Anda di halaman 1dari 5

Diagnosa Keperawatan

Menurut Doenges dkk (2001) dan Carpenito J.L (2005) diagnosa keperawatan yang timbul pada post
partum antara lain :
a. Potensial gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan trauma persalinan, efek anestesi.
c. Gangguan eliminasi : perubahan pola BAK berhubungan dengan trauma persalinan, efek anestesi.
d. Potensial infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder terhadap trauma persalinan.
e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, nyeri episiotomi,
penurunan aktivitas.
f. Defisit selfcare dan infantcare berhubungan dengan defisit knowledge tentang selfcare dan
infantcare.
g. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan hospitalisasi,
waktu perawatan bayi.
h. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan transisi pada masa
menjadi orang tua dan perubahan peran.
3. Perencanaan
a. Potensial gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.

Tujuan : Mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh.


Kriteria Hasil :
1) Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
2) Proses involusi uterus sesuai masa nifas
3) Jumlah Lochea normal 400 – 1200 cc
4) Warna sesuai dengan masa nifas
5) Intake output sesuai.

Intervensi :
1) Monitor tekanan darah dan nadi
Rasionalisasi : Hipotensi, takicardi, merupakan gejala dari hipovelemia.
2) Kaji proses intrapartal
Rasionalisasi: Kehilangan darah berlebihan path waktu kelahiran yang berlanjut pada periode pasca
partum dapat diakibatkan persalinan yang lama, estimulasi oksitosin, uterus overdistansi atau
anestesi umum.
3) Ukur TFU dan kontraksi uterus tiap 8 jam
Rasionalisasi: Kontraksi uterus berfungsi menekan pembuluh darah endometrial.
4) Massage fundus perlahan atau lembut
Rasionalisasi: Merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol pendarahan.
5) Ajarkan ibu untuk menyusui
Rasionalisasi: Isapan akan merangsang kelenjar pituitary posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang
berdampak kontraksi uterus
6) Kaji lochea
Rasionalisasi: Untuk mengetahui adanya involusi uterus dan terjadinya infeksi
7) Anjurkan klien untuk minum yang cukup (2000 cc/hari)
Rasionalisasi: Penambahan cairan akan mengkompensasi cairan tubuh yang hilang.
8) Evaluasi intake - output
Rasionalisasi: Menilai balance cairan.
9) Check Hb-Hct
Rasionalisasi: Hb menurun Hct meningkat merupakan indikator Hipovolemia
10) Persiapan pemberian cairan intra vena, tranfusi
Rasionalisasi: Membantu meningkatkan volume cairan.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma persalinan.

Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.


Kritenia Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi :
1) Kaji adanya nyeri, tingkat, lokasi dan sifat.
Rasionalisasi : Membantu mengidentifikasi faktor yang memperberat.
2) Kaji perineum dan penyembuhan luka episiotomi.
Rasionalisasi: Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan /komplikasi yang
memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam I setelah kelahiran.
Rasionalisasi : Meningkatkan vasokontriksi dan mengurangi oedema dan vasodilatasi.
4) Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
5) Kaji payudara ada pembengkakan / tidak, puting pecah-pecah/tidak.
Rasionalisasi: Pembengkakan payudara, nyeri tekan puting, atau adanya pecah-pecah pada puting
dapat terjadi 2-3 hari post partum.
6) Ajarkan klien perawatan payudara.
Rasionalisasi: Perawatan payudara sejak dini akan mengurangi resiko gangguan pada payudara.
7) Ajarkan klien untuk perawatan perineum.
Rasionalisasi: Mengurangi intensitas nyeri.

c. Gangguan eliminasi : perubahan pola BAK berhubungan dengan trauma persalinan, efek anestesi.
Tujuan : Mengatasi gangguan eliminasi BAK.
Kritena Hasil :
1) Klien dapat BAK tanpa dibantu dalam 6-8 jam post partum.
2) Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih.
Intervensi :
1) Kaji masukan cairan dan keluaran urine terakhir. Catat masukan cairan intrapartal dan keluaran
wine dan lamanya persalinan.

Rasionalisasi : Persalinan yang lama dan penggantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan
dehidrasi dan menurunkan keluaran urine.
2) Palpasi kandung kemih, TFU dan pantaujumlah cairan lochea.
Rasionalisasi: Distensi kandung kemih menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan cairan lochea.
3) Kaji adanya oedema, luka episiotomi dan anastesi yang digunakan.
Rasionalisasi: Trauma kandung kemih atau oedema dapat mengganggu berkemih, anastesi dapat
mengganggu sensasi kandung kemih.
4) Instruksi klien untuk melakukan latihan Kegel setiap hari setelah efek-efek anastesi berkurang.
Rasionalisasi: Latihan Kegel 100 kali / hari meningkatkan sirkulasi pada perineum, membantu
memulihkan otot pubokoksigeal dan mencegah atau menurunkan inkontinensia stress.
5) Anjurkan minum 6-8 gelas / hari.
Rasionalisasi : Membantu mencegah stasis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu
melahirkan.

d. Potensial infeksi berhubungan invasi bakteri sekunder terhadap trauma persalinan.


Tujuan: Mengatasi kemungkinan terjadinya infeksi.
Kriteria Hasil : Klien bebas infeksi.
Intervensi:
1) Kaji riwayat intrapartal, KPD, partus lama, perdarahan dan tertahannya plasenta.
Rasionalisasi : Mengidentifikasi faktor resiko infeksi.
2) Monitor suhu tubub dan nadi tiap 8 jam. Kaji adanya menggigil, anoreksia.
Rasionalisasi: Peningkatan suhu sampai 38,30 C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
3) Kaji fundus uteri, involusi uterus, lochea.
Rasionalisasi : Perubahan suhu dan lochea yang tidak sesuai dengan masa nifas menandakan
kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau infeksi.
4) Kaji luka episiotomi tiap 8 jam.
Rasionalisasi : Diagnosa ini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus.
5) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Rasionalisasi: Gejala ISK dapat tampak ban ke-2 sampai ke-3 post partum karena naiknya infeksi
traktus dan urethra kandung kemih dan kemungkinan ke ginjal.
6) Anjurkan perawatan perineum setelah BAK/BAB dan sebelum mandi.
7) Anjurkan mengkonsumsi makanan TKTP, Vit C, Fe dan intake cairan 2000 cc/hari.
Rasionalisasi: Makanan TKTP, Vit C membantu penyembuhan dan regenerasi janingan baru.
Peningkatan cairan mencegah stasis urine dan masalah-masalah ginjal.
8) Kolaborasi pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi luka episiotomi.
e. Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, nyeri episiotomi,
penurunan aktivitas.
Tujuan: Gangguan eliminasi teratasi.
Kritenia Hasil : Klien secara verbal mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
1) Kaji bising usus, diastasis recti.
Rasionalisasi : Mengevaluasi fungsi usus. Diastasis recti berat menurunkan tonus otot abdomen yang
diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
2) Kaji adanya Hemoroid.
Rasionalisasi : Hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.
3) Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
Rasionalisasi : Makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang eliminasi.
4) Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
Rasionalisasi : Membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
5) Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
Rasionalisasi : Meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah mengejan
atau stress perianal selama pengosongan.
f. Defisit selfcare dan infant care berhubungan dengan defisit knowledge selfcare dan infantcare.
Tujuan : Klien mampu merawat diri sendiri.
Kriteria Hasil :
1) Klien mengungkapkan dengan verbal mampu melakukan perawatan diri.
2) Klien menunjukkan kemampuan perawatan bayi.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan post partum.
2) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang perawatan post partum dan berikan rencana
penyuluhan kesehatan.
Rasionalisasi : Menjamin kelengkapan informasi yang diberikan.
3) Ajarkan dan anjurkan perawatan payudara, perineal, personal hygiene.
4) Demonstrasikan teknik perawatan payudara.
Rasionalisasi : Membantu penguasaan tugas baru.
5) Diskusikan tentang penggunaan kontrasepsi.
6) Informasikan tentang perawatan bayi: memandikan, merawat tali pusat, menyusui.
g. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan hospitalisasi,
waktu perawatan bayi.
Tujuan : Pola istirahat dapat kembali normal.
Kriteria Hasil : Secara verbal klien mengucapkan dapat beristirahat cukup.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kelemahan pasien dan kebutuhan istirahatnya.
2) Anjurkan klien untuk mengatur antara istirahat dan perawatan bayi.
3) Informasikan bahwa keadaan fisik dan psikologi itu berpengaruh pada produksi ASI.
4) Libatkan keluarga dalam perawatan anak agar ibu dapat beristirahat dengan cukup.
5) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat ibu : kecemasan~ konflik.
6) Ciptakan suasana lingkungan yang terapeutik.
7) Tingkatkan kebiasaan menjelang tidur minum susu, minum hangat, membaca.
h. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan transisi pada masa
menjadi orang tua dan perubahan peran.
Tujuan : Keluarga dapat memahami adanya perubahan proses dalam keluarga.
Kriteria Hasil : Ayah-ibu menunjukkan tingkah laku kasih sayang terhadap bayinya.

Intervensi :
1) Anjurkan ibu untuk menyentuh, memegang dan memeriksa bayi.
2) Anjurkan ayah untuk menggendong / menyentuh dan pembantu merawat bayi.
3) Observasi interaksi antara keluarga dengan bayi.
4) Fasilitasi keluarga dan sibling untuk menjenguk/ menyentuh bayi.
5) Anjurkan segera memberikan ASI.
6) Beri penjelasan semua tentang kebutuhan informasi yang diperlukan klien tentang kondisinya dan
perawataan bayi.

Anda mungkin juga menyukai