Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data dari Kementerian Industri Republik Indonesia tahun 2010,

Indonesia merupakan Negara G20 yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif

selain Negara China dan India. Pertumbuhan ekonomi ini didukung dengan

meningkatnya pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Pada tahun 2009 terjadi

peningkatan investasi domestik pada 158 proyek sektor industri Indonesia. Dari 158

proyek yang ada, 23 proyek berasal dari industri tekstil. Untuk terus meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dari sektor industri, pemerintah mempunyai misi untuk

meningkatkan kinerja dan produktivitas sektor industri, salah satunya adalah

industri tekstil. Selain meningkatkan produktivitas pada perusahaan besar,

pemerintah juga mulai menyokong peningkatan usaha kecil menengah, salah

satunya adalah industri batik tradisional.

Batik merupakan kain khas Indonesia yang terdiri dari beberapa tahapan

proses pembuatan, mulai dari proses kain mori hingga memberi warna akhir pada

kain batik. Dalam proses pembuatannya, terutama proses pewarnaan, pekerja batik

akan terpapar bahan-bahan kimia yang dapat bersifat sebagai alergen atau iritan

kulit (Susanto, 1980). Bahan-bahan kimia yang ditemui di lingkungan kerja dapat

mengakibatkan terjadinya dermatitis kontak pada kulit yang terpapar dengan bahan

tersebut.

1
2

Dermatitis kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan patologis pada

kulit yang penyebab utamanya adalah paparan bahan kimia, fisik, atau biologi

ketika berada di tempat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja menjadi salah satu

penyakit yang banyak ditemui terkait dengan pekerjaan di negara-negara industri.

Dua tipe dermatitis kontak akibat kerja yang paling banyak ditemukan adalah

dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan (Lau, Matheson, Burgess,

Dharmage, & Nixon, 2011).

Pekerja dengan dermatitis kontak akibat kerja dapat mengalami penurunan

produktivitas saat bekerja karena gejala yang dikeluhkan (Lau, Matheson, Burgess,

Dharmage, & Nixon, 2011). Salah satu cara untuk mengurangi penurunan

produktivitas pekerja adalah dengan melakukan pencegahan terjadinya dermatitis

kontak akibat kerja dan mengetahui faktor risiko yang dimiliki oleh pekerja, salah

satunya adalah riwayat atopik yang dimiliki oleh pekerja (Brown, 2004).

Atopi merupakan kecenderungan seseorang untuk memproduksi IgE yang

berlebihan sebagai respon terhadap alergen yang ditemukan di lingkungan dalam

kehidupan sehari-hari. Manifestasi dari atopi disebut penyakit atopik yang biasa

dikenal sebagai penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi,

dan dermatitis atopik (Gold & Kemp, 2005). Orang dengan riwayat atopik memiliki

barier kulit yang lebih tipis karena adanya peningkatan kehilangan air secara

transepidermal serta terjadi mutasi jaringan ikat penyusun kulit (Loofler & Effendy,

1999).

Pada sebuah studi prospektif dengan subjek 1564 pekerja baru pada industri

otomotif, 4.4% pekerja mengalami dermatitis pada tahun pertama bekerja. Risiko
3

meningkat pada pekerja dengan riwayat dermatitis sebelumnya (21%), dermatitis

atopik (14%), intoleransi wool (11%), dan hay fever (9%). Studi lain yang

dilakukan pada pekerja salon menunjukkan bahwa risiko dermatitis meningkat

sebesar 7,3 kali pada pekerja dengan kulit kering dibandingkan dengan pekerja

yang berkulit normal. Selain itu, risiko dermatitis juga meningkat sebesar 2,2 kali

pada pekerja yang memiliki riwayat atopik berupa mucosal atopy (Diepgen &

Coenraads, 1999).

Berdasarkan adanya peningkatan kejadian dermatitis kontak akibat kerja

pada pekerja dengan riwayat atopik tersebut, peneliti ingin meninjau prevalensi

dermatitis kontak akibat kerja, khususnya dermatitis kontak alergi dan dermatitis

kontak iritan pada pekerja dengan riwayat atopik di industri batik tradisional Daerah

Istimewa Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa prevalensi dermatitis kontak alergi pada pekerja batik dengan

riwayat atopik?

2. Berapa prevalensi dermatitis kontak iritan pada pekerja batik dengan

riwayat atopik?
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada

pekerja batik dengan riwayat atopik di industri batik tradisional Daerah

Istimewa Yogyakarta

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak alergi pada pekerja

batik dengan riwayat atopik di industri batik tradisional Daerah

Istimewa Yogyakarta

b. Untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak iritan pada pekerja

batik dengan riwayat atopik di industri batik tradisional Daerah

Istimewa Yogyakarta
5

D. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian


No. Nama Judul Subjek Desain Penelitian Perbedaan
Pengarang Penelitian
dan Tahun
1 Angela Frekuensi Kejadian 355 pekerja Deskriptif 1. Subjek penelitian adalah pekerja
Mistralina Dermatitis Kontak industri observasional bagian produksi di industri
Lukito; 2010 Alergi dan Dermatitis penyamakan penyamakan kulit Magelang
Kontak Iritan pada kulit PT.
Pekerja dengan Lembah Tidar
Diathesis Kulit Atopik Jaya
di Industri Penyamakan
Kulit Magelang
2 Sulistyani, Pengaruh Riwayat 70 pekerja PT. Analitik 1. Penelitian ini tidak membahas
Fitria Indriani, Atopik terhadap Batik Putra observasional mengenai kejadian dermatitis
Harijono Timbulnya Dermatitis Laweyan dengan kontak alergi pada pekerja batik.
Kariosentono; Kontak Iritan di Surakarta pendekatan cross 2. Subjek penelitian hanya pekerja
2010 Perusahaan Batik sectional batik yang terpapar NaOH.
Putra Laweyan 3. Desain penelitian ini adalah
Surakarta analitik observasional
3 Nur Ismi Hubungan Riwayat 30 pekerja cuci Analitik 1. Subjek penelitian adalah pekerja
Mustika Atopik dan Masa Kerja motor di observasional cuci motor di Kecamatan Jebres
Febriani, dengan Kejadian Kecamatan dengan Surakarta.
Nurrachmat Dermatitis Kontak Iritan Jebres Surakarta pendekatan cross 2. Desain penelitian ini adalah
Mulianto, pada Pekerja Cuci sectional analitik observasional
Hardjono; Motor di Kecamatan 3. Penelitian ini membahas hubungan
2013 Jebres Surakarta masa kerja dengan riwayat atopik
6

4 L. Dermatosis Akibat 288 pekerja Deskriptif 1. Dermatosis akibat kerja yang


Kusbandono; Kerja pada Pengrajin batik di Daerah observasional diteliti tidak spesifik terhadap
1996 Batik di Daerah Istimewa dermatitis kontak.
Istimewa Yogyakarta Yogyakarta 2. Proses pengambilan data
menggunakan formulir penelitian,
pemeriksaan klinis serta
pemeriksaan penunjang kerokan
skuama.
3. Penelitian ini tidak mencakup
seluruh kabupaten/kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta.

5 Ahmad Pengaruh Atopi 355 pekerja Analitik 1. Subjek penelitian adalah pekerja
Firman, 2010 Terhadap Kejadian industri observasional bagian produksi di industri
Dermatitis Kontak penyamakan dengan pendekatan penyamakan kulit Magelang
Alergi Akibat Kerja kulit PT. cross sectional 2. Desain penelitian ini adalah
Pada Pekerja Pabrik Lembah Tidar analitik observasional
Penyamakan Kulit di Jaya
PT. Lembah Tidar
Magelang
7

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi kesehatan masyarakat

Meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja batik khususnya

pekerja yang memiliki riwayat atopik dan berisiko terpapar bahan kimia

yang menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja.

2. Bagi ilmu pengetahuan

Mengetahui kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja batik

dengan riwayat atopik.

3. Bagi lembaga pekerjaan

Melakukan screening untuk menemukan pekerja dengan riwayat atopik

yang bertujuan untuk peningkatan perlindungan pekerja guna mencegah

terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

4. Bagi penulis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

penulis mengenai kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja

dengan riwayat atopik.

Anda mungkin juga menyukai