Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Topik: Bidang teknologi keperawatan

Dosen pengampu: Roro Tutik Haryati, SKp, MARS.

OLEH: RINI FAHRIANI ZEES

NPM.0906594620

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2010
Desain discharge planning berbasis komputerisasi sebagai upaya meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan

Rini Fahriani Zees*

Abstrak

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan merupakan suatu fenomena


yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan
meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah kongrit
dalam pelaksanaanya. Salah satu langkah yang harus ditempuh profesi keperawatan adalah
melakukan penerapan discharge planning melalui komputerisasi. Berdasarkan hasil
penelitian yang diselenggarakan diluar maupun didalam negeri terdapat peningkatan
kepuasan yang signifikan bagi keluarga dan pasien yang dilakukan discharge planing
berbasis komputerisasi. Sehingga disarankan untuk setiap rumah sakit perlu untuk merubah
sistem pendokumentasian discharge planning yang manual kesistem komputerisasi. Metode
penulisan ini menggunakan studi kepustakaan.

Kata kunci: discharge; planning; komputerisasi

Tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat merupakan salah satu faktor
yang harus dicermati oleh tenaga kesehatan, termasuk profesi perawat. Perawat dituntut
mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi
kemanusiaan dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan ilmu dan kiat serta
kewenangan yang dimiliki.

Alternatif strategi dalam mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah melakukan proses manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan
merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional.

Pelayanan keperawatan secara profesional tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan dari
semua pihak. Kemauan dan kemampuan serta pengelolaan manajemen dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan tercapainya peningkatan pelayanan keperawatan yang profesional.
Discharge planning merupakan salah satu komponen dalam aplikasi manajemen keperawatan
untuk peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang profesional.

perencanaan pulang atau discharge planning merupakan bagian penting dari program
keperawatan yang dimulai sejak pasien masuk rumah sakit. Disharge planning disebut juga
sebagai perawatan berkelanjutan, yang artinya perawatan yang selalu dibutuhkan pasien
dimanapun pasien berada. Metode ini berfokus pada pasien yang terdiri atas mekanisme
pelayanan keperawatan yang membimbing dan mengarahkan pasien sepanjang waktu, serta
merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan,
keluarga, klien, dan orang yang penting bagi klien. (Carpenito, 2005)

pelaksanaan discharge planning, sebagian besar belum dilaksanakan oleh perawat dirumah
sakit. Kendatipun dilakukan, belum dilaksanakan sesuai dengan standar dan prosedure
pelaksanaan. Kurangnya pemahaman tentang prosedure pelaksanaan discharge planning, dan
tingginya beban kerja yang diakibatkan oleh pelaksanaan discharge planning menyebabkan
perawat cenderung tidak melakukan disharge planning kepada pasien.

Banyaknya waktu yang digunakan untuk melakukan discharge planning menyebabkan


perawat cenderung tidak melakukan tindakan ini. Mahalnya biaya yang dikeluarkan rumah
sakit terkait pendokumentasian discharge planning membuat sebagian besar rumah sakit
belum mengambil kebijakan tentang pelaksanaan discharge planning, sehingganya pelayanan
keperawatan menjadi tidak komprehensif.

Kegagalan dalam memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang (discharge


planning) akan beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik.
Kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerugian bagi pasien sebagai pengguna jasa
pelayanan keperawatan dan menyebabkan pelayanan keperawatan menjadi tidak profesional,
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi rendah.

Hasil penelitian di rumah sakit Acute Care Hospitals di Israel, 659 keluarga (77%) menilai
pelaksanaan discharge planning sangat adekwat. Pasien dan keluarga merasa diperhatikan
walaupun sudah tidak dirawat dirumah sakit. Keterlibatan anggota keluarga dalam proses
perawatan pasien dirumah sangat membantu proses pemulihan pasien. Informasi yang
diterima terkait perawatan pasien secara signifikan dapat meningkatkan kesadaran pasien dan
keluarga dalam perawatan pasien dirumah (Soskolne, V. 2010)

Pendokumentasian discharge planning secara manual (tertulis) mempunyai kelemahan yaitu


sering hilang. Pendokumentasian lembaran-lembaran kertas yang meliputi; format discharge
planning dan leaflet, besar kemungkinan akan tercecer atau terselip. Pendokumentasian
secara tertulis memerlukan tempat penyimpanan sehingga menyulitkan untuk pencarian
kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang
hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Perawat tidak dapat
menunjukkan bukti legal, yang menyebabkan perawat rentan terhadap gugatan hukum.

Di negara-negara maju, kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya format


pengisian tidak lagi menjadi masalah. Rumah sakit yang sudah maju seluruh dokumentasi
yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan telah dimasukkan
dalam komputer. Informasi yang berbasis komputer diharapkan dapat menghemat waktu,
cepat, murah, mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data dapat
diminimalisasi serta tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang luas. Sistem ini dikenal
dengan Sistem informasi manajemen.

Sistem informasi manajemen merupakan sistem berbasis komputer yang memberikan


informasi dan dukungan untuk pengambilan keputusan manajerial yang efektif.(Daft,
Richard. 2008). Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)merupakan paket
perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi keperawatan. Perawat dapat
menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual dari pendokumentasian proses
keperawatan. SIMK dapat mengurangi biaya sekaligus peningkatan kualitas pelayanan dari
segi cara kerja. Perawat klinis yang bekerja pada lokasi yang jauh dapat mengakses
kekomponen klinik dari SIMK sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan kualitas
pelayanan (Swansburg, R.C. 2000)

Sistem informasi manajemen keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan
menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi,
mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan
pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu
sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada
sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

Perawat harus memberikan sentuhan yang tinggi terhadap dunia teknologi. Teknologi,
komputer dan sistem informasi dapat memberikan pengetahuan dan kenyamanan dalam
melakukan tindakan keperawatan khususnya tindakan discharge planning. sistem ini dapat
mempermudah mengontrol pasien yang telah pulang dan pasien dapat mengakses informasi
terkait dengan perawatan dirumah dengan mudah melalui komputerisasi yang memiliki
jaringan online.

Kemudahan sistem ini bukan hanya untuk perawat, tetapi juga bagi pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga akan lebih mudah melakukan perawatan mandiri dirumah. Tanpa harus
takut kehilangan waktu untuk antri dipoli rawat jalan atau kehilangan lembaran-lembaran
format discharge planning. pasien dan keluarga diberikan Compact Disk Room (CDR) yang
berisi tentang identitas diri, riwayat penyakit, perawatan mandiri dirumah, diet, obat-obatan,
aktivitas dan istirahat serta hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, ECG, Rontgen, dan
lain-lain).

Compact Disk Room (CDR) media discharge planning merupakan alat bantu yang baik dalam
perencanaan pulang. CD media pembelajaran memudahkan pasien dan juga menudahkan
perawat dalam melaksanakan perencanaan pulang. Discharge planning dilaksanakan dengan
mekanisme untuk memberikan perawatan berkelanjutan, informasi tentang kebutuhan
kesehatan setelah pulang, perjanjian evaluasi, dan instruksi perawatan diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryati, dkk (2008) menyimpulkan bahwa discharge
planning menggunakan CDR sangat membantu perawat, pasien dan keluarga dalam
mempersiapkan pulang. Pasien dan keluarga terbantu dengan adanya media pembelajaran
Discharge Planning. demikian juga halnya bagi perawat, perawat lebih mudah dalam
memberikan edukasi kepada pasien.

Penggunaan catatan pasien yang terkomputerisasi (computerized patient records) yang


berkembang pesat, membutuhkan bahasa yang baku dalam menggambarkan masalah-masalah
pasien. Proses keperawatan melengkapi kebutuhan tersebut dan membantu menetapkan
lingkup praktik keperawatan, dengan menggambarkan kondisi perawat yang dapat merawat
secara mandiri. Proses keperawatan menyertakan pemikiran kritis dan pembuatan keputusan,
serta menyediakan istilah yang dipahami secara universal dan konsisten diantara para perawat
yang bekerja pada beragam tempat, termasuk rumah sakit, klinik rawat jalan, fasilitas
perawatan lain, fasilitas kesehatan okupasi, dan praktik pribadi/swasta (Karen S. M & Melisa
Herbert, 2010)

Discharge planing (Perencanaan Pulang) merupakan salah satu rangkaian dari pelaksanaan
proses keperawatan dari komponen sistem perawatan berkelanjutan. Pelayanan keperawatan
yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat
dengan harga yang terjangkau (Spring, 2010)

Sistem Informasi Keperawatan yang di design dalam sistem ini adalah seluruh dokumentasi
yang diperlukan dalam aktifitas Discharge planing (Perencanaan Pulang). Meliputi:

1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika
melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan.
Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah
sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data Kesehatan
b. Data Pribadi
c. Pemberi Perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan
untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan
memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Penentuan
masalah keperawatan sangat diperlukan (aktual, resiko, resiko, kesejahteraan)

3. Perencanaaan: Hasil yang diharapkan


Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga
sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang,
yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan
kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain
yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya (Amy E Boutwell, Jesse Raiten, 2010)

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran
yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang
(Discharge summary). Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi
perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan
digunakan di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya dientry kedalam CD tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan,
pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien
dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien.

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien
berada di rumah. Hal ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (home visit)

Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:


a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

Penerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek


keperawatan di Indonesia masih banyak menggalami kendala. Hal ini mengingat komponen-
komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih
banyak kelemahannya meliputi : kurangnya perencanaan yang memadai, kurang personil
yang handal, dan kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer
dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi
seluruh personil yang terlibat didalamnya, organisasi, kemampuan sumber daya keperawatan,
sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat
dan tim kesehatan lain.

Kendala SIM yang lain adalah kekhawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk, pasien dan
keluarga yang tidak memiliki komputer dirumah dan pemadaman aliran listrik sementara
oleh pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dapat mengganggu proses pelaksanaan,
mengingat masih banyak warga masyarakat yang mengeluh karena proses pemadaman secara
berkala dibeberapa daerah. Kendala-kendala ini dapat menjadi pemicu untuk tidak
tercapainya proses pelaksanaan discharge planning, sehingganya perlu adanya optimalisasi
dalam mengatasi kendala-kendala tersebut.

Penerapan discharge planning melalui komputerisasi dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan keperawatan melalui pemberian CD Room kepada pasien yang berisi proses
pelaksanaan discharge planning, diawali dengan pengkajian sampai pada evaluasi, dapat
dicapai dengan adanya kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak yakni pemerintah,
pimpinan rumah sakit, manajer keperawatan, perawat, pasien dan keluarga.

Manfaat pelaksanaan discharge planning melalui komputerisasi berdasarkan hasil penelitian


diluar negeri maupun di negara Indonesia, berdampak terhadap peningkatan kepuasan pasien
dan keluarga terkait perawatan mandiri dirumah. Sehingga disarankan untuk disetiap rumah
sakit perlu mengadakan suatu perubahan dalam upaya peningkatan pelayanan kepada
masyarakat khususnya perawatan berkelanjutan melalui penerapan discharge planning
dengan komputerisasi.
*Mahasiswa program magister kekhususan kepemimpinan dan manajemen keperawatan 2009
FIK-UI

Kepustakaan

Carpenito. (2005). Nursing diagnosis application to clinical practice. Philadephia:


J.B.Lippincott Co.

Daft, Richard L. (2008) Manajemen. Edisi kedua. Jakarta: Salemba empat.

Spring (2010) Discharge planning Anonymous Nursing Standard; ProQuest Health and
Medical Complete proquest jurnal. http://proquest.umi.com/pqdweb?
index=8&did=2015624101&SrchMode=1&sid=2&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&
RQT=309&VName=PQD&TS=1288818613&clientId=45625

Karen S. M & Melisa Herbert (2010) Medication discharge planning prior to hospital
discharge. The Quality Management Journal. ABI/INFORM Global. Diunduh
pada tanggal 3 November 2010.
http://proquest.umi.com/pqdweb?
sid=2&RQT=511&TS=1288818987&clientId=45625&firstIndex=10

Amy E Boutwell, Jesse Raiten. (2010) Discharge Planning and Rates of Readmissions.
Diunduh pada tanggal 3 November 2010.

http://proquest.umi.com/pqdweb?
did=2000244891&sid=1&Fmt=2&clientId=45625&RQT=309&VName=PQD

Nursalam (2008) Manjemen keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan profesional.


Jakarta: Salemba Medika.

Patricia Hinton W. (2010) Information Systems & Technology The tiger Initiative: A Call to
Accept and Pass the Baton for Nursing Policy and Professor of Nursing,
Uniformed Services University of the Health Sciences in Bethesda,

Hariyati, R. Afifah, E. Handiyani H. (2008) Evaluasi model perencanaan pulang yang berbasis
teknologi informasi. Diunduh pada tanggal 4 November 2010.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/bb016bc55f0867072bd098935def85
d01320324d.pdf
Swansburg, R C. (2000) Introduction management & leadership for nurse manager. Boston:
James & Bartleett Publisher.

Soskolne, V. (2010) Social Work Discharge Planning in Acute Care Hospitals in Israel:
Clients' Evaluation of the Discharge Planning Process and Adequacy.
Diunduh pada tanggal 3 November 2010.

http://proquest.umi.com/pqdweb?
index=11&did=2074268601&SrchMode=1&sid=1&Fmt=2&VInst=PR
OD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1288818066&client
Id=45625

Anda mungkin juga menyukai