Anda di halaman 1dari 8

Secara teori, ada banyak gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan seperti gaya

kepemimpinan transformational, transaksional, partisipatif dan otoriter. Dari berbagai gaya


kepemimpinan tersebut, setiap calon Presiden memiliki gaya kepemimpinannya masing masing.
Bapak Joko Widodo selaku calon Presiden mampu menampilkan karakter atau ciri-
ciri sebagai pemimpin transformasional. Karakter idealized influence (or charismatic
influence) diperlihatkan oleh kharisma Jokowi yang mampu “menyihir” bawahan untuk bereaksi
mengikuti pimpinan. Dalam bentuk kongkrit, kharisma ini ditunjukanmelalui perilaku Jokowi
yang mencerminkan visi dan misi organisasi yang dipimpinnya yaitu pelayanan kepada
masyarakat. Dalam berbagai kesempatan, Jokowi selalu menegaskan agar mengutamakan
pelayanan.
Karakter idealized influence (or charismatic influence) juga ditunjukkan dengan sikapi
Jokowi yang menghargai bawahan, bahkan warganya. Di setiap kesempatan, Jokowi bersedia
mendengarkan masukanmasukan dari warganya secara langsung. Sikap menghargai ini tercermin
dari dekatnya jarak komunikasidirinya dengan pejabat-pejabat di bawahnya. Pengaruh kharismatik
yang ada pada Jokowi ini tidak lepas dari kemampuannya menjadi role model yang dikagumi,
dihargai, dan diikuti oleh bawahannya. Jokowi tidak sedang berwacana tetapi action langsung
secara pribadi maupun organisasi.
Karakter Inspirational motivation ditunjukkan seorang pemimpin yang mampu
menerapkan standar yang tinggi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan untuk
mencapai standar tersebut.
Karakter intellectual stimulation terlihat dari kemampuan Jokowi dalam mendorong
bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cepat, cermat dan rasional. Walaupun
dalam berbagai kesempatan Jokowi tampak dengan mudah menjanjikan tentang suatu perbaikan,
tetapi Jokowi juga mengajak masyarakat untuk berpikir rasional.
Karakter individualized consideration seorang pemimpin yang mampu memahami perbedaan
individual para bawahannya. Walaupun Jokowi bersikap halus seperti orang jawa pada umumnya,
tetapi dirinya membiarkan dan tidak mempermasalahkan sikap Ahok, wakil gubernurnya yang
bicara ceplas-ceplos, lugas bahkan terkesan kasar. Pemimpin transformasional mau dan mampu
untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan. Jokowi dalam setiap kesempatan lebih
senang mendengar masukan dari orang lain sehingga orang lain merasa aspirasinya didengar.
Bapak Jokowi juga di dalam kepemimpinannya melakukan secara persuasif, menciptakan
kerjasama yang serasi, menumbuhkan realitas dan pertisipasi para bawahan, pemimpin motivasi
bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pemimpin dengan cara partisipatif akan
mendorong kemampuan bawahan hal mengambil keputusan. Dengan demikian, pemimpin yang
selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
Meurut saya sebenarnya gaya kepemimpinan Bapak Joko Widodo memang tergolong unik,
sebab memiliki sebuah gaya kepemimpinan yang lain dari pada yang lain dimana semua keputusan
keputusan yang diambilnya cenderung nyeleneh namun mengandung sebuah hal yang penting dalam
masyarakat. Jokowi hadir begitu cepat, sosok yang begitu dinanti nanti pada jaman seperti sekarang
ini, dimana banyak masyarakat yang sudah bosan dengan kondisi kepemimpinan sekarang ini. Banyak
masyarakat yang menginginkan sebuah perubahan dalam hal kepemimpinan bangsa ini, dan
Jokowi pun hadir ditengah tengah kita dengan citra sebuah pemimpin yang sangat peduli dengan kaum kaum
kelas bawah dan sangat peduli dengan srakyat kecil, banyak masyarakat
Indonesia menggantungkan perubahan bangsa ini pada sosok Joko Widodo.
Konsep kepemimpinan Jokowi adalah servant, dimana dalam konsep kepemimpinan ini
pemimpin adalah menjadi seorang pelayan, dimana yang dimaksud adalah Jokowi secara langsung
terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui bagaimana nasib dan keluhan ynag mereka
alami saat ini. Dimana disini Jokowi secara tidak langsung mecritrakan bahwa “saya adalah
pelayan anda” dengan motto bekerja dan melayani. Konsep ini lah yang dipegang teguh oleh
Jokowi sehingga banyak orang mengidolakan Joko Widodo sehingga beliau mampu menjadi
pemimpin No.1 di Negara Indonesia sekarang ini. Jokowi sangat cinta terhadap masyarakat, hal
ini terbukti bahwa dia selalu berusaha untuk dekat bahkan menyamakan diri dengan masyarakat
Sebelum membandingkan gaya kepemimpinan calon Presiden Indonesia periode 2019-2024,
maka sebaiknya diketahui terlebih dahulu mengenai jenis dari gaya kepemimpinan.
1. Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi bawahan atau
pengikut dengan minat-minat pribadinya. Pemimpin juga menentukan apa yang harus
dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau
organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan
tugas tersebut. Jadi kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana
seorang pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan
sumberdaya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan
pencapaian tugas yang efektif.
Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan,
kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang jelas,
tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain. Inilah kepemimpinan kepala
sekolah dengan mendengarkan keluhan dan perhatian berbagai partisipan, memutuskan perdebatan
dengan adil, membuat orang bertanggungjawab atas target kerja mereka, menyediakan
sumberdaya yang diperlukan demi pencapaian tujuan.
Kepemimpinan transaksional kepala sekolah mengandaikan adanya tawar menawar antara
berbagai kepentingan individual dari guru dan staf sebagai imbalan atas kerjasama mereka dalam
agenda kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan akan terus mengupayakan perbaikan-
perbaikan evaluasi program, jalinan komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan
kegiatan tugas-tugas untuk pemecahan masalah.
Kepala sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala
sekolah belajar dari aneka pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka.
Kepala sekolah transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan
stafnya. Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization
behavior).[2]
Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut :[3]
a. Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja
yang baik, mengakui pencapaian.
b. Active management by exception
Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan
perbaikan.
c. Pasive management by exception
Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
d. Laissez-faire
Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.

Kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan
transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu
atau kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.[4]

McFarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan


dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan
orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Pfiffner (1980)
kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan


atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mengubah energi potensial
menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Jadi, seorang kepala sekolah bisa
disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah sumber
daya baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja
dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah
ditetapkan.[5] Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf,
bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-lain.

Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood, dkk (1999) mengemukakan


:[6]
Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared
vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructuring
efforts in schools.
Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya
sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama,
pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang
menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional diprediksikan mampu mendorong terciptanya efektifitas
institusi pendidikan. Jenis kepemimpinan ini menggambarkan adanya tingkat kemampuan
pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik.
Kepemimpinan transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future
oriented) institusi pendidikan diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan kreatifitas
dalam meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan mutu dan eksistensi institusi pendidikan. Hal
ini penting karena warga institusi pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk
terciptanya institusi pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional dalam menapaki
masa depan dan segala tantangan yang ada.
Ciri pemimpin transformasional diantaranya:[7]
a. Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
b. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang
membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:[8]
a. Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa
hormat dan percaya.
b. Inspiration
Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c. Intellectual stimulation
Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
d. Individualized consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan
secara individual.

Kepemimpinan transaksional dan transformasional memiliki perbedaan esensial dalam


konstruksi perilaku kepemimpinan tetapi sifatnya saling melengkapi dan tidak saling meniadakan.
Seberapa besar kombinasinya tergantung dari situasi masing-masing.
Menurut pemikiran Bass (2007), kepala sekolah transaksional bekerja di dalam budaya
organisasi sekolah seperti yang ada, sedangkan kepala sekolah transformasional mengubah budaya
organisasi sekolah. Perbedaan esensial antara pemimpin transaksional dan transformasional
berikut ini :[9]

1. Kepemimpinan Transaksional

a. Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan

b. Kepemimpinan adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan dengan masalah
sekarang.

c. Pemimpin mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman dan sanksi


untuk mengontrol pengikut.

d. Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan


bagi kinerja yang dikehendaki.

e. Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk berhasil


tawar-menawar.

2. Kepemimpinan Transformasional
a. Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak di luar
kerangka dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.

b. Kepemimpinan adalah bentuk proaktif dan harapan-harapan baru pengikut.

c. Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan


pertimbangan individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi pengikut),
stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap
permasalahan organisasional dengan sudut pandang yang baru) dan pengaruh ideal
(membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk pengikut.

d. Pemimpin menciptakan kesempatan belajar bagi pengikut mereka dan merangsang


pengikutnya untuk memecahkan masalah.

e. Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk
mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.

f. Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan


pribadi.

Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang sebagian besar mutlak tetap berada
pada pimpinan atau pimpinan itu mengganti sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan
keputusan dan kebijakan hanya ditetapkan sendiri oleh pimpinan. Bahwa tidak diikutsertakan
untuk memberikan saran, ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Orientasi kepemimpinan difokuskan hanya untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai
dengan kurang memperhatikan kesejahteraan bawahannya. Pimpinan menganut sistem
manajemen tertutup (close management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada
bawahannya pengendaraan kurang mendapatkan perhatian.

Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif adalah apabila di dalam kepemimpinannya dilakukan secara persuasif,
menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan realitas dan pertisipasi para bawahan,
pemimpin motivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pemimpin dengan cara
partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan hal mengambil keputusan.
Dengan demikian, pemimpin yang selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab
yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai