TINJAUAN PUSTAKA
Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengkonsumsi atau menggunakan zat-zat tertentu
yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain. Zat psikoaktif kini sering
disebut NAPZA yaitu singkatan dari narkotik, psikotropik dan zat adiktif. UU NO 35 TAHUN 2009
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
Golongan Narkotika
I. Hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuna dan tidak digunakan
II. Berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
III. Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan
Menurut UU NO 5 TAHUN 1997 psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada akivitas mental dan perilaku.
Golongan Psikotropika
I. psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengatahuan dan tidak digunakan
III. psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan mempunyai
IV. psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk ilmu
zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup
menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan yakni
keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus, karena merupakan zat atau bahan
kimia yang mempengaruhi sel saraf di otak khususnya reward circuit atau jalur kesenangan dengan
dopemine yaitu zat kimia yang mengatur sifat senang, perhatian, kesadaran dan fungsi lainnya. Zat
Pedoman diagnostic
Identifikasi dari zat psikoaktif yang digunakan dapat dilakukan berdasarkan laporan
individu, analisis objektiv dari specimen urin, darah dan sebagainya, atau bukti lain (adanya sempel
obat yang ditemukan pada psien, tanda dan gejala klini atau dari laporan pihak ketiga) selalu
disarankan untuk mencari bukti yang menguatkan lebih dari satu sumber yang berkiatan dengan
penggunaan zat.
Analisis objektif memberikan bukti paling dapat diandalkan perihal adanya penggunaan
akhir-akhir ini atau saat ini, meskipun data ini mempunyai keterbatasan terhadap penggunaan Zat
diagnosis harus dklasifikasikan sesuai dengan zat tunggal yang paling penting digunakannya. Hal
ini biasanya dilakukan dengan memperhatikan pemakain obat tertentu atau jenis obat yang
menyebabkan gangguan yang tampak. Dalam keadaan ragu-ragu, cantumkan kode obat atau jenis
obat yang paling sering disalahgunakan, terutama pada kasus penggunaan yang berlanjut harian.
Ditahun 1964 badan kesehatan dunia menyatakan bahwa istilah adiksi tidak lagi menjadi
istilah ilmiah dan menganjurkan menggantinya dengan istilah ketergantungan obat. Konsep
ketergantungan zat mempunyai banyak arti yang dikenali secra resmi dan banyak arti yang
digunakan selama beberapa decade. Pada dasarnya dua konsep telah diminta tentang definisi
ketergantungan, ketergantungan
behavior) bukti-bukti pola penggunaan patologis dan ketergantungan fisik telah menekankan efek
fisik (yaitu fisiologis) dari episode multiple penggunaan zat. Secara spesifik, definisi
ketergantungan telah menggunakan adanya toleransi atau putus zat dalam criteria klasifikasinya.
Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah, tapi sangat penting artinya
untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan yang patut dikenali atau
diwaspadai adalah :
Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam
penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga
Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko
tinggi) mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan
yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut
:
1. ANAK :
Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA antara lain :
Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun)
2. REMAJA :
Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :Remaja yang
mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai citra diri negatif
3. KELUARGA
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi, antara lain:
Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar
kemampuannya
Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk
Orang tua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orang tua berselingkuh atau ayah menikah
lagi
Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benarsalah yang jelas
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak
Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin,
Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus
menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran
menurun.
Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh
Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau tampat kerja.
Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu
Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota
Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang
Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya,
mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri,
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga,
Terapi dan Rehabilitasi ketergantungan NAPZA tergantung kepada teori dan filosofi yang
mendasarinya. Dalam nomenklatur kedokteran ketergantungan NAPZA adalah suatu jenis penyakit
atay dusease entity yang dalan International classification of diseases and health related problems-
tenth revision 1992 (ICD-10) yang dikeluarkan oleh WHO digolongkan dalam Mental and
- Keparahan (severrity) gangguan dan sejauh mana level fungsi keperibadian terganggu
- Konteks sosial dan lingkungan pasien dimana dia tinggal dan diharapkan kesembuhannya
Sebelum dilakukan intervensi medis, terlebih dahulu harus dilakukan assessment terhadap
pasien dan kemudian baru menentukan apa yang menjadi sasaran dari terapi yang akan dijalankan.
peranan terbatas. Proses rehabilitasi pasien ketergantungan NAPZA melibatkan berbagai profesi dan
disiplin ilmu. Namun dalam kondisi emergency, dokter merupakan pilihan yang harus
diperhitungkan.
a. Intoksikasi
b. Overdosis
Penting dalam kondisi Gawat Darurat adalah ketrampilan menentukan diagnosis, sehingga
Intoksikasi opioida :
Beri Naloxone HC 1 0,4 mg IV, IM atau SC dapat pula diulang setelah 2-3 menit sampai 2-3 kali
Bila perlu beri : Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Clobazam 3x10 mg.
Beri Diazepam 10-30 mg oral atau pareteral,atau Klordiazepoksid 10-25 mg oral atau Clobazam
3x10 mg. Dapat diulang setelah 30 menit sampai 60 menit. Untuk mengatasi palpitasi beri
Intoksikasi alkohol :
Mandi air dingin bergantian air hangat
Melonggarkan pakaian
- Lurus dan tengadahkan (ekstenikan) leher kepada pasien (jika diperlukan dapat memberikan
- Bila jantung berhenti, lakukan masase jantung eksternal,injeksi adrenalin 0.1-0.2 cc I.M
- Bila timbul asidosis (misalnya bibir dan ujung jari biru, hiperventilasi) karena sirkulasi darah yang
Pasang infus dan berikan cairan (misalnya : RL atau NaC1 0.9 %) dengan kecepatan rendah (10-
12 tetes permenit) terlebih dahulu sampai ada indikasi untuk memberikan cairan. Tambahkan
Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau trauma
yang membahayakan
Observasi terhadap kemungkinan kejang. Bila timbul kejang berikan diazepam 10 mg melalui IV
atau perinfus dan dapat diulang sesudah 20 menit jika kejang belum teratasi.
Terapi ini sering dikenal dengan istilah detoksifikasi. Terapi detoksifikasi dapat dilakukan dengan
cara berobat jalan maupun rawat inap. Lama program terapi detoksifikasi berbeda-beda:
24-48 jam untuk detoksifikasi opioid dalam anestesi cepat (Rapid Opiate Detoxification
Treatment)
penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
Tanpa diberi terapi apapun, putus obat seketika (abrupt withdrawal atau cold turkey). Terapi
Dapat diberi morfin,petidin,metadon atau kodein dengan dosis dikurangi sedikit demi sedikit.
Dipakai Clonidine dimulai dengan 17 mikrogram/kg BB perhari dibagi dalam 3-4 kali pemberian.
dihentikan.
Terapi putus opioida dengan metode Detoksifikasi cepat dalam anestesi (Rapid Opioid
Detoxification). Prinsip terapi ini hanya untuk kasus single drug opiat saja, di lakukan di RS dengan
fasilitas rawat intensif oleh Tim Anestesiolog dan Psikiater, dilanjutkan dengan terapi menggunakan
Trapi putus zat sedative/hipnotika dan alcohol. Harus secara bertahap dan dapat diberikan
Memberikan benzodiazepin mulai dari 10 mg yang dinaikan bertahap sampai terjadi gejala
intoksikasi. Selanjutnya diturunkan kembali secara bertahap 10 mg perhari sampai gejala putus zat
hilang.
Rawat inap perlu dipertimbangkan karena kemungkinan melakukan percobaan bunuh diri. Untuk
- Pada gangguan waham karena amfetamin atau kokain berikan Inj. Haloperidol 2.5-5 mg IM dan
- Pada delirium putus sedativa/hipnotika atau alkohol beri Diazepam seperti pada terapi intoksikasi
Psikotik adalah gangguan mental berat yang menyebabkan timbulnya persepsi dan
pemikiran yang abnormal.11 Dua gejala utama adalah adanya delusi (waham) dan
halusinasi.12
Halusinasi adalah persepsi yang salah dapat timbul tanpa adanya rangsangan dari
luar.13 Halusinasi adalah hal-hal penginderaan yang terlihat secara nyata, tetapi
dihasilkan oleh sebuah pikiran. Delusi (waham) adalah keyakinan yang salah tentang
sesuatu yang terjadi dan berpikir bahwa itu nyata.14, 15
Skizofrenia dapat dibagi menjadi subtipe: 1) tipe paranoid : didominasi delusi atau
halusinasi, 2) tipe disorganisasi : adanya masalah bicara dan perilaku, 3) tipe katatonik :
adanya katalepsi atau stupor, agitasi ekstrim, negativisme ekstrim atau mutisme , postur
katatonik, dan kegembiraan katatonik, 4) tipe residual : dalam keadaan remisi tetapi
masih memperlihatkan gejala penarikan diri secara sosial, afek datar, perilakueksentrik,
dan pikiran tak logis. 5) tipe tak terinci, gejala
halusinasi dan waham dominan, tetapi tidak dapat digolongkan dalam tipe
skizofrenia lain.17
Menurut Kushner & Mueser, ada 4 asumsi yang menghubungkan NAPZA dan
psikosis: (1) Penggunaan NAPZA menyebabkan skizofrenia, (2) Penggunaan NAPZA
merupakan penyebab dari skizofrenia, (3) Skizofrenia dan penggunaan NAPZA dengan
penyebab yang sama, dan (4) Skizofrenia dan penggunaan NAPZA berinteraksi dan
memelihara satu sama lain.19
Zat yang bekerja secara tidak langsung ini dapat menyebabkan beberapa efek yang
ditimbulkan mulai dari rasa sigap, insomnia, euforia, anoreksia.20,21 Bila pada dosis yang
sangat tinggi dapat menyebabkan timbunya gejala-gejala psikotik berupa halusinasi dan
waham, ini dapat terjadi karena zat ini sangat mudah masuk ke sistem saraf pusat
melalui sirkulasi.20 Metamfetamin sangat mirip dengan amfetamin hanya saja
metamfetamin memiliki efek sentral yang lebih kuat dibandingkan dengan amfetamin.21
Penelitian oleh Curran et al dalam review 54 studi tentang zat stimulan dan
psikosis, memperlihatkan bahwa dosis tunggal obat stimulan dapat memicu peningkatan
psikosis 50–70% dari responden dengan skizofrenia dan gejala akut psikosis.22
Alkohol dan Psikotik