Anda di halaman 1dari 39

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEMULAWAK

KAB. JEPARA, JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

AHMAD MUCHI (4315142455)


PENDIDIKAN GEOGRAFI 2014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat


yang digunakan dalam jumlah kecil pada makanan sebagai pengawet atau perisa
dalam masakan. Rempah-rempah sudah digunakan beribu-ribu tahun yang lalu.
Rempah-rempah pun menjadi incaran para penjajah sejak abad 15-16. Aroma khas
rempah menjadi daya tarik bagi para pencinta rempah terutama negara Eropa dan
Asia. Rempah-rempah dapat tumbuh subur di kawasan tropis sehingga para kolonial
Portugis, Inggris dan Belanda menguasai Asia hanya untuk menjajah rempah-rempah.

Salah satu negara yang mampu menghasilkan rempah-rempah berkualitas adalah


Indonesia. Hampir di seluruh daratan Indonesia mampu ditanami oleh berbagai
rempah-rempah. Hal ini menjadikan salah satu faktor Indonesia pernah dikuasai oleh
bangsa Eropa karena kekayaan rempah-rempahnya yang sangat mahal kala itu di
wilayah Eropa. Macam-macam rempah-rempah yang ada di Indonesia antara lain
Ketumbar, cengkih, merica atau lada, kayu manis, kencur, jahe, pala, bawang merah,
bawang putih, kemiri, lengkuas, jintan, kapulaga, kalabet, cabai, bangle, asam kandis
dan asam jawa, dan temulawak.

1
Temulawak merupakan salah satu rempah-rempah yang banyak dimanfaatkan untuk
kebutuhan dalam bidang pengobatan tradisional sebagai bahan dasar jamu. Jamu
dikenal sebagai obat tradisonal khas Indonesia yang telah dianggap oleh masyarakat
memiliki khasiat yang sama baiknya dengan obat-obatan kimia modern saat ini.

Mengingat saat ini telah banyak terjadi alih fungsi lahan karena
perkembangan zaman di berbagai wilayah di Indonesia. Sementara kebutuhan akan
rempah-rempah tetap terus diminati dan permintaan juga cenderung semakin
meningkat. Dan sebagai salah satu bahan baku jamu dan dalam rangka membantu
melestarikan kekayaan obat-obatan tradisonal Indonesia. Oleh sebab itu, dalam
makalah ini penulis akan membuat sebuah skema pemanfaatan lahan sebagai lokasi
budidaya tanaman Temulawak di wilayah Jepara, Provinsi Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah karakteristik dan syarat tumbuh tanaman temulawak ?

1.2.2 Bagaimanakah kondisi fisik Kab. Jepara ?

1.2.3 Bagaimanakah potensi lahan di Kab. Jepara sebagai lokasi budidaya tanaman
temulawak ?

1.3 Tujuan Makalah

1.3.1 Menjelaskan bagaimana karakteristik dan syarat tumbuh tanaman temulawak

1.3.2 Menjelaskan bagaimana kondisi fisik Kab. Jepara

1.3.3 Menggambarkan melalui sistem informasi geografis potensi lahan di Kab.


Jepara sebagai lokasi budidaya tanaman temulawak

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Geografis

2.1.1 Definisi SIG

System Informasi Geografi atau yang lebih dikenal dengan GIS mulai dikenal
pada awal tahun 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya perangkat computer, baik
perangkat lunak maupun perangkat keras. SIG mulai berkembang sangat pesat pada
era 1990-an dan saat ini semakin berkembang.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu


titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial, yaitu sebuah data
yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki system koordinat
tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga, aplikasi SIG dapat menjawab beberapa
pertanyaan seperti ; lokasi, kondisi, trend, pola, dan permodelan. Kemampuan inilah
yang membedakan SIG dari system informasi lainnya.

Definisi SIG menurut para ahli


1. Menurut Aronaff (1989)

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang
memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.

2. Menurut Burrough (1986)

SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan,


pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang
berasal dari kenyataan dunia.

3. Menurut Murai (1999)

3
SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,
memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi
geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan,
transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

4. Menurut Bernhardsen (2002)

SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi.
Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer
yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data,
perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data,
pemanggilan dan presentasi data serta analisa data

5. Menurut Linden, (1987)

SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi),


analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan


pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin)

2.1.2 Komponen-Komponen SIG

1. Perangkat keras (hardware)

Perangkat keras (hardware) adalah perangkat-perangkat fisik yang digunakan


dalam sistem komputer. Berikut ini beberapa macam hardware.

a. CPU merupakan bagian dari sistem komputer yang menjadi tempat untuk
melakukan pemrosesan semua instruksi dan juga mengendalikan seluruh operasi
yang ada dalam lingkungan sistem komputer.

b. RAM merupakan perangkat yang digunakan oleh CPU untuk menyimpan data
yang masuk untuk jangka waktu yang tidak lama (sementara).

4
c. Storage merupakan perangkat untuk menyimpan data secara permanen atau
semi permanen (temporal). Termasuk dalam perangkat ini antara
lain hardclisk,disket, CD-ROM, dan pita magnetis.

d. Input device merupakan perangkat yang digunakan untuk memasukkan data ke


dalam SIG. Termasuk dalam perangkat ini antara lain keyboard, mouse, digitizer,
scanner

e. Output device merupakan perangkat yang digunakan untuk mempresentasikan


data dan informasi SIG. Termasuk dalam perangkat ini antara lain layar monitor,
printer, dan plotter.

2. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak adalah program-program komputer yang digunakan untuk


mengoperasikan SIG. Beberapa program yang dapat digunakan antara lain Arc/Info,
Arc View, Map Info, R2V, ERDAS, ILWIS.

3. Data dan Informasi Geografi

Data dalam SIG terdiri atas dua jenis, yaitu data spasial dan data atribut.

a. Data spasial adalah data gratis yang mengidentifikasikan kenampakan lokasi


geografi berupa titik, garis, dan poligon.

b.Data atribut adalah data yang berupa penjelasan dari setiap fenomena yang
terdapat dl permukaan bumi. Data atribut berfungsi untuk menggambarkan gejala
geografi karena memiliki aspek deskriptif dan kualitatif. Contoh, atribut kualitas
tanah terdiri atas status kepemilikan lahan, luas tanah, tingkat kesuburan tanah,
dan kandungan mineral dalam tanah.

4. Manajemen

Manajemen merupakan perangkat dalam SIG yang terdiri atas sumberdaya


manusia (SDM). Suatu proyek SIG akan berhasil jika dilakukan dengan manajemen

5
yang baik. Oleh karena itu, SIG hams dikerjakan oleh orang-orang yang tepat, yang
memiliki keahlian dalam bidang SIG sesuai dengan tingkatannya. Mulai dari tingkat
spesialis yang mendesain dan memelihara sistem hingga pengguna SIG.

2.1.3 Tahapan SIG

Secara garis besar, SIG terdiri atas 4 tahapan utama, yakni :

1. Tahap Input Data


Dalam suatu system geografis ( SIG ), tahapan input data merupakan salah
satu tahapan kritis, dimana pada tahap ini akan menghabiskan sekitar 60%
waktu dan biaya. Tahap input ini juga meliputi proses perencanaan, penentuan
tujuan, pengumpulan data, serta memasukkannya ke dalam computer.
2. Tahap Pengolahan Data
Tahap ini meliputi kegiatan klasifikasi dan stratifikasi data, komplisi, serta
geoprocessing (clip, merge, dissolve). Proses ini akan menghabiskan waktu
dan biaya sebesar 20% dari total pengolahan data.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahapan ini dilakukan berbagai macam analisa keruangan, seperti buffer,
overlay, dan lain – lain. Tahapan ini akan menghabiskan waktu dan biaya
mencapai 10%.
4. Tahap output
Tahap ini merupakan fase akhir, dimana ini akan berkaitan dengan penyajian
hasil analisa yang telah dilakukan, apakah disajikan dalam bentuk peta
hardcopy, tabulasi data, CD system informasi, maupun dalam bentuk situs
web site.

2.1.4 Manfaat Penggunanan SIG


1. Inventarisasi sumber daya alam
Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamialah sebagai
berikut:

6
 Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak
bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
 Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:
 Kawasan lahan potensial dan lahan kritis;
 Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;
 Kawasan lahan pertanian dan perkebunan;
 Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan;
 Rehabilitasi dan konservasi lahan.

2. Untuk pengawasan daerah bencana alam


Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:

 Memantau luas wilayah bencana alam;


 Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang;
 Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana;
 Penentuan tingkat bahaya erosi;
 Prediksi ketinggian banjir;
 Prediksi tingkat kekeringan.

3. Bidang sosial
Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan,
SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidangsosial SIG dapat
dimanfaatkan pada hal-hal berikut:

 Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.


 Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola
drainasenya.
 Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
 Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan
pembangunan.

7
 Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan
industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.

2.2 Karakteristik dan Syarat Tumbuh Tanaman Temulawak

2.2.1 Karakteristik Temulawak

Curcuma xanthorrhiza ROXB adalah nama ilmiah dari Temulawak.


Tumbuhan ini dikenal juga dengan nama Koneng Gede di daerah Sunda, dan Temu
Labak di daerah Madura dan sekitarnya. Temulawak sudah sejak dahulu kala
digunakan sebagai bahan obat yang memiliki banyak manfaat juga khasiat bagi
manusia. Bagian temulawak yang digunakan sebagai bahan obat adalah rimpang atau
umbinya. Rimpang ini berkembang subur pada kondisi tanah yang gembur.
Klasifikasi temulawak sebagai tumbuhan dari suku temu-temuan (zingiberaceae)
memang membutuhkan median tanah yang cenderung lembab dan gembur agar
berkembang lebih optimal.

A. Klasifikasi temulawak sebagai berikut :

1. Divisi : Spermatophyta.

8
Tumbuhan Spermatophyta adalah tumbuhan berbiji yang alat reproduksi generatifnya
berupa biji. Adapun ciri-ciri Spermatophyta antara lain: makroskopis dengan
ketinggian bervariasi, bentuk tubuhnya bervariasi, cara hidup fotoautotrof, habitatnya
kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), mempunyai
pembuluh floem dan xilem, reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan
pembuahan (fertilisasi).

2. Sub divisi : Angiospermae.

Angiospermae merupakan istilah yang merujuk pada tumbuhan berbiji tertutup. Ciri-
ciri Angiospermae memiliki bakal biji atau biji yang tertutup oleh daun buah,
mempunyai bunga sejati, umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana dan
herba. Dalam reproduksi terjadi pembuahan ganda. Angiospermae dibedakan menjadi
dua yaitu Monocotyledoneae (berkeping satu) dan Dicotyledoneae (berkeping dua).

3. Kelas : Monocotyledonae.

Temulawak masuk ke dalam kelas Monocotyledonae yang berkeping satu, berakar


serabut, tidak bercabang.

4. Ordo : Zingiberales.

5. Keluarga : Zingiberaceae.

6. Genus : Curcuma.

7. Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.

B. Morfologi Temulawak

Ciri ciri Tanaman Temulawak Berdasarkan klasifikasi temulawak tersebut, morfologi


temulawak antara lain tumbuhan dengan terna berbatang semu yang ketinggian
berkisar 1 sampai 2 meter. Batang temulawak yang semu merupakan bagian dari
pelepah daun yang tegak dan saling bertumpang tindih. Adapun rimpang temulawak
memiliki bentuk sempurna, berukuran besar, bercabang kuat dan memiliki variasi

9
warna coklat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Kelopak bunga
temulawak berwarna kuning tua dengan bentul lateral.

1. Batang

Batang temu lawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini
berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 – 2,5 meter. Tiap
rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2
– 9 helai daun.

2. Daun

Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan
seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50 – 55 cm, lebarnya +
18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi
secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis –
garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30 – 90 cm, dengan jumlah
anakan perumpun antara 3 – 9 anak.

3. Bunga

Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara
bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang
semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan
kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai
bunga + 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu
ketiak terdapat 3-4 bunga.

4. Rimpang

Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar,
sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya
memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3 – 4 buah. Warna
rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.

10
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor. Atau
coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua, dengan cita
rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang.
Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman + 16 cm. Tiap rumpun tanaman
temu lawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang
muda.

4. Akar

Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat
dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak
beraturan.

11
C. Kandungan Tanaman

Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid , mineral minyak atsiri serta minyak


lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48 – 54 %
tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin
rendah kadar tepungnya. Selain tepung , temulawak juga mengandung zat gizi antara
lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti kalium ( K ),
natrium ( Na), magnesium (Mg ), zat besi (Fe), mangan (Mn ) dan Kadmium ( Cd).
Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat
kuning yang disebut ” kurkumin” dan juga protein ,pati, serta zat – zat minyak
atsiri.Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol,
xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6% – 2,22%
dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan dan zat – zat minyak atsiri tadi,
diduga penyebab berkhasiatnya temulawak.

Zat Aktif Temulawak

Kurkumin, kurkuminoid, P-toluilmetilkarbinol, seskuiterpen d-kamper, mineral,


minyak atsiri serta minyak lemak, karbohidrat, protein, mineral seperti Kalium (K),
Natrium (Na), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd).

2.2.2 Syarat Tumbuh Temulawak

1. Iklim

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh
subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga
dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara
umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di
daerah beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara
19°C-30°C. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000
mm/tahun.

12
2. Media Tanam

Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik
tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat.
Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang
subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan
organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah
agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga
agar tanah tidak mudah tergenang air.

3. Ketinggian Tempat

Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian
tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang
diperoleh pada tanaman yang ditanam pada etinggian 240 m/dpl. Temulawak yang
ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit
minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.

A. Kriteria Tumbuh

Suhu
Temperatur Kategori
20°C - 30°C Sangat Baik
10°C - 20°C Baik
< 10°C Kurang Baik

Ketinggian
Topografi Kategori
> 750 mdpl Cukup Baik
250 – 750 mdpl Sangat Baik
< 240 mdpl Kurang Baik

13
Tanah
Jenis Tanah Kategori
Aluvial Sangat Sesuai
Regosol Sesuai
Grumosol Kurang Sesuai

2.3 Kondisi Fisik Kab. Jepara

1. Gambaran umum

Kabupaten Jepara terletak di Pantura Timur Jawa Tengah yang bagian barat
dan utaranya dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan
daerah pegunungan.

Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan


pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan
Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam
Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang
bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat Bandara Dewandaru yang
didarati pesawat dari Bandara Ahmad Yani Semarang.

3. Keadaan Cuaca dan Iklim

Suhu udara Masimum Kab. Jepara adalah 32,5 derajad Celsius, sedang suhu udara
minimum adalah 21,9 derajad Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS
dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240
derajad. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian
sepanjang 6 bulan tiap tahunnya

4. Struktur tanah

Bagian Barat Laut hingga Tenggara (Kecamatan Banjarsari) pada umumnya terdiri
dari tanah Grumosol.

14
BAB III

CARA KERJA

1. Open Arc Gis program Arc Map 10.1 lalu pilih file  add data

2. Kemudian pilih peta yang akan di georeferencing di dalam ArcMap.

15
3. Lalu atur sistem koordinat yang akan digunakan. Klik kanan pada layer utama
pilih Properties→ Coordinate System → Pilih Sistem Koordinat yang akan
digunakan (menggunakan sistem koordinat Geografis dengan Datum WGS
1984).

16
4. Masukan koordinat dengan klik Customize  Toolbars  Georeferencing

5. Klik add control points

17
6. Lalu klik pada titik koordinat

7. Kemudian klik kanan lalu pilih input DMS of Longitude and Latitude.

8. Masukan koordinat titik tersebut lalu klik ok.

18
9. Kemudian lakukan hal yang sama pada ketiga titik koordinat lainnya,
kemudian setelah selesai, klik georeferencing  update georeferencing

Digitasi

Klik kolom catalog pada pojok kanan, lalu pilih folder penyimpanan, kemudian pilih
new  shapefile

19
Tulis nama untuk layer pada kolom name. Kemudian untuk feature type pilih
polygon. Lalu klik Edit  world  wgs 1984  ok.

Untuk menambah kolom ‘kecamatan’, klik kanan pada batas_kecamatan, pilih open
attribute table.

Pilih add field, tulis ‘kecamatan’, lalu pada type pilih text  ok

20
Kemudian klik editor  start editing. Pada kotak dialog create features, klik batas
kecamatan lalu pilih polygon untuk mendigitasi peta.

klik pada batas-batas kecamatan, mulai dari mana saja

21
Jangan lupa untuk menyimpan setiap pekerjaan yang telah dilakukan, dengan klik
editorsave edits. Jika ingin memulai disigitasi kembali, pilih editor- start editing

22
Lakukan pada setiap batas kecamatan yang ada pada Kota Tasikmalaya, maka
hasilnya:

Kemudian, setelah semua terdigitasi, berikan nama kecamatan pada wilayahnya


masng-masing dengan klik pada layer batas_kecamatan  open attribute table

Klik pada panah di kolom pertama maka akan timbul warna biru pada tabel, dan
menunjukan posisi wilayah tersebut pada peta, kemudian tulis nama kecamatan sesuai
dengan wilayahnya.

23
Setelah melakukan penamaan, selanjutnya memberikan warna yang berbeda pada
setiap kecamatan. Klik kanan pada layer batas_kecamatan  properties

Pilih symbology  categories  unique value. Pilih kecamatan pada value field 
add all values ok

24
Pilih warna yang disuka pada color ramp  ok, maka hasilnya akan seperti ini:

25
Kemudian pilih editor  save edits. Editor  stop editing.

Setelah mengubah warna warna, selanjutnya adalah memunculkan nama pada setiap
kecamatan. Klik layer batas_kecamatan  properties.

26
Pilih labels  berikan centang pada label features in this layer. Label field 
kecamatan  ok.

Maka, nama akan muncul seperti ini:

27
Overlay

Masukan data shp jenis tanah, batas kecamatan yang telah dibuat dengan klik add
data. Lalu akan muncul tampilan seperti ini

28
Add field

29
30
31
32
33
BAB IV

HASIL

Keterangan : Berdasarkan pada peta hasil di atas, dapat diketahui bahwa tingkat
kemampuan lahan di wilayah Kab. Jepara berpotensi sebagai lahan budidaya tanaman
Temulawak. Di wilayah Barat terutama kategori sangat sesuai untuk budidaya
tanaman Temulawak dan di bagian Timur juga memiliki tingkat kesesuaian yang
mumpuni sebagai lokasi budidaya Temulawak. Hanya terdapat sepersekian pesen
wilayah yang kurang sesuai dengansyarat tumbuh dan budidaya tanaman Temulawak
di Kab. Jepara.

34
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tanaman Temulawak merupakan tanaman yyang mudah tumbuh di wilayah


Indonesia dengan kriteria suhu antara 19 derajat sampai 30 derajat Celcius. Tanaman
Temulawak dapat hidup antara ketinggian 5 sampai 1000 meter di atas permukaan
laut. Di wilayah dengan jenis tanah Aluvial dan Regosol tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik.

Jepara merupakan salah satu kota terkenal di Jawa Tengah. Kondisi fisik yang
berada di tengah provinsi menyebabkan kota ini berhawa sejuk dan memiliki
ketinggian yang bervariasi. Wilayahnya sangat cocok ditanami oleh berbagai macam
tumbuhan termasuk temulawak.

Hasil peta menggambarkan bahwa hampir 90% lahan di Jepara dapat di


jadikan lokasi budidaya tanaman temulawak. Tidak ada wilayah yang tidak sesuai.
Kriteria semua mengacu pada sagat sesuai, sesuai dan kurang sesuai. Jadi, Jepara
sangat berpotensi dijadikan lahan budidaya tanaman temulawak.

5.2 Saran

Tanaman temulawak sangat banyak manfatnya alangkah baiknya jika tanaman


ini dapat dibudidayakan dengan maksimal terutama di wilayah Jepara yang memiliki
lahan sangat sesuai untuk budidaya temulawak.

35
DAFTAR PUSTAKA

Letak dan Geografis. [online]. https://didit34.wordpress.com/letak-dan-geografis/.


[diakses 1/01/2016]

Selayang Pandang. [online]. http://www.Jepara.go.id/konten/selayang-pandang.


[diakses 28/12/2016]

Kurniati, Novik. 2013. Mengenal Tanaman Temulawak [online]. http://budidaya-


petani.blogspot.com/2013/02/cara-budidaya-tanaman-temulawak-lengkap.html.
[diakses 26/12/2016]

Rahman, Didik Taufik. 2014. Menanam Temulawak Mukinkah Jadi Milyuner.


[online]. http://organichcs.com/2014/02/13/menanam-temulawak-mungkinkah-jadi-
milyuner/. [diakses 2/01/2016]

Paimin, Farry B., Murhanato, “Budidaya Pengolahan Perdangangan Temulawak”,


Penebar Swadaya, hal. 8-10. Jakarta 2007

36
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai