PENDIDIKAN
AINUN SALSABILA
4301416076/ainuns38@yahoo.com
Prodi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
pengelolaan satuan pendidikan dan pengelolaan kurikulum pendidikan. Satuan
pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi atau lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberi pelajaran. Proses
penyelenggaraan sekolah merupakan kiat manajemen sekolah dalam mengelola
masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan (output sekolah). Proses
berlangsungnya sekolah pada intinya adalah berlangsungnya pembelajaran yaitu
terjadinya interaksi antara siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain
sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pengelolaan sekolah didasarkan pada
perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi,
kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah mengembangkan
perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Kata kunci : satuan pendidikan, kurikulum, tujuan pendidikan
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia tiada lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga
penyelenggara pendidikan, yang terdiri atasi jalur sekolah dan luar sekolah, serta secara
spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan jalur sekolah terdiri
atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi serta
bersifat formal, karena dilaksanakan secara berkesinambungan dan adanya saling keterkaitan
dalam kurikulum yang diajarkan.
Pengelolaan atau manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka
lulus sekolah. Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel
administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran,
layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai
ia matang di sekolah.
Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar
adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah
pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik.
Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah
pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah
pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberi pelajaran.
Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur tertentu dalam
ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru melalui kurikulum yang bertingkat
untuk mencapai tujuan instruksional dengan terikat akan norma dan budaya yang
mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan
hanya tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.
Sedangkan dalam pasal 1 butir 10 UU No. 20 Tahun 2003, satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya adalah manejemen pendidikan. Dalam kenyataan, manajemen pendidikan yang
selama ini bersifat sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang
berdaya, kurang mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas
terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari manajemen
pendidikan mutu.
Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya menghasilkan
informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, monitoring
dan evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi
yang cepat, tepat, dan cukup untuk pengambilan keputusan.
PEMBAHASAN
Dari sisi teoritis, pengelolaan dan kurikulum dua hal yang berbeda.
Pengelolaan merupakan upaya menata sumber daya agar organisasi terwujud
secara produktif. Sedangkan kurikulum berkaitan dengan sesuatu yang
dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan,
termasuk kegiatan belajar mengajar dikelas. Dalam hal ini kurikulum
dipandang sebagai suatu program yang didesain, direncanakan, dikembangkan
dan akan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang disengaja
diciptakan di madrasah. Sebagai suatu program pendidikan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan tertentu, kurikulum perlu dikelola agar segala
kegiatan pendidikan menjadi hidup dan produktif. Karena itu, pengelolaan
merupakan kegiatan engineering yaitu kegiatan to produce, to implement and
to appraise the efffectiveness of the curriculum. Oleh karena itu, manajemen
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum
harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu,
otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah dan
tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
KESIMPULAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu. Untuk memperoleh semua itu dibutuhkan suatu proses, dimana
perolehan yang didapatnya sama dan tidak dibatasioleh kekayaan, agama, suku, ras, dan
budaya, Sementara kelas adalah wadah bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi
dirinya, mendapat pendidikan, sesuai dengan kurikulum yang telah dibuat.
Daftar Pustaka
Boediono. (2002). Kegiatan Belajar Mengajar Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi http
: //www. Puskur. Or. Id / Data / Buku KBM. Pdf.Jakarta : Puskur, Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. (1994). Kurikulum SMU petunjuk pelaksanaan administrasi pendidikan di
sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Dirdikmenun.
Herawati, N. Faizal. 2013. Tugas Pokok Dan Fungsi Pengawas Sekolah. Diakses pada 5
Januari 2013, dari http://nurmaherawatifaizal.wordpress.com/2013/10/23/tugas-pokok-dan-
fungsi-pengawas-sekolah/
Wuriyani, N. Dwi. 2010. Standar Pengelolaan Pendidikan. Diakses pada 29 Desember 2013,
dari http://ninukdwiwuriyani.blogspot.com/2010/01/standar-pengelolaan-pendidikan.html