Disusun Oleh
MUHAMMAD IHSAN FAUZI
1606919455
Puji dan syukur Saya sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
ridhonya Saya Muhammad Ihsan fauzi telah dapat Menyelesaikan makalah ini yang disusun
berdasarkan materi yang telah ditentukan; Materi yang saya tulis dalam makalah ini memang
masih minim , karena saya berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri untuk
mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Saya bertujuan dengan makalah ini dapat
membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih aktif dan giat dalam
belajar.
Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan dapat
mendampingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas
dukungannya.
Pada situasi yang berbahaya tindakan yang tepat, cepat dan waspada sangatlah penting. Cepat tidak
berarti boleh salah. Perhatian penolong mungkin tertuju pada bagaimana mengangkat dan
memindahkan penderita secepat mungkin sehingga dapat terjadi kelalaian. Penderita mungkin akan
dipindahkan beberapa kali sebelum akhirnya mencapai fasilitas kesehatan yang memadai. Adakalanya
kita harus mengubah posisi penderita. Pemindahan penderita pasti dilakukan setelah perawatan darurat
selesai.
Saat tiba di lokasi kejadian penolong perlu mempertimbangkan apakah akan melakukan perawatan
sementara terhadap penderita terlebih dahulu atau segera memindahkannya. Bila dianggap perlu untuk
memindahkan penderita maka harus menggunakan teknik pemindahan yang benar guna menghindari
cedera lebih lanjut pada korban dan cedera pada penolong. Untuk itu penolong perlu mengetahui tehnik
pengangkutan/pemindahan yang benar.
TUJUAN
Mampu memahami teknik pengangkutan korban yang benar guna menghindari cedera lebih lanjut pada
korban dan cedera pada penolong.
mampu memahami:
Tindakan atau angkatan yang tidak benar dapat menyebabkan cedera yang dikenal dengan istilah low
back pain (nyeri pinggang bagian bawah). Cedera ini mungkin tidak langsung terjadi setelah
pengangkatan namun dapat terjadi beberapa tahun kemudian. Ingat, ini bukan aktivitas yang dilakukan
secara rutin setiap hari.
Berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan pada saat mengangkat atau memindahkan penderita :
1) Nilai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat proses pemindahan dan pengangkatan
berlangsung.
a) Jangan coba mengangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin mampu mengendalikannya.
b) Gunakan otot tungkai untuk mengangkat bukan otot punggung. Gunakan otot paha dan panggul
serta otot perut, hindari gerakan membungkuk. Selalu upayakan agar punggung berada dalam satu garis
lurus. Otot punggung hanya digunakan untuk menjaga kelurusan punggung. Gunakan otot untuk
menekuk, hindari penggunaan otot-otot regang. Otot untuk menekuk lebih berat.
c) Jaga keseimbangan. Selalu mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan pertahankan agar
tetap seimbang
d) Pindahkan penderita dengan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong. Merapatkan beban
ke tubuh membantu mengurangi beban otot. Pegangan akan lebih kuat dan posisi lebih stabil. Tindakan
ini juga untuk membantu mencegah terjadinya cedera punggung.
e) Lakukan gerakan secara menyeluruh agar tubuh saling menopang secara vertikal. Bayangkn bahwa
bahu anda ditopang oleh pinggang, pinggang pada tungkai.
f) Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui. Ini akan menghemat tenaga penolong,
termasuk menghindari cedera.
Prinsip-prinsip tersebut di atas juga dapat digunakan pada saat mengangkat, mendorong, membawa,
menggerakkan atau meraih benda yang relatif berat. Kunci untuk mencegah cedera punggung adalah
tenaga tulang penggung tetap lurus. Pertahankan lengkung alamiah tulang punggung.
Sebaiknnya semua ini dilakukan dalam tim atau kelompok, lakukan komunikasi dan koordinasi sesering
mungkin. Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
Seluruh anggota tim hendaknya dilatih dengan tepat. Permasalahan dapat terjadi ketika bentuk fisik
maupun tenaga setiap anggota tim sangat tidak sebanding. Rekan yang kuat akan mengalami cedera jika
yang lemah terjatuh saat mengangkat, rekan yang lemah pun dapat mengalami cedera jika mencoba
melakukan hal yang berlebihan. Yang idela adalah setiap anggota dalam tim mempunyai tinggi dan
kemampuan yang sama. Untuk itu kenalilah kemampuan fisik dan keterbatasan anda dan tim anda.
3. Memindahkan Korban
Setelah melakukan penilaian keadaan dan penilaian dini, selanjutnya kita harus menemukan prioritas
pemindahan penderita. Beberapa pertanyaan yang mungkin terjadi adalalah :
Tidak ada definisi yang pasti kapan seorang penderita harus dipindahkan. Sebagai pedoman dapat
dikatakan bahwa bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu baru pindahkan penderita. Bila situasi
dan kondisi di lapangan relatif tidak aman mungkin harus dilakukan pemindahan korban terlebih dahulu.
Pengalaman dilapangan sangat membantu.
Berdasarkan masalah keselamatan, pengangkatan dan pemindahan penderita digolongkan menjadi dua
bagian yaitu pemindahan darurat dan pemindahan biasa atau bukan darurat. Yang dimaksud dengan
darurat disini bukanlah darurat masalah peralatan yang dipakai untuk memindahkan tetapi darurat
masalah keadaan atau situasi di tempat kejadian.
4. Pemindahan Darurat
Lakukan pemindahan darurat hanya bila ada bahaya segera terhadap penderita atau penolong dan juga
bila penderita menutupi akses kependerita lainnya. Tindakan ini dilakukan secara terpaksa tanpa
memandang cedera apa yang dialami oleh penderita, bahkan sebelum melakukan penilaian dini.
Beberapa keadaan yang memerluka pemindahan darurat :
e. Ketika tindakan tidak dapat dilakukan karena lokasi atau posisi penderita, seperti orang yang
mengalami henti napas, henti jantung, RJP harus dilakukan pada posisi terlentang diatas alas yang keras.
Bahaya terbesar pemindahan darurat adalah kemungkinan membuat cedera spiriral menjadi lebih parah.
Berikan perlindungan spinal sebanyak mungkin. Tariklah penderita sepanjang sumbu panjang tubuh.
Upayakan tidak menarik kepala penderita menjauhi leher dan balt, sedemikian rupa sehingga kepala,
leher, dan punggung berada dalam satu garis lurus. Contoh cara pemindahan darurat :
a) Tarikan Lengan
Posisikan diri anda pada sisi kepala. Masukkan lengan kanan anda di bawah ketiak kanan penderita dan
pegang lengan bawah penderita, lakukan hal yang sama dengan lengan kiri. Silangkan kedua lengan
penderita di depan dada, lalu tariklah penderita kebelakang. Tentu saja kedua kaki penderita akan
terbentur karena itu kalau tidak terpaksa jangan lakukan ini.
b) Tarikan Bahu
Berlututlah di bagian kepala penderita, masukkan kedua tangan anda di bawah ketiak penderita,
cengkram, lalu tariklah kebelakang sekali lagi cara ini berbahaya.
c) Tarikan Baju
Pertama, ikat tangan penderita atau pergelangan tanggannya dengan longgar pakaikan kain segitiga atau
kasa gulung untuk melindungi selama pemindahan. Kemudian cengkram bahu dari baju penderita. Tarik
baju kebawah kepala penderita untuk membentuk penyokong. Gunakan ujung baju ini sebagai ganggang
untuk menarik penderita ke arah anda. hati –hati jangan sampai penderita tercekik. Tarikan baju hanya
dapat dilakukan pada baju yang kuat bahannya.
d) Tarikan selimut
Bila penderita telah berbaring di atas selimut lipatlah bagian selimut yang berada dibagian kepala
penderita, lalu tariklah penderita ke belakang. Jangan lupa untuk menyimpul selimut pada bagian kaki
agar penderita tidak tergeser.
e) Menjulang
Gendong penderita di belakang punggung penolong dengan satu penolong dengan cara mengangkat lalu
membopongnya cara ini lazim dipakai oleh pemadam kebakaran.
Jika tidak ada keadaan atau situasi yang membahayakan penolong atau penderita, maka penderita baru
dipindahkan bila semua perawatan darurat dilapangan sudah siap. Pemindahan biasa tidak banyak
membutuhkan peralatan. Bila ada kecurigaan cedera spinal gunakan bidai tubuh sebelum mengangkat
penderita.
Pemindahan bukan darurat/biasa dilakukan jika penolong sudah melakukan :
Teknik ini biasanya memerlukan 3 penolong. Teknik ini bermanfaat jika tandu tidak dapat dibawa
kependerita atau pada saat akan memindahkan penderita keatas tandu. Cara ini akan terasa berat bila
bobot penderita lebih dari 70-80 kg, penderita sadar yang tidak mau bekerja sama. Beritahukan
penderita apa yang akan anda kerjakan, dan minta penderita untuk tetap tenang demi keseimbangan
penolong. Letakkan lengan penderita di atas dada jika mungkin.
1) Ketiga penolong berlutut pada salah satu penderita, jika memungkinkan beradalah pada sisi yang
paling sedikit cedera.
2) Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan dan lengan yang satu
disisipkan di bawah punggung penderita.
4) Penolong ketiga menyisikan satu lengan di bawah bokong penderita dan lengan yang satunya di
bawah lutut penderita.
9) Jika akan berjalan tanpa memakai tandu, dari langkah no.6 teruskan denga memiringkan penderita
ke dada penolong.
3. Kencangkan otot perut dan otot punggung anda. kepala tetap menghadap kedepan posisi netral.
4. Tempatkan tangan anda pada jarak yang cukup untuk memberikan keseimbangan pada saat
mengangkat beban.
6. Selama anda mulai mengangkat, punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan kekuatan
kontraksi otot seluruhnya pada otot tungkai.
3) Penolong yang lain berdiri di antara dua tungkai penderita, menyelipkan tangan dan mengangkat
kedua lutut penderita
4) Dengan satu aba-aba kedua penolong dapat memindahkan penderita pada lokasi yang diinginkan.
6. Posisi Penderita/Korban
Selain masalah pemindahan penderita, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana
mengatur posisi penderita. Secara umum dapat dikatakan bahwa posisi penderita tergantung dari cedera
yang dialami dan keadaan saat itu. Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita :
a) Penderita dengan Syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera pada
tungkai atas (patah tulang) dan tulang belakang. Tinggikan tungkai sekitar 20-30 cm.
b) Penderita dengan gangguan pernapasan, posisikan duduk atau setengah duduk. Penderita ini
umumnya ingin berada pada posisi duduk
c) Penderita dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai di tekuk.
e) Pederita trauma, teruatam cedera spinal harus segera distabilkan dan immobilisasi dengan papas
spinal panjang.
f) Penderita tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera
berat lainnya posisikan miring stabil/pemulihan
7. Peralatan
a) Tandu beroda
Seuah tandu yang memiliki kaki beroda, tandu ini dilipat kakinya sehingga dapat masuk ke dalam
ambulan alat ini harus di latih dalam penggunaanya.
b) Tandu lipat
Biasanya terbuat dari rangka aluminium dengan dasar dari terpal. Mudah dan murah namun tidak begitu
kokoh dalam melindungi tulang belakang. Pembersihannya juga sulut.
c) Tandu scoop
Tandu yang terdiri dari du (kadang-kadang empat belahan) yang masing-masing di seipkan dari satu sisi
penderita, kemudian diselipkan masing-masing di bawah satu sisi penderita dan kemudian dapat dikunci,
sangat ideal untuk mengangkat dari ruang sempit. Tandu ini harganya agak mahal, untuk itu pada saat
mengangkat penderita sebaiknya dengan empat penolong satu bagian kepala, satu bagian kaki
danmasing-masing satu di kiri dan kanan. Ingat tandu ini hanya dipakai untuk mengangkat dan
memindahlan, bukan transportasi.
d) Tandu kursi
Bila kita membawa penderita turun dari tangga akan besar kemungkinan menambah cedera, untuk itu
cara yang aman untuk membawa korban turun adalah dengan memakai tandu kursi. Ada tandu kursi
yang dibuat menyerupai kursi, namun dapat juga memakai kursi biasa yang ada pegangapengaman
tangan di sampingnya.
Sewaktu melakukan pengangkatan dengan tandu kursi jangan lupa kaidah-kaidah pengangkatan yang
benar. Selesai menuruni tangga, penderita dapat dipindahkan pada tandu yang biasa. Sebaiknya ada
penolong lain yang bertugas sebagai pengamat. Penolong ini dapat memberikan aba-aba ataupun
memberitahu berapa anak tangga lagi yang harus dilalui.
e) Papan spinal
Papan spinal ini ada dua, panjang dan pendek. Papan spinal panjang adalah sepanjang tubuh penderita
dan dipakai bila ada kecurigaan cedera tulang belakang. Setelah berada diatas papan spinal penderita
tidak akan dipindahkan lagi sehingga tidak perlu membolak balik penderita, kadang-kadang di rumah
sakit penderita akan tetap berada di atas papan ini.
Papan spinal pendek hanya sampai pinggul penderita, dan dapat menstabilkan sampai pada pinggul
penderita. Ini digunakan untuk menstabilkan seorang penderita yang berada pada posisi duduk dengan
kecurigaan cedera tulang belakang. Jelas bahwa alat ini dipakai pada perawatan pra rumah sakit dan
bermanfaat untuk misalnya mengeluarkan pengendara pada mobil yang mengalami kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darwis, Allan, dkk. 2005. Pedoman Pertolongan Pertama. Pusat Palang Merah Indonesia :
Jakarta.
2. (http://daek-chin.blogspot.co.id/2014/10/teknik-pengangkutan-korban.html) Diakses tanggal 12
mei 2018
3. (https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2015/07/pemindahan-penderita.html)
Diakses tanggal 12 mei 2018