Anda di halaman 1dari 8

Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Rinitis Alergi

Oleh:
Nugra Daary Razsky 1840312246
Ikmah Fauzan 1840312269

Pembimbing :
dr. Ferdy Azman

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2018

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Rinitis Alergi
Nugra Daary R G1, Ikmah Fauzan1

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND 1.2 Batasan Masalah


(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas)
Penulisan case report session ini terbatas pada
PENDAHULUAN definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala
klinis, diagnosis, komplikasi, tatalaksana, serta
1.1 Latar Belakang prognosis rinitis alergi
Rinitis alergi merupakan penyakit hipersensitifitas
1.3 Tujuan Penulisan
tipe I yang diperantarai oleh IgE pada mukosa hidung.
Tujuan penulisan case report session untuk
Gejala klinik yang timbul berupa bersin-bersin, hidung
menambah pengetahuan tentang rinitis alergi
beringus (rinore), hidung tersumbat yang disertai gatal
pada hidung, mata, palatum sebagai akibat infitrasi sel-
sel inflamasi dan dilieluarkannya mediator kimia 1.4 Metode Penulisan
seperti histamin, prostaglandin dan leukotrien. Penulisan case report session ini menggunakan
penyakit ini merupakan penyakit atopi yang sering metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
dijumpai sehari-hari dengan prevalensi 10 - 25 %.1,2 berbagai literatur.
Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang
banyak ditemui dan merupakan masalah kesehatan
global. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia yang TINJAUAN PUSTAKA
diderita sedikitnya l0 - 25 7o populasi dan
prevalensinya terus meningkat. Dilndonesia prevalensi 2.1 Anatomi Hidung
40 % anak, 10-30 % dewasa. Prevalensi terbesar pada Hidung luar berbentuk piramid terdiri atas: 1)
usia 15-30 tahun. Prevalensi pada usia sekolah dan pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum
produktif meningkat yang mengakibatkan penurunan nasi), 3) puncak hidung (tip), 4) ala nasi, 5) kolumela,
kualitas hidup baik fisik, emosional, gangguan bekerja dan 6) nares anterior. Hidung luar dibentuk oleh tulang
dan sekolah, gangguan tidur, sakit kepala, lemah, dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan
malas, penurunan kewaspadaan dan penampilan. Pada otot. Kerangka tulang terdiri dari os nasal, prosesus
anak berhubungan erat dengan gangguan belajar.1,2 frontalis os maksila, dan prosesus nasalis os frontal.
Intervensi dini dan tepat dapat memperbaiki Kerangka tulang rawan terletak di bagian bawah
kualitas hidup dan produktifrtas pasien dengan rinitis hidung yang terdiri dari kartilago nasalis lateralis
alergi dan juga dapat meningkatkan kernampuan superior, kartilago nasalis lateralis inferior (alar
akademik penderita rinitis alergi anak serta dapat mayor), tepi anterior kartilago septum.1
menurunkan terjadinya komplikasi pada saluran napas Rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi yang
bawah. 1,2,3 menjadi kavum nasi dextra dan sinistra. Lubang depan
Tujuan terapi adalah menghambat proses kavum nasi disebut nares anterior, sedangkan lubang
patofisiologik yang menyebabkan terjadinya inflamasi belakang disebut nares posterior (koana). Koana
kronik alergik.3 Berdasarkan keadaan tersebut diatas memisahkan rongga hidung dengan nasofaring.1,2
maka diperlukan suatu tahapan penatalaksanaan yang
bersifat holistik berupa edukasi, penghindaran terhadap
alergen, farmakoterapi secara tepat dart rasional dan
mungkin imunoterapi.2 Dalam hal pemberian terapi,
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai
patogenesis, patofisiologi rinitis alergi sebagai
landasan dalam pemilihan obat yang tepat.1,2,3

Gambar Anatomi hidung luar 4

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

19,1%, dan Semarang 18,4%.7 Prevalensi rinitis alergi


pada anak-anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan perempuan. Prevalensi antara wanita dan
pria ada saat dewasa hampir sama. Usia rata-rata onset
rinitis alergi pada 8-11 tahun, tetapi rinitis alergi dapat
terjadi pada segala usia. Prevalensi rinitis alergik
sekitar 40% pada anak-anak dan menurun seiring
dengan peningkatan usia.8
Gambar Tulang pembentuk hidung4
2.4 Etiologi
Bagian depan dan bawah rongga hidung disebut
vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit dan Rinitis alergi melibatkan interaksi antara
memiliki banyak kelenjar sebasea dan folikel rambut lingkungan dengan predisposisi genetik dalam
yang disebut vibrise. 1,4 Dinding medial kavum nasi perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan
ialah septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh tulang herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi.
rawan (kartilago septum dan kolumela) dan tulang Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan
(lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista pada dewasa dan ingestan pada anakanak. Pada anak-
nasalis os maksila, dan, krista nasalis os palatina). 1 anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria
Dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka yang dan gangguan pencernaan. 1,2
ditutupi oleh membran mukosa yaitu konka inferior, Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung
konka media, konka superior, dan konka suprema. dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap
Namun konka suprema biasanya rudimenter. Diantara beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis
konka terdapat rongga yang disebut meatus, yaitu alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur.
meatus inferior, media, dan superior. 1,2 Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun) diantaranya
debu tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu
Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides
pteronyssinus, jamur, binatang peliharaan seperti kecoa
dan binatang pengerat. Faktor resiko untuk terpaparnya
debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur,
suhu yang tinggi, dan faktor kelembaban udara.
Kelembaban yang tinggi merupakan faktor resiko
untuk untuk tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang
Gambar Hidung dalam 4 bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor
Dinding atas kavum nasi dibentuk oleh lamina nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau
kribriformis sebagai pemisah antara rongga tenggorak aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan
dan rongga hidung. Dinding inferior yang merupakan cuaca.1
dasar rongga hidung dibentuk oleh os maksila dan os Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
palatum. 1 a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan
udara pernafasan, misalnya debu rumah,
2.2 Definisi Rinitis Alergi tungau, serpihan epitel dari bulu binatang
Rinitis alergi merupakan respon imunologi serta jamur.
yang dimediasi oleh IgE pada mukosa hidung
terhadap alergen udara yang ditandai dengan b. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran
adanya kongesti pada hidung, rinorea, bersin dan cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
gatal pada hidung. Gejalanya juga sering diikuti coklat, ikan dan udang.
oleh iritasi pada konjungtiva, gatal pada palatum
dan faring.1,2 c. Alergen Injektan, yang masuk melalui
suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
2.3 Epidemiologi sengatan lebah
Menurut studi yang dilakukan oleh WAO pada
tahun 2008, melaporkan kejadian rinitis alergi dan d. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui
asma di asia pasifik sekitar 10-30% pada anak dan kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
dewasa.6 Angka kejadian rinitis alergi di Indonesia misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
bervariasi diberbagai daerah. Hasil studi di Jakarta
didapatkan 26,71% anak usia 13-14 tahun, Bandung

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Faktor non-spesifik : asap rokok, bau yang 2.7 Manifestasi Klinis


merangsang, polutan, bau parfum, bau deodoran, Gejala rhinitis alergi dapat muncul pada hidung,
perubahan cuaca, dan kelembaban tinggi mata, telinga, faring, dan laring.4

2.5 Klasifikasi Gejala pada hidung: nasal crease- garis mendatar


Berdasarkan WHO Initiative ARIA, berdasarkan pada pertengahan dorsum nasi akibat kebiasaan
sifat berlangsungnya dibagi atas:1 menggosok hidung dengan punggung tangan (allergic
1) Intermitten, jika gejala kurang dari 4 hari per
salute), mukosa hidung pucat dan edem, konka edem,
minggu atau kurang dari 4 minggu.
2) Persisten, jika gejala lebih dari 4 hari perminggu sekret hidung jernih dan cair atau mukoid.
atau lebih dari 4 minggu

Berdasarkan berat ringannya penyakit, dibagi atas:


1) Ringan, bila tidak ada gangguan tidur, gangguan
pada kegiatan sehari-hari, bersantai, belajar,
bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu.
2) Sedang-berat, bila terdapat 1 atau lebih gangguan
yang tersebut diatas. Gambar Allergic salute, allergic crease
Gejala pada mata: allergic shinner-bayangan gelap
2.6 Patofisiologi dibawah mata karena stasis vena sekunder akibat
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu reaksi cepat obstruksi hidung.
dan reaksi lambat. Reaksi cepat terjadi sejak kontak
pertama dengan alergen hingga 1 jam setelahnya.
Reaksi lambat terjadi 2-4 jam setelah pajanan alergen
dan berlangsung hingga 24-48 jam dengan puncak 6-8
jam. Rinitis alergi merupakan inflamasi yang diawali
dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap
provokasi.
gambar allergic shinner
Pada fase sensitisasi alergen ditangkap makrofag
yang berada di mukosa hidung. Setelah itu antigen akan Gejala pada telinga: retraksi membran timpani
bergabung dengan molekul HLA II membentuk MHC atau otitis media serous karena ada blok pada tuba
II yang akan dipresentasikan ke T helper. Makrofag
eustachius.
melepaskan sitokin yang menyebabkan Th0
berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan Tanda pada faring: granular faringitis akibat
menghasilkan sitokin yang menyebabkan sel limfosit B hiperplasia dari jaringan submukosa limfoid. Pada
aktif dan memproduksi IgE.
anak-anak sering prolonged mouth-breathing akan
Pada fase provokasi, IgE akan mengikat alergen
spesifik dan terjadi degranulasi sel mastosit dan tampak hiperplasia adenoid.
basophil sehingga dilepaskannya mediator kimia Tanda pada laring: suara serak dan edem pada
terutama histamin. Histamin yang dikeluarkan akan plica vocalis.
berikatan dengan reseptor H1 sehingga menimbulkan
2.8 Pemeriksaan Penunjang
gejala bersin-bersin dan hidung gatal. Kelenjar mukosa
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
dan sel goblet juga akan dirangsang sehingga terjadi
untuk membuktikan rhinitis alergi diantaranya: 4,10
hipersekresi mukus dan peningkatan permeabilitas
kapiler yang menimbulkan keluhan rinorea. Efek lain  Hitung jenis leukosit
dari histamin berupa vasodilatasi dari sinusoid yang Akan tampak peningkatan eusinofil perifer, namun
akan menyebabkan penyumbatan pada rongga hidung hal ini tidak selalu muncul.
dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Mediator  Skin prick test
lain yang dilepas seperti kemokin dan sitokin dapat Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas
meningkat ekspresi molekul adhesi pada endotel tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik.
vaskular yang mengikat sel inflamasi agar dapat  IgE serum total
bermigrasi ke mukosa dan menimbulkan fase lambat. Kadar meningkat hanya didapati pada 60%
1,9 penderita rinitis alergi. Kadar IgE normal tidak
menyingkirkan rinitis alergi. Kadar dapat

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

meningkat pada infeksi parasit, penyakit kulit dan Antihistamin merupakan pilihan pertama
menurun pada imunodefisiensi. Pemeriksaan ini untuk pengobatan rinitis alergi.
masih dipakai sebagai pemeriksaan penyaring Antihistamin yang dipakai adalah antagonis
tetapi tidak untuk diagnostik. histamin H-1, yang bekerja secara inhibitor
 Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRi. kompetitif dengan reseptor H-1 sel target.
Dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus Antihistamnin dapat mengotrol rinorea,
paranasal, seperti adakah komplikasi rinosinusitis, bersin, dan gatal pada hidung.
menilai respon terhadap terapi dan jika  Preparat simpatometik
direncanakan tindakan operasi. Preparat simpatometik golongan agonis
adrenergik alfa yang digunakan sebagai
2.9 Tatalaksana dekongestan hidung. Phenylephrine,
oxymetazoline dan xylo-metazoline adalah
yang sering digunakan untuk mengurangi
gejala sumbatan hidung. Mekanisme kerjanya
sebagai vasokonstriktor sehingga edema yang
terjadi di konka dapat teratasi dan gejala
hidung tersumbat hilang. Penggunaan
dekongestan topikal hanya untuk beberapa
hari saja untuk menghindari rhinitis
medikamentosa.
 Kortikosteroid
Kortikosteroid oral sangat efektiv untuk
mengontrol gejala rinitis alergi, namun hanya
digunakan pada serangan akut karena
memiliki banyak efek samping sistemik.
Kortikosteroid topikal seperti beclomethasone
dipropionate, budesonide, unisolide acetate,
uticasone and mometasone menghambat
reaksi inflamasi pada mukosa hidung dan
menekan reaksi alergi fase lambat.
Penggunaan yang terus menerus dapat
menyebabkan atrofi mukosa hidung dan
perforasi septum. Penggunaan kortikosteroid
intranasal sebaiknya 1-2 minggu tiap 2-3
bulan.
2.10 Komplikasi
Komplikasi rinitis alergi yang tersering adalah1:
Gambar Diagram tatalaksana RA (ARIA-WHO)11
Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah: 10  Polip hidung
 Otitis media efusi
 Mengurangi gejala akibat paparan alergen,
 Rinosinusitis
hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi.
 Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga  Faringitis kronik
dapat menjalankan aktifitas sehari-hari.
 Mengurangi efek samping pengobatan.
 Edukasi penderita untuk meningkatkan
ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap
penyakitnya. Termasuk dalam hal ini
mengubah gaya hidup seperti pola makanan
yang bergizi, olahraga dan menghindari stres.
 Mengubah jalannya penyakit atau pengobatan
kausal.
Pengobatan rhinitis alergi dapat berupa1, 4, 10,12:
 Antihistamin

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Laporan Kasus - Kepala :Normocepal


- Kulit :Tidak ada kelainan
Identitas Pasien: - Rambut :Tidak ada kelainan
Nama :Tn. FH - Mata :Konjungtiva anemis -/-,
Jenis Kelamin : Laki-laki sklera ikterik -/-
Umur : 21 tahun - Wajah : Allergic Shiner (+) Alergic
Tanggal Masuk : 14 November 2018 salute (+)
- Thorax :Suara napas vesikuler,
Anamnesis rhonki -/-, wheezing -/-
Keluhan Utama : - Jantung : Bunyi jantung reguler,
Bersin-bersin dan hidung tersumbat sejak 16 Tahun murmur (-)
yang lalu - Abdomen : Supel, bising usus (+)
normal, hepar dan lien tidak teraba
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Bersin-bersin dan hidung tersumbat sejak 16 Status Lokalis THT
tahun yang lalu Telinga
- Bersin-bersin dirasakan selalu berulang setiap
Pemeriksaa
pagi hari Kelainan Dekstra Sinistra
n
- Bersin juga dirasakan saat terkena debu
Kl.kongenta Tidak ada Tidak ada
disertai dengan gatal dan mata berair Daun telinga l
- Bersin dengan keluar cairan bening encer dari Trauma Tidak ada Tidak ada
hidung Radang Tidak ada Tidak ada
- Nyeri menelan ada, tidak terlalu nyeri Kl.Metaboli Tidak ada Tidak ada
k
- Demam tidak ada. Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
- Hidung berdarah tidak ada Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- Penurunan berat badan tidak ada tragus
- Gangguan pendengaran tidak ada Cukup lapang lapang
Dinding liang lapang (N)
telinga Sempit - -
Riwayat penyakit dahulu : Hiperemis Tidak ada Tidak ada
- Riwayat trauma tidak ada Edema Tidak ada Tidak ada
- Riwayat alergi debu, dingin dan penisilin Massa Tidak ada Tidak ada
Ada / Tidak Tidak ada Tidak ada
- Riwayat sering mimisan ada sejak SD Sekret/ Bau Tidak ada Tidak ada
- Riwayat hipertensi tidak ada serumen Warna kuning kuning
- Riwayat DM tidak ada Jumlah sedikit sedikit
- Riwayat keganasan sebelumnya tidak ada Jenis serumen serumen

Membran timpani
Riwayat penyakit keluarga : Warna normal normal
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan Utuh Refleks Ada arah Ada arah
dengan keluhan pasien tidak ada. cahaya posterior posterior
Riwayat keluarga DM ada, kakek. lateral lateteral
Bulging Tidak ada Tidak ada

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan Retraksi Tidak ada Tidak ada
Pasien seorang, pelajar. Tidak merokok
Atrofi Tidak Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
perforasi
Pemeriksaan Fisik Perforasi Jenis Tidak ada Tidak ada
Tanda Vital Kwadran Tidak ada Tidak ada
Keadaan Umum : Baik Pinggir Tidak ada Tidak ada
Kesadaran : Komposmentis kooperatif Mastoid Tanda Tidak ada Tidak ada
radang
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Fistel Tidak ada Tidak ada
Frekuensi nadi : 84 x/menit Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Frekuensi nafas :17 x/menit Nyeritekan Tidak ada Tidak ada
Suhu : afebris Nyeriketok Tidak ada Tidak ada
Rinne Positif Positif
Tesgarpu tala
Status Generalis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Schwabach Normal Normal Pemeriks Kelainan Dekstra Sinistra


aan
Weber Lateralisasi kedua telinga Edema Tidak ada
Uvula
Bifida Tidak ada
Kesimpulan Normal Simetris/tida
Simetris
Audiometri Tidak dilakukan Palatum k
Tidak dilakukan mole + Warna Merah muda
Arkus Edem Tidak ada
Faring Bercak/eksud
Hidung Tidak ada
Pemeriks Kelainan Dektra Sinistra at
aan Dinding Warna Merah muda
Deformitas Tidak ada Tidak ada faring Permukaan Bergranul
Kelainan Tidak ada Tidak ada Ukuran T1/T1
Hidunglu kongenital Warna Merah muda
ar Trauma Tidak ada Tidak ada Permukaan Licin
Radang Tidak ada Tidak ada Muara kripti Tidak ada
Tonsil Detritus Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada
Sinus paranasal Perlengketan
Tidak ada
dengan pilar
Pemeriksaa Dekstra Sinistra
Warna Tidak ada
n
Peritonsil Edema Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Lokasi
Rinoskopi Anterior
Pemerik Kelainan Dekstra Sinistra Tumor Bentuk
saan Tidak ada
Ukuran
Cavum Sempit - -
Permukaan
nasi
Konsistensi
Lapang Lapang sempit
Gigi Karies
Lokasi Sekitar Sekitar Tidak ada Tidak ada
/Radiks
Sekret konka konka
Kesan Hygiene Baik
Jenis serous serous
Warna Merah muda
Jumlah banyak banyak
Bentuk Normal
Bau Tidak ada Tidak ada
Lidah Deviasi Tidak ada
Konka Ukuran Hipertrofi Hipertrofi
inferior Massa Tidak ada
Warna merah muda merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Ada Ada
Konka Ukuran Hipertrofi Hipertrofi Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
media Warna Merah muda Merah muda Pemerik Dekstra Sinistra
Permukaan Licin Licin saan
Edema Ada Ada
Cukup Deviasi, Sinekia di kiri Inspeksi Tidak terlihat tidak terlihat
lurus/ pembesaran KGB pembesaran KGB
deviasi leher, tanda radang leher, tanda radang (-
Septum Permukaan Licin (-). ).
Warna Merah muda
Spina Tidak ada Palpasi Tidak teraba Terabapembesaran
Krista Ada pembesaran KGB KGB leher di
leher, nyeri tekan (-) submandibula
Abses Tidak ada
sebesar
Perforasi Tidak ada
kelereng,dengan
Lokasi Tidak ada Tidak ada
konsistensi kenyal,
Bentuk Tidak ada Tidak ada tidak terlokalisir,
Ukuran Tidak ada Tidak ada nyeri tekan (-)
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Massa Warna Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Mudah Tidak ada Tidak ada
digoyang
Pengaruh Tidak ada Tidak ada
vasokonstri Resume:
ktor
Anamnesis
Pasien umur 21 tahun ,dengan keluhan utama bersin-
Orofaring dan mulut bersin dan hidung tersumbat sejak 16 tahun yang lalu

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2018 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

, Bersin-bersin dirasakan selalu berulang setiap pagi Dari pemeriksaan fisik terdapat allergic shiner
hari, Bersin juga dirasakan saat terkena debu disertai dan allergic salute yang merupakan ciri khas dari
dengan gatal dan mata berair , Bersin dengan keluar penderita rinitis alergi akibat suka menggosok hidung
cairan bening encer dari hidung saat terjadinya bersin atau mampet dan akibat statis
vena sekunder.
Pemeriksaan Fisik Terdapat kelainan pada hidung yaitu edema pada
Hidung: konka inferior dan media, disertai obstruksi jalan nafas
Liang Nasal Sinistra sempit, konka inferior dan media di hidung oleh deviasi septum sehingga timbulnya
udem pada kedua nasal, sekret serous banyak, terdapat sinekia. Meningkatkan terjadinya hidung tersumbat.
deviasi septum krista. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
Tenggorok mengarah ke rinitis alergi oleh karena itu diperlukan
Uvula ditengah, arkus faring simetris,tonsil T1/T1 pemeriksaan penunjang seperti cek darah, cek IgE
dinding posterior faring bergranul sedikit merah spesifik atau prick skin test untuk melihat jenis alergi
apda pasien. Sehingga dapat kita ketahui allergen nya,
Diagnosis Kerja sehingga bisa dihindari.
Rinitis Alergi persistent ringan
Diagnosis Tambahan DAFTAR PUSTAKA
Faringitis 1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
RD (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga,
Pemeriksaan Anjuran : hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Balai
- Cek Darah penerbit FK UI. 2014
- Pemeriksaan IgE spesifik 2. Efendi H, Santoso RAK (ed). BOIES buku aja
- Prick Skin Test penyakit THT. Jakarta: EGC.
3. Maqbool M, Maqbool S. Textbook of ear, nose,
Tatalaksana : and throat disease 11 edition. New delhi: Jaypee
Operatif: - brothers medical publisher ltd. 2007
Medikamentosa: - 4. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of ear, nose, and
Non-medikamentosa : Cuci Hidung throat & head and neck surgery. India: Elsevier.
Edukasi: 2014
- Istirahat cukup 5. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF,
- Hindari alergen Behrman RE (eds). Nelson textbook of pediatrics.
United states: Elsevier. 2011
Prognosis : 6.Abong JM, Kwon SL, Alava HDA, Castor MAR,
Quo ad vitam : Dubia Leon JCD. Prevalence of allergic rhinitis in filipino
Quo ad functionam : Dubia adults based on national nutrition and health survey
Quo ad sanationam : Dubia 2008. Asia pacific allergy. 2012: 129-135
7. ISAAC steering committe. ISAAC phase three
data. 2002 (diunduh Mei 2017). Tersedia dari:
DISKUSI URL:http://isaac.auckland.ac.nz/phases/phasethr
Pasien seorang laki-laki berusia 19 tahun di ee/results/result.php
Padang ditegakkan diagnosis kerja dengan rinitis alergi 8. Sheikh J. Allergic rhinitis. 2015 (diunduh Mei
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis 2017). Tersedia dari URL:
didapatkan rasa bersin dan hidung tersumbat sejak http://emedicine.medscape.com/article/134825-
kecil. Gejala khas pada rinitis alergi adalahbersin – overview#a6
bersin berulang yang dialami setiap pagi atau terpapar 9. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Alergi dasar. Edisi
sesuatu pencetusnya. ke-1. Jakarta: Interna Publishing. 2009
Pasien mengaku memiliki alergi terhadap debu, 10.Huriyati E, Hafiz A. Diagnosis dan
dingin. Ini menjadi penyebab terjadinya rinitis alergi Penatalaksanaan Rinitis Alergi yang Disertai Asma
karena timbulnya reaksi hipersensitifitas tipe 1 pada Bronkial. Jurnal Kesehatan Andalas.
pasien. Gejala lainnya adalah keluarnya ingus yang 11.ARIA. Allergic rhinitis and its impact on asthma.
encer dan banyak, hidung tersumbat, kadang kadang 1st edition. 2007
disertai air mata yang berlebihan pada pasien. 12.Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N (eds). Buku ajar
alergi imunologi anak edisi 2. Jakarta: Badan
penerbit IDAI, pp: 245-251. 2010

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai