Dosen Pengampu :
Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd.
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu dengan memberikan
sumbangan materi maupun ide-ide pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hal pendidikan, tentu tidak akan terlepas dari kata belajar, dimana
belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Itulah
yang menyebabkan dari sejak dahulu hingga sekarang para ahli psikologi dan
pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan masalah belajar. Penelitian demi
penilitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar sudah tercipta sebagai hasil
dari penelitian. Dari beberapa teori yang tercipta tersebut ada teori belajar yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner, dimana pada saat ini teori ini merupakan salah
satu teori yang baik untuk dikembangkan di era globalisasi.
Jerome Bruner dilahirkan pada tahun 1915. Beliau bertugas sebagai profesor
psikologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat dan dilantik sebagai pengarah di
Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 hingga 1972. Beliau juga seorang ahli
psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang
psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi
manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap
manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap,
bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru,
transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada
model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu
diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
ISI
2.1 Deskripsi Teori Jerome Bruner
3
Istilah discovery learning sering diartikan Inquiry Training atau Problem
Solving dan ketiganya sering dipakai secara bergantian. Akan tetapi, Jonson
membedakan bahwa inti dari discovery learning yaitu usaha untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang lebih dalam dari pada Inquiry. Pengertian discovery
learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis
contohnya pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif belajar di kelas.
Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu
dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
4
2) Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner
ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas
bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita
akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk
mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara
hal-hal yang diketahui.
5
1. Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam
upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami
dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui
gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
2. Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komperasi)
3. Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa
dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-
simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan
dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam
proses pemikirannya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak
berarti ia tidak lagi sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif.
Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian
kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya
seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan
oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak
mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak
menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik
dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau
pernyataan dari objek-objek, memberikan struktur hirarki pada konsep-
konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu
cara kombinatorial.
6
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran
penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan
”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan
jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk
lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu
dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu
timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan
gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan
Hukum Newton tentang momen.
D. Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome
Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk
menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa hal
positif. Diantaranya adalah:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau jangka waktunya lama dapat diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas.
7
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang
berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak perlu
ditunggu sampai anak mencapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan
pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain
perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan
memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat
dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning). Secara singkat, kurikulum spiral
menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang
sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner mempersepsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi
agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya. Sedangkan Ausubel
mempersepsikan agar siswa dapat mengembangkan situasi belajar, memilih dan
menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajaran
yang terorganisasi dari umum menuju kepada yang rinci dalam suatu satuan bahasan
yang bermakna.
8
Teori pembelajaran Bruner mementingkan pembelajaran melalui penemuan
bebas (discovery learning) atau penemuan yang dibimbing, atau latihan penemuan.
Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajarannya yaitu; cara
manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pengalamannya, perkembangan
mental manusia dan pemikiran pada masa proses pembelajaran, pemikiran secara
logika, penggunaan istilah untuk memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran
analisis dan intuitif, pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan
pemikiran metakognitif.
9
E. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam
menurut fungsinya antara lain:
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti
pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya
tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat
dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya.
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau
prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang.
3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa
atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang
suatu idea atau gejala.
4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprogram
yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan
balikan atau feedback tentang respon siswa.
Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang
penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu
system yang terintegrasi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar
daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan
(discovery learning). Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran
yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan
prinsip-prinsip konstruktivitas.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran
dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan
kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif,
ekonik, dan cara simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan (discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui
belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jerome-bruner/
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara. 2000
https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/
http://mejasem.net/edukasi/teori-bruner/
Http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-
belajar-penemuan%E2%80%9D/
12