LAPORAN PENDAHULUAN
. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer) Reaksi positif (area indurasi 10mm atau
lebih menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk
menunjukkan keaktivan penyakit)
Foto thorax Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada
area paru, simpanan kalsium lesi sembuh
primer, efusi cairan, akumulasi udara, area
cavitas, area fibrosa dan penyimpanan
teratur mediastinal
. Histologi atau kultur jaringan Hasil positif dapat menunjukkan serangan
(termasuk bilasan lambung, urine, cairan ekstrapulmonal
serebrospinal, biopsy kulit)
. Biopsi jarum pada jaringan paru Positif untuk granuloma TB, adanya giant
cell menunjukkan nekrosis
6. Darah
LED Indikator stabilitas biologic penderita,
respon terhadap pengobatan dan predeksi
tingkat penyembuhan. Sering meningkat
pada proses aktif
Menggambarkan status imunitas
Limfosit penderita (normal atau supresi)
Hiponatremia dapat terjadi akibat
retensi cairan pada TB paru kronis luas
Elektrolit Hasil bervariasi tergantung laktat dan
beratnya kerusakan paru
Jika pemeriksaan data diteliti secara mikroskopis dengan membuat sediaan dan
diwarnai dengan pewarnaan tahan asam serta diperiksa dengan lensa rendam minyak.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dilaporkan sebagai berikut:
a. Bila setelah pemeriksaan teliti selama 10 menit tidak ditemukan bakteri tahan asam,
maka diberikan label (penanda): “Bakteri tahan asam negatif atau BTA (-)”
b. Bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 batang pada seluruh sediaan, maka jumlah
yang ditemukan harus disebut, dan sebaiknya dibuat sediaan ulangan.
c. Bila ditemukan bakteri-bakteri tahan asam maka harus diberi label : Bakteri tahan
asam positif atau BTA (+)”
2.6 Penatalaksanaan
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita (active case finding).
1. Pencegahan tuberculosis paru
a. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberculin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberculin positif, maka pemeriksaan
radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih
negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes
tuberculin dan diberikan kemoprofilaksis.
b. Mass chest X-Ray yaitu pemeriksaan missalnya terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu misalnya:
Karyawan rumah sakit
Penghuni rumah tahanan
Siswi-siswi pesantren
c. Vaksinasi BCG
d. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi polpulasi bakteri yang masih
sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusui
pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan
bagi kelompok berikut:
Bayi < 5tahun dengan hasil tes tuberculin positif karena risiko timbulnya TB
milier dan meningitis TB,
Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberculin positif yang
bergaul erat denan pendetita TB yang menular,
Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberculin dari negatif menjadi
positif,
Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangka
panjang
Penderita diabetes militus.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakiit tuberculosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintahan maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI)
f. Pengobatan tuberculosis
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan sesuai terdiri atas obat
utama dan obat tambahan jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin dan
Etambutol.
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yang dapat
diberikan pada klien dengan tuberculosis , yaitu :
a) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TB baru.
b) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori 1 nya gagal).
c) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif
d) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemuukan BTA positif. Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum sarapan
pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
Pirazinamid (P) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini
di sebut kombipak II
2. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
Rimfapisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali
regimen ini disebut kombipak III.
3x 2x
2.8 Pathway
BAB III
Hari/Tgl No
No Evaluasi TTd
Jam Dx
1. S: Diharapkan pasien mengatakan lebih mudah untuk bernafas
O : Diharapkan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
4.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang penyakit tuberkulosis selain
untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi
kepada masyarakat tentang informasi tentang penyakit tuberkulosis. Dalam merawat pasien
tuberculosis seorang perawat juga harus memperhatikan keselamatan diri sendiri dengan
selalu menggunakan APD lengkap dan tidak lupa memperhatikan keselamatan pasien.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta.
Andra Saferi Wijaya, S.Kep.,Ns, Yessie Mariza Puti, S.Kep.,Ns. 2013. KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2 Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Yogyakarta. Nuha Medika
Somantri Irma. Asuhan Keperawatan PD Pasien dgn Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://medicastore.com/tbc/uji_tbc.htm
http://ristalikestar.blogspot.com/2016/03/konsep-dasar-askep-tuberkulosis.htmlBAB I