Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Oleh :

Clara Tyas Evinigrum (010216A013)


Danar Khodariyanto (010216A014)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN REGULER TRANSFER


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah keperawatan dewasa II yang berjudul
”Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Resiko Bunuh Diri” kemudian
sholawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yaiutu Al-qur’an sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan jiwa di
program studi S1 keperawatan selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua yang sealau memberi motivasi
2. Kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sealama penulisan makalah ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penuliasan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran secara konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Ungaran, September 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu dengan lain sebagai
mencapai kesejahteraan, perkembangan optimal menggunakan kemampuan
mental (kognisi,afeksi, dan relasi) memiliki prestasi individu serta konsisten
dengan hukum berlaku. (Australian Health Minister, Mental Health Nursing
Practice,1996:25 dalam Yosep 2016).
Manusia bereaksi keseluruhan secara keseluruhan, secara holistik atau
juga secara somato-psiko-sosial. Ganggguan jiwa ialah gejala patologik
dominan dari unsur psike. Tidak berati bahwa unsur yang lain tidak
terganggu. Hal – hal yang mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan
dan konstitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan
psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, dan
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang
dicintai, agresi rasa permusuhan, hubungan antara manusia, dan sebagainya
(Yosep, 2016).
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada
konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami,
Florida, Amreika Serikat 1995 lalu. Sebab di AS angka pasien skizofrenia
cukup tinggi (lifetime prevalence rates) mencapai 1./100 penduduk. Sebagai
perbandingan, di Indonesia bila PJPT angkanya adalah 1/1000 penduduk
maka proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk bahkan bisa lebih besar
lagi.
Menurut Taylor (1997) dalam Yosep (2016) bunuh diri ialah kegiatan
mengakhir kehidupa n. Bantuan dalam melakukan bunuh diri sangat berati.
Misalnya menyediakan obat atau senjata. Tersedia untuk pasien sesuai dengan
tujuannya. Pasien yang secara fisik mampu, akan melakukan kegiatan
mengakhiri kehidupannya sendiri. Bunuh diri dengan bantuan (euthanasia
pasif) dibedakan dengan euthanasia aktif. Bunuh diri dengan bantuan adalah
seseorang membantu mengakhiri hidupnya dan secara tidak langsung menjadi
pelaku dalam kematiannya.
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang mengancam.
Sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang di antaranya
meninggal bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, Inggris
rata-rata 23 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan 37 orang per
100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang bunuh diri dan 30.000
orang per tahunnya.
Mengenai pendataan kasus bunuh diri di Indonesia masih jelek. Dari
data yang diambil di kamar mayat RSCM misalnya, terdapat 1.119 kasus
bunuh diri dari tahun 2004-2005. Dari jumlah tersebut 41% bunuh diri
dengan cara gantung diri dan 23 % menggunakan racun serangga, sisanya lagi
karena overdosis. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau
setiap 40 detik. Bunuh diri juga merupakan satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun selain karena faktor kecelakaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bunuh diri ?
2. Apa faktor predisposisi dan faktor presipasi bunuh diri ?
3. Bagaimana tanda dan gejala resiko bunuh diri ?
4. Bagaimana diagnosa keperawatan dan diagnosa medis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan resiko bunuh diri ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengerti tentang asuhan keperawatan pada pasien resiko bunuh diri
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bunuh diri.
b. Mengetahui faktor predisposisi dan faktor presipasi bunuh diri.
c. Mengetahui tanda dan gejala dengan resiko bunuh diri.
d. Mengetahui diagnosa keperawatan dan medis klien resiko bunuh diri.
e. Mengetahui penatalaksanaan resiko bunuh diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku
bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan
dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu
mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak
dapat menghadapi stress. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena
kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang
berarti. Perasaan marah atau bermusuhan dan bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri dan cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart, 2006).
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang
tahu akan akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu
singkat (Yosep & Titin, 2016).
2. Klasifikasi
a. Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1) Ancaman bunuh diri
Yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin
bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak
akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan
secara non verbal.
2) Upaya bunuh diri
Yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3) Bunuh diri
Yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak
bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
b. Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1) Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang
didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful)
sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.
2) Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang
berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam
melaksanakan tugasnya.
3) Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang
diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau
putus harapan.

3. Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang
menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi :
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan
skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,
kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat
menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

4. Faktor Presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian
yang memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan
umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu,
mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau
terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin
rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.

5. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap
tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri
pada pasien
6. Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering
kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh diri.

7. Mekanisme koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego
yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

8. Rentang respon
RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI
Respon adaptif Respon
maladaptif

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Peningkatan Pengambilan Perilaku Pencederaan Bunuh diri
diri resiko yangdestruktif-diri diri
meningkatkan tidak langsung
pertumbuhan

Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau


stresor. Respon Individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan
pemecahan masalah yang dimiliki dan tingkat stress yang dialami.
Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia
akan berespon secara maladaptif denga menggunakan koping bunuh diri.
Rentang respon perlindungan diri yang adaptif yaitu:
a. Pengembangan diri
b. Growth promoting risk
B. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri Koping keluarga Kegagalan Perpisahan


rendah tidak efektif

C. Data Yang Perlu Dikaji


Subjektif Objektif
Memiliki riwayat penyakit Mengalami depresi, cemas, dan
mental perasaan putus asa

Menyatakan pikiran, harapan,


Respon kurang dan gelisah
dan perencanaan bunuh diri

Menyatakan bahwa sering


mengalami kehilangan secara Menunjukkan sikap agresif
bertubi-tubi dan bersamaan

Menderita penyakit yang Tidak koperatif dalam menjalani


prognosisnya kurang baik pengobatan
Menyalahkan diri sendiri,
Berbicara lamban, keletihan,
perasaan gagal dan tidak
menarik diri dari lingkungan social
berharga
Menyatakan perasaan tertekan Penurunan berat badan

D. Diagnosa Keperawatan
1. Mutilasi diri berhubungan gangguan emosional
2. Distres spiritual berhubungan dengan acancaman kematian
3. Reaksi kemarahan
4. Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara verbal
5. Ancaman harga diri karena malu
6. Kehilangan pekerjaan

E. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Mutilasi diri berhubungan gangguan emosional (00151)
Definisi : Perilaku sengaja mencederai diri yang menyebabkan kerusakan
jaringan dengan maksud menyebabkan cedera yang tidak fatal untuk
meringankan ketegangan
NOC : Menahan Diri Dari Memutilasi (1406)
Definisi : Tindakan pribadi untuk menahan diri dari sengaja melukai diri
sendiri (tidak mematikan)
Menahan diri dari mengumpulkan niat untuk melukai diri sendiri dari
skala 3 ditingkatkan ke skala 4
NIC : Manajemen Perilaku : Menyakiti Diri (4354)
Definisi : Membantu pasien untuk menurunkan atau meghilangkan
tingkah laku menyakiti diri atau penganiayaan diri
Aktivitas :
a. Tentukan motif atau alasan tingkah laku
b. Kembangkan harapan tingkah laku yang tepat dan konsekuensinya,
berikan pasien tingkat fungsi kognitif dan kapasitas untuk mengontrol
diri
c. Komunikasikan tingkah laku yang diharapkan dari pasien dan
konsekuensinya bagi pasien
d. Pindahkan barang yang berbahaya dari lingkungan sekitar pasien
e. Berikan helm, pengekangan atau pembebat dengan cara yang tepat
untuk membatasi pergerakan dan kemampuan untuk mulai menyakiti
diri
2. Distres spiritual berhubungan dengan ancaman kematian (00066)
Definisi : Suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan gangguan
kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri
sendiri duniam atau kekuatan yang tinggi.
NOC : Kesehatan Spritual (2001)
Definisi : Hubungan keterkaitan dengan diri, orang lain, zat yang lebih
tinggi, semua makhluk hidup, alam dan semesta alam yang melebihi dan
memberi kuasa pada diri
Kualitas keyakinan dari skala 1 ditingkatkan ke skala 3
NIC : Biblioterapi (4680)
Definisi : Penggunaan literatur yang terapeutik untuk meningkatkan
ekspresi perasaan, penyelesaian masalah aktif, koping, atau daya tilik diri
Aktivitas :
a. Indentifikasi emosi pasien, kognitif, perkembangan dan kebutuhan
terkait dengan situasi
b. Tentukan kemampuan untuk membaca secara mandiri
c. Mengatur tujuan terapi (misalnya., perubahan emosi; perkembangan
kepribadian, mempelajari nilai dan sikap yang baru
3. Reaksi kemarahan
4. Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara verbal
5. Ancaman harga diri karena malu
6. Kehilangan pekerjaan
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien : ............
2. Diagnosa keperawatan
.......
3. Tujuan khusus
a. Mengamankan pasien dari tindakan bunuh diri
b. Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk bunuh diri
4. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
b. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Melakukan kontrak treatment
d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum, Selamat pagi mbak, perkenalkan kami mahasiswa
Keperawatan dari Universitas Ngudi Waluyo, mbak dapat memanggil
kami Danar dan Clara. Kami perawat di ruang ini yang akan merawat
mbak”.
“Nama mbak siapa? Senang dipanggil siapa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabar mbak hari ini?“
“Mbak sepertinya terlihat bingung dan gelisah. Apakah mbak mau
menceritakan pada kami apa yang mbak rasakan?”
“Kami dapat menjamin kerahasiaan dari setiap informasi yang mbak
ceritakan kepada Kami”.
c. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat
1) Topik:
“Baik mbak, hari ini kita akan mendiskusikan tentang kondisi
kesehatan mbak. Bagaimana mbak, apakah mbak setuju dengan topik
kita kali ini? “
2) Waktu:
“Untuk pertemuan kita pertama kali ini, mbak bisa berdiskusi berapa
lama? Sesuai dengan permintaan mbak, kita berdiskusi mengenai
keadaan mbak selama 15 menit ya, jadi nanti kita akan selesai
berdiskusi pada pukul jam 09.45”.
3) Tempat:
“Mbak ingin kita berdiskusi dimana? Baik mbak, mari kita berdiskusi
di ruangan ini ya”

2. KERJA
“Bagaimana perasaan mbak setelah peristiwa ini terjadi? Apakah dengan
adanya masalah ini, mbak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah
mbak merasa kehilangan percaya diri? Apa merasa tidak berharga?”

“Apakah mbak merasa sulit untuk berkonsentrasi? Apakah mbak, berniat


untuk mencederai diri? Apa yang mbak rasakan?”

(Jika pasien menyampaikan keinginan bunuh diri,segera lakukan tindakan


keperawatan untuk melindungi pasien)
“Kami akan memeriksa seluruh isi kamar mbak ya, untuk memastikan tidak
ada benda-benda yang membahayakan diri mbak”.
“Karena mbak, tampak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, maka
kami tidak membiarkan mbak sendiri ya”.
“Apa yang mbak lakukan saat keinginan untuk bunuh diri muncul? Kalau
keinginan untuk bunuh diri muncul, mbak langsung minta bantuan perawat
di ruangan atau keluarga untuk menemani mbak diruangan sehingga mbak
tidak sendirian di ruangan. Jadi, mbak jangan sendirian di kamar ya”.

3. TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Subyektif :
“Bagaimana perasaan mbak sekarang setelah mengetahui cara
mengendalikan perasaan ingin bunuh diri?”
Obyektif :
“Coba mbak sebutkan kembali cara tersebut?”
“Bagus sekali mbak, sekarang mbak sudah mengerti cara mengendalikan
perasaan ingin bunuh diri.”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan) :
“Baik mbak, tadi kita sudah berdiskusi iya mbak tentang cara
mengendalikan perasaan ingin bunuh diri. Tugas untuk mbak yaitu
berlatih cara mengendalikan perasaan bunuh diri ya mbak. Nanti pada
pertemuan selanjutnya, saya akan melihat jadwal kegiatan latihan mbak
ya. Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya ya mbak”.
c. Kontrak yang akan datang (topic, waktu, dan tempat)
“Sudah 15 menit ya mbak, kita berdiskusi. Baiklah mbak, topik
pertemuan kita selanjutnya akan mengidentifikasi aspek positif yang
dimiliki mbak”.
“Untuk pertemuan selanjutnya, mbak mau kita berdiskusi jam berapa?”
“Nanti mbak mau kita berdiskusi dimana?”
“Baik mbak, kita akan bertemu lagi bsok ya, jam 09.00 di ruangan ini”.
“Terima kasih ya mbak” (sambil menjabat tangan pasien).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi
orang yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang.
Beberapa faktor pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan,
seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang
mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh
diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh
diri.

B. Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri
pasien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya perilaku bunuh diri pasien. Hendaknya perawat melibatkan
keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan jiwa
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Yosep, I & Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai