Oleh
NAMA : MURNIATI
NIM : 105401108116
KELAS : VB
NO.URUT : 40
2018
KLASIFIKASI ANAK BERKBUTUHAN KHUSUS
ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
berbeda dengan anak pada umumnya..
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak
berkebutuhan khusus permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan
khusus temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajar
karena kondisi dan situasi lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer apabila tidak
mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi
permanen. Secara umum faktor yang menyebabkan hambatan belajar ada tiga, yaitu (1) faktor
lingkungan (2) faktor internal/ diri sendiri (3) kombinasi diantara keduanya.
Berikut ini akan dibahas mengenai anak berkebutuhan khusus temporer dan anak
berkebutuhan khusus permanen.
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal.
Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa
sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara
tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi
permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu
pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu
dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak anak-anak yang mempunyai kebutuhan
khusus yang bersifat temporer, dan mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang
disebut pendidikan kebutuhan khusus.
Contoh lain, anak baru masuk kelas I Sekolah Dasar yang mengalami kehidupan dua bahasa
antara pada saat di rumah dan di sekolah. Hal ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan
dalam belajar membaca dalam bahasa Indonesia. Anak seperti ini dapat dikategorikan sebagai
anak berkebutuhan khusus sementara (temporer). Oleh karena itu ia memerlukan layanan
pendidikan yang disesuikan. Apabila hambatan belajar membaca seperti itu tidak
mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan menjadi anak berkebutuhan
khusus permanen. Anak akan sulit memahami dan membedakan bahasa yang ia pelajari. Ini
akan menyebabkan anak berkesulitan dalam berbahasa dengan sifat permanen.
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung
dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran,
gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan
iteraksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial dan tingkah laku. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak penyandang
kecacatan. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:
1. Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli
mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta (blind), dan buta total (totally
blind). Anak yang memiliki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan
hypermetropia ringan) masih dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata dan bisa mengikuti
pendidikan seperti anak lainnya, sehingga tidak dikelompokkan pada tunanetra.
Anak dengan gangguan pendengaran sering disebut tunarungu. Istilah tunarungu dirasa lebih
halus daripada tuli. Klasifikasi tunarungu:
Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata – rata sering disebut dengan istilah
tunagrahita. Klasifikasi tunagrahita yang dikemukakan oleh AAMD (Halaman, 1982:43)
sebagai berikut:
a) Cerdas istimewa (gifted IQ 140-179 and genius IQ 180 ke atas) anak dengan IQ di
atas rata-rata.Gifted, yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang tidak
jenius, tetapi menonjol dan terkenal.
Anak cerdas istimewa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata
yang luas.
2. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi.
3. Berinisiatif, kreatif, dan original dalam menunjukkan gagasan.
4. Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistematis dan
kritis.
5. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas
atau bidang yang diminati.
6. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
7. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.
Genius, pada kelompok ini bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil.
Misalnya, umur 2 tahun mulai belajar membaca dan pada umur empat tahun
belajar bahasa asing. Kelompok ini mempunyai kecerdasan yang sangat luar biasa.
Walaupun tidak sekolah, mereka mampu menemukan dan memecahkan masalah.
Jumlahnya sangat sedikit, namun terdapat semua ras dan bangsa, semua jenis
kelamin, serta dalam semua tingkatan ekonomi. Contoh orang yang jenius, antara
lain: John Stuart Mill (IQ 200), Francis Galton (IQ 200), dan Goethe (IQ 185).
Ciri-ciri anak jenius:
a) Punya kemampuan bernalar yang bagus.
b) Bisa belajar dengan cepat.
c) Punya perbendaharan kata yang luas.
d) Punya kemampuan mengingat yang bagus.
e) Bisa konsentrasi lama pada hal-hal yang menarik bagi dirinya.
f) Sensitif perasaannya dan mudah merasa “tertusuk”.
g) Cepat menunjukkan rasa peduli.
h) Perfeksionis dan intensif.
b) Bakat istimewa (talented) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik.
Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki
bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),
kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak
seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan
pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai
”gifted & talented children”.Bakat khusus akademik yaitu bakat yang sejak awal
sudah ada yang berkaitan dengan intelektual, seperti bakat dalam mata pelajaran
matematika, bakat bidang bahasa dan bakat ilmu.Bakat khusus non akademik yaitu
bakat yang sejak awak sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas,
seperti bakat musik, bakat melukis, dan bakat seni.
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota
gerak (tulang, sendi, otot). Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya
dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang
fisik dan kesehatanya terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri,
diantaranya:
a) Cenderung membangkang.
b) Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
c) Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
d) Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
e) Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos, jarang masuk sekolah.
Anak dengan gangguan perilaku dan emosi, dibagi menjadi dua, yaitu:
Menurut Federal law atau hukum federal (IDEA, 1997): Istilah “kesulitan belajar spesifik”
menerangkan semua anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis
dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana
gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna
untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau mengerjakan
perhitungan matematika. Menurut Association for Children and Adult with Learning
Disability (ACALD) “Kesulitan belajar spesifik” adalah suatu kondisi kronis yang diduga
bersumber dari faktor neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi
dan /atau kemampuan verbal dan/atau non verbal.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
spesifik meupakan kelainan sistem saraf yang dialami oleh seseorang yang mengakibatkan
pola pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan
mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik dan pembelajaran.
Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan berfikir, membaca, berhitung, berbicara.
Karakteristik anak berkesulitan belajar spesifik antara lain:
1) Ketika menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah menulis huruf.
2) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
3) Tulisannya banyak salah atau terbalik atau huruf hilang
4) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
1) Irama, ini penting untuk belajar tentang ’word familiar’ (kata dengan bunyi sama).
Siswa diajarkan untuk melengkapi puisi atau sajak a-a-a.
2) Blending (menggabung huruf). Langkah pengajarannya :
3) Ucapkan dua suku kata yang berbeda (Ba-Tu).
4) Minta anak mengulang dan bantu ia mengenali 2 suku kata pembentuknya
5) Memori auditori.
6) Ucapkan kalimat sederhana dan minta anak mengulang. Kalimat dapat ditingkatkan
semakin panjang.
7) Minta anak menghafal puisi atau lagu.
Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam
perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai
ketidakmampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri, sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar
antara lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang rendah, daya ingat yang lemah,
kognisi, serta masalah sosial dan emosional.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan bimbingan
terhadap siswa yang lambat belajar antara lain:
9. Anak Autis
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri
sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran
dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran
subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri.
Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan
yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga
mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain
(Sarwindah, 2002). Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan
perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan
kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit
untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota
masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan definisi autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan
tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang
komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi,
hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-
ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr.
Leo Kanner 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk
menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering
disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah
yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain
untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Gejala-gejala anak
autis tampak sejak lahir, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini menerima anak autis adalah sebagai
berikut;
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang
spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami
hambatan dalam belajar dan perkembangan.
Anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak berkebutuhan khusus permanen,
yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus temporer, yaitu mereka
yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajar karena kondisi dan situasi
lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer apabila tidak mendapatkan intervensi yang
tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen.
Secara umum faktor yang menyebabkan hambatan belajar ada tiga, yaitu (1) faktor
lingkungan (2) faktor internal/ diri sendiri (3) kombinasi diantara keduanya.
9. Anak autis.