Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI PEMBELAJARAN DISCOVERY

Dosen Pengampu :
Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd.

Disusun oleh :

Dian Pratiwi NIM. 4315164402

Universitas Negeri Jakarta


Fakultas Ilmu Sosial
Pendidikan Geografi
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu dengan memberikan
sumbangan materi maupun ide-ide pemikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi keempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 12 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

Bab I PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2

Bab II ISI ......................................................................................................................3

2.1 Deskripsi Teori Jerome Bruner ...............................................................................3


2.2 Teori Discovery Learning .......................................................................................4

Bab III PENUTUP ......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................11


3.2 Saran Pembelajaran ..............................................................................................11

Daftar Pustaka ............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam hal pendidikan, tentu tidak akan terlepas dari kata belajar, dimana
belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Itulah
yang menyebabkan dari sejak dahulu hingga sekarang para ahli psikologi dan
pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan masalah belajar. Penelitian demi
penilitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar sudah tercipta sebagai hasil
dari penelitian. Dari beberapa teori yang tercipta tersebut ada teori belajar yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner, dimana pada saat ini teori ini merupakan salah
satu teori yang baik untuk dikembangkan di era globalisasi.

Jerome Bruner dilahirkan pada tahun 1915. Beliau bertugas sebagai profesor
psikologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat dan dilantik sebagai pengarah di
Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 hingga 1972. Beliau juga seorang ahli
psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang
psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi
manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap
manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap,
bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru,
transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada
model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu
diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Teorinya yang disebut “(Free discovery learning)”. Ia mengatakan bahwa


proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Dengan kata
lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran discovery oleh Jerome


Bruner?
2. Bagaimana percobaan pada teori tersebut?
3. Bagaimana implikasi teori discovery terhadap proses belajar dan
pembelajaran?

2
BAB II

ISI
2.1 Deskripsi Teori Jerome Bruner

Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli


psikologi belajar kognitif yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di
Universitas Harvard. Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang
belajar sebagaimana yang dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar
pada manusia pengolah aktif terhadap informasi yang diterimanya untuk memperoleh
pemahaman.
Beliau berpendapat bahwa seorang murid belajar dengan cara menemui
struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan
mengasingkan benda-benda menurut ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu,
pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan
pengetahuan yang telah ada. Misalnya, anak- anak membentuk konsep segiempat
dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk
bersisi empat ke dalam kategori segiempat dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi
tiga ke dalam kategori segitiga.
Yang menjadi ide dasar Bruner juga ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu
menurut Bruner, murid mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk
akhir. Teori ini disebutnya dengan discovery learning, atau dengan kata lain
bagaimana cara orang memilih mempertahankan dan mentransformasikan informasi
secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari berajar. Menurut Bruner dalam
proses belajar ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi
yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan
memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan
informasi yang lama.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal lain, yaitu informasi harus dianalisis dan
ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak agar dapat digunakan
dalam hal yang lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap
kedua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-
mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala-gejala lain.

3
Istilah discovery learning sering diartikan Inquiry Training atau Problem
Solving dan ketiganya sering dipakai secara bergantian. Akan tetapi, Jonson
membedakan bahwa inti dari discovery learning yaitu usaha untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang lebih dalam dari pada Inquiry. Pengertian discovery
learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis
contohnya pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif belajar di kelas.
Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu
dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

2.2 Teori Discovery Learning

A. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

Empat Tema tentang Pendidikan :


1) Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini
perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk melihat
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungannya, dapat
dihubungkan satu dengan yang lain.
2) Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan
terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang
dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan yang
lebih tinggi.
3) Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-
formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui
apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang benar atau tidak.
4) Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan
cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

B. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.


1) Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilaku Bruner yakin
bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif,
perubahannya tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga di dalam diri orang
itu sendiri.

4
2) Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner
ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas
bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita
akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk
mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara
hal-hal yang diketahui.

Bruner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:


1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam
menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realistis.
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada
diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa
yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan
dengan kepercayaan pada diri sendiri.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan
anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif karena bahasa merupakan alat
komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada
diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu
konsep kepada orang lain.
6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan
beberapa alternatif secara simultan memilih tindakan yang tepat, dapat
memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

C. Belajar sebagai Proses Kognitif

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan


untuk menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu
adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga
cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Ia menekankan cara-cara
manusia berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara
mendalam. Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang
ditentukan cara melihat lingkungan, yaitu enaktif (0-2 tahun), ikonik (2-4 tahun), dan
simbolik (5-7 tahun).

5
1. Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam
upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami
dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui
gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
2. Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komperasi)
3. Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa
dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-
simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan
dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam
proses pemikirannya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak
berarti ia tidak lagi sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar.
 Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif.
Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian
kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya
seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
 Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan
oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak
mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak
menyatakan konsep kesegitigaan.
 Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik
dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau
pernyataan dari objek-objek, memberikan struktur hirarki pada konsep-
konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu
cara kombinatorial.

6
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran
penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan
”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan
jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk
lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu
dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu
timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan
gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan
Hukum Newton tentang momen.

D. Belajar Penemuan

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome
Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk
menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa hal
positif. Diantaranya adalah:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau jangka waktunya lama dapat diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Asumsi umum tentang teori belajar kognitif:


a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya.
b. Belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning).
c. Pemaknaan berdasarkan hubungan.
d. Proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.

7
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang
berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak perlu
ditunggu sampai anak mencapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan
pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain
perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan
memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat
dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning). Secara singkat, kurikulum spiral
menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang
sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner mempersepsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi
agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya. Sedangkan Ausubel
mempersepsikan agar siswa dapat mengembangkan situasi belajar, memilih dan
menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajaran
yang terorganisasi dari umum menuju kepada yang rinci dalam suatu satuan bahasan
yang bermakna.

8
Teori pembelajaran Bruner mementingkan pembelajaran melalui penemuan
bebas (discovery learning) atau penemuan yang dibimbing, atau latihan penemuan.
Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajarannya yaitu; cara
manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pengalamannya, perkembangan
mental manusia dan pemikiran pada masa proses pembelajaran, pemikiran secara
logika, penggunaan istilah untuk memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran
analisis dan intuitif, pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan
pemikiran metakognitif.

Teori-teori tersebut dapat diaplikasikan dalam 10 cara sebagai berikut:


1. Pembelajaran penemuan.
2. Pembelajaran melalui metode induktif.
3. Memberi contoh-contoh yarg berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep.
4. Membantu siswa melihat hubungan antar konsep.
5. Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif.
6. Melibatkan siswa.
7. Pengajaran untuk pelajar tahap rendah.
8. Menggunakan alat bantu mengajar.
9. Pembelajaran melalui kajian luar.
10. Mengajar mengikuti kemampuan siswa.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui
struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan
melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu,
pembelajaran didasarkan untuk merangsang siswa menemukan konsep yang baru
dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan
Langkah-langkah discovery learning
1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan
gagal di dalam dirinya ini dimulai proses inquiry.
2. Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual.
3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan yang
sebelumnya.
4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu.
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu
didasarkan.

9
E. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam
menurut fungsinya antara lain:
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti
pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya
tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat
dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya.
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau
prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang.
3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa
atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang
suatu idea atau gejala.
4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprogram
yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan
balikan atau feedback tentang respon siswa.
Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang
penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu
system yang terintegrasi.

F. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan:
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda
ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar
segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar
segitiga, segi lima atau lingkaran.
2. Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Misalnya berikan pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini ”apakah
nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai
rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?”
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari
jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun
Ubin tersebut?
4. Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat
berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban
siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar
untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
5.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar
daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan
(discovery learning). Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran
yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan
prinsip-prinsip konstruktivitas.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran
dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan
kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif,
ekonik, dan cara simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan (discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui
belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik.

3.2 Saran Pembelajaran

1. Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong siswa


memberikan “dugaan sementara”.
2. Guru harus bertindak sebagai fasilitator.
3. Guru perlu menggunakan berbagai alat peraga dan permainan menggunakan
teknologi.
4. Guru perlu untuk selalu mendorong siswa mengembangkan pikirannya.
5. Sebagai seorang guru ada baiknya menggunakan metode yang variatif dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Diantaranya dengan menggunakan teori
belajar kognitif Bruner dengan pendekatan discovery learning.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jerome-bruner/

Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara. 2000

https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/

http://mejasem.net/edukasi/teori-bruner/

Http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-
belajar-penemuan%E2%80%9D/

12

Anda mungkin juga menyukai