Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Micobacterium
tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8
juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993).
Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang
sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Di Indonesia TB kembali muncul sebagai
penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB
paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah
tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada
semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Dalam makalah ini akan dibahas
tentang Tuberkulosis dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan tuberkulosis?
2. Bagaimana epidemologi tuberkulosis?
3. Apakah etiologi dari tuberkulosis?
4. Apa sajakah faktor predisposisi dari tuberkulosis?
5. Bagaimana patofisiologi dari tuberkulosis?
6. Apa sajakah klasifikasi dari tuberkulosis?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari tuberkulosis?
8. Bagaimanakah pemeriksaan fisik pada tuberkulosis?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostik tuberkulosis?
10. Bagaimana prognosis dari tuberkulosis?
11. Bagaimana penatalaksanaan tuberkulosis?
12. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan tuberkulosis?
2.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Menjelaskan tentang tuberkulosis dan asuhan keperawatan pada klien dengan
kasus tuberkulosis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tuberkulosis.
b. Untuk mengetahui bagaimana epidemologi tuberkulosis.
c. Untuk mengetahui apakah etiologi dari tuberkulosis.
d. Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi dari tuberkulosis.
e. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari tuberkulosis.
f. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari tuberkulosis.
g. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari tuberkulosis.
h. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada tuberkulosis.
i. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik tuberkulosis.
j. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari tuberkulosis.
k. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan tuberkulosis.
l. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan tuberkulosis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus
bersifat mematikan. Tuberkulosis adalah infeksi saluran napas bawah.yang disebabkan
oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis (disingkat "M.Tuberkulosis" atau
"M. Tuberkulosisc")., yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal
414). Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkin paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Brunner dan Suddat, 2003: hal 584). Penyakit tuberkulosis dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta
dimana saja.
2.2 Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/µm dan tebal 0.3-0.6/ µm. Jenis bakteri ini
pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882. Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil
Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum
(KP).
Sebagian besar dinding kuman terdiri dari asam lemak (lipid), yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut dengan bakteri tahan
asam (BTA). Kuman dapat hidup di udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant yang memungkinkan kuman bangkit kembali dan menjadikan penyakit
tuberculosis menjadi aktif lagi. (Sudoyo et al 2006).

2.3 Manifestasi Klinis


Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB dapat dibagi menjadi menjadi 2
golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk: Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah: Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Berat ringannya batuk darag tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dll.
d. Nyeri dada: Nyeri dada pada TB termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
tibul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam: Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.\
b. Gejala sistemik lain: Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
c. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, serta sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
2.4 Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektorya adalah makrofag, sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah sel
imunoresponsifnya. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat
tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah
hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak
ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari .
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi
primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain
yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik
yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka
akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam
waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam
jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain.
Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke
organ-organ tubuh.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Bahan pemeriksaan untuk isolasi Mycobacterium
tuberculosis berupa:
Jenis Pemeriksaan Interprestasi Hasil
. Sputum Mycobacterium tuberculosis positif pada
Kultur tahap aktif
peting untuk menetapkan diagnosa pasti
dan melakukan uji kepekaan terhadap obat

Ziehl-Neelsen BTA positif

Sputum dikumpulkan dalam dua hari


kunjungan yang berurutan berupa dahak
S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada
saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada hari kedua
P(Pagi): Dahak dikumpulkan di rumah
pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK
pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.

. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer) Reaksi positif (area indurasi 10mm atau
lebih menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk
menunjukkan keaktivan penyakit)
Foto thorax Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada
area paru, simpanan kalsium lesi sembuh
primer, efusi cairan, akumulasi udara, area
cavitas, area fibrosa dan penyimpanan
teratur mediastinal
. Histologi atau kultur jaringan Hasil positif dapat menunjukkan serangan
(termasuk bilasan lambung, urine, cairan ekstrapulmonal
serebrospinal, biopsy kulit)
. Biopsi jarum pada jaringan paru Positif untuk granuloma TB, adanya giant
cell menunjukkan nekrosis
6. Darah
LED Indikator stabilitas biologic penderita,
respon terhadap pengobatan dan predeksi
tingkat penyembuhan. Sering meningkat
pada proses aktif
Menggambarkan status imunitas
Limfosit penderita (normal atau supresi)
Hiponatremia dapat terjadi akibat
retensi cairan pada TB paru kronis luas
Elektrolit Hasil bervariasi tergantung laktat dan
beratnya kerusakan paru

Analisa Gas Darah


7. Tes Faal Paru Penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara residu
dan kapasitas paru total, penurunan
saturasi O2 sebagai akibat dari infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan
paru dan penyakit pleural

Jika pemeriksaan data diteliti secara mikroskopis dengan membuat sediaan dan
diwarnai dengan pewarnaan tahan asam serta diperiksa dengan lensa rendam minyak.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dilaporkan sebagai berikut:
a. Bila setelah pemeriksaan teliti selama 10 menit tidak ditemukan bakteri tahan asam,
maka diberikan label (penanda): “Bakteri tahan asam negatif atau BTA (-)”
b. Bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 batang pada seluruh sediaan, maka jumlah
yang ditemukan harus disebut, dan sebaiknya dibuat sediaan ulangan.
c. Bila ditemukan bakteri-bakteri tahan asam maka harus diberi label : Bakteri tahan
asam positif atau BTA (+)”
2.6 Penatalaksanaan
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita (active case finding).
1. Pencegahan tuberculosis paru
a. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberculin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberculin positif, maka pemeriksaan
radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih
negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes
tuberculin dan diberikan kemoprofilaksis.
b. Mass chest X-Ray yaitu pemeriksaan missalnya terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu misalnya:
 Karyawan rumah sakit
 Penghuni rumah tahanan
 Siswi-siswi pesantren
c. Vaksinasi BCG
d. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi polpulasi bakteri yang masih
sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusui
pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan
bagi kelompok berikut:
 Bayi < 5tahun dengan hasil tes tuberculin positif karena risiko timbulnya TB
milier dan meningitis TB,
 Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberculin positif yang
bergaul erat denan pendetita TB yang menular,
 Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberculin dari negatif menjadi
positif,
 Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangka
panjang
 Penderita diabetes militus.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakiit tuberculosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintahan maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI)
f. Pengobatan tuberculosis
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan sesuai terdiri atas obat
utama dan obat tambahan jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin dan
Etambutol.
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yang dapat
diberikan pada klien dengan tuberculosis , yaitu :
a) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TB baru.
b) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori 1 nya gagal).
c) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif
d) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemuukan BTA positif. Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum sarapan
pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
 INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
 Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
 Pirazinamid (P) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
 Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini
di sebut kombipak II
2. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
 INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
 Rimfapisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali
regimen ini disebut kombipak III.

Obat Anti TB Aksi Potensi Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)


Esensial
Per Hari Per Minggu

3x 2x

Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15

Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10

Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50

Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15

Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati, juga mencegah


kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai
penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberculosis, berikut beberapa hal yang
penting untuk diketahui
Mekanisme kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
1) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
 Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin (R) dan Streptomisin
(S)
 Intraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin dan Isoniazid (INH)
2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant).
 Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin dan Isoniazid
 Intraseluler, untuk slowly growing bacillidigunakan Rifampisin dan Isoniazid.
Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z).
3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis
terhadap bakteri tahan asam.
 Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Etambutol (E), asam para-amino
salisilik (PAS) dan sikloserine.
 Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid adalam
keadaan telah terjadi resistensi sekunder.

2.7 KOMPLIKASI TUBERKULOSIS


Penyebaran ineksi tuberkulosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal sebagai TB
miliaris. TB ini diakibatkan oleh invasi ini terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman
dalam paru atau di tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya. Basil yang
memasuki aliran darah dapat berasal dari fokus kronis yang mengalami ulserasi ke dalam
pembuluh darah atau pembesaran tuerkel yang melapisi permukaan dalam duktus torakik.
Organisme bermigrasi dari fokus infeksi ke dalam aliran darah, terbawa ke seluruh tubuh,
dan berdiseminasi melalui semua jaringan, dengan tuberkel miliaris kecil yang
berkembang dalam paru-paru, limpa, hepar, meningen dan organ lainnya.

Perjalanan klinis tuberkulosis miliaris dapat beragam dari infeksi akut,


berkembang secara progresif dengan demam tinggi sampai proses indolen dengan emam
tingkat rendah, anemia dan perlemahan tubuh secara keseluruhan. Pada awalnya mungkin
tidak terdapat tanda lokalisasi kecuali pembesaran limpa dan menurunnya jumlah
leukosit. Namun demikian dalam beberapa minggu rontgen dada menunjukkan ketebalan
kecil menyebar secara difu ke seluruh bidang paru yang kemudian semakin meningkat
jumlahnya.

Penyebaran TB pada ginjal mengakibatkan perubahan fungsi ginjal hingga terjadi


gagal ginjal. Pada meningan menyebabkan kerusakan sel otak dan berakibat gangguan
kesadaran. Penyebaran pada muskuloskeletal berakibat kerusakan pada tulang dan
kemungkinan fraktur spontan akibat osteomielitis dari infeksi TB.

Efusi plura dapat terjadi 6 – 12 bulan setelah terbentuknya kompleks pimer,


kompikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat terjadi
akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya
kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat terjadi dalam 3 bulan, pleuritis dan
penyebaran bronchogen dalam 6 bulan dan tuberkulosis tulang dalam 1 – 5 tahun setelah
terbentuknya kompleks primer.

2.8 Pathway
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS


3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
1. Identitas
a. Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi : nama hubungan
dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih
rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki terkena dari pada
perempuan karena faktor kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan
penyakit pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan
hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena
seperti kuli bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis dan alamat
hubungan dengan penyakit TBC apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah
ventilasi kurang.
b. Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas disertai
batuk-batuk dan nyeri dada.

3. Riwayat perjalanan penyakit


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan awitan gejala
yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan pengkajian.
Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari
keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat atau memperingan,
kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya,
tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis
dan lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup aktifitas,
penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru
seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah
dan lingkungan sekitarnya.
4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : nampak sakit berat, sedang, ringan


b. Kepala : bentuk, nyeri,pusing
c. Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi dan pernafasan.
d. Sistem penginderaan

 Mata : Konjungtiva, pupil, lapang pandang, hematoma,adanya nyeri.


 Hidung : Fungsi penciuman,simteris kiri dan kanan, keadaan septum, nyeri,
peradangan
 Telinga : Fungsi pendengaran simetris kiri dan kanan, nyeri, peradangan
 Lidah : Fungsi pengecapan,kebersihan.
 Kulit : Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan sentuhan, turgor, kelembaban,
warna , suhu.
e. Sistem Pernafasan
Apakah ada cuping hidung, frekuensi pernafasan,bunyi nafas,nyeri dada, dispnoe,
takipnoe,cyanosis, adanya ronchi dan wheezing.
f. Sistem Kardiovaskuler
g. Apakah ada hipertensi,hipotensi, tekanan darah, frekuensi nadi, ictus kordis, riwayat
penyakit jantung,tekanan vena jugularis.
h. Sistem Pencernaan
Adanya massa, peristaltic usus baik atau tidak, adanya konstipasi,mual, muntah, nafsu
makan, gangguan fungsi pengecapan,perut kembung.
i. Sistem Neurologi.
Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik dan motorik, kesemutan, pusing, koordinasi
gerakan.
j. Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot. Gangguan pergerakan ekstremitas, adanya spasme otot,nyeri, tonus
otot normal atau tidak.
k. Sistem Perkemihan
Apakah ada nyeri, warna urin,bau,anuri,tidak ada bising usus, inkontinensia urine,
frekuensi BAK.
l. Sistem Integumen
Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar luka operasi, suhu pada area luka
operasi, keadaan kulit.
m. Sistem Endokrin
Apakah ada riwayat penyakit DM
5. Therapi
 Agen anti infeksi Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin
 Diet TKTP
 Cairan rehidrasi RL
3.2 ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan pada perawatan klien
3.3 Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler.


b.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya pembentukan sputum
yang berlebih
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
menurun
d.Risiki infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
3.4 Perencanaan Keperawatan
Hari/T No Rencana Perawatan TTD
gl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan Kaji status Takipneu adalah mekanisme


asuhankeperawatan pernafasan, catat kompensasi untuk hipoksemia
selama….x24 jamdiharapkan peningkatan dan peningkatan usaha nafas
tidak terjadi gangguan respirasi atau
pertukaran gas dengan kriteria perubahan pola
hasil: nafas Menurunkan konsumsi
Klien menunjukkan tidak ada Tingkatkan tirah oksigen selama periode
gejala distress pernapasan. baring, batasi penurunan penapasan dan dapat
aktivitas, dan bantu menurunkan beratnya gejala
TTV dalam rentang normal
kebutuhan
(Suhu: 36,5-37,5ºC, Nadi (60-
perawatan diri
80x/mnt, RR 12-20x/menit, TD
sehari-hari sesuai Edukasi yang baik akan
100/80-120/80 mmHg).
keadaan klien membuat pasien lebih mengerti
Ajarkan dan tentang tindakan yang diberikan
jelaskan tujuan perawat
penggunaan Memaksimalkan pertukaran
oksigen oksigen secara terus menerus
Kolaborasi dengan tekanan yang sesuai
dengan dokter
tentang pemberian
oksigen sesuai Penurunan kadan
indikasi O2 (PO2) dan/ atau saturasi dan
Kolaborasi peningkatan PCO2 menunjukkan
pemeriksaan AGD kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program
terapi
2 Setelah diberikan Kaji fungsi Penurunan bunyi napas dapat
asuhankeperawatan pernapasan (bunyi menunjukkan atelectasis. Ronki,
selama ….x24 jamdiharapkan napas, kecepatan, mengi menunjukkan akumulasi
jalan napas kembali efektif irama dan secret/ketidakmampuan untuk
dengan kriteria hasil: kedalaman dan membersihkan jalan napas yang
Pernapasan klien normal (16- penggunaan otot dapat menimbulkan penggunaan
20x/menit) aksesori) otot aksesori pernapasan dan
Bunyi napas normal, Rh -/- peningkatn kerja pernapasan
dan pergerakan pernapasan Pemasukan tinggi cairan
normal membantu untuk mengencerkan
secret, membuatnya mudah untuk
Pertahanakan dikeluarkan.
masukan cairan
sedikitnya 2500 Batuk adalah mekanisme
ml/hari kecuali pembersihan jalan nafas alami
kontraindikasi untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
Ajarkan pasien
Mencegah pengeringan
untuk batuk efektif
membran mukosa,

Agen mukolitik menurunkan


kekentalan dan perlengketan
secret paru untuk memudahkan
Kolaborasi
pembersihan. Bronkodilator
pemberian oksigen
meningkatkan ukuran lumen
Kolaborasi
percabangan trakeobronkial,
pemberian obat
sehingga menurunkan tahanan
sesuai indikasi
terhadap aliran udara. Berguna
(Agen mukolitik,
pada adanya keterlibatan luas
Bronkodilator,
dengan hipoksemia dan bila
Kortikostreroid)
respons inflamasi mengancam
hidup.

3 Setelah diberikan asuhan Kaji status Memvalidasi dan menetapkan


keperawatan selama ….x24 nutrisi klien, turgor derajat masalah untuk
jammasalah diharapkan intake kulit, derajat menetapkan pilihan intervensi
nutrisi pasien terpenuhi dengan penurunan berat yang tepat.
kriteria hasil: badan, integritas
Klien mengatakan mual dan mukosa oral,
anoreksia berkuarang / hilang kemampuan
Masukan makanan adekuat menelan, riwayat
dan kelemahan hilang mual/muntah, dan
BB dalam rentang normal. diare.
Fasilitasi klien Memperhitungkan keinginan
untuk memperoleh individu dapat memperbaiki
diet biasa yang intake gizi
disukai klien
(sesuai indikasi)
Lakukan dan
ajarkan perawatan Menurunkan rasa tidak enak
mulut sebelum dan karena sisa makaan, sisa sputum
sesudah makan atau obat pada pengobatan sistem
serta sebelum dan pernapasan yang dapat
sesudah merangsang pusat muntah.
pemeriksaan
peroral
Anjurkan makan
dengan porsi Membantu mengurangi
sedikit tetapi sering produksi asam lambnung/HCl
dan tidak makan akibat faktor-faktor perangsang
makanan yang dari luar tubuh
merangsang
pembentukan HCl
seperti terlalu
panas, dingin,
pedas
Kolaborasi Memberikan bantuan dalam
dengan ahli diet perencanaan diet dengan nutrisi
untuk menentukan yang adekuat untuk kebutuhan
komposisi diet metabolik dan diet

Kolaborasi Multivitamin bertujuan untuk


untuk pemberian memenuhi kebutuhan vitamin
multivitamin yang tinggi sekunder dari
peningkatan laju metabolisme
umum.
4 Setelah diberikan Monitor tanda Untuk mengetahui apakah
asuhankeperawatan dan gejala infeksi pasien mengalami infeksi dan
selama ….x24 jamdiharapkan sistemik dan lokal. menentukan tindakan
klien menyatakan pemahaman keperawatan selanjutnya.
penyebab/faktor risiko individu, Dorong masukan
Menurunkan
dengan kriteria hasil: nutrisi, cairan dan
konsumsi/kebutuhan
Klien bebas dari tanda dan istirahat yang keseimbangan oksigen dan
gejala infeksi cukup. memperbaiki pertahanan pasien
Menunjukkan kemampuan terhadap infeksi, meningkatkan
untuk mencegah timbulnya penyembuhan.
Anjurkan pasien
infeksi
untuk batuk/bersin Perilaku yang diperlukan untuk
Menunjukkan perilaku hidup
dan mengeluarkan mencegah penyebaran infeksi.
sehat
pada tissue dan
menghindari
meludah.
Kolaborasi
untuk pemberian Kombinasi agen antiinfeksi
agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat primer
sesuai indikasi, atau satu primer tambah 1 dan
obat sekunder.

3.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi
keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

3.6 Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl No
No Evaluasi TTd
Jam Dx
1. S: Diharapkan pasien mengatakan lebih mudah untuk bernafas
O : Diharapkan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

S: Diharapkan pasien mengatakan tidak mengalami susah dalam


bernapas
2. O : Diharapkan pasien dapat mengeluarkan sputum tanpa hambatan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
S: Diharapkan pasien mengatakan nafsu makannya sudah kembali
normal
O: Diharapkan pasien bisa makan dengan porsi makanan yang terus
meningkat (dari ¼ piring menjadi ½ piring)
A: Masalah teratasi sebagian
3.
P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.

S: Diharapkan pasien mengatakan tidak mengalami gejala infeksi


baru.
O: Diharapkan pasien tidak menunjukkan gejala-gejala infeksi dan
dapat menerapkan perilaku hidup sehat.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien
4.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpul
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umum,
dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang
oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksimelalui berbicara, batuk, bersin, tertawa
atau bernyanyi, melepaskan droplet besar (>100u) dan kecil (1-5 u). Tuberkulosis sering
dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit banyak kemiripan dengan penyakit lain
yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum per sistem
dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (Breathing), B2 (Blood),
B3 (Brain), B4 (Bowel), dan B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus pada B1 dengan
pemeriksaan yang menyeluruh pada sistem pernafasan. Diagnosis terbaik dari penyakit
tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri.
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis
(OAT) yang di konsumsi selama ± 6 bulan secara rutin. Penatalaksanaan tuberculosis
menjadi tiga bagian yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita (active case
finding). Konsep dasar asuhan keperawatan tuberculosis yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang penyakit tuberkulosis selain
untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi
kepada masyarakat tentang informasi tentang penyakit tuberkulosis. Dalam merawat pasien
tuberculosis seorang perawat juga harus memperhatikan keselamatan diri sendiri dengan
selalu menggunakan APD lengkap dan tidak lupa memperhatikan keselamatan pasien.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta.
Andra Saferi Wijaya, S.Kep.,Ns, Yessie Mariza Puti, S.Kep.,Ns. 2013. KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2 Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Yogyakarta. Nuha Medika
Somantri Irma. Asuhan Keperawatan PD Pasien dgn Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://medicastore.com/tbc/uji_tbc.htm
http://ristalikestar.blogspot.com/2016/03/konsep-dasar-askep-tuberkulosis.htmlBAB I

Anda mungkin juga menyukai