANAK
DI RUANG RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2014-2016

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
FITRAH FAUZIAH
NIM: 131000510

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul


“KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS PADA ANAK DI RUANG
RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2014-2016” ini beserta
seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung
resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari
pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Desember 2017


Penulis

Fitrah Fauziah

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
ABSTRAK

Meningitis adalah peradangan pada leptomeningens disebabkan oleh


bakteri, virus, atau jamur. Meningitis salah satu penyakit Sistem Saraf Pusat
(SSP) yang mengancam jiwa dan menyebabkan kelainan neurologis, terutama
pada anak. Data World Health Organization (WHO) 2015, setiap tahun lebih dari
400 juta orang di 26 negara terserang meningitis. Kasus ini, 10% mengakibatkan
kematian, dengan 10-20% mengembangkan gejala sisa neurologis. Tujuan
penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita meningitis pada anak di ruang
rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan case-series. Populasi
adalah penderita meningitis pada anak tahun 2014-2016 berjumlah 110 orang dan
sampel adalah seluruh populasi (total sampling). Analisis data menggunakan
analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-square, Exact Fisher’s dan T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita meningitis pada anak
terbanyak pada kelompok umur 0-5 tahun (57.3%), perbandingan laki-laki dan
perempuan 1.5:1, Agama Islam (60.9%), luar Kota Medan (83.6%), tidak sadar
(52.7%), gizi baik (60.0%), kejang (53.6%), kaku kuduk (48.2%), purulenta
(63.6%), lama rawatan 2 hari (14.4%), meninggal (47.3%). Analisis statistik
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
klasifikasi, keadaan sewaktu pulang dengan umur, lama rawatan rata-rata dengan
klasifikasi, status gizi dengan klasifikasi (p>0.05). Ada perbedaan yang bermakna
antara umur dengan klasifikasi, keadaan sewaktu pulang dengan sewaktu datang,
klasifikasi dengan keadaan sewaktu pulang (p<0.05).
Disarankan kepada bayi dan seluruh anak dibawah umur 5 tahun agar
diberikan imunisasi Haemophilus Influenzae (Hib) untuk mencegah meningitis
pada anak.

Kata kunci : Meningitis Pada Anak, Karakteristik, RSUP H. Adam Malik


Medan

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Meningitis is infectious in leptomeningens, caused by bacteria, viruses or


fungi. Meningitis is one of central nervous system (CSS) disease that threatened
lives and severe neurological deficits, especially in children. Data World Health
Organization (WHO) 2015 showed every year, more than 400 million people
which stay at 26 states attacked by meningitis. This cases, 10% resulted in death,
with 10-20% are left with neurological sequelae. The purpose of research is to
find out the characteristics of meningitis in children hospitalize in H. Adam Malik
Medan Hospital 2014-2016.
This is descriptive study with case series design. Population is children
who suffer from meningitis on 2014-2016 with the amount of 110 children and
sample is the whole population (total sampling). Data analyzed by Chi square,
Exact Fisher’s and T-test.
The result of this study showed the highest number of meningitis in
children found: 0-5 years old group (57.3%) with 1:1.5 ratio between male and
female, Islam (60.9%), outside of Medan (83.6%), unconscious condition (52.7%),
adequate nutritional status (60.0%), seizure disorder (53.6%), stiff neck (48.2%),
purulenta (63.6%), 2 days of stay (14.4%), death (47.3%). There was no
significant difference sex and average of stay with classification, discharge
condition with age, nutritional status with classification (p>0.05). There was
significant difference age with classification of meningitis, discharge condition
with admittance condition and classification (p<0.05).
Recommended for infant and all children under five years old to provide
immunization Haemophilus influenzae (Hib) used to prevent meningitis in
children.

Keywords: Meningitis in Children, Characteristics, Haji Adam Malik Medan


Hospital

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan pertolongan sehingga skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita

Meningitis Pada Anak Di Ruang Rawat Inap Di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2014-2016” dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dilakukan

untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu hingga terwujudnya Skripsi ini, terutama kepada

orang tua saya tercinta, Ibunda Aminah dan Ayahanda Iriansyah Hadi yang telah

membesarkan, membimbing, mendidik, memberi semangat, doa dan dukungan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penasehat Akademik.

Universitas Sumatera Utara


5. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet,MPH selaku Pembimbing I, Dr. Fazidah A

Siregar,M.Kes,Ph.D selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya dalam mendidik, membimbing dan memberikan masukan, saran

serta kritikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Para Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, terutama Departemen Epidemiologi

7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan seluruh staf

khusunya bagian Rekam Medik yang telah membantu penulis dalam proses

pengumpulan data.

8. Saudara Kandung Maulana Hafizh, Lutfiah Nanda, Azizan Tasya, Nurul

Azizah yang selalu memberikan dukungan serta doa dan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sepupu tersayang Fatimah Azzahra, Rahma Putri, Mardhatillah beserta

kerabat lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu disaat penelitian hingga selesainya skripsi ini.

10. Sahabat terkasih Dwi, Wira, Jhones, Ribka, Ruth, Hotma, Eka, Novel, Vela,

Imam, Grace, Asla, Yuna, Salvina, Rian, Ayu, Hanny, Rina, dan teman-teman

seperjuangan Dapertemen Epidemiologi beserta kerabat lainnya yang tak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan moril,

materil, serta doa dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

11. Semua pihak terkait yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

benyak memberikan bantuan baik moril maupun materil.

vi

Universitas Sumatera Utara


Semoga semua pihak yang telah disebutkan di atas selalu berada dalam

lindungan Allah SWT atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun

penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Apabila

terdapat kesalahan maka penulis mohon kritik dan saran yang membangun agar

dapat menjadi lebih baik.

Medan, Desember 2017


Penulis

Fitrah Fauziah

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meningitis ..................................................................................................... 8


2.1.1 Pengertian Meningitis ........................................................................ 8
2.1.2 Etiologi Meningitis ............................................................................ 9
2.1.3 Klasifikasi Meningitis ........................................................................ 11
2.2 Epidemiologi Meningitis ............................................................................... 14
2.2.1 Distribusi dan Frekueni ...................................................................... 14
2.2.2 Determinan ........................................................................................ 15
2.3 Tanda dan Gejala ........................................................................................... 16
2.3.1 Kriteria Meningitis ............................................................................ 18
2.4 Meningitis pada Anak ................................................................................... 19
2.4.1 Patofisiologi Meningitis pada Anak ................................................... 21
2.4.2 Dampak Meningitis pada anak ........................................................... 23
2.5 Komplikasi Meningitis .................................................................................. 23
2.6 Penatalaksanaan Meningitis........................................................................... 25
2.6.1 Diagnosis Meningitis ......................................................................... 25
2.6.2 Pengobatan Meningitis ...................................................................... 28
2.7 Pencegahan Meningitis................................................................................... 29
2.8 Kerangka Konsep ........................................................................................... 31

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................. 32


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 32
3.3.1 Populasi ............................................................................................. 32
3.3.2 Sampel .............................................................................................. 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 33
3.5 Definisi Operasional ...................................................................................... 33
3.6 Metode Analisis Data ..................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ........................... 36
4.1.1 Gambaran Umum .............................................................................. 36
4.1.1 Visi, Misi dan Motto RSUP Haji Adam Malik Medan ....................... 36
4.1.1 Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan ..... 37
4.2 Analisis Deskriptif ........................................................................................ 38
4.2.1 Sosiodemografi .................................................................................. 38
4.2.2 Keadaan Sewaktu Datang .................................................................. 40
4.2.3 Status Gizi ......................................................................................... 40
4.2.4 Gejala Subjektif ................................................................................. 41
4.2.5 Gejala Objektif .................................................................................. 41
4.2.6 Klasifikasi Meningitis ........................................................................ 42
4.2.7 Lama Rawatan Rata-Rata .................................................................. 43
4.2.8 Keadaan Sewaktu Pulang ................................................................... 43
4.3 Analsis Statistik ............................................................................................ 44
4.3.1 Umur Berdasarkan Klasifikasi Meningitis .......................................... 44
4.3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ............................. 45
4.3.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ........... 46
4.3.4 Sewaktu Pulang Berdasarkan Umur ................................................... 46
4.3.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang ...... 47
4.3.6 Status Gizi Berdasarkan Klasifikasi Meningitis .................................. 48
4.3.7 Klasifikasi Meningitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ........... 49

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Penderita Meningitis pada Anak .................................................... 51


5.1.1 Sosiodemografi ................................................................................. 51
5.1.2 Keadaan Sewaktu Datang .................................................................. 56
5.1.3 Status Gizi ......................................................................................... 58
5.1.4 Gejala Subjektif ................................................................................. 59
5.1.5 Gejala Objektif .................................................................................. 60
5.1.6 Klasifikasi Meningitis ........................................................................ 62
5.1.7 Lama Rawatan Rata-Rata .................................................................. 63
5.1.8 Keadaan Sewaktu Pulang ................................................................... 64

ix

Universitas Sumatera Utara


5.2 Analisa Statistik ............................................................................................ 66
5.2.1 Umur Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ......................................... 66
5.2.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ............................. 67
5.2.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Meningitis ........... 68
5.2.4 Keadan Sewaktu Pulang Berdasarkan Umur ...................................... 70
5.2.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang ...... 71
5.2.6 Status Gizi Berdasarkan Klasifikasi Meningitis .................................. 72
5.2.6 Klasifikasi Meningitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ........... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 75


6.2 Saran ............................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 77


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Infeksi Utama Pada Masa Neonatal ........................................ 35

Tabel 2.2 Penanganan Meningitis Berdasarkan Usia Anak ............................. 40

Tabel 2.3 Terapi Spesifik Pada Meningitis ..................................................... 40

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .............. 41

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 . 41

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Agama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ............ 43

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Asal Daerah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .... 4

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Datang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2016 ...................................................................................... 47

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Status Gizi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ...... 47

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita meningitis pada anak Berdasarkan


Gejala Subjektif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-
2016 ............................................................................................... 47

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita meningitis pada anak Berdasarkan


Gejala Objektif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun2014-2016 47

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita meningitis pada anak berdasarkan


klasifikasi meningitis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2016 ...................................................................................... 47

Tabel 4.10 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningitis Pada Anak di


RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ............................ 47

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2016 ...................................................................................... 47

xi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Umur Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016 ................................................................ 47

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jeis Kelamin Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ....................................... 47

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningitis


Pada Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 47

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Meningitis


Pada Anak Berdasarkan Umur Di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016 ............................................................................ 47

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Meningitis


Pada Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang Di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 47

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Arachnoid dan Piameter .................................................................. 30

Gambar 2.2 Anatomidan Fisiologi Selaput Otak (Meningen) ............................. 31

Gambar 2.3 Diagnosa Meningitis dengan Tanda Kernig ..................................... 31

Gambar 2.4 Diagnosa Meningitis dengan Tanda Brudzinski............................... 31

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016 ................................................................ 50

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 52

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Agama Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 53

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Asal Daerah Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 54

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ........................... 55

Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Status Gizi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 57

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Gejala Subjektif Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 58

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Gejala Objektif Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016............................................ 59

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .................................... 59

xiii

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ........................... 59

Gambar 5.11 Diagram Bar Umur Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan
Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 59

Gambar 5.12 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .................................... 59

Gambar 5.13 Diagram Bar Umur Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan
Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016 ...................................................... 59

Gambar 5.14 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ........................... 59

Gambar 5.15 Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Meningitis Pada
Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ............... 59

Gambar 5.16 Diagram Bar Status Gizi Penderita Meningitis Pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 .................................... 59

Gambar 5.17 Diagram Bar Klasifikasi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 ........................... 59

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Master Data

Lampiran 2 Output SPSS

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian

xv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitrah Fauziah dilahirkan pada tanggal 10 September

1996 di Medan. Beragama Islam, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan

Ayahanda Iriansyah Hadi dan Ibunda Aminah. Alamat penulis Jl. Abadi No. 2

Link. III Pulo Brayan Bengkel, Medan Timur.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan SD Negeri 060864

Medan Timur (2001-2007), MTs Negeri 2 Medan (2007-2010), SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan (2010-2013), dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara (2013-2017).

xvi

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP) mengakibatkan beban yang berat bagi

sumber daya di pelayanan kesehatan di setiap Negara (Chong dkk, 2005). Di

negara sedang berkembang maupun di negara maju, penyakit infeksi masih

merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka kematiannya

cukup tinggi (Rachmat, 2004). Infeksi SSP pada anak dapat mengakibatkan

morbiditas dan mortalitas yang besar jika tidak terdeksi dan tertangani secara

tepat. Salah satu penyakit infeksi SSP yang paling sering terjadi pada anak adalah

meningitis.

Meningitis adalah salah satu penyakit SSP yang mengancam jiwa dan

menyebabkan kelainan neurologis, terutama pada anak-anak (Kennedy dkk,

2007). Meningitis termasuk ke dalam sepuluh macam penyakit paling berbahaya

di dunia yang sering menyerang anak-anak (Kelompok Studi Neuro Infeksi,

2011). Data World Health Organization (WHO) Tahun 2009 jumlah kasus

meningitis dan kasus kecacatan neurologis lainnya yaitu 500.000 dengan Case

Fatality Rate (CFR) 10% di seluruh dunia. Meningitis merupakan permasalahan

kesehatan dunia yang serius. Secara keseluruhan diperkirakan 1-2 juta kasus

meningitis terjadi dalam satu tahun. Permasalahan yang lebih penting terjadi di

negara-negara dengan sumber daya yang rendah, seperti beberapa daerah Sub

Sahara Afrika, Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Diantara Tahun 2000-2007, insidensi meningitis di Amerika Serikat sebesar

6.000 kasus per tahun, setengahnya terjadi pada anak, sehingga diperkirakan

1
Universitas Sumatera Utara
2

insidensi 1,2 sampai 12 per 100.000 penduduk per tahun. N. meningitidis

menyebabkan 4 kasus/100.000 pada kelompok usia 1-23 bulan (Bortolossi dkk,

2008; Prober dkk, 2009).

Diantara tahun 2003 hingga 2005, CFR dari kasus meningitis di Afrika

adalah 4-26%. Di Niame, Niger, CFR yang disebabkan N. meningitidis pada tahun

1989-1996 adalah 11,7%, sedangkan pada tahun 2003-2006 adalah 8,8%.

Insidensi di Indiana pada tahun 2005 untuk usia anak < 9 tahun sebesar 46,84 per

100.000 penduduk (Age group Indiana, 2005). Di Ghana dan Burkina Faso, CFR

yang disebabkan oleh infeksi S.pneumoniae dan H.influenzae diantara 30-50%

dan 5-8 kali lebih tinggi dari yang disebabkan oleh N.meningitidis (7-12%)

(Hodgson dkk, 2001; Yaro dkk, 2006).

Sampai saat ini, terutama di negara berkembang, meningitis merupakan

infeksi pada anak yang menakutkan, menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang

tinggi. Angka mortalitas dapat mencapai 5%-10% dan morbiditas jangka panjang

yang berupa gejala sisa neurologis mencapai 50% (Rogiet dkk, 2010; WHO,

2003). Penelitian di Southern Mozambique menunjukkan insidensi meningitis

bakterial pada anak di negara berkembang sebesar 20 per 100.000 orang per tahun

dan pada anak usia <1 tahun tiga kali lebih tinggi (Sigauque dkk, 2008).

Di negara-negara berkembang seperti Gambia (2009), diperkirakan 2% dari

semua anak usia < 5 tahun meninggal karena kasus meningitis. Kejadian definitif

meningitis TB di berbagai belahan dunia bervariasi antara 3% (USA) (Marx and

Chan, 2011) dan 28,9% (Filipina) (Pasco, 2012). Setiap tahun, lebih dari 400 juta

orang yang tinggal di 26 negara terserang meningitis. Kasus meningitis paling

Universitas Sumatera Utara


3

banyak terjadi di negara-negara Afrika dengan lebih dari 900.000 kasus dalam

rentang tahun 1995-2014. Dari kasus ini, 10% mengakibatkan kematian, dengan

10-20% mengembangkan gejala sisa neurologis lain (WHO, 2015).

Berdasarkan laporan Balitbangkes (2008) di Indonesia, meningitis

merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 setelah

malaria. Berdasarkan penelitian Jannis dkk (2006) dengan desain penelitian

potong lintang di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, mendapatkan

sepanjang tahun 2005-2006, terdapat 273 kasus meningitis, dengan rentang usia

antara 12 sampai 78 tahun dan yang berjenis kelamin laki-laki 192 kasus,

perempuan sebanyak 81 kasus, dan 114 penderita, diantaranya yang meninggal

dunia (CFR 41,7%).

Proporsi penyebab kematian post neonatal (29 hari – 11 bulan) di 12

kabupaten/kota diantaranya Kabupaten Padang Pariaman, Kota Yogyakarta,

Kabupaten Gresik, Kabupaten Gianjar, Kabupaten Banjar, Kota Balikpapan,

Kabupaten Gowa, Kota Manado, Kota Ambon, Kota Mataram, Kabupaten

Kupang pada Tahun 2012 adalah meningitis sebesar 3,5 %, sementara pada anak

balita (1-4 tahun) sebesar 4,5 % (Sarimawar dkk, 2014).

Meningitis merupakan penyakit menular pada semua kelompok umur

dengan proporsi sebesar 3,2%. Sedangkan proporsi meningitis merupakan

penyebab kematian bayi umur 29 hari – 11 bulan dengan urutan ketiga (9,3%).

Proporsi penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan

urutan keempat. Angka kematian pada kasus yang tidak diobati adalah 50-90%

(Japardi, 2002).

Universitas Sumatera Utara


4

Berdasarkan penelitian Purwitosari (2007) menyatakan bahwa proporsi

kematian Meningitis di Yogyakarta sebesar 30,6%. Penelitian yang dilakukan oleh

Mesranti, di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2005-2008 terdapat 148

kasus meningitis dan 71 kasus mengalami kematian (CFR 47,1%) dengan jumlah

penderita meningitis purulenta sebanyak 63 orang (42,6%), sedangkan penderita

meningitis serosa sebanyak 85 orang (57,4%). Penderita paling banyak pada

kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 56 orang.

Penelitian yang dilakukan Erika S., di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

pada tahun 2000-2002 terdapat 116 kasus meningitis pada anak dan 26 kasus

mengalami kematian (CFR 22,4%). Penderita paling banyak yaitu usia < 6 tahun

yaitu 73 orang (62,9%). Penelitian yang dilakukan oleh Delima Sitorus di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2004 mendapatkan 130 kasus

Meningitis dan 37 mengalami kematian (CFR 28,46%), jumlah Penderita

meningitis purulenta 32 kasus (24,6%), sedangkan penderita meningitis serosa 98

kasus (75,4%), dan penderita paling banyak yaitu usia 0-5 tahun sebanyak 58

kasus (44,6%).

Penelitian yang dilakukan oleh Shinta, di RSUP H. Adam Malik Medan

pada tahun 2006-2010, terdapat 102 kasus meningitis pada anak, dan 43 kasus

mengalami kematian (CFR 42,2%) dengan jumlah penderita meningitis purulenta

44 orang (43,1%), sedangkan penderita meningitis serosa 58 orang (56,9%).

Penderita paling banyak pada usia 0-5 tahun yaitu 60 orang. Data yang diperoleh

dari survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan,

pada Tahun 2014 – 2016, terdapat 110 kasus meningitis pada anak. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


5

data-data diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang Karakteristik Penderita

Menigitis Pada Anak di Ruang Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2014 -2016.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteritik penderita meningitis pada anak yang di rawat

inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014 -2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita meningitis pada anak yang di rawat inap

di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014 -2016.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

sosiodemografi yang diantaranya: umur, jenis kelamin, agama dan asal

daerah.

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

keadaan sewaktu datang.

c. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

status gizi.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

gejala subjektif.

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

gejala objektif.

Universitas Sumatera Utara


6

f. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

klasifikasi meningitis.

g. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

lama rawatan rata-rata.

h. Mengetahui distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan

keadaan sewaktu pulang.

i. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan klasifikasi meningitis.

j. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi

meningitis.

k. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan

klasifikasi meningitis.

l. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan umur.

m. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan

keadaan sewaktu datang.

n. Mengetahui distribusi proporsi status gizi berdasarkan klasifikasi

meningitis.

o. Mengetahui distribusi proporsi klasifikasi meningitis berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik sehingga dapat mencegah dan merencanakan program

penanggulangan penyakit infeksi pada anak khususnya penyakit meningitis.

Universitas Sumatera Utara


7

b. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai

meningitis pada anak.

c. Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengetahuan penulis

mengenai penyakit Meningitis pada anak dan sebagai syarat untuk lulus di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meningitis

2.1.1 Pengertian Meningitis

Meningitis adalah peradangan pada leptomeningens, dapat disebabkan

oleh bakteri, virus, atau meski jarang, jamur.Meningitis bakteri merupakan salah

satu dari infeksi yang kemungkinan paling serius pada bayi dan anak yang lebih

tua (Karen dkk, 2011). Terjadinya meningitis dapat secara langsung sebagai

akibat cedera traumatis atau secara langsung dipindahkan dari tempat lain di

dalam tubuh kedalam cairan serebrospinalis (Hidayat,2008).

Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai dan sebagian

atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medulla spinalis,

yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal (Soegeng,

2002). Pasien mengeluh sakit kepala terus-menerus yang meliputi seluruh bagian

kepala. Jika sakit kepala menyerang selama lebih dari 3 jam sampai 3 hari,pasien

mungkin mengalami meningitis virus atau bakteri, jika lebih lama, pasien

mungkin mengalami meningitis tuberkulosis (Andrew&David,2012).

Meningitis bakterial adalah inflamasi meningen, terutama arakhnoid dan

piameter, yang terjadi karena invasi bakteri ke dalam ruang subaraknoid.Pada

meningitis bakterial, terjadi rekrutmen leukosit ke dalam cairan serebrospinal

(CSS). Biasanya proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga

mengenai parenkim otak (meningoensefalitis), ventrikel (ventrikulitis), bahkan

bisa menyebar ke medulla spinalis. Kerusakan neuron, terutama pada struktur

8
Universitas Sumatera Utara
9

hipokampus, diduga sebagai penyebab potensial defisit neuro psikologik persisten

pada pasien yang sembuh dari meningitis bakterial (Ropper dkk, 2005).

2.1.2 Etiologi

Menurut Karen dkk 2011, Meningitis, peradangan pada leptomeningens,

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau meski jarang, jamur. Istilah meningitis

aseptik pada prinsipnya merujuk pada meningitis virus, tetapi sebenarnya

gambaran serupa juga dapat ditemukan pada infeksi organisme lain (penyakit

Lyme, sifilis, tuberkulosis), infeksi parameningeal (abses otak, abses

epidural,empiema sinus venosus), paparan kimia (obat anti inflamsi nonsteroid,

imunoglubin intravena), penyakit gangguan autoimun dan banyak penyakit

lainnya.

Bakteri yang sering menyebabkan meningitis bakterialis sebelum

tersedianya vaksin terkonjugasi adalah Haemophillus influenzae, Streptococccus

pneumonia, dan Neisseria meningitidis. Meningitis staphylococcus terjadi

terutama pada pasien dengan riwayat pembedahan saraf atau trauma tembus

kepala. Meningitis viral umumnya disebabkan oleh virus, echovirus, dan pada

pasien yang tidak mendapatkan vaksinasi virus polio. Eksresi transmisi melalui

feses terjadi berkelanjutan dan bertahan selama beberapa minggu.pada dekade

awal abad ini Mycobacterium Tuberculosis merupakan penyebab tersering

meningitis bakterialis pada anak, tetapi sekarang jarang. Namun, penyakit ini tetap

ditemukan, terutama pada mereka dengan status sosioekonomi terbelakang dan

pada anak di Negara yang belum berkembang (Rudolph dkk, 2006).

Universitas Sumatera Utara


10

Virus lain yang dapat menyebabkan meningitis adalah virus herpes

simplex, virus Epstein Barr, sitomegalovirus, virus Limpositik koriomeningitis,

dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus mumps (gelondongan) adalah

salah satu penyebab meningitis yang umum terjadi pada anak yang belum

divaksinasi. Penyebab meningitis lainnya yang tidak umum adalah Borrelia

burgdoferi (penyakit Lyme), Bortonella henselae, (cat-scratch disease),

Mycobacterium tuberculosis, Toxoplasma, jamur (Cryptococcus, Histoplasma dan

Coccidiodies) dan parasit (Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowlery, dan

Acanthamoeba) (Karen dkk, 2011).

Pada individu dewasa imunokompeten, S. pneumonia dan N. meningitides

adalah patogen utama penyebab meningitis bakterialis, karena kedua bakteri

tersebut memiliki kemampuan kolonisasi nasofaring dan menembus sawar darah

otak (SDO). Basil gram negatif seperti E. coli, Klebsiellasp, Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas sp biasanya merupakan

penyebab meningitis nosokomial, yang lebih mudah terjadi pada pasien

kraniotomi, kateterisasi ventrikel internal ataupun eksternal, dan trauma kepala

(Ropper dkk, 2005; Clarke dkk, 2009).

2.1.3 Klasifikasi Meningitis

Menurut Ngastiyah 2005, klasifikasi meningitis ada 2 yaitu meningitis

purulenta dan meningitis tuberkulosis.

a. Meningitis Purulenta

Menurut Karen dkk, 2011 meningitis purulenta adalah meningitis yang

bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


11

bakteri spesifik maupun virus. Penyebab meningitis purulenta ialah kuman sejenis

pneumococcus, Hemofilus influenzae, Staphylococcus, Streptococcus, E.coli,

Meningococcus dan Salmonella. Di Jakarta yang terbanyak disebabkan oleh

pneumococcus dan Haemofilusinfluenza, sedangkan di negeri barat penyebab

terbanyak adalah Meningococcus. Pasien meningitis purulenta pada umumnya

dalam keadaan kesadaran yang menurun dan seringkali disertai muntah-muntah

atau diare. Oleh karenanya untuk menghindarkan kekurangan cairan/elektrolit

pasien perlu langsung dipasang cairan intravena.

Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi lain.

Kuman secara hematogen samapi ke selaput otak, misalnya pada penyakit

faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan lain-lain.Dapat

pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ/ jaringan di dekat

selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, thrombosis sinus

kavernosus, dan lain-lain. Gambaran klinis meningitis purulenta sebagai berikut :

1. Gejala infeksi akut. Anak menjadi lesu, mudah terangsang, panas, muntah,

anoreksia dan pada anak yang besar mungkin didapatkan keluhan sakit

kepala. Pada infeksi yang disebabkan oleh meningococcus terdapat petekia

dan herpes labialis

2. Gejala tekanan intrakranial meninggi. Anak sering muntah, nyeri kepala

(pada anak yang besar), morning cry (pada neonatus) yaitu tangis yang

merintih. Kesadaran bayi/ anak menurun dari apatis sampai koma. Kejang

yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar

menonjol dan tegang, terdapat gejala kelainan serebral lainnya seperti

Universitas Sumatera Utara


12

paresis atau paralisis, strabismus (crack pot sign) dan pernapasan Cheyne

Stokes. Kadang-kadang pada anak besar terdapat hipertensi dan chocked

disc dari papila nervus optikus.

3. Gejala rangsangan meningeal. Terdapat kuduk kaku, bahkan dapat terjadi

rigiditas umum. Tanda-tanda spesifik seperti Kernig, Brudzinsky I dan II

positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas terjadi, sering terdapat

keluhan sakit di leher dan punggung.

Gambar 2.1 Arachnoid dan Piameter

b. Meningitis Serosa

Meningitis serosa adalah suatu sindrom klinis umum yang disebabkan oleh

berbagai kausa (Rudolph dkk, 2006). Meningitis serosa yaitu radang selaput otak

arakhnoid dan pia meter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab

terseringnya adalah Mycobacterium Tuberculosis dan virus. Penyebab lain seperti

Toxoplasma gondii dan Ricketsia. Meningitis tuberculosis merupakan bagian dari

meningitis serosa. Meningitis Tuberkulosis adalah infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis yang mengenai mening atau parenkim otak (Baron dkk,2007).

Universitas Sumatera Utara


13

Meningitis tuberkulosis terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberculosis

primer, biasanya dari paru. Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput

otak langsung oleh penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui

pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau

vertebrata yang kemudian pecah ke dalam rongga arakhnoid (Ngastiyah,2005).

Menurut Soegeng 2002, pada pemeriksaan histologis, meningitis

tuberkulosis ternyata merupakan meningoensefalitis. Peradangan ditemukan

sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat eksudat dan

tuberkel.

Tampak juga kelainan pada pembuluh darah seperti arteritis dan flebitis

yang menimbulkan penyumbatan.

Akibat penyumbatan ini dapat terjadi infark otak yang kemudian akan

mengakibatkan pelunakan otak. Gejala yang timbul terdiri dari 3 stadium:

1. stadium I (prodromal):

Tanpa demam/kelainan, tidak suka bermain, tidur terganggu, tidur

terganggu, kemudian menjadi apatik anoreksia, obstipasi dan muntah

sering dijumpai, pada anak besar bisa mengeluh sakit kepala.

2. stadium II (transisi):

Kejang, rangsang meningeal berupa kaku kuduk, kernig,

brudzinsky, reflek tendon meninggi, ubun-ubun cembung (pada bayi),

kelumpuhan syaraf berupa nistagmus dan strabismus serta kelumpuhan

saraf yang lain.

Universitas Sumatera Utara


14

3. stadium III (terminal) :

Stadium terminal berupa kelumpuhan, koma, pupil melebar dan

tidak beraksi, nadi dan nafas tidak teratur kadang-kadang cheyne stokes,

hiperpireksia (Soegeng, 2002). Penegakan diagnosis meningitis TB

didasarkan pada karakteristik klinis, seluler laboratorium, mikrobiologi

Liquor Cerebrospinalis (LCS), dan radiological imaging (Deshpande dkk,

2007).

2.2 Epidemiologi Meningitis

2.2.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Berdasarkan Orang

Faktor risiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap

patogen spesifik yang lemah yang terkait dengan umur muda. Risiko terbesar pada

bayi antara umur 1 dan 12 bulan, 95% kasus terjadi antara umur 1 bulan dan 5

tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Insidens

tertinggi meningitis bakterialis terjadi pada anak berusia kurang dari 1

tahun.Insidens tertinggi terjadi pada suku asli Amerika, suku asli Alaska dan suku

Aborigin Australia, hal ini menunjukkan faktor genetika berpengaruh besar dalam

kerentanan penyakit. Infeksi ini memiliki prevalens lebih tinggi pada kelompok

sosial ekonomi rendah, anak kecil, dan pasien imunokompromais (Karen dkk,

2011).

Universitas Sumatera Utara


15

b. Berdasarkan Tempat

Prevalens meningitis arbovirus dipengaruhi oleh faktor distribusi geografis

dan aktivitas musiman vektor artropoda (nyamuk). Musim panas dan musimgugur

adalah puncak terjadinya penyakit meningitis akibat entevirus. Di Amerika

Serikat, infeksi arbovirus umumnya terjadi pada musim panas dan musim gugur

(Karen dkk, 2011).

c. Berdasarkan Waktu

Di daerah Sub-Saharan Meningitis Belt (Upper volta, Dahomey, Ghana

dan Mali Barat, hingga Niger, Nigeria, Chad, dan Sudan Timur) epidemik

meningitis dimulai pada musim panas/musim kering dan mencapai puncaknya

pada akhir April – awal Mei dan diakhiri dengan dimulainya musim penghujan.

Tahun 2008, Afghanistan melaporkan 2.154 kasus meningitis dan 140 kematian

(CFR 5%) dimana sebagian besar kasus terjadi pada musim panas (Karen dkk,

2011).

2.2.2 Determinan

a. Host

Faktor risiko lainnya adalah adanya gangguan sistem imun baik kongenital

maupun yang didapat, hemoglobinopati seperti penyakit selsabit (sicklecell

disease), asplenia fungsional ataupun anatomis, dan lingkungan yang padat, misal

ditempat penitipan anak, asrama universitas, atau asrama militer (Geyik dkk,

2002).

b. Agent

Universitas Sumatera Utara


16

H. influenzae, penyebab meningitis yang paling sering terjadi di Amerika

Serikat, mempunyai insiden tahunan 32-71/100.000 anak yang lebih muda dari

umur 5 tahun. Pada orang dewasa Streptococcus pneumoniae dan Neisseria

meningitides adalah penyebab meningitis bakteri yang paling sering (sekitar

40%). Pada penderita yang tua (umur lebih tua dari 60 tahun), S. pneumoniae

adalah penyebab meningitis yang paling sering yang disertai oleh basilus gram-

negatif. Sedangkan mikroorganisme lainnya yang sering menyebabkan meningitis

adalah : Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Mycobacterium,

Aspergillus dan Candida sebagai penyebab yang jarang (Geyik dkk, 2002).

c. Lingkungan

Keadaan lingkungan tertentu dapat menambah kemungkinan meningitis.

Insiden meningitis N. meningitis dan H. influenza tipe b yang lebih tinggi

dilaporkan pada rumah tangga yang penuh sesak, pusat perawatan-harian, ruang

kelas, serta asrama college dan militer. Karena bakteri ditularkan dari orang ke

orang melalui udara, individu rentan yang berdekatan pada keadaan ini

mempermudah penyebaran infeksi dan terjadinya kasus sekunder (Geyik dkk,

2002).

2.3 Tanda dan Gejala

MenurutKaren dkk 2011, Tanpa memandang etiologi, kebanyakan

penderita dengan infeksi sistem saraf pusat (SSS) akut mempunyai sindrom yang

serupa. Gejala-gejala yang lazim adalah : nyeri kepala, nausea, muntah, anoreksia,

gelisah, dan iritabilitas. Sayangnya, kebanyakan dari gejala-gejala ini sangat tidak

spesifik. Tanda-tanda infeksi SSS yang lazim, disamping demam adalah:

Universitas Sumatera Utara


17

fotopobia, nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang-

kejang dan defisit neurologis setempat.Diagnosis meningitis dapat menjadi sulit

jika manifestasi awal hanya nyeri kepala dan demam.Selain itu, kaku kuduk tidak

selalu ditemukan pada pasien sopor, koma, atau pada lansia (Ropper dkk, 2005;

Clarke dkk, 2009; Van De Beek dkk, 2006).

Menurut Soegeng 2002, keparahan dan kumpulan tanda-tanda ditentukan

oleh patogen spesifik, hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis. Gejala

kegawatan pada anak yang sering ditemukan adalah kejang, koma, hipertensi,

renjatan, kadar hemoglobin kurang dari 11g/dl dan leukosit dalam cairan

serebrospiral kurang dari 1000/mm3. Penderita ini umumnya meninggal atau bila

hidup ditemukan gejala sisa. Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala

gangguan alat pernafasan atas dan gastrointestinal, pada bayi biasanya gejalanya

hanya berupa iritabilitas, cengeng, tidak suka makan dan kadang-kadang demam.

Gambaran klinis yang sering muncul pada anak dengan meningitis antara

lain :

a. Infeksi akut atau sub akut

Gejala infeksi akut berupa lesu, mudah terangsang, demam, muntah-

muntah, anoreksia dan pada anak yang besar mengeluh nyeri kepala, pada

infeksi yang disebabkan oleh meningokokus terhadap petekhia dan herpes

labialis.

b. Gejala tekanan intra kranial yang meninggi.

Gejala tekanan intracranial yang meninggi berupa muntah, nyeri kepala

(pada anak besar), merintih (pada neonates).

Universitas Sumatera Utara


18

c. Gejala rangsang meningeal.

Gejala rangsang meningeal berupa kaku kuduk, malahan kadang terjadi

rigiditas umum, kernig, brudzinsky I dan II.

d. Kejang baik secara umum maupun lokal.

e. Kelumpuhan ektremitas (paresis atau paralisis).

f. Gangguan frekwensi dan rama pernafasan (cepat dengan irama kadang

dangkal dan kadang dalam).

Pada anak besar sebelum terjadi gejala di atas sering mengeluh sakit di

daerah leher dan punggung. Gejala neurologis meningitis bakteri dapat dibagi 4

fase:

1. Fase I : Sub febris, lesu, iritabel, selera makan menurun, mual dan sakit

kepala ringan.

2. Fase II : Tanda rangsang meningen, kelainan saraf otak kadang

hemiparase, arteritis.

3. Fase III : Tanda neurologi fokal, kovulsi, kesadaran menurun.

4. Fase IV : Tanda fase tiga disertai koma, syok.

2.3.1 Kriteria Meningitis

Menurut Andrew & David 2012, pasien dikatakan menderita meningitis

apabila:

a. Sakit kepala: parah, meliputi seluruh bagian kepala, dan terus-menerus.

b. Fotopobia: pasien menghindari oftalmoskopi,mungkin menutupi muka

dengan selimut.

Universitas Sumatera Utara


19

c. Perubahan kesadaran: mengantuk dan tertidur jika tidak ada stimulus,

tertidur saat menjalani pemeriksaan.

d. Leher kaku: saat diluruskan namun tidak saat diputar.

e. Ruam: jika terjadi infeksi bakteri.

f. demam selalu muncul, yang tertinggi adalah di malam hari, dan sering kali

disertai rigor (jika infeksi disebabkan oleh bakteri).

Menurut Hidayat 2008, Pada pengkajian neonatus dengan meningitis dapat

ditemukan suhu dibawah normal, pucat, letargi, iritabilitas, kurang makan dan

minum, kejang, diare dan muntah, fontanel yang menonjol dan opistotonus.

Kemudian pada bayi dan anak dapat ditemukan adanya latergi, iritabilitas,

kepucatan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah, peningkatan tekanan

intrakranial, fontanel menonjol dan adanya kejang.

2.4 Meningitis pada Anak

Infeksi akut sistem saraf sentral (SSS) merupakan penyebab demam yang

paling sering disertai dengan tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit sistem saraf

sentral pada anak. Meningitis bakterial merupakan infeksi sistem syaraf pusat,

terutama menyerang anak usia <2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia

6-18 bulan. Meningitis pada anak-anak masih sering dijumpai, meskipun sudah

ada kemoterapeutik, karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.

Penyebab utama meningitis pada anak adalah Haemophilus Influenzae tipe B

(Hib) dan Streptococcus pnemoniae (invasive pneumococcal disease/IPD).

Insidens meningitis bakterialis di Negara maju sudah menurun sebagai akibat

keberhasilan imunisasi Hib dan IPD (Golnik, 2007).

Universitas Sumatera Utara


20

Pada anak-anak, gejala-gejala yang ada sering tidak spesifik. Demam, lesu,

tidak dapat tidur, iritabel, dan muntah sering ditemukan, dan ada insidensi kejang

yang lebih tinggi. Ditinjau dari segi usia, meningitis bakterial lebih sering

ditemukan pada anak usia 6-<12 bulan yang mengalami kejang pertama

(American Academy of Pediatrics, 2011).

Meningitis bakterial dapat timbul dalam 24 jam pertama sesudah lahir dan

sering fatal. Pada bayi baru lahir, gejala klasik mengitis seperti pada bayi yang

lebih besar tidak selalu dijumpai, maka pungsi lumbal perlu dilakukan pada setiap

BBL yang dicurigai menderita kelainan neurologis seperti pada bayi dengan

tangis merintih, latergi, suhu yang menurun, kesukaran minum, dan sebagainya.

Akibat mengalami gangguan kesadaran/otak, anak akan mengunyah/membuka

mulut lambat sekali (Ngastiyah,2005).

Menurut Kosim dkk 2014, pada masa neonatal berbagai bentuk infeksi

dapat terjadi pada bayi. Di negara yang sedang berkembang macam infeksi yang

sering ditemukan berturut-turut infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran

cerna (diare), tetanus neonatal, sepsis, dan meningitis.

Tabel 2.1 Jenis infeksi utama pada masa neonatal


Angka Kematian
Jenis Infeksi Jumlah Penderita Kasus (Case Jumlah Kematian
Fatality Rate) (%)
Infeksi Pernapasan 2.500.000 30 750.000
Akut
Tetanus Neonatal 438.000 85 372.000
Sepsis 750.000 40 300.000
Diare 25.000.000 6 150.000
Meningitis 126.000 40 50.400

Selanjutnya ditemukan bahwa case fatality rate yang tinggi terjadi pada

penderita tetanus dan sepsis/meningitis neonatal. Kedua penyakit terakhir ini lebih

Universitas Sumatera Utara


21

banyak menimbulkan masalah bila dibandingkan dengan penderita infeksi lain.

CFR yang tinggi pada penderita sepsis dan meningitis merupakan masalah yang

belum terpecahkan sampai saat ini.

2.4.1 Patofisiologi Meningitis pada Anak

Virus masuk kedalam susunan saraf pusat (SSP) melalui berbagai

mekanisme. Pada umumnya virus bereplikasi di luar SSP dan menginvasi SSP

melalui penyebaran secara hematogen, seperti pada enterovirus.Selain itu, virus

dapat langsung melintasi sawar darah otak, atau diangkut oleh leukosit yang

terinfeksi dan kemudian menginfeksi endotel pembuluh darah, misalnya pada

mumps, measles, atau herpes virus. Virus yang lain menginvasi melalui saraf

perifer dan saraf otak, seperti polio dan HIV. Pada saat virus telah berada di SSP,

kemudian menyebar melalui ruang subarachnoid dan menyebabkan respons

inflamasi sehingga terjadi meningitis.Virus dapat langsung menyebar secara

langsung melalui leukosit menuju jaringan saraf (Chadwick DR, 2005).

Bakteri memasuki ruang subarakhnoid dan cairan serebrospinal (CSS)

melalui pleksus koroid atau kapiler serebral. Seluruh area ruang subarakhnoid

yang meliputi otak, medula spinalis, dan nervus optikus dapat dimasuki oleh

bakteri dan akan menyebar dengan cepat. Infeksi juga mengenai ventrikel, baik

secara langsung melalui peksus koroid maupun melalui refluks lewat foramina

Magendie dan Luschka (Ropper dkk, 2005).

Infeksi bakteri mencapai sistem saraf pusat melalui invasi langsung,

penyebaran hematogen, atau embolisasi trombus yang terinfeksi.Infeksi juga

dapat terjadi melalui perluasan langsung dari struktur yang terinfeksi.Transmisi

Universitas Sumatera Utara


22

bakteri patogen umumnya melalui droplet respirasi atau kontak langsung dengan

karier. Proses masuknya bakteri ke dalam sistem saraf pusat merupakan

mekanisme yang kompleks. Awalnya, bakteri melakukan kolonisasi nasofaring

dengan berikatan pada sel epitel menggunakan villi adhesive dan membrane

protein. Risiko kolonisasi epitel nasofaring meningkat pada individu yang

mengalami infeksi virus pada sistem pernapasan atau pada perokok (Ropper dkk,

2005; Clarke dkk, 2009).

Di otak mikroorganisme berkembangbiak membentuk koloni.Koloni

mikroorganisme itulah yang mampu menginfeksi lapisan otak (meningen).

Mikroorganisme menghasilkan toksik dan merusak meningen.Kumpulan toksik

mikroorganisme, jaringan meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi

satu membentuk cairan yang kental yang disebut pustule. Karena sifat cairannya

tersebut penyakit ini popular disebut meningitis purulenta (Sujono dkk, 2009).

Gambar 2.2 Anatomi dan fisiologi Selaput Otak (Meningen)

Universitas Sumatera Utara


23

2.4.2 Dampak Meningitis pada Anak

Menurut Karen dkk 2011, meskipun telah digunakan terapi antibiotik yang

tepat, tingkat mortalitas akibat meningitis bakterialis pada anak sangat bermakna,

yaitu 25% untuk S. pneumonia, 15% untuk N. meningitidis dan 8% untuk H.

influenzae. Penderita yang berhasil selamat, 35% diantaranya mengalami gejala

sisa terutama setelah infeksi pneumokokus, termasuk ketulian, kejang, kesulitan

belajar, kebutaan, kelumpuhan, ataksia, atau hidrosefalus.

Apabila diagnosis dini dan pengobatan secara cepat dapat dilaksanakan

pada penderita meningitis Hib, 50% dari jumlah penderita meningitis tersebut

sembuh normal, tetapi sisanya akan menunjukkan gejala sisa meliputi tuli,

gangguan bicara, kemunduran mental, gangguan pertumbuhan, dan perubahan

perilaku (Soegeng, 2005). Meningitis neonatal menyebabkan mortalitas dan

morbiditas yang tinggi (tuli, hidrosefalus, dan keterlambatan pertumbuhan)

(Lissauer & Fanaroff, 2006).

2.5 Komplikasi Meningitis

Menurut Hidayat 2008, komplikasi dapat terjadi sebagai akibat pengobatan

yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat.Komplikasi yang dapat

terjadi pada meningitis adalah :

Universitas Sumatera Utara


24

a. Dehidrasi asidosis. Pasien yang koma jika tidak diberikan cairan secara

intravena dapat terjadi dehidrasi asidosis. Jika terjadi asidosis biasanya

diberikan cairan untuk koreksi (bikarbonas natrikus).

b. Kelumpuhan anggota gerak. Adanya pernapasan Cheyne-Stokes

menyebabkan masukan O2 kurang akibatnya terjadi anoksia otak yang

dapat mengakibatkan kerusakan otak pula. Akibat selanjutnya dapat

menimbulkan berbagai kelumpuhan yang sering ditemukan ialah

kelumpuhan anggota gerak.

c. Hidrosefalus. Hidrosefalus terjadi sebagai akibat penyumbatan jalannya

atau resorbsinya likuor serebri yang disebabkan adanya infeksi pada

selaput otak yang kemudian menimbulkan kelainan di daerah basal sekitar

sisterna.

d. Dekubitus. Pasien meningitis karena adanya keadaanya sering koma atau

stupor akan mudah timbul dekubitus bila tidak sering diubah letak

baringannya, adanya banyak keringat dan sering ngompol menyebabkan

selalu basah sehingga mudah lecet.

e. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini

muncul karena adanya desakan oada intrakranial yang meningkat sehingga

memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.

f. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada

meningen dapat sampai ke jaringan cranial lain baik melalui perembetan

langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.

Universitas Sumatera Utara


25

g. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak

karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang

tepat.

h. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis

yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak

sebagai tempat menyimpan memori.

i. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang

tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik

yang digunakan untuk pengobatan.

j. Gejala sisa neurologis berupa paresis sampai deserebrasi maupunepilepsi.

2.6 Penatalaksanaan Meningitis

2.6.1 Diagnosis Meningitis

Menurut Hidayat 2008, pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya kaku

kuduk, tanda kernig dan brudzinsky kadang-kadang positif, cairan, serebrospinalis

berwarna jernih dengan jumlah sel 20 sampai beberapa ribu per mm3. Ditemukan

adanya jumlah sel polimorfonukleus lebih banyak daripada limfosit.

Menurut Adrew&David 2012,diagnosis meningitis dapat ditegakkan

dengan:

a. Uji untuk leher kaku

Petunjuk berguna mengenai tidak adanya rasa kaku di leher bias

ditemukan saat menghimpun riwayat pasien: jika pasien bisa

menganggukkan kepala sesuai kehendak saat menjawab pertanyaan yang

diajukan, bisa diasumsikan bahwa leher responden tidak kaku. Penderita

Universitas Sumatera Utara


26

meningitis biasanya berbaring tenang dan tidak bisa menggerakkan kepala

sesuai kehendak.

b. Tanda kernig

Tanda ini mendeteksi akar saraf yang terasa sakit/ terinflamasi (meningitis

tulang belakang) dan konsepnya hampir sama dengan mengangkat kaki

secara lurus –uji ini peka bagi meningitis, namun tidak terlalu. Pasien

berbaring telentang, lutut dan pinggul di salah satu sisi ditekuk secara pasif

dengan sudut 90°.Berusah untuk meluruskan lutut secara pasif, sampai

pasien terlihat menahan sakit dan lututnya tidak bisa diluruskan lagi. Rasa

nyeri yang terasa di hamstring mungkin menunjukkan meningitis, namun

tidak spesifik, tetapi nyeri yang terasa dipunggung bawah lebih spesifik.

Gambar 2.3 Diagnosis Meningitis dengan Tanda Kernig


c. Tanda Brudzinski I (Brudzinsky Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya

dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan

Universitas Sumatera Utara


27

fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.Tanda brudzinski I

positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

d. Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi

panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig).Tanda brudzinski II positif (+)

bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan

lutut kontralateral.

Gambar 2.4 Diagnosis Meningitis dengan Tanda Brudzinski

e. Pemeriksaan fisik

Penderita meningitis biasanya mengalami fotopobia – mereka menghindari

cahaya dan mungkin menutupi muka dengan selimut.Demam selalu

muncul, yang tertinggi adalah malam hari, dan sering kali disertai rigor

(jika infeksi disebabkan oleh bakteri). Banyak pasien mengalami

perubahan kesadaran biasanya pasien mengantuk dan mengalami stupor

Universitas Sumatera Utara


28

tertidur saat tidak ada stimulus, tertidur saat menjalani pemeriksaan.Pasien

muda bisa marah, pikun, atau bahkan agresif sebelum mengalami stupor.

f. Pemeriksaan darah

Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju

Endap Darah (LED), kadar glukosa, elektrolit, dan kultur. Pada meningitis

purulenta didapatkan peningkatan leukosit. Pada meningitis serosa

didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada meningitis

Tuberkulosis didapatkan juga peningkatkan LED.

g. Pemeriksaan Radiologis

1. Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,

sinus paranasal) dan foto dada.

2. Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepalam dan bila

mungkin foto CT Scan.

2.6.2 Pengobatan Meningitis

Menurut Karen dkk 2011, terapi untuk meningitis bakterial bertujuan

mensterilisasi CSS dengan antibiotic dan mempertahankan perfusi serebral dan

sistemik agar tetap adekuat.Sefotaksim atau seftriakson merupakan terapi yang

adekuat untuk mengatasi N.meningitidis dan H.influenzae tipe a hingga f. pada

bayi berusia kurang dari 2 bulan, ampisilin ditambahkan untuk mencakup

kemungkinan infeksi akibat Listeria monocytogeneses dan Escherichia

coli.Durasi terapi berkisar 10-14 hari untuk S.pneumonia, 5-7 hari untuk

N.meningitidis, dan 7-10 hari untuk H.influenzae. Pemilihan obat-obatan

antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan pungsi lumbal guna

Universitas Sumatera Utara


29

pemberian antibiotika disesuaikan dengan kuman penyebab (Adrew & David,

2012).

Tabel 2.3 Penanganan meningitis berdasarkan usia anak


Usia Rekomendasi Terapi Alternatif Terapi
Sefotaksim atau seftriakson
Gentamisin ditambah
ditambah dengan ampisilin
Bayi baru lahir (0-28 hari) ampisilin seftazidim
dengan atau tanpa
ditambah ampisilin
gentamisin
Bayi >1 bulan-anak balita Seftriakson atau sefotaksim Sefotaksim atau seftriakson
(1bln-4thn) ditambah vankomisin ditambah rifampin
Anak dan remaja (5-14 thn) Seftriakson atau sefotaksim Sefepim atau seftazidim
dan dewasa ditambah vankomisin ditambah vankomisin

Tabel 2.4 Terapi spesifik pada meningitis bakterial


Mikroorganisme Terapi standard Terapi alternative
H. influenzae B- Sefalospirin generasi
Ampisilin
laktarnase negatif lll;kloramfenikol
H. influenzae B-
Sefalospirin generasi lll Kloramfenikol;sefepim
laktarnase positif
Penilisin G atau Sefalospirin generasi
N. meningitides
ampisilin lll;kloramfenikol
S. pneumonia Sefalospirin generasi lll Vankomisin;meropenem
Enterobacteriaceae Sefalospirin generasi lll Meropenem atau sefepim
P. aeruginosa Seftazinim atau sefepim Meropenem;pipersilin
Ampisilin atau penisilin
L.monocytogenes Trimesopirim,;sulfametoksazol
G
Ampisilin atau penisilin Sefalospirin generasi
S. agalactiae
G lll;vankomisin
S.aureus sensitif metisilin Nafsilin atau oksasilin Vankomisin
S.aureus resisten metisilin Vankosimin Linezolid
S.epidermidis Vankosimin

2.7 Pencegahan Meningitis

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor resiko

meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan penyakit infeksi meningitis dapat

dilakukan dengan pemberian vaksin pada bayi agar mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap bibit penyakit tersebut. Untuk meningitis dengan bakteri Haemophilus

Universitas Sumatera Utara


30

Influenzae dapat dicegah dengan pemberian imunisasi vaksin gabungan

H.influenzae tipe b yang dapat diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan atau

segera mungkin sesudahnya. Imunisasi Hib adalah imunisasi yang diberikan untuk

mencegah terjadinya penyakit influenzae tipe B, penyakit radang selaput otak atau

meningitis (Maryunani 2010).

Keberhasilan bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui

indikator imunisasi dasar lengkap. Di Indonesia, program imunisasi mewajibkan

setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri

dari 1 dosis Hepatitis B (0-7 hari), 1 dosis BCG (1 bulan), 3 dosis DPT-HB-Hib(2

bulan), 4 dosis polio tetes (2 bulan), dan 1 dosis campak (9 bulan). Capaian

indikator ini di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 86,54%. Cakupan imunisasi

dasar lengkap pada bayi di Jawa Barat adalah 82,48%, Sumatera Selatan 91,3%,

Sumatera Barat 74,9%, dan Sumatera Utara 75,4% (Kemenkes RI, 2015).

Mencuci tangan secara rutin harus dilakukan terutama setelah mengganti

popok, hal ini sangat penting dalam mencegah penyebaran infeksi

enterovirus.Vaksin yang efektif dan tersedia yaitu vaksin untuk polio, measles,

mumps, varisela, dan rubella.Vaksin arbovirus juga tersedia dan harus digunakan

untuk populasi yang tinggal atau mengunjungi area endemis (Rotbart, 2003; Bale,

2006; Irani, 2008; Maria dkk, 2006).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan

pengobatan segera.Diagnosis meningitis dapat ditegakkan dengan:Uji untuk leher

kaku, tanda kernig, tanda brudzinski I, tanda brudzinski II, pemeriksaan fisik,

Universitas Sumatera Utara


31

pemeriksaan darah dan pemeriksaan radiologis. Pemilihan obat-obatan antibiotika,

harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan pungsi lumbal guna pemberian

antibiotika disesuaikan dengan kuman penyebab (Adrew & David, 2012).

c. Pencegahan Tersier

Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan

kecacatan akibat meningitis dan membantu penderita untuk melakukan

penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi

kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangkapanjang misalnya tuli

atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan rehabiitasi juga dapat

dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat (Adrew & David, 2012).

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka

kerangka konsep dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Karakteristik Penderita Meningitis Anak


1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Asal Daerah
2. Keadaan sewaktu datang
3. Status Gizi
4. Gejala subjektif
5. Gejala objektif
6. Klasifikasi meningitis
7. Lama rawatan rata-rata
8. Keadaan sewaktu pulang

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan menggunakan

desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Medan dengan pertimbangan tersedianya data penderita meningitis anak yang

dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik

penderita meningitis pada anak rawat inap Tahun 2014-2016.

3.2.2 Waktu Penlitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Kota Medan sejak

bulan Juni – November tahun 2017 (Jadwal kegiatan terlampir).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita penderita meningitis

pada anak di ruang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

yang tercatat di dalam kartu status dengan jumlah 110 data penderita.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah data penderita meningitis pada anak di ruang

rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016.

32
Universitas Sumatera Utara
33

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu

status sampel penderita meningitis pada anak di ruang rawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2014-2016. Semua kartu status sampel tersebut

dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang

diteliti.

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Meningitis pada anak adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai dan

sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan

medulla spinaslis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam

cairan serebrospinal (Soegeng, 2002).

3.5.2 Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia antara umur 0-

18 tahun (Kemenkes, 2011)

3.5.3 Sosiodemografi

a. Umur adalah umur anak yang menderita meningitis yang tercatat di rekam

medik yang terdiri atas: (Kemenkes, 2011)

1. 0 – 5 tahun
2. 6 – 18 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin anak yang menderita meningitis yang

tercatat di rekam medik yang dibedakan atas:

1. Laki-Laki
2. Perempuan

Universitas Sumatera Utara


34

c. Agama adalah agama yang dianut oleh penderita meningitis.

Dikategorikan atas:

1. Islam
2. Protestan
3. Katolik

e. Asal daerah adalah daerah tempat anak yang menderita meningitis

menetap yang tercatat di rekam medik. Dikategorikan atas:

1. Kota Medan
2. Diluar Kota Medan

3.5.4 Keadaan sewaktu datang adalah keadaan penderita pertama kali masuk ke

rumah sakit. Dikategorikan atas :

1. Sadar
2. Tidak sadar

3.5.5 Status Gizi adalah status gizi anak yang menderita meningitis.

Dikategorikan atas:

1. Gizi kurang ( < -3 SD sampai dengan < -2 SD )


2. Gizi Baik ( -2 SD sampai dengan 2 SD )
3. Gizi Lebih ( > 2 SD )

(Kemenkes, 2011)

3.5.6 Gejala subjektif adalah gejala yang dirasakan oleh penderita meningitis.

Dikategorikan atas :

1. Demam
2. Kejang
3. Muntah
4. Sakit Kepala
5. Kaku pada anggota badan

Universitas Sumatera Utara


35

3.5.7 Gejala objektif adalah gejala yang ditegakkan oleh dokter melalui

pemeriksaan berbagai uji/tes. Dikategorikan atas :

1. Kaku kuduk (+)


2. Tanda kernig (+)
3. Brudzinski I/II (+/+)
4. Letargi
5. Tidak tertulis di kartu status

3.5.8 Klasifikasi meningitis adalah pembagian meningitis berdasarkan gejala

dan penyebabnya. Dikategorikan atas :

1. Purulenta
2. Serosa

3.5.9 Lama rawatan rata-rata adalah lamanya penderita menjalani perawatan di

rumah sakit RSUP Adam Malik, dihitung sejak tanggal mulai dirawat

hingga tanggal pulang dari rumah sakit.

3.5.10 Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan anak yang menderita meningitis

saat pulang dari RSUP H. Adam Malik Medan. Dikategorikan atas:

1. Pulang Berobat jalan (PBJ)


2. Pulang atas Permintaan Sendiri (PAPS)
3. Meninggal

3.6 Metode Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan computer dan dianalisa

secara statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution) menggunakan uji Chi-square, Exact Fisher’s dan T-test

kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, diagram pie,

dan diagram bar.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

4.1.1 Gambaran Umum

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah Rumah Sakit

Umum Kelas A milik Pemerintahan Pusat yang secara teknis berada di bawah

Direktoral Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Rumah Sakit ini

berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan dan merupakan pusat

rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera Bagian Utara dan Bagian

Tengah yang meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera

Utara, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat.

4.1.2 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan

Visi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah “Menjadi

Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang Terbaik dan Bermutu

di Indonesia pada Tahun 2019”.

Visi tersebut diwujudkan melalui Misi Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan yaitu:

1. Melaksanakan Pelayanan Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan di bidang

Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Terjangkau.

2. Melaksanakan Pengembangan Kompetensi SDM secara

Berkesinambungan.

3. Mengampu RS Jejaring dan RS Wilayah Sumatera.

36
Universitas Sumatera Utara
37

Motto dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah

Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan “PATEN” dengan

kepanjangan Pelayanan Cepat, Akurat, Terjangkau, Efisien dan Nyaman.

4.1.3 Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan

Nilai-nilai Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu:

1. Pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukan pelayanan

kesehatan maka pelayanan medis ahrus diberikan dengan cara benar tanpa

membedakan golongan, agama, suku, dan kemampuan sesuai dengan azas

keadilan social.

2. Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika profesi dan

norma-norma religious.

3. Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku melalui suatu musyawarah serta dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Pelayanan yang diberikan secara utuh, terpadu dan paripurna.

Budaya Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

adalah:

1. Profesional: Bekerja secara cermat, tertib, disiplin dan semangat yang

tinggi dengan kemampuan optimal. Melakukan tugas dengan pengetahuan

dan ketrampilan terkini dengan perhitungan tepat, cepat dan matang serta

berani mengambil resiko.

Universitas Sumatera Utara


38

2. Integritas: Berlandaskan Iman dan Taqwa, Jujur, Iklas, Setia, Tegar dan

Bertanggung jawab berdasarkan pengabdian serta rela berkorban, lapang

hati dan bijaksana.

3. Kerjasama: Memupuk saling pengertian dengan sesame pegawai,

menghormati dan menghargai pendapat pegawai yang lain. Menghayati

diri sebagai bagian dari Sistem dan kesatuan organisasi.

4.2 Analisa Deskriptif

4.2.1 Sosiodemografi

Distribusi proporsi penderita Meningitis pada anak berdasarkan

sosiodemografi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

2014-2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2016
Umur (tahun) f (%)
0-5 63 57,3
6-18 47 42,7
Total 110 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa proporsi penderita meningitis anak pada

kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 63 orang (57,3%), dan proporsi penderita

meningitis anak pada kelompok umur 6-18 tahun sebanyak 47 orang (42,7%).

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016
Jenis Kelamin f (%)
Laki-Laki 66 60,0
Perempuan 44 40,0
Total 110 100

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa proporsi penderita meningitis anak dengan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 66 orang (60,0%), dan proporsi penderita

meningitis anak dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (40,0%).

Rasio penderita laki-laki dengan perempuan adalah 1,5:1.

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Agama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2016
Agama f (%)
Islam 67 60,9
Kristen Protestan 32 29,1
Katolik 11 10
Total 110 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita meningitis pada

anak berdasarkan agama yaitu agama Islam sebanyak 67 orang (60,9%) dan

proporsi terendah adalah agama Katolik sebanyak 11 orang (10%).

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Asal Daerah di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016
Asal Daerah f (%)
Kota Medan 16 14,5
Luar Kota Medan 92 83,6
Tidak Tertulis 2 1,8
Total 110 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita meningitis anak

berdasarkan asal daerah yaitu berasal dari Luar Kota Medan sebanyak 92 orang

(83,6%) dan proporsi asal daerah Kota Medan sebanyak 16 orang (14,5%). Ada

sebanyak 2 orang (1,8%) yang tidak tercatat asal daerahnya di dalam kartu status.

Universitas Sumatera Utara


40

4.2.2 Keadaan Sewaktu Datang

Distribusi proporsi penderita Meningitis pada anak berdasarkan keadaan

sewaktu datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

2014-2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Datang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2016
Keadaan Sewaktu Datang f (%)
Sadar 52 47,3
Tidak Sadar 58 52,7
Total 110 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa proporsi penderita meningitis anak

berdasarkan keadaan sewaktu datang adalah datang dalam keadaan tidak sadar

sebanyak 58 orang (52,7%), sedangkan proporsi datang dalam keadaan sadar

sebanyak 52 orang (47,3%).

4.2.3 Status Gizi

Distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan kategori

status gizi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-

2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Status Gizi di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016
Status Gizi f (%)
Gizi Kurang 41 37,3
Gizi Baik 66 60,0
Gizi Lebih 3 2,7
Total 110 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita meningitis anak

berdasarkan kategori status gizi adalah gizi baik sebanyak 66 orang (60,0%).

Universitas Sumatera Utara


41

Selanjutnya untuk kategori gizi kurang sebanyak 41 orang (37,3%) dan proporsi

terendah penderita meningitis anak adalah kategori gizi lebih sebanyak 3 orang

(2,7%).

4.2.4 Gejala Subjektif

Distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan gejala

subjektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

2014-2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita meningitis pada anak


Berdasarkan Gejala Subjektif di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016
Gejala Subjektif f (%)
Demam 28 25,5
Kejang 59 53,6
Muntah 5 4,5
Sakit kepala 16 14,5
Kaku pada anggota badan 2 1,8
Total 110 100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita meningitis anak

berdasarkan gejala subjektif adalah kejang sebanyak 59 orang (53,6%),

selanjutnya proporsi gejala demam sebanyak 28 orang (25,5%), proporsi penderita

dengan gejala sakit kepala sebanyak 16 orang (14,5%), proporsi penderita dengan

gejala muntah sebanyak 5 orang (4,5%), dan proporsi terendah yaitu penderita

dengan gejala kaku pada anggota badan sebanyak 2 orang (1,8%).

4.2.5 Gejala Objektif

Distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan gejala

objektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita meningitis pada anak


Berdasarkan Gejala Objektif di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016
Gejala Objektif f (%)
Kaku kuduk 53 48,2
Tanda kernig 7 6,4
Brudzinski I/II 13 11,8
Letargi 5 4,5
Tidak tertulis di kartu status 32 29,1
Total 110 100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita meningitis anak

berdasarkan gejala objektif adalah pemeriksaan kaku kuduk sebanyak 53 orang

(48,2%), selanjutnya tidak tertulis di kartu status sebanyak 32 orang (29,1%),

pemeriksaan brudzinski I/II sebanyak 13 orang (11,8%), pemeriksaan tanda

kernig sebanyak 7 orang (6,4%), dan proporsi terendah yaitu letargi sebanyak 5

orang (4,5%).

4.2.6 Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan klasifikasi

meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

2014-2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita meningitis pada anak


berdasarkan klasifikasi meningitis di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016
Klasifikasi Meningitis f (%)
Purulenta 70 63,6
Serosa 40 36,4
Total 110 100

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa proporsi penderita meningitis anak

berdasarkan klasifikasi meningitis adalah meningitis purulenta sebanyak 70 orang

(63,6%), sedangkan proporsi meningitis serosa sebanyak 40 orang (36,4%).

Universitas Sumatera Utara


43

4.2.8 Lama Rawatan Rata-Rata

Distribusi penderita meningitis pada anak berdasarkan lama rawatan rata-

rata di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningitis Pada Anak di


RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Lama Rawatan Rata-rata
n 110
Mean 9,10
SD (Standard Deviasi) 8,197
95% Confidence Interval 7,55-10,65
Minimum 1
Maksimum 45

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita

meningitis anak adalah 9,10 hari atau 9 hari. SD (Standard Deviasi) 8,197 hari

atau 8 hari dengan minimum lama rawatan 1 hari dan maksimum lama rawatan

adalah 45 hari. Pada Galat Pendugaan (GP) dengan menggunakan Confideence

Interval 95% didapatkan lama rawatan rata-rata selama 7,55-10,65 hari.

4.2.9 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi penderita meningitis pada anak berdasarkan keadaan sewaktu

pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016
Keadaan Sewaktu Pulang f (%)
Pulang Berobat Jalan 31 28,2
Pulang Atas Permintaan Sendiri 27 24,5
Meninggal dunia 52 47,3
Total 110 100

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang

penderita meningitis anak yaitu meninggal sebanyak 52 orang (47,3%), sedangkan

proporsi terendah yaitu pulang atas permintaan sendiri sebanyak 27 orang

(24,5%). CFR penderita meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 adalah 47,3%. Angka kematian meningitis

pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 cukup tinggi,

dikarenakan dari 110 penderita terdapat 52 orang meninggal dunia.

4.3 Analisa Statistik

4.3.1 Umur Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi umur penderita meningitis pada anak di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 berdasarkan klasifikasi

meningitis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Umur Penderita Meningitis Pada Anak


Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016
Umur (Tahun)
Klasifikasi Total
0-5 6-18
Meningitis
f % f % f %
Purulenta 33 47,1 37 52,9 70 100
Serosa 30 75 10 25 40 100
p=0,004
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 70 orang penderita meningitis

purulenta, proporsi tertinggi pada kelompok umur 6-18 tahun sebanyak 37 orang

(52,9%), sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak

33 orang (47,1%). Selanjutnya, dari 40 orang penderita meningitis serosa,

proporsi tertinggi yaitu pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 30 orang (75%),

Universitas Sumatera Utara


45

sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 6-18 tahun yaitu sebanyak 10

orang (25%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh

nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur

berdasarkan klasifikasi meningitis.

4.3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita meningitis pada anak di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 berdasarkan

klasifikasi meningitis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Meningitis Pada


Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016
Jenis Kelamin
Klasifikasi Total
Laki-Laki Perempuan
Meningitis
f % f % f %
Purulenta 41 58,6 29 41,4 70 100
Serosa 25 62,5 15 37,5 40 100
p=0,686
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 70 orang penderita meningitis

purulenta, proporsi tertinggi dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang

(58,6%), sedangkan proporsi terendah dengan jenis kelamin perempuan sebanyak

29 orang (41,4%). Selanjutnya, dari 40 orang penderita meningitis serosa,

proporsi tertinggi yaitu dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (62,5%)

sedangkan proporsi terendah dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang

(37,5%).

Universitas Sumatera Utara


46

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh

nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi

jenis kelamin berdasarkan klasifikasi meningitis.

4.3.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita meningitis pada anak di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

berdasarkan klasifikasi meningitis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita


Meningitis Pada Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Klasifikasi Lama Rawatan Rata-Rata (hari)
Meningitis n X SD
Purulenta 70 9,44 8,438
Serosa 40 8,50 7,825
t=0,579 d=108 p=0,564

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 110 penderita meningitis pada anak

terdapat 70 penderita meningitis purulenta dengan lama rawatan rata-rata 9,44

hari, sedangkan penderita meningitis serosa sebanyak 40 orang yang memiliki

lama rawatan rata-rata 8,50 hari.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai

p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan

rata-rata berdasarkan klasifikasi meningitis.

4.3.4 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Umur

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita meningitis pada anak

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita


Meningitis Pada Anak Berdasarkan Umur Di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016
Keadaan Umur (tahun)
Total
Sewaktu 0-5 6-18
Pulang
f % f % f %
PBJ 14 45,2 17 54,8
31 100
PAPS 17 63 10 37,0
27 100
Meninggal 32 61,5 20 38,5
52 100
p=0,272
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 31 penderita meningitis pulang

berobat jalan terdapat 14 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (45,2%) dan 17

orang pada kelompok 6-18 tahun (54,8%). Dari 27 penderita meningitis terdapat

17 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (63%) dan 10 orang pada kelompok

umur 6-18 tahun (37,0%). Selanjutnya, dari 52 penderita meningitis yang

meninggal terdapat 32 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (61,5%) dan 20

orang pada kelompok umur 6-18 tahun (38,5%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi

keadaan sewaktu pulang berdasarkan umur.

4.3.5 Keadaan Sewaktu Datang Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita meningitis pada anak

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

berdasarkan keadaan sewaktu datang dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Datang Penderita


Meningitis Pada Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Keadaan Keadaan Sewaktu Datang
Total
Sewaktu Sadar Tidak sadar
Pulang
f % f % f %
PBJ 20 64,5 11 31 35,5 100
PAPS 14 51,9 13 27 48,1 100
Meninggal 18 34,6 34 52 65,4 100
p=0,026
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 31 penderita meningitis pulang

berobat jalan terdapat 20 orang yang datang dalam keadaan sadar (64,5%) dan 11

orang yang datang dalam keadaan tidak sadar (35,5%). Dari 27 penderita

meningitis terdapat 14 orang pada kelompok umur 0-5 tahun (63%) dan 13 orang

yang datang dalam keadaan tidak sadar (48,1%). Selanjutnya, dari 52 penderita

meningitis yang meninggal terdapat 18 orang yang datang dalam keadaan sadar

(34,6%) dan 34 orang yang datang dalam keadaan tidak sadar (65,4%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi

keadaan sewaktu datang berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

4.3.6 Status Gizi Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi status gizi penderita meningitis pada anak di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016 berdasarkan

klasifikasi meningitis dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Status Gizi Penderita Meningitis Pada


Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis Di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016
Status Gizi
Klasifikasi Total
Gizi Kurang Gizi Baik
F % f % f %
Purulenta 23 32,9 47 67,1 70 100
Serosa 18 45,0 22 55 40 100
P=0.385
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 70 orang penderita meningitis

purulenta, proporsi gizi baik yaitu sebanyak 47 orang (67,1%) dan proporsi gizi

kurang yaitu sebanyak 23 orang (32,9%), sedangkan dari 40 orang penderita

meningitis serosa, proporsi gizi baik yaitu sebanyak 22 orang (55%) dan proporsi

gizi kurang yaitu sebanyak 18 orang (45,0%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher’s

diperoleh nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara

proporsi status gizi berdasarkan klasifikasi meningitis.

4.3.7 Klasifikasi Meningitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi klasifikasi meningitis penderita meningitis pada anak di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18 Distribusi Proporsi Klasifikasi Meningitis Penderita Meningitis


Pada Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Keadaan Klasifikasi Meningitis
Total
Sewaktu Purulenta Serosa
Pulang
f % f % f %
PBJ 25 80,6 6 19,4 31 100
PAPS 20 74,0 7 26 27 100
Meninggal 25 48,0 27 51,9 52 100
P=0.005

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa dari 31 orang penderita pulang berobat

jalan yang mengalami meningitis purulenta sebanyak 25 orang (80,6%) dan

meningitis serosa sebanyak 6 orang (19,4%). Dari 27 penderita pulang atas

permintaan sendiri yang mengalami meningitis purulenta sebanyak 20 orang

(74,0%) dan meningitis serosa sebanyak 7 orang (26%). Dari 52 orang penderita

meningitis yang meninggal, ada sebanyak 25 orang yang mengalami meningitis

purulenta (48,0%) dan 27 orang yang mengalami meningitis serosa (52%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi

klasifikasi meningitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Penderita Meningitis pada Anak

5.1.1 Sosiodemografi

a. Umur

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan umur di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

42,7% 57,3%

0-5 tahun 6-18 tahun

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Pada


Anak Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita meningitis

pada anak tertinggi pada kelompok umur 0-5 tahun (57,3%), dan proporsi

penderita meningitis anak terendah pada kelompok umur 6-18 tahun (42,7%).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Dameria (2002) di Medan yang

menemukan penderita meningitis yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan

banyak terdapat pada umur 1-2 tahun (25%). Hal ini juga sejalan dengan

51
Universitas Sumatera Utara
52

penelitian Sitepu (2012) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2002

yang menemukan penderita meningitis pada anak tertinggi pada kelompok umur 1

bulan - <6 tahun yaitu sebanyak 73 anak (62,9%), sedangkan penelitian oleh

WHO (1996) di USA yang menyatakan bahwa lebih dari 40% penyakit meningitis

terjadi pada anak dibawah umur 5 tahun.

Menurut Karen dkk (2011) insiden tertinggi meningitis bakterialis terjadi

pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Menurut Harsono (2003) meningitis dapat

terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering pada kelompok umur <5

tahun. Menurut Golnik (2007) meningitis merupakan infeksi sistem syaraf pusat,

terutama menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia

6-18 bulan.

Ditinjau dari segi usia, meningitis bacterial lebih sering ditemukan pada

anak usia 6 - <12 bulan yang mengalami kejang pertama (American Academy of

Pediatrics, 2011). Penyakit meningitis terjaadi 2-10 kali lebih sering pada anak

berusia kurang dari 10 tahun daripada kelompok usia lain (Rudolph dkk, 2006).

Dari hasil penelitian, didapat penderita termuda berumur 2 hari dan tertua

berumur 18 tahun. Jenis meningitis pada umur termuda tersebut adalah jenis

meningitis purulenta yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri Listeria

monocytogenes. Listeriosis adalah suatu infeksi oleh bakteri Listeria

monocytogenes yang didapat sebelum lahir atau selama persalinan (dari ibu) atau

sesudah lahir (dirumah sakit). Janin, bayi baru lahir dan ibu hamil sangat rentan

terhadap bakteri ini (Riswanto, 2008).

Universitas Sumatera Utara


53

Untuk meningitis dapat dicegah dengan pemberian imunisasi vaksin

gabungan H.influenzae tipe b yang dapat diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan

atau segera mungkin sesudahnya. Imunisasi Hib adalah imunisasi yang diberikan

untuk mencegah terjadinya penyakit influenzae tipe B, penyakit radang selaput

otak atau meningitis (Maryunani 2010).

b. Jenis Kelamin

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan jenis kelamin di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

40,0% 60,0%

laki-laki perempuan

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningitis pada


Anak Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 60,0% dan yang terendah

pada jenis kelamin perempuan sebesar 40,0%. Rasio penderita laki-laki dengan

perempuan adalah 1,5:1.

Universitas Sumatera Utara


54

Mengenai faktor risiko meningitis yang lebih banyak pada laki-laki belum

ada teorinya sampai saat ini, namun hal ini sejalan dengan penelitian WHO (2003)

di Libya yang menemukan dari 77 anak-anak penderita meningitis akut, rasio

penderita laki-laki dengan perempuan adalah 1,2 : 1, demikian juga penelitian

Chotmongkol pada Tahun 2000 menemukan 82 penderita meningitis bakteri

(purulenta) di Srinagarind Hospital, Thailand 73% laki-laki dan pada Tahun 2003

di RS yang sama menemukan 55,6% kasus meningitis tuberkulosa pada laki-laki

dari 45 penderita. Menurut Nelson (1992), meningitis lebih banyak dijumpai pada

laki-laki dibandingkan dengan perempuan walaupun perbedaannya tida begitu

nyata (1,7:1). Penelitian yang dilakukan di Korea (Lee, 2005), menunjukkan

resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih besar dibanding

perempuan dengan perbandingan 2 : 1. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Sitorus, D (2005) di RS. St. Elisabeth Medan dengan desain case series yang

menemukan bahwa dari 130 penderita meningitis, paling banyak pada laki-laki

(59,2%). Perbandingan jumlah ini juga sejalan dengan Ostergaard (2005) dimana

didapatkan perbandingan laki-laki dengan perempuan yang menderita meningitis

adalah 96:91.

c. Agama

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan agama di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


55

10%

29,1%
60,9%

Islam Protestan Katolik

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Penderita Meningitis pada Anak


Berdasarkan
Agama di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tahun 2014-2016 berdasarkan agama yaitu Islam sebesar 60,9% dan proporsi

terendah yaitu agama Katolik sebesar 10%. Tingginya proporsi penderita

meningitis yang beragama islam menunjukkan bahwa penderita meningitis yang

datang berobat dan dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan lebih banyak yang

beragama Islam 60,9%.

d. Asal Daerah

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan asal daerah di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


56

10%

14,5%

83,6%

Luar Kota Medan Kota Medan Tidak Tercatat

Gambar 5.4 Diagram Pie Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan


Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 adalah berasal dari luar Kota Medan 83,6% sedangkan dari Kota

Medan 14,5%. Dan 2 orang tidak tercatat asal daerah di buku status. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan RSUP H. Adam Malik Medan

sebagai pusat rujukan yang mempunyai fasilitas lengkap untuk menegakkan

diagnosa penyakit dibandingkan rumah sakit di daerah asal penderita, sehingga

penderita yang berasal dari luar Kota Medan banyak yang berobat ke RSUP H.

Adam Malik Medan. Daerah asal penderita yang dirujuk seperti Aceh, Langkat,

Padang Sidempuan, Riau, Tarutung dan Deli Serdang. Proporsi yang tertinggi

yaitu yang berasal dari Deli Serdang.

5.1.2 Keadaan Sewaktu Datang

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan keadaan sewaktu

datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


57

47,3% 52,7%

Tidak Sadar Sadar

Gambar 5.5 Diagram Pie Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan tahun

2014-2016 datang dalam keadaan tidak sadar 52,7% dan sadar 47,3%.

Tanda-tanda meningitis yang lazim, disamping demam adalah: fotopobia,

nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang-kejang dan

defisit neurologis setempat. Biasanya radang selaput otak akan disertai panas

mendadak, mual, muntah, anoreksia, fotopobia, dan kaku kuduk. Bila infeksi

memberat, timbul peradangan korteks dan edema otak dengan gejala-gejala

penurunan tingkat kesadaran, koma, kejang-kejang, kelumpuhan saraf otak yang

bersifat sementara atau menetap, dan pada bayi fontanella mencembung (Ropper

dkk, 2005; Clarke dkk, 2009; Van De Beek dkk, 2006). Jika anak sudah

menunjukkan gejala-gejala meningitis, secepatnya untuk dibawa ke rumah sakit.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Shinta (2011) di Medan yang

menemukan penderita meningitis yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik

Medan penderita dalam keadaan tidak sadar dengan proporsi 92,2%.

Universitas Sumatera Utara


58

5.1.3 Status Gizi

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan status gizi di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

2,7%

37,3%
60,0%

Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk

Gambar 5.6 Diagram Pie Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan


Status Gizi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 berdasarkan status gizi tertinggi yaitu gizi baik sebesar 60,0%,

sedangkan proporsi terendah yaitu gizi lebih sebesar 2,7%.

Faktor penjamu (host) yang mempengaruhi terjadinya penyakit meningitis

adalah daya tahan tubuh yang kurang, status gizi yang kurang baik (malnutrisi),

atau didapat dari respons penjamu terhadap infeksi yang merupakan predisposisi

penyakit meningitis bakteri (Mansjoer dkk, 2000). Faktor risiko utama untuk

meningitis adalah respons imunologi (imunitas yang rendah) terhadap patogen

spesifik yang lemah yang terkait dengan umur muda. Risiko terbesar pada bayi

Universitas Sumatera Utara


59

antara umur 1 dan 12 bulan, 95% kasus terjadi antara umur 1 bulan dan 5 tahun

(Karen dkk, 2011).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Shinta (2011) di Medan yang

menemukan penderita meningitis yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik

Medan yang berstatus gizi baik dengan proporsi 38,2%.

5.1.4 Gejala Subjektif

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan gejala subjektif di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Gejala Subjektif
kejang 53,6
Gejala Subjektif

Demam 25,4

Sakit Kepala 14,5

Muntah 4,5

kaku pada anggota badan 1,8

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Proporsi (%)
Gambar 5.7 Diagram Bar Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan
Gejala Subjektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 berdasarkan gejala subjektif adalah kejang sebesar 53,6% dan

proporsi terendah adalah kaku pada anggota badan 1,8%.

Menurut Soegeng (2002) gejala kegawatan pada anak yang sering

ditemukan adalah kejang, koma, hipertensi, renjatan, kadar hemoglobin kurang

dari 11g/dl dan leukosit dalam cairan serebrospiral kurang dari 1000/mm3 .

Universitas Sumatera Utara


60

Penderita ini umumnya meninggal atau bila hidup ditemukan gejala sisa. Menurut

Hidayat (2008) Pada pengkajian neonatus dengan meningitis dapat ditemukan

suhu dibawah normal, pucat, letargi, iritabilitas, kurang makan dan minum,

kejang, diare dan muntah, fontanel yang menonjol dan opistotonus. Pada bayi dan

anak ditemukan letargi, iritabiltitas, kepucatan, nafsu makan menurun, mual dan

muntah, peningkatan intrakranial, fontanel menonjol dan adanya kejang.

Tanda-tanda meningitis yang lazim, disamping demam adalah: fotopobia,

nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang-kejang dan

defisit neurologis setempat (Ropper dkk, 2005; Clarke dkk, 2009; Van De Beek

dkk, 2006). Pasien meningitis purulenta pada umumnya dalam keadaan kesadaran

yang menurun dan seringkali disertai muntah-muntah atau diare. Oleh karenanya

untuk menghindarkan kekurangan cairan/elektrolit pasien perlu langsung dipasang

cairan intravena. Tanda neurologis fokal yang ditemukan termasuk adanya demam

(Karen dkk, 2011). Biasanya didapatkan riwayat infeksi saluran nafas bagian atas

dalam dua atau tida hari sebelum onset penyakit, gejala dapat didahului oleh

muntah, diare (Japardi, 2002). Meningitis ditandai oleh awitan nyeri kepala yang

relatifcepat, sering disertai demam, gejala dan tanda iritasi meningen (Rudolph

dkk, 2006).

5.1.5 Gejala Objektif

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan gejala objektif di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


61

Gejala Objektif

Kaku kuduk 48,2


Gejala Oubjektif

Tidak tertulis dikartu status 29,1

Brudzinski I/II 11,8

Tanda Kernig 6,4

4,5
Letargi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Proporsi (%)

Gambar 5.8 Diagram Bar Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan


Gejala Objektif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat sensitivitas bahwa proporsi gejala

objektif pada penderita meningitis pada anak dengan proporsi tertinggi yaitu kaku

kuduk 48,2%, menunjukkan bahwa dari setiap 110 penderita meningitis anak

terdapat 53 anak yang mengalami kaku kuduk. Tidak tertulis di kartu status

29,1%, menunjukkan bahwa dari setiap 110 penderita meningitis anak terdapat 32

anak yang tidak dilakukan pemeriksaan. Sensitivitas Brudzinski(+) 11,8%, yang

menunjukkan dari setiap 110 penderita meningitis anak terdapat 13 anak yang

mengalami Brudzinsky(+). Sensitivitas Kernig(+) 6,4%, yang menunjukkan dari

setiap 110 penderita meningitis anak terdapat 7 anak yang mengalami tanda

Kernig(+). Letargi 4,5%, yang berarti dari setiap 110 penderita meningitis anak

terdapat 5 anak yang mengalami letargi.

Menurut Hidayat (2008) pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya kaku

kuduk, tanda kernig dan brudzinsky kadang-kadang positif, cairan, serebropinalis

Universitas Sumatera Utara


62

berwarna jernih. Menurut Nelson (1996) tanda-tanda rangsangan meningeal pada

penderita meningitis yaitu kau kuduk dan timbul epistotonus, Kernig(+),

Brudzinsky(+), dan penurunan kesadaran (letargi) sampai koma. Menurut Karen

dkk (2011) ditemukannya tanda kernig dan brudzinsky positif pada anak berusia

lebih dari 12 bulan merupakan bukti adanya iritasi meningens.

5.1.6 Klasifikasi Meningitis

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan klasifikasi meningitis

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

36,4%
63,6%

Purulenta Serosa

Gambar 5.9 Diagram Pie Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan


Klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

meningitis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 berdasarkan klasifikasi meningitis adalah meningitis purulenta

sebesar 63,6%, sedangkan proporsi penderita meningitis pada anak dengan

meningitis serosa sebesar 36,4%.

Universitas Sumatera Utara


63

Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi

menjadi dua golongan yaitu meningitis purulenta dan meningitis serosa.

Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan pia meter yang

meliputi otak dan medulla spinalis. Meningitis serosa adalah radang selaput otak

arakhnoid dan pia meter yang disertai cairan otak yang jernih (WHO, 2008).

Menurut Pradhana 2009, meningitis purulenta merupakan salah satu penyakit

infeksi yang menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam

menimbulkan kematian, dan kecacatan. Menurut Swartz 2008, meningitis

purulenta merupakan tipe meningitis yang paling sering terjadi.

Menurut Karen dkk 2011, penyebab meningitis purulenta ialah kuman

sejenis pneumococcus, Hemofilus influenzae, Staphylococcus, Streptococcus,

E.coli, Meningococcus dan Salmonella. Di Jakarta yang terbanyak disebabkan

oleh pneumococcus dan Haemofilusinfluenza. sedangkan di negeri barat penyebab

terbanyak adalah Meningococcus. Pasien meningitis purulenta pada umumnya

dalam keadaan kesadaran yang menurun. Meningitis purulenta pada umumnya

sebagai akibat komplikasi lain. Kuman secara hematogen samapi ke selaput otak,

misalnya pada penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia,

endokarditis dan lain-lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari

peradangan organ/ jaringan di dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis

media, mastoiditis, thrombosis sinus kavernosus, dan lain-lain.

5.1.7 Lama Rawatan Rata-Rata

Lama rawatan rata-rata penderita meningitis anak yang di rawat inap di

RSUP H. Adam Malik Medan adalah hari, SD = 8,197 hari, minimum lama

Universitas Sumatera Utara


64

rawatan adalah 1 hari dan maksimum 45 hari. Karakteristik penderita yang lama

rawatannya 1 hari ada 3 orang (2,7%), yaitu pada umur 13.6 tahun, 14.0 tahun dan

18.0 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan meninggal. Karakteristik penderita

yang lama rawatannya 45 hari ada 1 orang (0,9%), yaitu pada umur 9 bulan

dengan jenis kelamin laki-laki dan pulang berobat jalan.

Penderita yang meninggal dengan lama rawatan 1 hari berhubungan

dengan kondisi pasien yang sudah dalam keadaan parah ketika dibawa ke rumah

sakit untuk pengobatan. Faktor yang mempengaruhi prognosa adalah usia pasien,

bakterimia, kecepatan terapi, komplikasi dan keadaan umum dari pasien sendiri.

5.1.8 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita meningitis pada anak berdasarkan keadaan sewaktu

pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2016

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

24,5%
47,3%

28,2%

meninggal pulang berobat jalan pulang atas permintaan sendiri

Gambar 5.10 Diagram Pie Penderita Meningitis pada Anak Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

Universitas Sumatera Utara


65

Berdasarkan Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita

meningitis anak lebih banyak yang pulang meninggal yaitu 47,3% dan yang

paling rendah yaitu pulang atas permintaan sendiri 24,5%. Penderita yang pulang

meninggal menunjukkan penderita atau keluarga mencari pengobatan setelah

dalam keadaan parah. Penyebab penderita meninggal yaitu umur <5 tahun,

mengalami kejang, dan keadaan tidak sadar saat pertama kali masuk rumah sakit.

Penderita yang pulang berobat jalan akan melanjutkan pengobatan setelah keluar

dari rumah sakit untuk pemulihan kondisi penderita. Penderita yang pulang atas

permintaan sendiri, menghentikan pengobatan di rumah sakit dapat disebabkan

karena alasan tidak puas dengan pelayanan rumah sakit dan sudah menganggap

bahwa pelayanan apapun tidak akan dapat menolong dan menyembuhkan

penderita.

Keparahan dan kumpulan tanda-tanda ditentukan oleh patogen spesifik,

hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis. Gejala kegawatan pada anak yang

sering ditemukan adalah kejang, koma, hipertensi, renjatan, kadar hemoglobin

kurang dari 11g/dl dan leukosit dalam cairan serebrospiral kurang dari 1000/mm3.

Penderita ini umumnya meninggal atau bila hidup ditemukan gejala sisa

(Soegeng, 2002). Penderita yang berhasil selamat, 35% diantaranya mengalami

gejala sisa terutama setelah infeksi pneumokokus, termasuk ketulian, kejang,

kesulitan belajar, kebutaan, kelumpuhan, ataksia, atau hidrosefalus (Karen dkk,

2011). Prognosis meningitis bergantung pada kecepatan dan ketepatan

pertolongan, lamanya gejala atau sakit sebelum dirawat (Tidy, 2012). CFR 47,3%.

Universitas Sumatera Utara


66

Faktor yang berhubungan kuat dengan kematian yaitu usia <5 tahun, kejang

glukosa CSS <10 mg/dl, albumin CSS >200 mg/dl, neutrofil <2000/mm3 dan

hemoglobin <9 g/dl (Lovera & Arbo, 2005). Penyakit meningitis dapat

membunuh dalam hitungan jam dan memakan lebih dari seratus nyawa di UK

setiap tahunnya. Hal ini tidak hanya terkait dengan risiko yang signifikan dari

mortalitas, tetapi juga dengan morbiditas jangka panjang. Mereka yang sembuh

dapat mengalami kecacatan yang secara dramatis mengubah kehidupan mereka,

termasuk amputasi, jaringan parut, defisit sensorik, gangguan intelektual, epilepsi,

dan berbagai kurang spesifik kognitif dan gangguan psikologis. Meningokokus

adalah bakteri penyebab utama meningitis pada anak-anak dan dewasa muda, dan

penyebab umum septikemia dan shock pada usia tersebut (Background to desease,

2006).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Shinta (2011) di Medan yang menemukan

penderita meningitis yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan yang

meninggal dengan proporsi 42,2%.

5.2 Analisa Statistik

5.2.1 Umur Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi umur penderita meningitis pada anak berdasarkan

klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


67

80 75%
70
60 52,9%
47,1%
Proporsi (%)

50
40
25% 0-5 tahun
30
20 6-18 tahun

10
0
Purulenta serosa
Klasifikasi Meningitis

Gambar 5.11 Diagram Bar Umur Penderita Meningitis pada Anak


Berdasarkan Klasifikasi Meningitis di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi penderita

meningitis purulenta lebih tinggi pada kelompok umur 0-5 tahun 52,9% dan

terendah pada kelompok umur 6-18 tahun 47,1%. Proporsi penderita meningitis

serosa yang tertinggi yaitu pada kelompok umur < 5 tahun 75% dan terendah pada

kelompok umur > 5 tahun 25%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur

berdasarkan klasifikasi meningitis.

Meningitis Serosa dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering

dibandingkan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan (CDC, 1990).

5.2.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita meningitis pada anak

berdasarkan klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


68

70
62,5%
60 58,6%

50
Proporsi (%)

41,4%
40 37,5%
30 Laki-Laki
20 Perempuan
10
0
Purulenta serosa
Klasifikasi Meningitis

Gambar 5.12 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Meningitis pada


Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi penderita

meningitis purulenta lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki 58,6% dan terendah

pada jenis kelamin perempuan 41,4%. Pada meningitis serosa, proporsi tertinggi

yaitu pada laki-laki 62,5% dan terendah pada perempuan 37,5%.

Dari semua penderita meningitis, proporsi yang tertinggi adalah laki-laki

dan menurut teori laki-laki lebih rentan untuk terkena meningitis dibandingkan

perempuan (Lee, 2005).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis

kelamin berdasarkan klasifikasi meningitis.

5.2.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita meningitis pada anak

berdasarkan klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


69

Klasifikasi Meningitis

purulenta 9,44

serosa 8,50

0 2 4 6 8 10
Lama rawatan rata-rata

Gambar 5.13 Diagram Bar lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningitis


pada Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.15 dapat dilihat bahwa penderita meningitis

purulenta memiliki lama rawatan rata-rata 9,44 hari. Penderita meningitis serosa

memliki lama rawatan rata-rata 8,50 hari. Lebih lamanya masa rawatan penderita

meningitis purulenta, berkaitan dengan infeksi bakteri penyebab dari meningitis

purulenta.

Lama rawatan yang lebih lama tersebut dikarenakan lamanya masa

pengobatan pada penderita untuk meringankan kondisi penderita yang mengalami

penurunan berat badan saat dirawat di rumah sakit. Menurut Markam (1992),

perawatan meningitis purulenta adalah seperti perawatan koma yang rata-rata

pengobatannya 10 hari atau minimal 7 hari. Menurut Trihono dkk (2002) lama

pengobatan pada pasien meningitis yaitu 7-14 hari.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji T-test diperoleh nilai

p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan

rata-rata berdasarkan klasifikasi meningitis.

Universitas Sumatera Utara


70

5.2.4 Umur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita meningitis pada

anak berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

60
50,8%
50 42,6%

40 36,1%
Proporsi (%)

pulang berobat jalan


27%
30 22,2% 21,3%
pulang atas permintaan
20 sendiri
meninggal
10

0
0-5 tahun 6-18 tahun
Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar 5.14 Diagram Bar Umur Penderita Meningitis pada Anak


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada

kelompok umur 0-5 tahun yaitu penderita mengalami kematian (50,8%),

sedangkan proporsi terendah terdapat penderita pulang dengan berobat jalan

(22,2%). Selanjutnya, pada kelompok usia 6-18 tahun proporsi tertinggi yaitu

penderita mengalami kematian (42,6%), sedangkan proporsi terendah terdapat

penderita pulang atas permintaan sendiri (21,3%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur

berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara


71

Hal ini sesuai dengan penelitian Delima Sitorus (2012) di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 yang menyatakan tidak ada perbedaan

proporsi umur berdasarkan keadaan sewaktu pulang dengan menggunakan Chi-

Square yang memperoleh nilai p = 0,152.

5.2.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang

Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita meningitis pada

anak berdasarkan keadaan sewaktu datang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

70
58,6%
60

50
Proporsi (%)

38,5%
40 34,6%
30 26,9% sadar
22,4%
20 19,0% tidak sadar

10

0
pulang berobat pulang atas meninggal
jalan permintaan sendiri
Keadaan Sewaktu Datang
Gambar 5.15 Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Penderita
Meningitis pada Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang

pulang berobat jalan yang datang dalam keadaan sadar yaitu 38,5%. proporsi

penderita yang pulang atas permintaan sendiri yang datang dalam keadaan sadar

yaitu 26,9%. Sedangkan proporsi tertinggi penderita meningitis yang mengalami

kematian yaitu datang dalam keadaan tidak sadar sebesar 58,6%.

Universitas Sumatera Utara


72

Penderita yang pulang meninggal menunjukkan penderita atau keluarga

mencari pengobatan setelah dalam keadaan parah karena gejala meningitis tidak

spesifik tapi mirip dengan sakit flu biasa sehingga terlambat didiagnosa. Pulang

berobat jalan, penderita akan melanjutkan pengobatannya setelah pulang dari

rumah sakit sedangkan pulang atas permintaan sendiri, penderita menghentikan

pengobatan di rumah sakit dan minta untuk diijinkan pulang. Penderita meningitis

yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan yang buruk menyebabkan risiko

kematian yang cukup tinggi yaitu mencapai 50% (WHO, 2008). Stadium III atau

stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai

koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia (Soegeng, 2002)

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan

sewaktu pulang berdasarkan keadaan sewaktu datang, dimana penderita yang

meninggal cenderung datang dalam keadaan tidak sadar.

5.2.6 Status Gizi Berdasarkan Klasifikasi Meningitis

Distribusi proporsi status gizi penderita meningitis pada anak berdasarkan

klasifikasi meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


73

80
70 67,1%

60 55%
50 45,0%

40 32,9% gizi kurang


30 gizi baik
20
10
0
purulenta serosa

Gambar 5.16 Diagram Bar Status Gizi Penderita Meningitis pada Anak
Berdasarkan Klasifikasi Meningitis di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 5.16 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita meningitis

purulenta terdapat proporsi gizi baik yaitu sebesar 67,1% dan proporsi mengalami

gizi kurang yaitu 32,9%. Dari 40 orang penderita meningitis serosa proporsi

tertinggi yaitu yang mengalami gizi baik yaitu 55% dan proporsi mengalami gizi

kurang yaitu 45,0%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher’s

diperoleh nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara

proporsi status gizi berdasarkan klasifikasi meningitis.

5.2.7 Klasifikasi Meningitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi klasifikasi penderita meningitis pada anak berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

tahun 2014-2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


74

90
80,6%
80 74,0%
70
60 51,9%
48,0%
50
purulenta
40
26% serosa
30
19,4%
20
10
0
PBJ PAPS meninggal
Gambar 5.17 Diagram Bar Klasifikasi Penderita Meningitis pada Anak
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2016
Berdasarkan Gambar 5.17 dapat dilihat bahwa dari 31 orang penderita

pulang berobat jalan yang mengalami meningitis purulenta sebanyak 25 orang

(80,6%) dan meningitis serosa sebanyak 6 orang (19,4%). Dari 27 penderita

pulang atas permintaan sendiri yang mengalami meningitis purulenta sebanyak 20

orang (74,0%) dan meningitis serosa sebanyak 7 orang (26%). Dari 52 orang

penderita meningitis yang meninggal, ada sebanyak 25 orang yang mengalami

meningitis purulenta (48,0%) dan 27 orang yang mengalami meningitis serosa

(52%).

Meningitis Serosa merupakan salah satu komplikasi TB primer.

Morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Oleh

karena itu penyakit ini memerlukan diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang

cepat, tepat dan rasional (Pradhana, 2009).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher’s

diperoleh nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara

proporsi klasifikasi meningitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

sosiodemografi pada kelompok umur 0-5 tahun, jenis kelamin

laki-laki, agama Islam, dan asal dari luar Kota Medan.

6.1.2 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

keadaan sewaktu datang adalah keadaan tidak sadar.

6.1.3 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

status gizi adalah gizi baik.

6.1.4 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

gejala subjektif adalah kejang.

6.1.5 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

gejala objektif adalah kaku kuduk.

6.1.6 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

klasifikasi meningitis adalah purulenta.

6.1.7 Lama rawatan rata-rata penderita meningitis pada anak adalah 9,10

hari.

6.1.8 Proporsi tertinggi penderita meningitis pada anak berdasarkan

keadaan sewaktu pulang adalah meninggal.

6.1.9 Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi

meningitis.

6.1.10 Tidak ada perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan

75

Universitas Sumatera Utara


76

klasifikasi meningitis.

6.1.11 Tidak ada perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang

berdasarkan umur.

6.1.12 Tidak ada perbedaan proporsi status gizi berdasarkan klasifikasi

meningtis.

6.1.13 Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan klasifikasi meningitis.

6.1.14 Ada perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan

keadaan sewaktu datang.

6.1.15 Ada perbedaan proporsi klasifikasi meningitis berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

6.2 Saran

6.2.1 Diharapkan kepada pemerintah agar meningkatkan pemerataan

program imunisasi Hib untuk mencegah penyakit meningitis pada

anak.

6.2.2 Kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan agar meningkatkan

penanganan dalam mendiagnosa dan pemberian terapi kepada

pasien meningitis pada anak untuk mengurangi jumlah kecacatan

dan kematian akibat meningitis.

6.2.3 Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi dan balita agar

memberikan imunisasi Hib dan jika timbul gejala meningitis pada

anak segera dibawa kerumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

American Academy of pediatrics. 2011. Subcommittee on Febrile Seixures. Febrile


Seizures: guideline for neurodiagnostic evaluation of the child with a simple
febrile seizure. Pediatrics.

Andrew & David. 2012. Camberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis. Edisi
13. London: Edward Arnold

Age group Indiana. 2005. Aseptic meningitis incidence.


http://www.in.gov/isdh/23860.htm

Bale. 2006. Viral Infectious of the Nervous System. Dalam Swaiman, dkk. Pediatric
Neurology Principles and Practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby Elsevier

Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas 2007.


http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.p
df

Benedika, dkk. 2017. Hubungan Status Imunisasi: Dpt-Hb-Hib Dengan Pneumonia


Pada Balita Usia 12-24 Bulan Di Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/4324/4756.
Volume 8, Nomor 2

Bortolossi, dkk. 2008. Therapy of Suspected bacterial Meningitis in Canadian Children


Six Weeks of Age and Older. Paediatr Child Health.

Chadwick DR. 2005. Viral Meningitis. British Med Bull

Clarke, dkk. 2005. Adam and Victor’s principles of neurologyb. Edisi 8. London:
Blackwell Publishing

Depkes RI. 2010. Pneumonia Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Deshpande, dkk. 2007. Evaluation of the IS6110 PCR Assay for the Rapid Diagnosis of
Tuberculous Meningitis. Cerebrospinal Fluid Res, 4, 10.

Erika, S. 2004. Karakteristik Penderita Meningitis Anak Yang Dirawat Inap di RS Santa
Elisabeth Medan Tahun 2000-2002. Skripsi

Gessner, dkk. 2005. Incidences of Vaccine Preventable Haemophilus influenzae type B


Pneumonia and Meningitis in Indonesia Children: Hamlet-randomisedVaccine
Probe Trial. Lancet

Geyik MF, dkk. 2002. Acute Bacterial Meningitis as a Complication of Otitis Media and

77

Universitas Sumatera Utara


78

Related Mortality Factors. Yansei Med.J

Golnik A. 2007. Pneumococcal Meningitis Presenting with a Simple Febrile Seizure


and Negative Blood-Culture Result.

Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Salemba
Medika

Hodgson A, dkk. Survival and Sequelae of Meningococcal Meningitis in Ghana.


International Journal of Epidemiology. 30: 1440-1446

Irani. 2008. Aseptic Meningitis and Viral Myelitis. Neurol Clin

Jannis dkk. 2006. Meningitis Mortality in Neurology Ward of Dr. Cipto Mangunkusumo
Hospital Jakarta. MJI

Karen, dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi keenam. New York:
ELSEVIER

Kelompok Studi Neuro Infeksi. 2011. Infeksi Pada Sistem Saraf. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan UNAIR

Kennedy, dkk. 2007. Incidence of Bacterial Meningitis in Asia Using Enhanced CSF
Testing: Polymerase Chain Reaction, Latex Agglutination and Culture.
Epidemiol. Infect, 1217-1226

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat
Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Penyelenggaraan Imunisasi.

Kosim, dkk . 2014 . Buku Ajar Neonatologi. Cetakan Keempat . Jakarta : Perpustakaan
Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Lissauer & Fanaroff. 2006. Neonatology at a Glance. London: Blackwell Publishing

Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius.
Jakarta.

Maria dkk. 2006. Infectious of the Nervous System. Dalam: Menkes, dkk. Child
Neurology. Edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Universitas Sumatera Utara


79

Marx, G. 2011. Tuberculous meningitis: diagnosis and treatment overview. Tuberc Res
Treat

Mesranti, Maria. 2011. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2005-2008. Skripsi

Nelson. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15 Bagian 2. EGC. Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC


Nur, Elena., Jamaiah. 2008. Bacterial Meningitis: A Five Year (2001-2005)
Retrospective Study At University Malaya Medical Centre (UMMC). The Joint
International Tropical Medicine Meeting 2008. Kuala Lumpur, Malaysia

Pasco, P. 2012. Diagnostic Features of Tuberculous Meningitis: a Cross-Sectional


Study. BMC Res Notes, 5, 49

Prober, dkk. 2009. Acute Bacterial Meningitis Beyond the Neonatal Period. Dalam
Kliegman dkk. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 18. Philadelphia: Elsevier
Saunders

Rachmat, R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia : Prinsip Dasar, Kebijakan,


Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

Riswanto, F. 2008. Listeria Monocytogenes Ancaman Bagi Bayi. Farmasi USD.


Yogyakarta

Ritarwan, Kiking. 2006. Diagnosis dan Penatalaksanaan Meningitis Otogenik. Majalah


Kedokteran Nusantara. No.3. Vol.39. September 2006

Riyadi. R, Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Rogiet, dkk. 2010. Predicting Sequelae and Death After Bacterial Meningitis in
Chidhood: a Systematic Review of Prognosis Studies. BMC Infect Dis

Ropper, dkk. 2005. Neurology: A queen square textbook. New York: McGraw-Hill

Rotbart. 2003. Aseptic and Viral Meningitis. Dalam Long dkk. Principles and Practice of
Pediatric Infectious Disease. Edisi ke-2. Philadelphia: Churchil Livingstone

Rudolph dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri. Volume 3. Appleton & Lange

Saharso, D., Hidayati, S. 2000. Infeksi Susunan Saraf Pusat dalam Buku Ajar Neurologi
Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Universitas Sumatera Utara


80

Sarimawar, dkk. 2014. Pola Penyebab Kematian Kelompok Bayi dan Anak Balita Hasil
Sistem Registrasi Kematian di Indonesia Tahun 2012. Jurnal Ekologi Kesehatan

Sigauque, dkk. 2008. Acute Bacterial Meningitis Among Children in Mahica a Rural
Area in Southern Mozambique. Acta Tropica, 105: 21-31

Sinaga, Dameria. 2012. Distribusi Frekuensi Penderita Meningitis Anak Yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 1999-2001. Skripsi

Sintha. 2011. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang di Rawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2006 – 2010. Skripsi

Sitepu, Senny. 2012. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang di Rawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2000 – 2002. Skripsi

Siti, dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Interna Publishing

Sitorus, Delima. 2012. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2004. Skripsi

Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika

Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di


Indonesia.
Jilid 3. Surabaya: Airlangga University Press

Tidy,Colin.2012.EncephalitisandMeningoensefalitis.
http://www.patient.co.uk/doctor/encephalitisandmeningoencephalitis.htm

Trihono dkk. 2002. Hot Topics in Pediatrics II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Van De Beek D, dkk. 2006. Community-acquired Bacterial Meningitis in Adults. N Eng J


Med

Yaro S, dkk. 2006. The Epidemiology of Haemophilus influenzae type b meningitis in


Burkina Faso. Pediatric Infectious Disease Journal. 25 : 415-419

WHO. 2003. Recommended Standards for Surveilance of Selected


Vaccine-Preventable
Diseases. WHO-Department of Vaccines and Biologicals, Geneva

WHO. 2008. Diseases Early Warning System Annual Report 2008.


http://www.emro.who.int/afghanistan/pdf/dews_2008.pdf

Universitas Sumatera Utara


81

WHO. 2009. Meningicoccal, Staphylacoccus and Streptococcal Infections.


http://www.who.int/vaccine_research/documents/Meningo20091103.pdf

WHO. 2015. Meningococcal Meningitis.


http://www.who.int/csr/disease/meningococcal/en/

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 Master Data

No Umr Umurk Jk Sg Ad Kd Sg Gs Go Kls Lr Kp


1 1.0 1 1 1 2 2 1 2 1 2 4 3
2 14.5 2 1 1 1 2 1 4 4 1 7 3
3 1.2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 12 2
4 14.2 2 2 1 1 2 2 2 4 1 3 3
5 17.0 2 2 3 2 1 1 4 1 1 11 1
6 1.1 1 2 1 2 1 1 2 5 1 15 1
7 1.4 1 1 3 1 1 1 1 5 2 2 3
8 7.2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 4 3
9 11.5 2 1 1 2 1 2 4 1 1 23 1
10 3.3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3
11 0.9 1 1 1 2 2 1 2 1 1 23 1
12 2.3 1 1 1 2 2 1 2 5 2 4 2
13 17.1 2 2 1 1 2 2 4 1 1 3 3
14 0.10 1 2 1 0 1 2 1 5 1 11 2
15 12.4 2 1 1 2 1 2 2 1 1 12 1
16 14.1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 5 3
17 13.6 2 1 2 2 2 2 3 5 1 1 3
18 13.5 2 1 2 2 1 2 1 1 1 18 1
19 3.1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 5 3
20 2.2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 4 2
21 14.4 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 3
22 3.0 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2

Universitas Sumatera Utara


23 2.0 1 2 2 1 2 2 2 4 2 2 3
24 0.5 1 2 2 2 1 2 1 5 1 30 1
25 8.0 2 2 2 2 2 2 2 5 1 17 1
26 2.3 1 1 1 0 2 2 2 1 2 3 3
27 12.2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 8 2
28 1.2 1 1 1 2 1 2 4 3 1 2 2
29 9.0 2 1 1 2 1 1 1 1 2 40 1
30 6.0 2 1 2 2 2 1 2 1 1 6 3
31 16.1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3
32 0.1 1 1 1 2 2 2 2 4 1 2 3
33 6.7 2 2 1 2 1 1 1 3 1 3 1
34 0.1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 27 3
35 8.9 2 1 2 1 1 2 4 3 1 14 3
36 0.1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3
37 9.4 2 1 1 2 1 1 4 5 1 18 2
38 5.0 1 1 2 2 2 2 2 1 1 10 1
39 0.9 1 2 1 2 2 1 2 5 1 45 1
40 1.5 1 1 1 2 2 2 2 1 2 8 3
41 1.2 1 2 1 2 1 1 4 3 2 4 2
42 1.1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 3 3
43 0.1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 11 3
44 11.2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 10 3
45 6.9 2 1 1 2 1 2 1 5 1 2 1
46 15.1 2 1 1 1 1 2 1 4 2 8 3
47 7.2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 15 1

Universitas Sumatera Utara


48 2.8 1 1 1 2 1 2 2 5 2 13 1
49 17.0 2 1 1 2 2 2 2 5 1 6 3
50 0.2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 8 3
51 9.0 2 2 2 2 1 3 1 1 2 9 1
52 4.0 1 2 1 2 1 2 2 5 1 6 1
53 0.11 1 1 1 2 2 1 2 1 1 4 2
54 9.9 2 2 3 2 1 2 1 5 1 10 1
55 7.0 2 2 2 2 2 2 2 3 2 5 2
56 6.8 2 1 2 2 2 1 2 1 2 3 3
57 1.0 1 1 1 2 2 1 2 5 2 23 1
58 8.4 2 1 1 2 1 1 4 3 1 5 1
59 13.0 2 1 1 2 2 1 2 1 1 4 3
60 6.6 2 2 1 2 2 2 2 1 2 12 3
61 4.2 1 1 3 2 2 1 2 1 1 17 2
62 14.0 2 1 3 2 1 2 4 2 1 1 2
63 10.1 2 2 1 2 1 1 3 2 1 10 1
64 3.0 1 1 1 2 1 2 1 5 2 10 3
65 7.8 2 1 2 2 1 2 3 2 1 18 2
66 6.2 2 2 2 2 1 2 3 5 2 3 3
67 1.0 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2
68 7.6 2 2 1 2 2 1 2 1 1 4 2
69 3.1 1 1 1 1 1 1 1 5 2 9 3
70 1.1 1 1 3 1 2 2 2 1 1 2 2
71 0.1 1 1 1 2 1 2 1 5 1 26 3
72 17.0 2 2 1 2 1 1 5 1 1 17 1

Universitas Sumatera Utara


73 0.9 1 1 1 2 2 2 2 1 1 12 2
74 5.1 1 2 1 2 1 1 4 3 1 13 1
75 1.9 1 1 1 2 2 1 2 1 2 13 1
76 15.0 2 1 1 2 2 2 2 1 1 16 1
77 15.9 2 2 2 2 2 2 3 3 1 4 3
78 0.11 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2
79 2.5 1 2 1 2 1 2 1 5 1 3 3
80 0.9 1 1 1 1 2 2 2 1 1 25 1
81 0.10 1 1 1 2 2 1 2 1 1 6 2
82 2.1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 14 3
83 16.0 2 1 1 2 1 2 1 5 2 2 2
84 0.1 1 1 2 2 1 2 5 1 2 2 3
85 8.9 2 1 1 2 1 2 1 5 1 7 1
86 0.1 1 2 1 2 1 2 1 5 1 8 3
87 3.0 1 2 3 2 2 1 2 1 1 4 3
88 0.9 1 1 3 2 1 2 1 5 1 2 2
89 1.0 1 1 2 1 2 2 2 1 1 6 3
90 0.7 1 2 2 2 1 2 1 5 1 4 2
91 1.2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 11 3
92 3.0 1 1 2 2 1 2 4 3 2 11 1
93 13.1 2 1 1 2 1 1 4 3 1 4 1
94 8.7 2 2 2 2 1 3 4 3 1 2 2
95 0.1 1 1 2 2 1 1 1 5 2 3 3
96 3.2 1 2 1 2 1 2 4 3 2 4 3
97 6.3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 17 2

Universitas Sumatera Utara


98 0.2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 24 3
99 0.2 1 1 3 2 1 1 1 5 1 4 3
100 0.9 1 2 2 2 1 2 1 5 1 2 2
101 4.0 1 2 1 1 2 2 2 1 2 3 3
102 6.1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3
103 0.2 1 2 1 2 1 2 1 5 2 6 3
104 0.0 1 1 1 2 1 1 1 5 2 4 3
105 0.8 1 2 2 1 1 1 1 5 2 13 3
106 18.0 2 1 2 2 1 3 4 2 1 1 2
107 3.2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 11 1
108 1.1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 21 1
109 9.0 2 1 2 1 2 1 2 1 2 15 3
110 0.1 1 2 1 1 1 2 1 5 2 5 3
Keterangan :

1. Umr : Umur 7. Sg : Status Gizi

2. Umurk : Kelompok Umur 8. Gs : Gejala Subjektif

3. Jk : Jenis Kelamin 9. Go : Gejala Objektif

4. Ag : Agama 10. Kls : Klasifikasi Meningitis

5. Ad : Asal Daerah 11. Lr : Lama Rawatan Rata-Rata

6. Kd : Keadaan Sewaktu Datang 12. Kp : Keadaan Sewaktu Pulang

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

OUTPUT MASTER DATA PENDERITA MENINGITIS PADA ANAK DI


RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014-2016

Kelompok Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0-5 tahun 63 39.4 57.3 57.3
6-18 tahun 47 29.4 42.7 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid laki-laki 66 41.3 60.0 60.0
perempuan 44 27.5 40.0 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 50 31.3 31.3 31.3
Islam 67 41.9 41.9 73.1
protestan 32 20.0 20.0 93.1
katolik 11 6.9 6.9 100.0
Total 160 100.0 100.0

Asal Daerah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0 2 1.3 1.8 1.8
kota medan 16 10.0 14.5 16.4
diluar kota
92 57.5 83.6 100.0
medan
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keadaan Sewaktu Datang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid sadar 52 32.5 47.3 47.3
tidak sadar 58 36.3 52.7 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid gizi kurang 41 25.6 37.3 37.3
gizi baik 66 41.3 60.0 97.3
gizi lebih 3 1.9 2.7 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Gejala Subjektif
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid demam 25 15.6 22.7 22.7
kejang 59 36.9 53.6 76.4
muntah 5 3.1 4.5 80.9
sakit kepala 16 10.0 14.5 95.5
kaku pada
2 1.3 1.8 97.3
anggota badan
batuk 2 1.3 1.8 99.1
sasak nafas 1 .6 .9 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Gejala Objektif
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid kaku kuduk 53 33.1 48.2 48.2
tanda kernig 7 4.4 6.4 54.5
brudzinski I/II 13 8.1 11.8 66.4
letargi 5 3.1 4.5 70.9
tidak ada pemeriksaan 32 20.0 29.1 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi Meningitis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid purulenta 70 43.8 63.6 63.6
serosa 40 25.0 36.4 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Lama Rawatan Rata-Rata


Case Processing Summary
Descriptives
Std.
Statistic Error
lama rawatan rata- Mean 9.10 .782
rata 95% Confidence Lower Bound 7.55
Interval for Upper Bound
10.65
Mean
5% Trimmed Mean 8.21
Median 6.00
Variance 67.192
Std. Deviation 8.197
Minimum 1
Maximum 45
Range 44
Interquartile Range 10
Skewness 1.788 .230
Kurtosis 4.043 .457

lama rawatan rata-rata Stem-and-Leaf Plot


Frequency Stem & Leaf
3.00 0 . 111
29.00 0 . 22222222222222223333333333333
20.00 0 . 44444444444444455555
8.00 0 . 66666677
7.00 0 . 8888899
11.00 1 . 00000111111
8.00 1 . 22223333
5.00 1 . 44555
5.00 1 . 67777
3.00 1 . 888
1.00 2. 1
3.00 2 . 333
2.00 2 . 45
2.00 2 . 67
3.00 Extremes (>=30)
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)

Universitas Sumatera Utara


50

39

29
40

24
30

20

10

lama rawatan rata-rata

Keadaan Sewaktu Pulang


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid pbj 31 19.4 28.2 28.2
paps 27 16.9 24.5 52.7
meninggal 52 32.5 47.3 100.0
Total 110 68.8 100.0
Missing System 50 31.3
Total 160 100.0

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs
klasifikasi meningitis * umurk Crosstabulation

umurk
0-5 tahun 6-18 tahun Total
klasifikasi meningitis purulenta Count 33 37 70
Expected Count 40.1 29.9 70.0
% within klasifikasi
47.1% 52.9% 100.0%
meningitis
% within umurk 52.4% 78.7% 63.6%
% of Total 30.0% 33.6% 63.6%
serosa Count 30 10 40
Expected Count 22.9 17.1 40.0
% within klasifikasi
75.0% 25.0% 100.0%
meningitis
% within umurk 47.6% 21.3% 36.4%
% of Total 27.3% 9.1% 36.4%
Total Count 63 47 110
Expected Count 63.0 47.0 110.0
% within klasifikasi
57.3% 42.7% 100.0%
meningitis
% within umurk 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 57.3% 42.7% 100.0%

Chi-Square Tests

As ymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.072b 1 .004
Continuity Correction a 6.974 1 .008
Likelihood Ratio 8.358 1 .004
Fis her's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear
7.999 1 .005
As sociation
N of Valid Cases 110
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.
09.

Universitas Sumatera Utara


klasifikasi meningitis * jenis kelamin Crosstabulation

jenis kelamin
laki-laki perempuan Total
klasifikasi meningitis purulenta Count 41 29 70
Expected Count 42.0 28.0 70.0
% within klasifikasi
58.6% 41.4% 100.0%
meningitis
% within jenis kelamin 62.1% 65.9% 63.6%
% of Total 37.3% 26.4% 63.6%
serosa Count 25 15 40
Expected Count 24.0 16.0 40.0
% within klasifikasi
62.5% 37.5% 100.0%
meningitis
% within jenis kelamin 37.9% 34.1% 36.4%
% of Total 22.7% 13.6% 36.4%
Total Count 66 44 110
Expected Count 66.0 44.0 110.0
% within klasifikasi
60.0% 40.0% 100.0%
meningitis
% within jenis kelamin 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .164b 1 .686
Continuity Correction a .041 1 .840
Likelihood Ratio .164 1 .685
Fisher's Exact Test .840 .421
Linear-by-Linear
.162 1 .687
Association
N of Valid Cases 110
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.
00.

Universitas Sumatera Utara


T-test
Lama Rawatan Rata-Rata*Klasifikasi Meningitis
Group Statistics
Std.
klasifikasi Std.
N Mean Error
meningitis Deviation
Mean
lama rawatan Purulenta 70 9.44 8.438 1.009
rata-rata
Serosa 40 8.50 7.825 1.237

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality
t-test for Equality of Means
of
Variance
s
Me
Sig. Std.
an 95% Confidence
(2- Error
Dif Interval of the
tail Diffe
F Sig. T df fere Difference
ed) rence
nce

Upper Lower

lama Equal
rawa varian
.73 .39 .56 .94 1.63
tan ces .579 108 -2.287 4.173
2 4 4 3 0
rata- assum
rata ed
Equal
varian
ces .55 .94 1.59
.591 86.472 -2.230 4.116
not 6 3 6
assum
ed

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs

Umurk * Keadaan Sewaktu Pulang Crosstabulation


keadaan sewaktu pulang Total
pbj paps meninggal Pbj
umurk 0-5 tahun Count 14 17 32 63
Expected Count 17.8 15.5 29.8 63.0
% within umurk 22.2% 27.0% 50.8% 100.0%
% within
keadaan 45.2% 63.0% 61.5% 57.3%
sewaktu pulang
% of Total 12.7% 15.5% 29.1% 57.3%
6-18 Count 17 10 20 47
tahun Expected Count 13.2 11.5 22.2 47.0
% within umurk 36.2% 21.3% 42.6% 100.0%
% within
keadaan 54.8% 37.0% 38.5% 42.7%
sewaktu pulang
% of Total 15.5% 9.1% 18.2% 42.7%
Total Count 31 27 52 110
Expected Count 31.0 27.0 52.0 110.0
% within umurk 28.2% 24.5% 47.3% 100.0%
% within
keadaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sewaktu pulang
% of Total 28.2% 24.5% 47.3% 100.0%

Chi-Square Te sts

As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.602a 2 .272
Lik elihood Ratio 2.585 2 .275
Linear-by-Linear
1.829 1 .176
As soc iation
N of Valid Cases 110
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 11.54.

Universitas Sumatera Utara


Keadaan Sewaktu Pulang * Keadaan Sewaktu Datang Crosstabulation
keadaan sewaktu pulang Total
pbj paps meninggal Pbj
keadaan sadar Count 20 14 18 52
sewaktu Expected
14.7 12.8 24.6 52.0
datang Count
% within
keadaan
38.5% 26.9% 34.6% 100.0%
sewaktu
datang
% within
keadaan
64.5% 51.9% 34.6% 47.3%
sewaktu
pulang
% of Total 18.2% 12.7% 16.4% 47.3%
tidak Count 11 13 34 58
sadar Expected
16.3 14.2 27.4 58.0
Count
% within
keadaan
19.0% 22.4% 58.6% 100.0%
sewaktu
datang
% within
keadaan
35.5% 48.1% 65.4% 52.7%
sewaktu
pulang
% of Total 10.0% 11.8% 30.9% 52.7%
Total Count 31 27 52 110
Expected
31.0 27.0 52.0 110.0
Count
% within
keadaan
28.2% 24.5% 47.3% 100.0%
sewaktu
datang
% within
keadaan
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sewaktu
pulang
% of Total 28.2% 24.5% 47.3% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df
sided)
Pearson Chi-Square 7.267(a) 2 .026
Likelihood Ratio 7.364 2 .025
Linear-by-Linear
7.160 1 .007
Association
N of Valid Cases
110

a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
12.76.
status gizi * klasifikasi meningitis Crosstabulation

klasifikasi meningitis
purulenta serosa Total
status gizi kurang Count 23 18 41
gizi Expected Count 26.1 14.9 41.0
% within status gizi 56.1% 43.9% 100.0%
% within klasifikasi
32.9% 45.0% 37.3%
meningitis
% of Total 20.9% 16.4% 37.3%
gizi baik Count 45 21 66
Expected Count 42.0 24.0 66.0
% within status gizi 68.2% 31.8% 100.0%
% within klasifikasi
64.3% 52.5% 60.0%
meningitis
% of Total 40.9% 19.1% 60.0%
gizi lebih Count 2 1 3
Expected Count 1.9 1.1 3.0
% within status gizi 66.7% 33.3% 100.0%
% within klasifikasi
2.9% 2.5% 2.7%
meningitis
% of Total 1.8% .9% 2.7%
Total Count 70 40 110
Expected Count 70.0 40.0 110.0
% within status gizi 63.6% 36.4% 100.0%
% within klasifikasi
100.0% 100.0% 100.0%
meningitis
% of Total 63.6% 36.4% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 1.608a 2 .447 .536
Likelihood Ratio 1.595 2 .450 .502
Fisher's Exact Test 1.759 .385
Linear-by-Linear b
1.404 1 .236 .266 .158 .074
Association
N of Valid Cases 110
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.09.
b. The standardized statistic is -1.185.

keadaan sewaktu pulang * klasifikasi meningitis Crosstabulation


klasifikasi Total
meningitis
purulenta serosa
Counta 25 6 31
Expected Count 19,7 11,3 31,0
% within keadaan 80,6% 19,4% 100,0%
pbj sewaktu pulang
% within klasifikasi 35,7% 15,0% 28,2%
meningitis
% of Total 22,7% 5,5% 28,2%
Count 20 7 27
Expected Count 17,2 9,8 27,0
% within keadaan 74,1% 25,9% 100,0%
keadaan sewaktu
paps sewaktu pulang
pulang
% within klasifikasi 28,6% 17,5% 24,5%
meningitis
% of Total 18,2% 6,4% 24,5%
Count 25 27 52
Expected Count 33,1 18,9 52,0
% within keadaan 48,1% 51,9% 100,0%
meninggal sewaktu pulang
% within klasifikasi 35,7% 67,5% 47,3%
meningitis
% of Total 22,7% 24,5% 47,3%
Count 70 40 110
Expected Count 70,0 40,0 110,0
% within keadaan 63,6% 36,4% 100,0%
Total sewaktu pulang
% within klasifikasi 100,0% 100,0% 100,0%
meningitis
% of Total 63,6% 36,4% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. Point
Sig. (2- (2-sided) (1-sided) Probability
sided)
Pearson Chi- 10,587a 2 ,005 ,005
Square
Likelihood Ratio 10,830 2 ,004 ,005
Fisher's Exact Test 10,385 ,006
Linear-by-Linear 9,681b 1 ,002 ,002 ,001 ,001
Association
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,82.
b. The standardized statistic is 3,111.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai