Anda di halaman 1dari 94

PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh

direktur RSUD Raja


PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MELAKUKAN PENERIMAAN PASIEN BARU

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: Waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
15 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan untuk penerimaan pasien baru. Pasien menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan (900 7500
detik)
kebutuhan 900 x 178
=
7500

=21

2. Kebijakan Ada petugas yang terampil


3. Prosedur 3.1 Persiapan :
3.1.1 Pasien dan keluarganya diterima dengan
ramah.
3.1.2 Bila pasien dapat berdiri, atau berat badan
sebelum penderita dibaringkan.
3.1.3 Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui
anamnese dan pemeriksaan fisik.
3.1.4 Laporan pasien pada penanggung jawab
ruangan.
3.1.5 Pasien dan keluarga diberi penjelasan
tentang tata tertib yang berlaku di Rumah
Sakit serta orientasi keadaan
ruangan/fasilitas yang ada.
3.1.6 Mencatat data dari hasil pengkajian pada
catatan medik dan catatan perawatan pasien.
3.1.7 Memberitahukan prosedur
perawatan/tindakan yang segera dilakukan.

4. Dokumen 4.1 Prosedur penerimaan pasien baru


terkait
4.2 Status pasien/dokumen medik.
4.3 Buku catatan register pasien
4.4 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
Tombolotutu

PROSEDUR
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MELAKUKAN PERSALINAN NORMAL dr.Rustan mangga

Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
30 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
mencegah terjadinya komplikasi dalam persalinan. (1800 7500
detik)
1800 x 178
=
7500

= 43

2. Kebijakan Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai


dengan Standar Pelayanan Kebidanan
3. PERSIAPAN 3.1 Bak instrumen berisi partus set (klem
ALAT & 2,gunting tali pusat 1,setengah koher
BAHAN 1, kateter 1)
3.2 Adanya pasien yang perlu diobservasi nadi
dan pernafasan.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

3.4 Apron (clemek)


3.5 Kom berisi kapas dan air DTT
3.6 Penghisap lendir atu delee
3.7 Oksitosin
3.8 spuit 3cc
3.9 umbilikal klem dan mono aural
3.10 kasa steril
3.11 kain utk ibu dan bayi
3.12 Bengkok
3.13 tempat placenta
3.14 baskom berisi air DTT dan waslap
3.15 baskom berisi cairan klorin 0,5%
4. Prosedur 4.1 . MENGENAL GEJALA DAN TANDA
KALA DUA
Mendengar dan melihat adanya tanda
persalinan Kala Dua
4.1.1 Ibu merasakan adanya dorongan
kuat untuk meneran
4.1.2 Ibu merasakan tekanan rektum dan
vagina semakin meningkat
4.1.3 Perineum tampak menonjol
4.1.4 Vulva dan sfingter ani membuka
4.2 MENYIAPKAN PERTOLONGAN
PERSALINAN
4.2.1 Pastikan kelengkapan peralatan,
bahan , dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu
dan bayi baru lahir
4.2.2 Menggelar kain diatas perut ibu
dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
4.2.3 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan
alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
4.2.4 Memakai celemek plastik
4.2.5 Melepaskan dan menyimpan semua
perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih
mengalir, kemudian keringkan
tangan dengan handuk bersih dan
kering
4.2.6 Pakai sarung tangan DTT pada
tangan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
4.2.7 Memasukan oksitosin ke dalam
tabung suntik(gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan
steril), pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.
4.3 MEMASTIKAN PEMBUKAAN
LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
4.3.1 Membersihkan vulva dan perineum,
dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa
dengan dibasahi air DTT
4.3.2 Jika introitus vagina, perineum atau
anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama
4.3.3 Buang kasa atau kapas pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
4.3.4 Ganti jika sarung tangan
terkontaminasi (dekontaminasi)
lepas dan rendam dalam larutan
clorin 0,5%
4.3.5 Melakukan pemeriksaan dalam
untuk mamastikan pembukaan
lengkap
4.3.6 Bila selaput ketuban belum pecah
dan pembukaan sudah lengkap
lakukan amniotomi
4.3.7 Dekontaminasi sarung tangan
dengan cara mencelupkan tangan
yang masih menggunakan sarung
tangan ke dalam larutan clorin
0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam sarung tangan dalam posisi
terbalik selama 10 menit. Kemudian
cuci tangan
4.3.8 Periksa denyut jantung janin (DJJ)
setelah kontraksi/saat relaksasi
uterus untuk memastikan DJJ dalam
batas normal (120-160 x/menit)
4.3.9 Mengambil tindakan yang sesuai
jika tidak normal
4.3.10 Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam. DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan pada
partograf.

5.2 MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA


UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN UNTUK MENERAN

5.2.1 Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap


dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan yang
sesuai dengan keinginannya.
5.2.1.1 Tunggu hingga timbul rasa ingin
meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan
janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan temuan yang ada
5.2.1.2 Jelaskan pada anggota keluarga
bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat
kepada ibu untuk meneran secara
benar
5.2.2 Meminta keluarga untuk membantu
menyiapkan posisi untuk meneran. (bila ada
rasa untuk meneran dan terjadi kontraksi
yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
5.2.3 Laksanakan bimbingan meneran pada saat
ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran:
5.2.3.1 Bimbing ibu untuk meneran secara
benar
5.2.3.2 Dukung dan beri semangat pada
saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak
sesuai
5.2.3.3 Bantu ibu untuk mengambil posisi
yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (kecuali dalam posisi
terlentang dalam waktu yang lama)
5.2.3.4 Anjurkan ibu untuk beristirahat
diantara kontraksi
5.2.3.5 Anjurkan keluarga untuk memberi
dukungan dan semangat untuk ibu
5.2.3.6 Beri cukup asupan cairan per-oral
(minum)
5.2.3.7 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus
selesai
5.2.3.8 Segera rujuk jika bayi belum atau
tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1
jam) meneran (multigravida)
5.2.4 Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan,
berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit

5.3 PERSIAPAN PERTOLONGAN


KELAHIRAN BAYI
5.3.1 Letakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di atas perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm
5.3.2 Letakan kain bersih yang dilipat 1/3
bagian di bawah bokong ibu
5.3.3 Buka tutup partuset dan perhatikan
kembali kelengkapan bahan dan alat
5.3.4 Pakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan
5.4 PERSIAPAN PERTOLONGAN
KELAHIRAN BAYI
5.4.1 Lahir Kepala
5.4.2 Setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan
dangkal.
5.4.3 Periksa kemungkinan adanya lilitan
tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan
lanjutkan proses kelahiran bayi.
5.4.3.1 Jika tali pusat melilit di leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
5.4.3.2 Jika tali pusat melilit leher secara
kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem
tersebut
5.4.4 Tunggu kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan
5.5 Lahirkan Bahu
5.5.1 Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, pegeng secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan
ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakan ke arah
atas dan distal untuk mengeluarkan
bahu belakang

5.6 Lahirkan Badan dan Tungkai


5.6.1 Setelah kedua bahu lahir, geser
tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan,
dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelususri dan
memegang lengan dan siku sebelah
atas
5.6.2 Setelah tubuh dan lengan lahir,
penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan
kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jaro-jari
lainnya)
5.7 PENANGANAN BAYI BARU
LAHIR
5.7.1 Lakukan penilaian (selintas):
Apabila bayi menangis kuat
dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
Apabila bayi bergerak dengan aktif?
5.7.2 Jika bayi tidak menangis, tidak
bernafas atau megap-megap lakukan
tindakan resusitasi ( langkah 25 ini
berlanjut ke langkah-langkah
prosedur resusitasi bayi baru lahir
dengan asfiksia)
5.7.3 Keringkan dan posisi tubuh bayi di
atas perut ibu
5.7.4 Keringkan bayi dari muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersikan verniks) kecuali
bagian tangan
5.7.4.1 o Ganti handuk basah
dengan handuk yang
kering
o Pastikan bayi dalam
kondisi yang mantap di
atas perut ibu
5.7.5 Periksa kondisi perut ibu untuk
memastikan tidak ada bayi kedua
dalam uterus (hamil tunggal)
5.7.6 Beri tahu kepada ibu bahwa
penolong akan menyuntik oksitosin
(agar uterus berkontraksi baik)
5.7.7 Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
5.7.8 Dengan menggunakan klem, jepit
tali pusat (dua menit setelah bayi
lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar
(umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal
dari klem pertama.
5.7.9 Pemotongan dan pengikatan tali
pusat
5.7.9.1 Dengan satu tangan, angkat tali
pusat yang telah dijepit kemudian
lakukan pengguntingan tali pusat
(lindungi perut bayi) diantara 2 klem
tersebut
5.7.9.2 Ikat tali pusat dengan benang
DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan dengan simpul
kunci
5.7.9.3 Lepaskan klem dan masukkan dalam
wadah yang telah disediakan
5.7.10 Tempatkan bayi untuk melakukan
kontak kulit ibu ke kulit bayi
5.7.11 Letakan bayi dengan posisi
tengkurap di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel
baik di dinding dada-perut ibu.
5.7.12 Selimuti bayi dan ibu dengan kain
hangat dan pasang topi di kepala
bayi
5.8 PENATALAKSANAAN AKTIF
KALA TIGA
5.8.1 Pindahkan klem pada tali pusat
hingga 5-10 cm dari vulva
5.8.2 Letakan satu tangan di atas kain
pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat
5.8.3 Setelah uterus berkontraksi,
tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan lain mendorong
uterus ke arah belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas
5.8.3.1 Jika uterus tidak segera
berkontraksi, meminta ibu, suami,
atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
5.9 Mengeluarkan Plasenta
5.9.1 Lakukan penegangan dan dorongan
dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, meminta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetapkan lakukan
tekanan dorso-kranial)

5.9.1.1 Jika tali pusat bertambah panjang,


pinfahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
5.9.1.2 Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosisi ulang oksitosin
10 unit IM
2. Lakukan katerisasi (aseptik)
jika kandung kemih penuh
3. Meminta keluarga untuk
menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat
15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta
tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan,
lakukan plasenta manual
5.9.2 Saat plasenta muncul di introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan
dua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan
5.9.3 Jika selaput ketuban robek, pakai
sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
5.9.4 Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakan telapak tangan di atas
fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
5.9.5 Lakukan tindakan yang diperlukan
jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase
5.9.6 Rangsang Taktil (Masase) Uterus
5.10 MENILAI PERDARAHAN
5.10.1 Periksa kedua sisi plasenta baik
bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Masukan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat
khusus
5.10.2 Evaluasi kemungkinan laserasi pada
vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan
5.10.3 Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan.
5.11 MELAKUKANASUHAN
PASCAPERSALINAN
5.11.1 Pasikan uterus berkontraksi dengan
baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
5.11.2 Beri cukup waktu untuk melakukan
kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
o Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusui
pertama biasanya
berlangsung 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari
satu payudara
o Biarkan bayi berada di dada
ibu selama 1 jam
walaupunbayi sudah
berhasil menyusui
5.11.3 Lakukan penimbangan/pengukuran
bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, vitamin K 1mg
intramuskular di paha kiri
anterolateral setelah satu jam kontak
ibu-bayi
5.11.4 Berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B (setelah satu jam pemberian
Vitamin K1) di paha kanan
anterolateral.
o Letakan bayi di dalam
jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa
disusunkan
5.11.5 Letakan kembali bayi pada dada ibu
biaya belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
5.12 Evaluasi
5.12.1 Lanjutkan pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan
pervaginam
o 2-3 kali dalam 15 menit
pertama pascapersalinan
o Setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pascapersalinan
o Setiap 20-30 menit pada jam
kedua pascapersalinan
o Jika uterus tidak berkontraksi
dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanakan atonia
uteri
5.12.2 Ajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
5.12.3 Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah
5.12.4 nadi ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
o Memeriksa temperatur
tubuh ibu sekali setiap 2
jam pertama
pascapersalinan
o Melakukan tindakan yang
sesuai untuk temuan yang
tidak normal
5.12.5 Periksa kembali kodisi bayi untuk
memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta
suhu tubuh normal (36,6-37,5)
5.13 Kebersihan dan Keamanan
5.13.1 Tempatkan semua peralatan bekas
pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah
dekontaminasi
5.13.2 Buang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampai
yang sesuai
5.13.3 Bersihkan badan ibu dengan air
DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan
kering
5.13.4 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu
ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu
minuman dan makanan yang
diinginkan
5.13.5 Dekontaminasi tempat persalinan
dengan larutan klorin 0,5%
5.13.6 Celupkan sarung tangan kotor ke
dalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam ke luar dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
5.13.7 Cuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk
pribadi yang kering dan bersih.
5.14 Dokumentasi
 Lengkapi partograf (halaman
depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV
UNIT Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi
TERKAIT rawat inap, rawat jalan dan IGD

DOKUMEN Prosedur tindakan membantu


TERKAIT persalinan

Status pasien/dokumen medik.


Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MENGUKUR SUHU BADAN

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
5 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (300 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
melaksanakan tindakan kebidanan dalam detik) 7500
mengukur suhu tubuh. 300 x 178
=
7500

=7

2. Ruang Pada pasien yang membutuhkan observasi suhu


lingkup tubuh.

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga Bidan/ perawat


profesional yang diberi wewenang
untuk melakukan tindakan
keperawatan mengukur suhu tubuh.
3.2 Adanya pasien yang harus diobservasi
suhu tubuhnya.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Temometer
4.1.2 Tiga botol masing-masing
berisi: larutan sabun.
desinfektan, air bersih.
4.1.3 Bengkok
4.1.4 Potongan tissue pada
tempatnya.
4.1.5 Alat tulis.
4.2 Pelaksanaan

4.2.1 Jelaskan prosedur pada klien.


4.2.2 Cuci tangan.
4.2.3 Menempatkan alat di dekat
pasien dengan benar.
4.2.4 Mengatur posisi pasien.
4.2.5 Membersihkan axilla dengan
tissue.
4.2.6 Memeriksa thermometer,
pastikan pada skala di bawah
35oC, bila belum turunkan
dengan cara mengibaskan
termometer.
4.2.7 Memasang reservoir
thermometer tepat pada
tengah axilla.
4.2.8 Menyilangkan tangan di
depan, memegang bahu.
4.2.9 Mengangkat thermometer
setelah 3-5 menit.
4.2.10 Mengusap thermometer
dengan tissue kering ke arah
reservoir.
4.2.11 Membaca hasil pengukuran.
4.2.12 Mencatat hasil pengukuran.
4.2.13 Membersihkan thermometer:
mencelupkan kedalam air
sabun kemudian usap kearah
reservoar, mencelupkan
kedalam larutan desinfektan
selanjutnya dibersihkan
dengan air bersih dan usap
dari arah reservoir.
4.2.14 Menurunkan air raksa.
4.2.15 Mengembalikan thermometer
pada tempatnya.
4.2.16 Mencatat hasil observasi
kedalam catatan bidan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur mengukur suhu
terkait tubuh.
5.2 Status pasien/dokumen
medik.
5.3 Buku catatan nadi dan
pernafasan.
5.4 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh direktur
RSUD Raja Tombolotutu
PROSEDUR
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MENCUCI TANGAN
dr. Rustan Mangga
waktu Jumlah Norma waktu
No Terbit ke: Tanggal:
pasien/tahun
Sebagai acuan langkah-langkah dalam 5 ±1500 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
melaksanakan tindakan mencuci tangan
(300 7500
dengan tujuan menjaga kebersihan detik)
300 x 178
perorangan dan mencegah terjadinya infeksi =
7500
silang.
=7

2. 2. Ruang Bidan
lingkup
3. 3. Kebijakan Sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Bak cuci dan air mengalir.
4.1.2 Sabun atau antiseptic.
4.1.3 Handuk atau pengering .
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Kuku dalam keadaan
pendek.
4.2.2 Melepaskan semua
aksesoris pada tangan dan
gulung lengan baju sampai
siku.
4.2.3 Melakukan inspeksi tangan
dan jari, adanya luka /
sayatan.
4.2.4 Menjaga agar tangan dan
pakaian tidak menyentuh
wastafel (jika tangan
menyentuh wastafel cuci
tangan diulang).
4.2.5 Mengalirkan air, hindari
percikan pada pakaian
4.2.6 Membasahi tangan dan
lengan bawah,
mempertahankannya lebih
rendah dari siku.
4.2.7 Menaruh sedikit sabun /
antiseptic (2 – 4 cc). Untuk
sabun batang, pegang dan
gosok sampai berbusa.
4.2.8 Menggosok kedua lengan
dengan cepat, selama 10 –
15 detik.
4.2.9 Menyilangkan tangan di
depan, memegang bahu.
4.2.10 Menggosok punggung
tangan, sela-sela jari.
4.2.11 Menggosok sela-sela jari
secara melingkar minimal 5
kali.
4.2.12 Menggosok ujung-ujung
jari ke telapak tangan yang
lain.
4.2.13 Membilas lengan dan
tangan sampai bersih.
4.2.14 Menutup kran dengan siku.
(Bila kran harus ditutup
dengan tangan, cuci kran
dengan sabun terlebih
dahulu sebelum membilas
tangan).
4.2.15 Mengeringkan tangan
dengan handuk atau
pengering.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
ANTENATALCARE

dr. Rustan Mangga


waktu Jumlah
No Terbit ke: Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun

1. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan 15 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x


Ante Natal Care ( ANC ), sehingga dapat menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
(900 7500
menyelesaikannya dengan baik, melahirkan
detik)
bayi yang sehat dan memperoleh kesehatan 900 x 178
yang optimal pada masa nifas serta dapat =
7500
menyusui dengan baik dan benar.
= 21

2. Ruang Pemeriksaan Ibu hamil di unit pelayanan KIA


lingkup dan RB
3. Kebijakan 3.1 Bidan terlatih.
3.2 Adanya pasien yang perlu dilakukan
pemeriksaan kehamilan
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Leanec
4.1.2 Doppler / spekulum corong
4.1.3 Meteran kain pengukur
tinggi fundus uteri
4.1.4 Meteran pengukur LILA
4.1.5 Selimut
4.1.6 Reflex Hammer
4.1.7 Jarum suntik disposibel 2,5
ml
4.1.8 Air hangat
4.1.9 Timbangan Berat Badan
dewasa
4.1.10 Tensimeter Air Raksa
4.1.11 Stetoscope
4.1.12 Bed Obstetric
4.1.13 Spekulum gynec
4.1.14 Lampu halogen / senter
4.1.15 Kalender kehamilan
4.2 Bahan
4.2.1 Sarung tangan
4.2.2 Kapas steril
4.2.3 Kassa steril
4.2.4 Alkohol 70 %
4.2.5 Jelly
4.2.6 Sabun antiseptik
4.2.7 Wastafel dengan air
mengalir
4.3 Pelaksanaan
4.3.1 Anamnesa:
4.3.1.1 Riwayat perkawinan.
4.3.1.2 Riwayat penyakit ibu dan
keluarga.
4.3.1.3 Status wayat Haid, HPHT.
4.3.1.4 Riwayat imunisasi Ibu saat
ini
4.3.1.5 Kebiasaan ibu.
4.3.1.6 Riwayat persalinan terdahulu.
Dari anamnesa haid tersebut,
tentukan Usia
4.3.2 Pemeriksaan Umum.

4.3.2.1 Keadaan umum Bumil


4.3.2.2 Ukur TB, BB, Lila.
4.3.2.3 Tanda vital : tensi, Nadi,
RR, HR
4.3.2.4 Pemeriksaan fisik
menyeluruh ( dari kepala
sampai ekstremitas).
Mata : conjungtiva, ikterus
; Gigi ,
Kaki : Oedema kaki , dst.
4.3.3 Pemeriksaan khusus.
UMUR KEHAMILAN <20 mgg :
Inspeksi:
4.3.3.1 Tinggi fundus
4.3.3.2 Hyperpigmentasi (pada
areola mammae, Linea
nigra).
4.3.3.3 Striae.
Palpasi:
4.3.4.4 Tinggi fundus uteri
4.3.3.5 Keadaan perut
Auskultasi.
4.3.4 UMUR KEHAMILAN > 20 mgg:
Inspeksi:
4.3.4.1 Tinggi fundus uteri
4.3.4.2 Hypergigmentasi dan striae
4.3.4.3 Keadaan dinding perut
Palpasi:
Lakukan pemeriksaan
Leopold dan intruksi
kerjanya sbb :
Pemeriksa berada disisi
kanan bumil, menghadap
bagian lateral kanan.

Leopold 1.
4.3.4.4 Letakkan sisi lateral
telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut
tidak mendorong uterus
kebawah (jika diperlukan,
fiksasi uterus basah dengan
meletakkan ibu jari dan
telunjuk tangan kanan
dibagian lateral depan
kanan dan kiri, setinggi tepi
atas simfisis)
4.3.4.5 Angkat jari telunjuk kiri
(dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga
menghadap kebagian
kepala ibu.
4.3.4.6 Letakkan ujung telapak
tangan kiri dan kanan pada
fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada
bagian tersebut dengan
jalan menekan secara
lembut dan menggeser
telapak tangan kiri dan
kanan secara bergantian
Leopold 2.
4.3.4.7 Letakkan telapak tangan
kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding
perut lateral kiri ibu sejajar
dan pada ketinggian yang
sama.
4.3.4.8 Mulai dari bagian atas,
tekan secara bergantian
atau bersamaan telapak
tangan kiri dan kanan
kemudian geser kearah
bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan
memenjang (punggung)
atau bagaian yang kecil
(ekstremitas).
4.3.4.9 Letakkan telapak tangan
kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding
perut lateral kiri ibu sejajar
dan pada ketinggian yang
sama.
Leopold 3
4.3.4.10 Atur posisi pemeriksa pada
sisi kanan dan menghadap
kebagian kaki ibu.
4.3.4.11 Letakkan ujung telapak
tangan kiri pada dinding
lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding
lateral kanan bawah perut
ibu, tekan secara lembut
bersamaan atau bergantian
untuk menentukan bagian
bawah bayi (bagian keras,
bulat dan hampir homogen
adalah kepala, sedangkan
tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah
bokong).
Leopold 4
4.3.4.12 Letakkan ujung telapak
tangan kiri dan kanan pada
dinding lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-
ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas
simfisis.
4.3.4.13 Temukan kedua jari kiri dan
kanan, kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan kanan
yang meraba dinding bawah
uterus.
4.3.4.14 Perhatikan sudut yang
dibentuk oleh jari-jari kiri
dan kanan
(konvergen/divergen)
4.3.4.15 Pindahkan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri pada
bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala, upayakan
memegang bagian kepala
didekat leher dan bila
presentasi bokong,
upayakan untuk memegang
pinggang bayi)
4.3.4.16 Fiksasi bagian tersebut
kearah pintu atas panggul,
kemudian letakkan jari0jari
tangan kanan diantara
tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah
memasuki pintu atas
panggul.
Auskultasi.
4.3.4.17 Pemeriksaan bunyi dan
frekuensi jantung janin.
4.3.4  Pemeriksaan Tambahan. Laboratorium
rutin : Hb, Albumin
USG
4.3.5  Akhir pemeriksaan :
4.3.5.1 Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
4.3.5.2 Buat prognosa dan rencana
penatalaksanaan.
4.3.5.3 Catat hasil pemeriksaan pada buku
KIA dan status pasien.
4.3.5.4 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada
bumil yang meliputi : usia kehamilan,
letak janin, posisi janin, Tafsiran
persalinan, Resiko yang ditemukan
atau adanya penyakit lain.
4.3.5.5 Jelaskan untuk melakukan kunjungan
ulang.
4.3.5.6 Jelaskan rencanan asuhan ANC
berkaitan dengan hasil pemeriksaan
4.3.5.7 Jelaskan pentingnya imunisasi
4.3.5.8 Jelaskan menjadi akseptor KB setelah
melahirkan
4.3.6 Indikator Kinerja
4.3.6.1 Kehamilan terutam kesehatan ibu dan
janin dapat dipantau
Catatan Mutu
4.3.7 Kartu status ibu hamil
4.3.7.1 Buku register kohort ibu hamil
4.3.7.2 Buku register ibu hamil
43.7.3 .Buku KIA
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMASANGAN NGT

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/pertahun
15 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (900 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
pemasangan NGT detik) 7500

900 x 178
=
7500

= 21

2. Ruang Pada pasien yang harus dipasang NGT


lingkup
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga bidan profesional yang
diberi wewenang untuk memasang NGT
3.2 Adanya pasien yang harus dipasang NGT
sesuai dengan program pengobatan.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 NGT dengan nomor tertentu
sesuai dengan usia pasien
4.1.2 Jelly yang larut dalam air
4.1.3 Tongue spatel
4.1.4 Sarung tangan
4.1.5 Spuit ukuran 50-100 cc
4.1.6 Stetoskop
4.1.7 Handuk
4.1.8 Tisu
4.1.9 Bengkok
4.1.10 Mangkok berisi air
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Jelaskan tindakan prosedur
pemasangan NGT yang akan
dilakukan dan tujuan
pemasangan.
4.2.2 Dekatkan alat-alat ke pasien
4.2.3 Cuci tangan
4.2.4 Atur posisi pasien dalam posisi
fowler
4.2.5 Pasang handuk pada dada pasien
dan tisu
4.2.6 Cek kondisi lubang hidung
pasien, perhatikan adanya
sumbatan
4.2.7 Kenakan sarung tangan
4.2.8 Untuk menentukan insersi NGT,
instrusikan pasien untuk rileks
dan bernafas secara normal
dengan menutup salah satu
lubang hidung kemudian ulangi
pada lubang hidung lainnya.
4.2.9 Ukur panjang tube yang akan
dimasukan dengan menggunakan
metode :
 Metode tradisional: ukur
jarak dari puncak lubang
hidung ke daun telinga
dan ke prosessus
xipoideus di sternum
 Metode hanson: mula-
mula tandai 50cm pada
tube, kemudian lakukan
pengukuran dengan
metode tradisional.
Selang yang akan
dimasukkan pertengahan
antara 50 cm dengan
tanda tradisional.
4.2.10 Beri tanda pada panjang selang
yang sudah di ukur dengan
plester
4.2.11 Olesi jelly pada NGT sepanjang
10-20 cm
4.2.12 Informasikan kepada pasien
bahwa selang dimasukan dan
instrusikan pasien untuk
mengatur posisi kepala ekstensi
4.2.13 Bila selang sudah melewati
nasofaring (kira-kira 3-4 cm),
instruksikan pasien untuk
menekuk leher dan menelan
4.2.14 Jika sudah selesai memasang
NGT periksa letak selang dengan
cara: pasang spuit yang telah
ditarik pendorongnya pada 10-20
ml udara pada ujung NGT,
letakan stetoskop pada daerah
gaster, kemudian suntikan spuit
tersebut. Jika pada auskultasi
terdengar suara hentakan udara,
berarti selang NGT masuk
kedalam lambung. Aspirasi
pelan-pelan untuk mendapatkan
isi lambung dengan
menggunakan spuit. Masukan
ujung bagian luar selang NGT
kedalam mangkok yang berisi
air. Jika ada gelembung udara,
berarti masuk kedalam paru-
paru, jika tidak ada gelembung
udara, berarti masuk kedalam
lambung.
4.2.15 Fiksasi selang NGT dengan
plester dan hindari penekanan
pada hidung
4.2.16 Tutup ujung luar NGT
4.2.17 Evaluasi pasien setelah terpasang
NGT
4.2.18 Rapikan alat-alat
4.2.19 Cuci tangan
4.2.20 Dokumentasikan hasil tindakan
pada catatan bidan
5. Dokumen 5.1 Prosedur pemasangan NGT
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik
5.4 Buku laporan pasien
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MEMASANG INFUS

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 menit 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (600 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
memberikan cairan infus detik) 7500

600 x 178
=
7500

= 14

2. Ruang Pada pasien yang mendapatkan obat yang


lingkup diberikan secara intra vena (I.V) & Pasien
dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga bidan profesional yang
diberi wewenang untuk memasang infus
3.2 Adanya pasien yang harus diberi cairan
infus sesuai dengan program pengobatan.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Sarung tangan/handscon sepasang
4.1.2 Selang infus (infus set) sesuai
kebutuhan (makro drip atau mikro
drip)
4.1.3 Cairan parenteral sesuai program
4.1.4 Abocath sesuai kebutuhan
4.1.5 Kapas alkohol dalam kom
(secukupnya)
4.1.6 Densinfektan
4.1.7 Torniquet
4.1.8 Perlak dan pengalas
4.1.9 Bengkok
4.1.10 Plester/hypafix
4.1.11 Kassa steril
4.1.12 Penunjuk waktu
4.1.13 Standard infus
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Melakukan verifikasi data
sebelumnya bila ada.
4.2.2 Cuci tangan.
4.2.3 Menempatkan alat di dekat pasien
dengan benar
4.2.4 Menyapa pasien sebagai
pendekatan terapeutik.
4.2.5 Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan pada keluarga dan pasien
4.2.6 Menanyakan kesiapan pasien
sebelum kegiatan dilakukan.
4.2.7 Melakukan desinfeksi tutup botol
cairan.
4.2.8 Menutup saluran infus (klem).
4.2.9 Menusukan saluran infus dengan
benar.
4.2.10 Menggantung botol cairan pada
standard infus.
4.2.11 Mengisi tabung reservoir infus
sesuai tanda.
4.2.12 Mengalirkan cairan hingga tidak
ada udara dalam slang.
4.2.13 Mengatur posisi pasien dan
pilih/tentukan vena yang akan
ditusuk.
4.2.14 Memasang perlak dan alasanya.
4.2.15 Membebaskan daerah yang akan
di insersi.
4.2.16 Meletakkan torniquet 5 cm
proksimal yang akan ditusuk.
4.2.17 Memakai handschoen.
4.2.18 Membersihkan kulit dengan kapas
alkohol (melingkar dari dalam ke
luar).
4.2.19 Mempertahankan vena pada posisi
stabil.
4.2.20 Memegang IV cateter dengan
sudut 300.
4.2.21 Menusuk vena dengan lubang
jarum menghadap keatas.
4.2.22 Memastikan IV cateter masik
intra vena kemudian menarik
Mandrin + 0,5 cm.
4.2.23 Memasukkan IV cateter secara
perlahan.
4.2.24 Menarik mandrin dan
menyambungkan dengan selang
infuse.
4.2.25 Melepaskan toniquet.
4.2.26 Mengalirkan cairan infuse.
4.2.27 Melakukan fiksasi IV cateter.
4.2.28 Memberi desinfeksi daerah
tusukan dan menutup dengan
kassa.
4.2.29 Mengatur tetesan sesuai program.
4.2.30 Melakukan evaluasi tindakan.
4.2.31 Melakukan kontrak untuk
kegiatan selanjutnya.
4.2.32 Berpamitan dengan pasien.
4.2.33 Membereskan alat-alat.
4.2.34 Mencuci tangan.
4.2.35 Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan perawatan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur memasang infus.
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMERIKSAAN DJJ

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan (600 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
perkembangan janin khususnya denyut jantung detik) 7500
janin dalam rahim.. 600 x 178
=
7500

=14

2. Ruang Ibu hamil dengan usia kehamilan 16 minggu / 4


lingkup bulan yang datang ke unit pelayanan KIA dan
Rumah Bersalin.

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga medis yang akan melakukan


tindakan pemeriksaan DJJ
3.2 Adanya pasien yang membutuhkan
pemeriksaan DJJ Bayinya
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Dopler
4.1.2 Jelly
4.1.3 Jam
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Baringkan ibu hamil dengan
posisi terlentang
4.2.2 Mencuci tangan sebelum
tindakan
4.2.3 Beri jelly pada doppler /lineac
yang akan digunakan
4.2.4 Tempelkan doppler pada perut
ibu hamil didaerah punggung
janin.
4.2.5 Hitung detak jantung janin :
4.2.6 Dengar detak jantung janin
selama 1 menit, normal detak
jantung janin 120-140 / menit.
Beri penjelasan pada pasien
4.2.7 hasil pemeriksaan detak
jantung janin
4.2.8 Jika pada pemeriksaan detak
jantung janin, tidak terdengar
ataupun tidak ada pergerakan
bayi, maka pasien diberi
penjelasan dan pasien dirujuk
ke RS.
4.2.9 Pasien dipersilahkan bangun
4.2.10 Mencuci tangan setelah
pemeriksaan
4.2.11 Catat hasil pemeriksaan
jantung janin pada buku Kartu
Ibu dan Buku KIA
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMERIKSAAN DALAM

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Untuk mengetahui permulaan persalinan, (600 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
mengkaji perkembangan persalinan, menetapkan detik) 7500
presentasi dan posisi janin. 600 x 178
=
7500

= 14

2. Ruang Pada pasien yang membutuhkan observasi


lingkup tekanan darah.

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga bidanan profesional yang


diberi wewenang untuk melakukan
pemeriksaan dalam.
3.2 Adanya pasien datang memeriksakan
kehamilannya
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Alat :
4.1.2 Kom kecil.
4.1.3 Bengkok
4.1.4 Korentang bila diperlukan
4.1.5 Bak Instrumen sedang
4.1.6 Apron
4.1.7 Kacamata pelindung
4.1.8 Masker
4.1.9 Status ibu dan alat tulis
4.1.10 Alas kaki karet
4.1.11 Tempat sampah medis dan non
medis
Bahan:
4.1.12 Larutan clorin 0,5%
4.1.13 Selimut
4.1.14 Kapas sublimat.
4.1.15 Handscoen sepasang
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Tutupi badan ibu sebanyak
mungkin dengan sarung atau
selimut
4.2.2 Minta ibu untuk berbaring
terlentang dengan lutut ditekuk
dan paha di bentangkan (mungkin
akan membantu jika ibu
menempelkan kedua telapak
kakinya satu sama lain)
4.2.3 Gunakan sarung tangan DTT atau
steril saat melakukan pemeriksaan
4.2.4 Gunakan kassa atau gulungan
kapas DTT yang dicelupkan ke air
DTT / larutan antiseptik. Basuh
labia secara hati-hati, seka dari
bagian depan ke bagian belakang
untuk menghindarkan kontaminasi
feases ( tinja )
4.2.5 Periksa genitalia eksterna,
perhatikan apakah ada luka atau
massa ( benjolan ) termasuk
kondilomata, varikositas vulva
atau rektum atau luka parut di
perineum
4.2.6 a) Nilai cairan vagina dan
tentukan apakah ada bercak
darah, perdarahan pervaginam
atau mekonium : Jika ada
perdarahan pervaginam,
Jangan lakukan pemeriksaan
dalam
b) Jika ketuban sudah pecah, lihat
warna dan bau air ketuban.
Jika terliahat pewarnaan
mekonium, nilai apakah kentall
atau encer dan periksa DJJ
4.2.7 a) Jika mekonium encer dan DJJ
normal, teruskan memantau
DJJ dengan seksama menurut
petunjuk pada partograf. Jika
ada tanda – tanda akan terjadi
gawat janin, lakukan rujukan
segera.
b) Jika mekonium kental, nilai
DJJ dan rujuk segera
c) Jika tercium bau busuk,
mungkin telah terjadi infeksi
4.2.8 Dengan hati – hati pisahkan
labium mayus dengan jari manis
dan ibu jari tangan kiri (gunakan
sarung tangan periksa). Masukkan
( hati – hati ) jari telunjuk yang di
ikuti oleh jari tengan. Jangan
mengeluarkan kedua jari tersebut
sampai pemeriksaan selesai
dilakukan. Jika selaput ketuban
belum pecah, jangan melakukan
tindakan amniotomi ( merobeknya
). Alasannya : Amniotomi sebelum
waktunya dapat meningkatkan
risiko infeksi terhadap ibu dan
bayi serta gawat janin
4.2.9 Nilai vagina. Luka parut di vagina
mengindikasikan adanya riwayat
robekan perineum atau tindakan
episiotomi sebelumnya. Hal ini
merupakan informasi penting
untuk menentukan tindakan pada
saat kelahiran bayi
4.2.10 Nilai pembukaan dan penipisan
serviks
4.2.11 tali pusat dan / atau bagian –
bagian kecil ( tangan atau kaki )
tidak teraba pada saat melakukan
periksa dalam. Jika teraba maka
ikuti langkah – langkah
gawatdarurat dan segera rujuk ibu
ke fasilitas kesehatan yang sesuai
4.2.12 Nilai penurunan bagian terbawah
janin dan tentukan apakah bagian
tersebut telah masuk rongga
panggul. Bandingkan tingkat
penurunan kepala dari hasil
periksa dalam dengan hasil
pemeriksaan melalui dinding
abdomen ( perlimaan) untuk
menentukan kemajuan persalinan.
4.2.13 Jika bagian terbawah adalah
kepala, pastikan penunjuknya (
ubun – ubun kecil, ubun – ubun
besar atau fontanela magna ) dan
celah ( sutura ) sagitalis untuk
menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan
apakah ukuran kepala janin sesuai
dengan ukuran jalan lahir.
4.2.14 Jika pemeriksaan sudah lengkap,
keluarkan kedua jari pemeriksaan (
hati – hati ), celupkan sarung
tangan ke dalam larutan
dekontaminasi, lepaskan kedua
sarung tangan tadi secara terbalik
dan rendam dalam larutan
dekontaminan selama 10 menit.
4.2.15 Cuci kedua tangan dan segera
keringkan dengan handuk yang
bersih an kering.
4.2.16 Bantu ibu untuk mengambil posisi
yang lebih nyaman.
4.2.17 Jelaskan hasil –hasil pemeriksaan
kepada ibu dan keluarganya.
4.2.21 Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan kebidanan
5. Dokumen 5.1 Prosedur melakukan pemeriksaan
terkait dalam
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMASANGAN KATETER

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemasangan menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
kateter (600 7500
detik)
600 x 178
=
7500

=14

2. Ruang Pada pasien yang membutuhkan pemasangan kateter.


lingkup
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga bidan profesional yang diberi
wewenang untuk memasang kateter.
3.2 Adanya pasien yang harus dipasang kateter
sesuai dengan program pengobatan.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Bak instrumen steril berisi : pinset
anatomis, kasa.
4.1.2 Kom.
4.1.3 Kateter sesuai ukuran.
4.1.4 Sarung tangan steril.
4.1.5 Sarung tangan bersih.
4.1.6 Cairan antiseptic.
4.1.7 Spuit 10 cc atau 20 cc berisi
aquadest/NaCl steril.
4.1.8 Jelly.
4.1.9 Urine bag.
4.1.10 Plaster.
4.1.11 Gunting verban.
4.1.12 Selimut mandi.
4.1.13 Tirai/sampiran
4.1.14 Perlak dan pengalas
4.1.15 Bengkok/nierbekken
4.1.16 Tempat specimen (jika perlu
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Mengucapkan salam terapeutik.
4.2.2 Memperkenalkan diri
a) Mengucapkan salam terapeutik
dan memeprkenalkan diri.
b) Validasi data : nama pasien dan
data lain terkait.
4.2.3 Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4.2.4 Penjelasan yang disampaikan
dimengerti pasien /keluarganya.
4.2.5 Selama komunikasi digunakan bahasa
yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
4.2.6 Klien/keluarga diberi kesempatan
bertanya untuk klarifikasi.
4.2.7 Privacy pasien selama komunikasi
dihargai.
4.2.8 Memperlihatkan kesabaran , penuh
empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan.
4.2.9 Meminta persetujuan tindakan
a) Menyampaikan/menjelaskan
tujuan tindakan.
b) Menyampaikan/menjelaskan
langkah-langkah prosedur.
4.2.10 Membuat kontrak dan kesepakatan
untuk pelaksanaan tindakan.
4.2.11 Membuat kontrak dan kesepakatan
untuk pelaksanaan tindakan.
4.2.12 Mengatur posisi pasien (wanita:posisi
dorsal recumbent, pria:posisi supine
dan melepaskan pakaian bawah.
4.2.13 Memasang perlak, penglas di bawah
bokong pasien.
4.2.14 Menutup area pinggang dengan
selimut pasien serta menutup bagian
ekstremitas bawah dengan selimut
mandi sehingga hanya area perineal
yang terpajan.
4.2.15 Meletakkan nierbekken di antara paha
pasien.
4.2.16 Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam
kom.
4.2.17 Gunakan sarung tangan bersih.
4.2.18 Membersihkan genetalia dengan cairan
antiseptic.
4.2.19 Buka sarung tangan dan simpan
nierbekken atau buang ke kantong
plastic yang telah disediakan.
4.2.20 Buka bungkusan luar set kateter dan
urin bag dan kemudian simpan di alas
steril. Jika pemasangan kateter
dilakukan sendiri, maka siapkan KY
jelly di dalam bak sterik. Jangan
menyentuh area steril.
4.2.21 Gunakan sarung tangan steril.
Buka sebagian bungkusan dalam
kateter, pegang kateter dan berikan
jelly pada ujung kateter (dengan
meminta bantuan atau dilakukan
sendiri) dengan tetap mempertahankan
teknik steril.
Pada wanita
4.2.23 Buka labio minora menggunakan ibu
jari dan telunjuk atau telunjuk dengan
jari tengah tangan tidak dominan.
4.2.24 Dengan menggunakan pinset atau
tangan dominan, masukkan kateter
perlahan-lahan hingga ujung kateter.
Anjurkan pasien untuk menarik nafas
saat kateter dimasukkan. Kaji
kelancaran pemasukan kateter jika ada
hambatan berhenti sejenak kemudian
dicoba lagi. Jika masih ada tahanan
kateterisasi dihentikan.
4.2.25 Pastikan nierbekken yang telah
disiapkan berasa di ujung kateter agar
urine tidak tumpah. Setelah urin
mengalir, ambil specimen urin bila
diperlukan. Lalu segera sambungkan
kateter dengan urine bag.
4.2.26 Kembangkan balon kateter dengan
aquadest/NaCl steril sesuai volume
yang tertera pada label spesifikasi
kateter yang dipakai.
4.2.27 Tarik kateter keluar secara perlahan
untuk memastikan balon kateter sudah
terfiksasi dengan baik dalam vesika
urinaria.
4.2.28 Bersihkan jelly yang tersisa pada
kateter dengan kasa.
4.2.29 Fiksasi kateter:
a) Pada pasien laki-laki difiksasi
dengan plester pada abdomen.
b) Pada pasien wanita kateter
difiksasi dengan plester pada
pangkal paha.
4.2.30 Menempatkan urine bag di tempat
tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih.
4.2.31 Lepaskan duk dan pengalas serta
bereskan alat.
4.2.32 Lepaskan sarung tangan.
4.2.33 Rapihkan kembali pasien.
4.2.34 Menginformasikan hasil tersebut
kepada klien dan evaluasi tujuan.
4.2.35 Kontrak pertemuan selanjutnya dan
mengucapkan salam terminasi.
4.2.36 Merapikan alat dan mengembalikan ke
tempat semula (ruang penyimpanan).
4.2.37 Mencuci tangan.
4.2.38 Mengobservasi respon pasien selama
dan sesudah prosedur pemasangan
kateter.
4.2.39 Mengevaluasi produksi urine.
5. Dokumen 5.1 Buku laporan pasien.
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMBERIAN OBAT ORAL

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma tahun Tanggal:
pasien/tahun
2 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (120 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
memberikan obat oral. detik) 7500

120 x 178
=
7500

=3

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan obat melalui


lingkup mulut

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga bidan profesional yang


diberi wewenang untuk memberikan obat
melalui mulut.
3.2 Adanya program pengobatan.
3.3 Adanya pasien yang memerlukan obat
melalui mulut.

4. Prosedur 4.1 Persiapan alat


4.1.1 Obat sesuai kebutuhan (puyer,
tablet, kapsul,)
4.1.2 Gelas dengan air minum dari
pasien
4.1.3 Lap bersih/tisu dari pasien
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Memberi tahu pasien.
4.2.2 Menyiapkan obat.
4.2.3 cuci tangan.
4.2.4 Memeriksa kembali obat yang
telah disiapkan dan dicocokkan
dengan nama pasien dan
ruangannya.
4.2.5 Memberikan langsung obat kepada
pasien dan ditunggu sampai obat
tersebut betul-betul ditelan habis
oleh pasien.
4.2.6 Observasi respon pasien
4.2.7 Alat-alat dibersihkan dan
dibereskan
4.2.8 cuci tangan
5. Dokumen 5.1 Prosedur memberikan obat melalui mulut.
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku daftar pemberian obat.
5.4 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PLACENTA MANUAL

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
20 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Placenta manual adalah pengeluaran placenta menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
yang belum lahir setelah 30 menit janin lahir (1200 7500
dengan menggunakan tangan. Sebagai acuan detik)
pemantauan/ observasi penderita gawat agar 1200 x 178
=
selamat jiwanya . 7500

= 28

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan tindakan manual


lingkup placenta

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para medis bidan yang diberi


wewenang untuk melakukan manual
placenta
3.2 Adanya pasien yang memerlukan manual
placenta.
3.3 Adanya sarana yang tersedia
4. Prosedur 4.1 Alat
4.1.1 Bengkok
4.1.2 Sarung tangan
4.1.3 Peartus set, spuit
4.1.4 Air DTT, Larutan klorin
4.1.5 Oxytoxin injeksi
4.1.6 Metil Ergometrin injeksi
4.1.7 Tempat tidur bersih
4.1.8 Tempat sampah
4.1.9 Celemek

4.1.10 Penerangan yang cukup


4.1.11 Cairan infus RL, abocath, slang
infus, plester
4.1.12 Sumber air bersih dan mengalir
4.1.13 Kassa, bethadin
4.2 Pelaksanaan
Langkah-langkah Placenta manual:
4.2.1 Memberitahu kepada ibu akan
dilakukan pengeluaran placenta
secara manual..
4.2.2 Menyiapkan ruangan, menutup
pintu
4.2.3 Menyiapkan dan mendekatkan
alat-alat
4.2.4 Menyiapkan posisi ibu dengan
posisi lithotomi
4.2.5 Menaruh kain diatas paha ibu
4.2.6 Memberitahu ibu akan dipasang
infus
4.2.7 Petugas cuci tangan
4.2.8 Petugas mamakai sarung tangan
4.2.9 Mendesinfektan vulva dan
sekitarnya
4.2.10 Labia dibuka dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kanan
dimasukkan secara obstetrik
kedalam vagina. Kemudian tangan
kiri menahan fundus untuk
mencegah kolporeksi, tangan
kanan dengan posisi obstetrik
menuju ke ostium uteri dan terus
ke lokasi placenta, tangan dalam
ini menyusuri tali pusat agar tidak
terjadi salah jalan (false route)
4.2.11 Setelah tangan dalam sampai ke
placenta maka tangan tersebut
dipindahkan kepinggir placenta
dan mencari bagian placenta yang
sudah lepas untuk menentukan
bidang pelepasan yang tepat,
kemudian dengan sisi tangan kanan
sebelah kelingking (ulner) placenta
dilepaskan pada bidang antara
bagian placenta yang sudah
terlepas dan dinding rahim dengan
gerakan yang sejajar dengan
dinding rahim.
4.2.12 Setelah seluruh placenta terlepas,
placenta dipegang dan dengan
perlahan-lahan ditarik keluar
4.2.13 Kesulitan yang mungkin dijumpai
pada waktu pelepasan placenta
secara manual ialah adanya
lingkaran kontriksi yang hanya
dapat dilalui dengan dilatasi oleh
tangan dalam secara perlahan-
lahan dan dalam nekrose yang
dalam. Lokasi placenta pada
dinding rahim
juga sedikit lebih sukar dilepaskan
daripada lokasi di
dinding belakang. Ada kalanya
placenta tidak dapat dilepaskan
secara manual seperti halnya pada
placenta akreta, dalam hal ini
tindakan
dihentikan.
4.2.14 Setelah placenta dilahirkan dan
diperiksa bahwa placenta lengkap,
segera dilakukan kompresi
bimanual uterus dan disuntikkan
metil ergometrin 0,2 mg IM atau
IV sampai kontraksi uterus baik.
Pada kasus retensio placenta,
resiko atonia uteri tinggi, oleh
karena itu harus segera dilakukan
tindakan pencegahan perdarahan
postpartum. Apabila kontraksi
uterus tetap buruk, dilanjutkan
dengan tindakan sesuai prosedur
pada tindakan atonia uteri.
Placenta akreta di tangani dengan
histerektomi oleh karena itu harus
dirujuk ke Rumah Sakit.
4.2.15 Ibu diposisikan dengan kaki lurus
kemudian dibersihkan.
4.2.16 Pantau perdarahan , Kontraksi
uterus dan tanda vital (tensi, nadi,
suhu)
4.2.17 Membersihkan alat-alat, alat-alat
direndam kadalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci
dengan sabun, kemudian dibilas
dengan air bersih. Alat-alat
disterilkan.
4.2.18 Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan placenta manual
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.

PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh


direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIADANAN DASAR
PEMASANGAN IUD

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
15menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (900 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
melaksanakan tindakan Prosedur pemasangan IUD detik) 7500
merupakan teknik pemasangan alat kontrasepsi 900 x 178
dalam rahim (AKDR) =
7500

= 21

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan pemasangan IUD


lingkup
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para bidan yang diberi
wewenang untuk melakukan tindakan
pemasangan IUD.
3.2 Adanya pasien yang harus dipasang IUD
3.3 Adanya sarana yang tersedia
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Kom besar 2 buah
4.1.2 Bengkok
4.1.3 IUD steril
4.1.4 KOM sedang 1 buah
4.1.5 Air DTT
4.1.6 Larutan byclean / klorin 0,5%
4.1.7 Kapas sublimat
4.1.8 Bak instrumen
4.1.9 Sarung tangan steril 2 pasang
4.1.10 Bivatue spekulum (spekulum cocor
bebek)
4.1.11 Tampon tang
4.1.12 Tenakulum
4.1.13 Extraktor IUD
4.1.14 Sonde uterus
4.1.15 Gunting IUD
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Mendekatkan alat dekat pasien
4.2.2 Atur posisi klien senyaman mungkin
4.2.3 Cuci tangan di air mengalir
4.2.4 Pasang selimut mandi
4.2.5 Pakai sarung tangan steril pada
tangan kiri
4.2.6 Simpan IUD di tempat yang rata
4.2.7 Buka plastik atas IUD dengan
tangan kanan, tangan kiri
memasukkan Coper T IUD dari
dalam dan tangan kanan merapatkan
dari luar
4.2.8 Dekatkan bengkok
4.2.9 Buka kom kapas sublimat
4.2.10 Pakai sarung tangan pada tangan
kanan
4.2.11 Lakukan vulva higiene
4.2.12 Lakukan pemeriksaan dalam
4.2.13 Cuci tangan di air DTT, buka sarung
tangan
4.2.14 Pakai sarung tangan steril yang baru
4.2.15 Memasukkan spekulum sesuai
anatomi
4.2.16 Bersihkan serviks dengan kasa steril
menggunakan tampon tang
4.2.17 Jepit serviks dengan tenakulum pada
posisi vertikal (arah jam 11 atau jam
1)
4.2.18 Ukur panjang uterus dengan sonde
uterus
4.2.19 Memsang IUD dengan teknik
menarik (With drawal tecniqique) :
a) Memasukkan tabung inserter
yang berisi IUD ke dalam
kanalis servikalis
b) Menarik tabung inserter
sampai pangkal pendorong
untuk memasukkan IUD
c) Mengeluarkan pendorong
dan dorong kembali tabung
inserter sampai terasa pada
fundus.
4.2.20 Menggunakan benang IUD 3 sampai
4 cm
4.2.21 Bersihkan porsio yang telah
terpasang IUD dengan kasa
menggunakan tampon tang
4.2.22 Mengeluarkan tenakulum dan
spekulum, rendam dalam larutan
klorin 0,5 %
4.2.23 Lakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan IUD telah terpasang
4.2.24 Lepaskan sarung tangan, rendam
dalam larutan klorin 0,5 %
4.2.25 Cuci tangan
4.2.26 Dokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan pemasangan IUD
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMBERIAN OKSIGEN

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
5 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (300 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
melaksanakan tindakan pemberian oksigen. detik) 7500

300 x 178
=
7500

=7

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan pemberian


lingkup oksigen.

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para bidan yang diberi


wewenang untuk memberikan oksigen.
3.2 Adanya pasien yang perlu diberi tambahan
oksigen sesuai dengan program pengobatan
3.3 Adanya sarana yang tersedia
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Tabung oksigen atau outlet
oksigen sentral dengan flowmeter
dan humidifier.
4.1.2 Kateter nasal, kabnula nasal atau
masker.
4.1.3 Vaselin / jely.
4.2 Pelaksanaan
Menggunakan kateter nasal
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Observasi humidifier dengan
melihat jumlah air yang sdah
disiapkan sesuai level yang telah
ditetapkan.
4.2.4 Atur aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan,
kemudian observasi humidifier
pada tabung air dengan
menunjukkan adanya gelembung
air.
4.2.5 Atur posisi dengan semi fowler.
4.2.6 Ukur kateter nasal dimulai dari
lubang telinga sampai ke hidung
dan berikan tanda.
4.2.7 Buka saluran udara dari flommeter
oksigen.
4.2.8 Berikan minyak pelumas
(vaselin/jely).
4.2.9 Masukkan ke dalam hidung
sampai batas yang ditentukan.
4.2.10 Lalukan pengecekan kateter
apakah sudah masuk atau belum
dengan menekan lidah pasien
dengan menggunakan spatel (akan
terlihat posisinya di bawah uvula).
4.2.11 Fiksasi pada daerah hidung.
4.2.12 Periksa kateter nasal setiap 6 – 8
jam.
4.2.13 Kaji cuping hidung, septum,
mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respon pasien.
4.2.14 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
Mengunakan kanula nasal
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Observasi humidifier dengan
melihat jumlah air yang sdah
disiapkan sesuai level yang telah
ditetapkan.
4.2.4 Atur aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan,
kemudian observasi humidifier
pada tabung air dengan
menunjukkan adanya gelembung
air.
4.2.5 Pasang kanula nasal pada hidung
dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien
4.2.6 Periksa kanula nasal setiap 6 – 8
jam.
4.2.7 Kaji cuping hidung, septum,
mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respon pasien.
4.2.8 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
Mengunakan masker oksigen
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Atur posisi semi fowler.
4.2.4 Observasi humidifier dengan
melihat jumlah air yang sdah
disiapkan sesuai level yang telah
ditetapkan.
4.2.5 Atur aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan,
kemudian observasi humidifier
pada tabung air dengan
menunjukkan adanya gelembung
air.
4.2.6 Tempatkan masker oksigen diatas
mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat untuk kenyamanan
pasien.
4.2.7 Periksa kanula nasal setiap 6 – 8
jam.
4.2.8 Kaji cuping hidung, septum,
mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respon pasien.
4.2.9 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur pemberian oksigen.
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMBERIAN OBAT MELALUI INJEKSI

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
3 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (180 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
melaksanakan tindakan memberikan obat melalui detik) 7500
injeksi. 180 x 178
=
7500

=4

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan pemberian obat


lingkup melalui injeksi.

3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para bidan yang diberi


wewenang untuk memberikan obat melalui
injeksi.
3.2 Adanya obat yang harus diberikan melalui
injeksi.
3.3 Adanya pasien yang harus diberi obat lewat
injeksi
3.4 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Disposable syringe sesuai dengan
kebutuhan.
4.1.2 Kapas alkohol.
4.1.3 Kikir ampul bila perlu.
4.1.4 Bak injeksi
4.1.5 Obat yang akan diberikan
4.2 Pelaksanaan
Intra Muskular
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan (dalam melakukan
tindakan ini diperlukan waktu ±5
menit).
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Alat-alat yang akan dipakai
didekatkan.
4.2.4 Membaca etika obat.
4.2.5 Membaca dosis obat yang akan
diberikan.
4.2.6 Ambil obat dalam tempatnya
dengan spuit sesuai dengan
takaran/dosis yang akan diberikan.
Bila obat dalam sediaan bubuk
maka larutkan dengan cairan
pelarut (aquades steril). Tempatkan
obat yang telah diambil pada bak
injeksi
4.2.7 Mengatur posisi pasien.
4.2.8 Tentukan tempat yang akan
disuntikan kemudian kulit
didensinfeksi.
4.2.9 Jarum ditusukan pada permukaan
kulit dengan tegak lurus
4.2.10 Penghisap ditarik sedikit, bila ada
darah dalam obat jangan langsung
dimasukan, jika tidak ada, obat
dapat dimasukan secara perlahan.
4.2.11 Setelah obat masuk seluruhnya,
jarum ditarik keluar dengan cepat,
kulit ditahan dengan kapas alkohol
sambil dilakukan massage.
4.2.12 Alat-alat dibereskan
4.2.13 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
Intra vena
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan (dalam melakukan
tindakan ini diperlukan waktu ±5
menit).
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Alat-alat yang akan dipakai
didekatkan.
4.2.4 Membaca etika obat.
4.2.5 Membaca dosis obat yang akan
diberikan.
4.2.6 Ambil obat dalam tempatnya
dengan spuit sesuai dengan
takaran/dosis yang akan diberikan.
Bila obat dalam sediaan bubuk
maka larutkan dengan cairan
pelarut (aquades steril). Tempatkan
obat yang telah diambil pada bak
injeksi
4.2.7 Mengatur posisi pasien.
4.2.8 Tentukan tempat yang akan
disuntikan.
4.2.9 Lakukan pembendungan dibagian
atas daerah yang akan ditusuk.
4.2.10 Pasang pengalas dibawahnya.
4.2.11 Daerah yang akan disuntik
didensifektan, lalu kulit diregankan
4.2.12 Lubang jarum menghadap keatas,
jarum ditusukkan kedalam
pembuluh darah vena yang telah
ditentukan.
4.2.13 Penghisap ditarik sedikit, bila
berhasil darah akan keluar dengan
sendiri.
4.2.14 Karet pembendung dilepas dan
obat dimasukan perlahan sampai
habis.
4.2.15 Setelah selesai, jarum suntik ditarik
agak cepat, bekas luka ditahan
dengan kapas alkohol.
4.2.16 Alat-alat dibereskan.
4.2.17 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.

Sub cutan

4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan


dilakukan (dalam melakukan
tindakan ini diperlukan waktu ±5
menit).
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Alat-alat yang akan dipakai
didekatkan.
4.2.4 Membaca etika obat.
4.2.5 Membaca dosis obat yang akan
diberikan.
4.2.6 Ambil obat dalam tempatnya
dengan spuit sesuai dengan
takaran/dosis yang akan diberikan.
Bila obat dalam sediaan bubuk
maka larutkan dengan cairan
pelarut (aquades steril). Tempatkan
obat yang telah diambil pada bak
injeksi
4.2.7 Mengatur posisi pasien.
4.2.8 Tentukan tempat yang akan
disuntikan kemudian kulit
didensifektan.
4.2.9 Jarum ditusukan menghadap keatas
dengan membentuk sudut 45
derajat dengan permukaan kulit.
4.2.10 Penghisap ditarik sedikit, bila ada
darah dalam obat jangan langsung
dimasukan, jika tidak ada, obat
dapat dimasukan secara perlahan.
4.2.11 Setelah obat masuk seluruhnya,
jarum ditarik keluar dengan cepat,
kulit ditahan dengan kapas alkohol
sambil dilakukan massage.
4.2.12 Alat-alat dibereskan.
4.2.13 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
Intra cutan
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan (dalam melakukan
tindakan ini diperlukan waktu ±5
menit).
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Alat-alat yang akan dipakai
didekatkan.
4.2.4 Membaca etika obat.
4.2.5 Membaca dosis obat yang akan
diberikan.
4.2.6 Ambil obat dalam tempatnya
dengan spuit sesuai dengan
takaran/dosis yang akan diberikan.
Bila obat dalam sediaan bubuk
maka larutkan dengan cairan
pelarut (aquades steril). Tempatkan
obat yang telah diambil pada bak
injeksi
4.2.7 Mengatur posisi pasien.
4.2.8 Tentukan tempat yang akan
disuntikan kemudian kulit
didensifektan.
4.2.9 Jarum ditusukan dengan lubang
jarum menghadap keatas dengan
membentuk sudut 20 derajat
dengan permukaan kulit.
4.2.10 Obat dimasukkan sampai terjadi
gelembung pada tempat yang
ditusuk kemudian jarum ditarik
dengan cepat
4.2.11 Tidak dihapus dengan kapas
alkohol dan tidak boleh dilakukan
massage.
4.2.12 Reaksi dilihat /dicatat setelah
jangka waktu yang telah
ditentukan.
4.2.13 Alat-alat dibereskan.
4.2.14 Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur pemberian obat melalui injeksi.
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
5.4 Buku daftar obat
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
CARA MENYUSUI YANG BENAR

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: Waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 ±1500 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam menyusui yang menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
benar (600 7500
detik)
600 x 178
=
7500

= 14

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan cara menyusui yang benar.


lingkup
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para bidan yang diberi wewenang
untuk melakukan bimbingan cara menyusui yang
benar.
3.2 Adanya pasien yang memerlukan bimbingan cara
menyusui yang benar.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Kursi yang rendah agar kaki tidak
menggantung dan punggung bersandar
pada kursi
4.1.2 Lap bersih / Tissue
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.
4.2.2 Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya.
4.2.3 Ibu duduk dengan santai menggunakan
kursi yang rendah
4.2.4 Punggung bersandar dengan santai pada
kursi.
4.2.5 Pegang bayi dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan ibu.
Kepala bayi tidak boleh terngadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
4.2.6 Satu tangan bayi pada arah badan ibu
sebaiknya diletakkan dibelakang badan
ibu.
4.2.7 Perut bayi menempel pada badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara ibu.
4.2.8 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus.
4.2.9 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
4.2.10 Ibu memegang payudara dengan ibu jari
diatas payudara dan jari lain menopang
dibawah payudara, jangan menekan
puting susu / areolanya saja.
4.2.11 Bayi diberi rangsangan untuk membuka
mulut dengan cara menyentuh pipi / sisi
mulut bayi dengan putting susu.
Setelah bayi membuka mulut dengan
cepat punggung bayi didekatkan
kepayudara ibu dengan puting susu dan
areola dimasukkan kedalam mulut bayi.
Usahakan sebagian besar areola masuk
kedalam mulut bayi sehingga puting
berada dilangit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar.
4.2.12 Sebaiknya bayi menyusu pada satu
payudara sampai payudara terasa kosong.
4.2.13 Lanjutkan dengan menyusui pada
payudara yang satu lagi.
4.2.14 Cara melepaskan isapan bayi : Masukkan
jari kelingking ibu kemulut bayi melalui
sudut mulutnya.
Tekan dagu bayi kebawah
4.2.15 Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI
sedikit dan oleskan pada putting susu serta
areola sekitarnya dan biarkan erring
sendiri.
4.2.16 Jangan lupa menyendawakan setelah
menyusui dengan cara :

a) Bayi di gendong tegak dengan


bersandar pada bahu ibu dan
tepuk punggungnya berlahan.
b) Bayi tidur terlungkup
dipangkuan ibu dan tepuk
punggungnya berlahan.

4.2.17 mencuci tangan setelah prosedur


5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan cara menyusui yang benar
terkait
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
VULVA HYGIENE

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (600 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
melakukan vulva hygiene. detik) 7500

600 x 178
=
7500

= 14

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan perawatan vulva


lingkup hygiene.
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para medis bidan yang
diberi wewenang untuk melakukan
tindakan perawatan vulva hygiene
3.2 Adanya pasien yang memerlukan
perawatan vulva hygiene
3.3 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 kapas sublimat atau desinfeksi.
4.1.2 Pinset.
4.1.3 Bengkok
4.1.4 Pispot
4.1.5 Tempat cebok yang berisi larutan
4.1.6 Desinfeksi sesuai dengan
kebutuhan
4.1.7 Pengalas
4.1.8 Sarung tangan
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Jelaskan prosedur pada pasien.
4.2.2 Cuci tangan.
4.2.3 Atur posisi pasien dengan dorsal
recumben
4.2.4 Pasang pengalas dan pispot
diletakkan dibawah bokong
pasien.
4.2.5 Gunakan sarung tangan
4.2.6 Lakukan tindakan higiene vulva
dengan tangan kiri membuka
vulva memakai kapas sublimat
dan tangan kanan menyiram vulva
dengan larutan desinfektan.
4.2.7 Kemudian, ambil kapas sublimat
dengan pinset lalu bersihkan vulva
dari atas ke bawah dan kapas kotor
dibuang ke bengkok. Lakukan
hingga bersih.
4.2.8 Setelah selesai, ambil pispot dan
atur posisi pasien.
4.2.9 Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan kebidanan vulva
terkait hygiene.
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PEMBERIAN MAKAN/MINUM LEWAT NGT

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
30 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
makan lewat NGT. (1800 7500
detik)
1800 x 178
=
7500

= 43

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan makanan melalui


lingkup NGT
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para bidan yang diberi
wewenang untuk melakukan tindakan
pemberian makan lewat NGT.
3.2 Adanya pasien yang memerlukan
pemberian makan/minum lewat NGT.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Spuit 20 cc.
4.1.2 Pengalas
4.1.3 Bengkok
4.1.4 Makanan dalam bentuk cair
4.1.5 Air matang
4.1.6 Obat-obatan (bila ada)
4.1.7 Stetoskop
4.1.8 Klem
4.1.9 Spuit 10 cc.
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Atur posisi pasien dengan posisi
semi-fowler.
4.2.4 Pasangkan pengalas didaerah dada.
4.2.5 Letakkan bengkok di dekat pasien.
4.2.6 Periksa dahulu sisa makanan di
lambung dengan menggunakan
spuit yang diaspirasikan ke pipa
lambung.
4.2.7 Buka klem/penutup.
4.2.8 Lakukan tidakan pemberian
makan/minum dengan cara pasang
spuit pada pangkal pipa.
4.2.9 Berikan makanan dalam bentuk
cair Asi yang tersedia. Kemudian
bila ada obat-obatan, masukkan
dan beri minum lalu pipa penduga
lambung diklem.
4.2.11 Catat hasilnya atau respon pasien
selama pemberian makan.
4.2.12 Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan pemberian
terkait makan/minum lewat NGT.
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
PENGISAPAN LENDIR (SUCTION)

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
15 ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan menit 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
tindakan pengisapan lendir (suction). (900 7500
detik)
900 x 178
=
7500

= 21

2. Ruang Pada pasien (BBL) yang memerlukan melakukan


lingkup tindakan pengisapan lendir (suction).
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para bidan yang diberi
wewenang untuk melakukan tindakan
pengisapan lendir (suction).
3.2 Adanya pasien yang memerlukan
melakukan tindakan pengisapan lendir
(suction).
3.3 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Alat pengisap lendir dengan botol
berisi larutan desinfektan.
4.1.2 Kateter pengisap lendir steril.
4.1.3 Pinset steril.
4.1.4 Sarung tangan steril.
4.1.5 Dua kom berisi larutan aquades
atau NaCl 0,9 % dan larutan
desinfektan.
4.1.6 Kasa steril.
4.1.7 Kertas tisu.
4.1.8 Stetoskop.
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan
4.2.3 Tempatkan pasien pada posisi
telentang dengan kepala miring ke
arah petugas
4.2.4 Gunakan sarung tangan
4.2.5 Hubungkan kateter pengisap
dengan slang alat pengisap.
4.2.6 Mesin pengisap dihidupkan .
4.2.7 Lakukan pengisapan lendir dengan
memasukkan kateter pengisap
kedalam kom berisi aquades atau
NaCl 0,9 % untuk mempertahankan
tingkat kesterilan (asepsis).
4.2.8 Masukkan kateter pengisap dalam
keadaan tidak mengisap .
4.2.9 Gunakan alat pengisap dengan
tekanan 110 - 150 mmHg untuk
dewasa, 95 - 110 mmHg untuk
anak-anak, dan 50 - 59 mmHg
untuk bayi (Potter & Perry, 1995).
4.2.10 Tarik dengan memutar kateter
pengisap tidak lebih dari 15 detik.
4.2.11 Bilas kateter dengan aquades atau
NaCl 0,9 % .
4.2.12 Lakukan pengisapan antara
pengisapan pertama dengan
berikutnya. Minta pasien untuk
bernapas dalam dan batuk. Apabila
pasien mengalami distres
pernapasan, biarkan istirahat 20 -
30 detik sebelum melakukan
pengisapan berikutnya.
4.2.13 Setelah selesai, kaji jumlah,
konsistensi, warna, bau sekret, dan
respons pasien terhadap prosedur
yang dilakukan .
4.2.14 Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan pengisapan lendir
terkait (suction).
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MENGATUR POSISI TRENDELENBERG

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: Waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (600 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
membantu pasien mengatur posisi trendelenberg. detik) 7500

600 x 178
=
7500

= 14

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan bantuan untuk


lingkup mengubah posisi trendelenberg.
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para medis bidan yang
diberi wewenang untuk melakukan
tindakan membantu pasien mengubah
posisi trendelenberg.
3.2 Adanya pasien yang memerlukan bantuan
untuk mengubah posisi trendelenberg.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
Bantal seperlunya
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Pasien diberi penjelasan tentang
prosedur yang akan dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan.
4.2.3 Alat-alat didekatkan ke pasien.
4.2.4 Baringkan pasien terlentang tanpa
bantal di kepala.
4.2.5 Letakkan bantal di atas kepala
diantara kepala dan ujung tempat
tidur. Beri bantal / guling dibawah
lipatan lutut.
4.2.6 Bila menggunakan tempat tidur
khusus, atur posisi tempat tidur
kepala lebih rendah dari pada kaki
4.2.7 Mencuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
4.2.8 Evaluasi respon pasien.
4.2.9 Lakukan dokumentasi tindakan
dan hasil.
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan membantu pasien
terkait mengubah posisi trendelenberg.
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MENGATUR POSISI DORSAL RECUMBENT

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
10 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (600 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
membantu pasien mengatur posisi dorsal detik) 7500
recumbent. 600 x 178
=
7500

=14

2. Ruang Pada pasien yang memerlukan bantuan untuk


lingkup mengubah posisi dorsal recumbent.
3. Kebijakan 3.1 Adanya tenaga para medis bidan yang
diberi wewenang untuk melakukan
tindakan membantu pasien mengubah
posisi dorsal recumbent.
3.2 Adanya pasien yang memerlukan bantuan
untuk mengubah posisi dorsal recumbent.
3.3 Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Bantal seperlunya
4.1.2 Tempat tidur khusus
4.1.3 Selimut
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Pasien diberi penjelasan tentang
prosedur yang akan dilakukan.
4.2.2 Cuci tangan.
4.2.3 Alat-alat didekatkan ke pasien.
4.2.4 Pasien dalam keadaan berbaring
terlentang.
4.2.5 Pakaian bawah dibuka.
4.2.6 Tekuk lutut dan di renggangkan.
4.2.7 Pasang selimut untuk menutupi
area genitalia.
4.2.8 Mencuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
4.2.9 Evaluasi respon pasien.
4.2.10 Lakukan dokumentasi tindakan
dan hasil.
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan membantu pasien
terkait mengubah posisi dorsal recumbent.
5.2 Status pasien/dokumen medik.
5.3 Buku laporan pasien.
PELAYANAN KEBIDANAN Disyahkan oleh
direktur RSUD Raja
PROSEDUR Tombolotutu
TINDAKAN KEBIDANAN DASAR
MENGUNAKAN SARUNG TANGAN

dr. Rustan Mangga


Jumlah
No Terbit ke: Waktu Norma waktu Tanggal:
pasien/tahun
2 menit ±178 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)x
1.Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam (120 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
menggunakan sarung tangan detik) 7500
120 x 178
=
7500

= 3

2. Ruang Sebelum melakukan tindakan kebidanan.


lingkup
3. Kebijakan Adanya sarana yang tersedia.
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
Sarung tangan steril sesuai ukuran
yang diinginkan.
Alat - alat untuk mencuci tangan.
4.2 Pelaksanaan
4.2.1 Lepaskan jam tangan, cincin dan
lengan pakaian panjang di tarik ke
atas
4.2.2 Petugas mencuci tangan
4.2.3 Buka pembungkus bagian luar dari
kemasan sarung tangan dengan
memisahkan sisi - sisinya
4.2.4 Jaga agar sarung tangan tetap di
atas permukaan bagian dalam
pembungkus
4.2.5 Identifikasi sarung tangan kiri dan
kanan, gunakan sarung tangan
pada tangan yang dominan
terlebih dahulu
4.2.6 Dengan ibu jari dan telunjuk serta
jari tangan yang non dominan
pegang tepi mancet sarung tangan
untuk menggunakan sarung tangan
dominan
4.2.7 Dengan tangan yang dominan dan
bersarung tangan selipkan jari -
jari ke dalam mancet sarung
tangan kedua
4.2.8 Kenakan sarung tangan kedua
pada tangan yang non dominan
4.2.9 Jangan biarkan jari -jari tangan
yang sudah bersarung tangan
menyentuh setiap bagian atau
benda yang terbuka
4.2.10 Setelah sarung tangan kedua
digunakan mancet biasanya akan
jatuh ke tangan setelah pemakaian
sarung tangan
4.2.11 Setelah kedua tangan bersarung
tangan tautkan kedua tangan ibu
jari adduksi ke belakang
4.2.12 Pastikan setelah pemakaian sarung
tangan steril hanya memegang alat
- alat steril
5. Dokumen 5.1 Prosedur tindakan mengenakan sarung
terkait tangan.

Anda mungkin juga menyukai