Anda di halaman 1dari 8

JPII 2 (2) (2013) 195-202

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii

PROFIL PENALARAN LOGIS BERDASARKAN GAYA BERPIKIR DALAM


MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PESERTA DIDIK

H. Bancong*, Subaer

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

Diterima: 19 Agustus 2013. Disetujui: 3 Oktober 2013. Dipublikasikan: Oktober 2013

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil penalaran logis peserta didik yang memiliki
gaya berpikir sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, acak abstrak dan perbedaannya dalam me-
mecahkan masalah Fisika di MAN Baraka. Data yang diperoleh melalui hasil wawancara dan pekerjaan tertulis
dianalisis dengan menggunakan analisis data Model Miles dan Huberman. Hasil penelitian mendeskripsikan
penalaran logis peserta didik yang memiliki gaya berpikir berbeda. Deskripsi utuh yang memuat seluruh kom-
ponen penalaran logis dan konektivitas setiap unsur dari profil dijabarkan dengan mind mapping. Kesimpulan
yang diperoleh berupa profil penalaran logis peserta didik yang memiliki gaya berpikir berdampak pada kemam-
puan memecahkan masalah Fisika.

ABSTRACT

A researchthat aims to determine the profile of logical reasoning of student who have a concrete suquential think-
ing style, sequential abstract, concrete random, abstract random and differences in solving physics promlems at
MAN Baraka. Data obtained through interviews and written work were analyzed using data analysis Miles and
Huberman model. The results describe the logical reasoning of student who have different thinking styles. Full
description that contains all the components of logical reasoning and the connectivity of each element of the
profile described by mind mapping. Conclusions obtained in the form of logical reasoning profile of student who
have thinking styles impact to solving physics problems’ ability.

© 2013 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang

Keywords: Thinking Style, Problem Solving, Logical Reasoning, Profile

PENDAHULUAN litian Organization For Economic Co-operation


and Development (OECD) yang merupakan lem-
Pemecahkan masalah merupakan kemam- baga penelitian internasional melalui program
puan yang perlu dikembangkan dalam pembela- PISA (Programme for International Student As-
jaran. Strategi utama dalam pemecahan masalah sessment) pada tahun 2006-2007 menyimpulkan
adalah penalaran logis. Oleh karena itu, kemam- bahwa peserta didik Indonesia memiliki kemam-
puan penalaran logis perlu dikembangkan dalam puan yang rendah dalam pemecahan masalah
pembelajaran (Fah, 2009; Mannamaa, et.al, (Chatib, 2012).
2012). Pemecahan masalah merupakan aktivitas Penalaran dalam pemecahan masalah me-
mental tingkat tinggi, sehingga pengembangan rupakan hal yang perlu dikembangkan dalam
keterampilan pemecahan masalah dalam pembe- pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah
lajaran tidak mudah (Nurdin, 2010). Hasil pene- merupakan hal yang sulit bagi peserta didik dan
kemampuan yang dimilikinya masih rendah. Hal
ini mungkin disebabkan oleh desain pembelaja-
*Alamat korespondensi:
Email: HartPhysics@gmail.com ran yang kurang menciptakan atau memberikan
196 H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202

kesempatan bagi peserta didik untuk mengem- METODE


bangkan kemampuan penalaran logisnya. Upaya
yang perlu dilakukan adalah dengan mendesain Penelitian ini merupakan penelitian ku-
pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan alitatif yang mendeskripsikan profil penalaran
hasil belajar peserta didik, tetapi juga mampu logis peserta didik berdasarkan gaya berpikir
mengembangkan kemampuan penalaran logis- dalam memecahkan masalah Fisika di MAN
nya dalam memecahkan masalah. Sebagai lang- Baraka. Pengambilan subjek penelitian menggu-
kah awal, harus mengetahui secara mendalam nakan purposive random sampling. Instrumen
bagaimana sesungguhnya profil penalaran logis utama adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh
peserta didik dalam memecahkan masalah. Pro- instrumen bantu berupa koesioner gaya berpikir,
fil inilah yang akan menjadi modal dasar dalam instrumen lembar tugas (masalah Fisika), dan pe-
mendesain pembelajaran. doman wawancara.
P������������������������������������
emecahan masalah yang digunakan men- Metode pengumpulan data menggunakan
gikuti langkah-langkah pemecahan masalah me- kombinasi antara metode wawancara dan ana-
nurut Polya, yang terdiri dari: memahami masa- lisis tugas tertulis. Penelitian ini menggunakan
lah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
masalah sesuai rencana, dan melakukan penge- Wawancara terstruktur mengacu pada pedoman
cekan kembali (Nurdin, 2010). Indikator penala- wawancara. Jika saat pelaksanaan wawancara
ran logis yang akan dikaji berdasarkan langkah- timbul penafsiran yang tidak lazim, hal-hal yang
langkah pemecahan masalah Polya adalah: 1) menyimpang atau masih ada informasi yang di-
mengumpulkan fakta, 2) membangun dan me- rasa kurang maka dilakukan wawancara tidak
netapkan asumsi, 3) menilai atau menguji asum- terstruktur. Wawancara digunakan pada setiap
si, 4) menetapkan generalisasi, 5) membangun langkah pemecahan masalah menurut Polya.
argumen yang mendukung, 6) memeriksa Wawancara pada langkah ketiga Polya bersifat
atau menguji kebenaran argumen, dan 7) mene- klarifikasi atas pekerjaan tertulis subjek.
tapkan kesimpulan. Analisis data yang digunakan adalah ana-
Gaya belajar merupakan kunci utama un- lisis data “Model Miles dan Huberman, yang
tuk mengembangkan kemampuan berpikir pe- meliputi: reduksi data, model data dan penarikan
serta didik. Setiap peserta didik memiliki gaya kesimpulan/verifikasi (Sugiyono, 2011)
belajar tersendiri (Watson & Thomson, 2001; Penentuan kredibilitas data menggu-
Pintrich, 2002; Denig, 2004; Bas & Beyhan, 2010). nakan: 1) triangulasi waktu yaitu membanding-
Begitu halnya dengan gaya berpikir yang merupakan kan dan mengecek balik derajat kepercayaan
cara mengelolah dan mengatur informasi yang informasi yang diperoleh melalui waktu yang
diperoleh peserta didik (Gregorc, 1982; Wat- berbeda, 2) ketekunan pengamatan, 3) Penge-
son & Thomson, 2001; Pintrich, 2002). Gregorc cekan anggota dan 4) Pemeriksaan sejawat
mengelompokkan gaya berpikir kedalam empat untuk memperoleh kritikan, pertanyaan yang ta-
kelompok yang meliputi, gaya berpikir SK, SA, jam tentang tingkat kepercayaan data, serta ke-
AK dan AA (Watson & Thomson, 2001; Chase, mungkinan adanya bias.
et.al., 2007; Lehman, 2011; Hensberry, 2012).
Perbedaan gaya berpikir peserta didik menarik HASIL DAN PEMBAHASAN
perhatian peneliti untuk melihat profil penalaran
logis peserta didik berdasarkan gaya berpikir da- Hasil identifikasi gaya berpikir peserta
lam memecahkan masalah Fisika. didik pada kelas XII IPA 2 MAN Baraka dapat
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 menun-
permasalahan berikut: 1) Bagaimanakah pro- jukkan bahwa gaya berpikir yang dominan di
fil penalaran logis peserta didik yang memiliki kelas XII IPA 2 adalah gaya berpikir AA. Dari
gaya berpikir sekuensial konkret (SA), sekuensial 29 peserta didik di kelas XII IPA 2 MAN Bara-
abstrak (SA), acak konkret (AK), dan acak abst- ka, terdapat 3 peserta didik (10,34%) memiliki
rak (AA) dalam memecahkan masalah Fisika di gaya berpikir SK, 5 peserta didik (17,24%) me-
MAN Baraka?; 2) Bagaimanakah perbedaan pro- miliki gaya berpikir SA, 2 peserta didik (6,90%)
fil penalaran logis peserta didik yang memiliki memiliki gaya berpikir AK dan 15 peserta didik
gaya berpikir SK, SA, AK dan AA dalam meme- (51,72%) memiliki gaya berpikir AA.
cahkan masalah Fisika di MAN Baraka?
H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202 197

Gambar 2. Grafik Hasil Identifikasi Subjek den-


Gambar 1. Diagram Venn Hasil Identifikasi
gan Gaya Berpikir SK
Gaya Berpikir Peserta Didik Kelas XII IPA 2
MAN Baraka Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 1, terdapat 4 peserta


SK
didik yang memiliki gaya berpikir lebih dari29satu. 50
Terdapat 2 peserta didik mempunyai kesamaan 40
30
dalam hal mengatur informasi. Satu peserta didik 20
dengan gaya berpikir SK & SA dan satu dengan 10
gaya berpikir AK & AA. Kedua peserta didik ini AK 0 SA Gaya Berpikir
selalu menempati peringkat 15–20 di dalam pem-
belajaran. Berdasarkan hal tersebut, dapat dika-
takan bahwa peserta didik yang memiliki gaya
berpikir lebih dari satu dan memiliki kesamaan AA
dalam hal mengatur informasi dengan satu cara,
kurang memperoleh prestasi yang baik di dalam
pembelajaran. Gambar 3. Grafik Hasil Identifikasi Subjek den-
Selanjutnya, terdapat 2 peserta didik mem- gan Gaya Berpikir SA
punyai kesamaan dalam hal mengelola informa-
si. Satu peserta didik dengan gaya berpikir SA
& SA dan satu dengan gaya berpikir SK & AK.
Kedua peserta didik ini selalu menempati pering-
kat 4 besar di dalam pembelajaran. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dikatakan bahwa peserta didik
yang memiliki gaya berpikirnya lebih dari satu
dan memiliki kesamaan dalam hal mengelolah
informasi dengan satu cara akan memperoleh
prestasi yang baik di dalam pembelajaran.
Hasil identifikasi gaya berpikir peserta
didik yang dijadikan sebagai subjek penelitian
untuk masing-masing gaya berpikir dapat dilihat
pada gambar 2, 3, 4 dan 5.

Gambar 4. Grafik Hasil Identifikasi Subjek den-


gan Gaya Berpikir AK
198 H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202

• Mengucapkan • Mengucapkan fakta


faktayang yang diketahui
diketahui dan dan ditanyakan
ditanyakan dari dari permasalahan
permasalahan secara acak dan
secara lengkap tidak lengkap.
tetapi acak.
• Menganalisis setiap
• Ada keadaan dengan
kecenderungan merangkai kata-
mengikuti katanya sendiri.
informasi yang
diberikan tanpa
menganalisisnya.
Gambar 5. Grafik Hasil Identifikasi Subjek den-
gan Gaya Berpikir AA
Membangun dan Menetapkan Asumsi
Hasil analisis data untuk masing-masing Membangun dan Menetapkan Asumsi
subjek penelitian, diperoleh profil gaya berpikir Sekuensial Konkret (SK) Sekuensial Abstrak (SA)
dalam memecahkan masalah Fisika yang dapat • Memiliki satu cara • Memiliki dua caradalam
dilihat pada gambar 6, 7, 8 dan 9 secara berurut. dalam menyelesaikan menyelesaikan
Berdasarkan profil penalaran logis keem- permasalahan permasalahan
pat peserta didik dengan gaya berpikir yang ber-
beda, akan dipaparkan perbedaannya setiap indi- • Menyebutkan langkah- • Menyebutkan langkah-
kator. langkah penyelesaian langkah penyelesaian
masalah secara lengkap masalah secara lengkap
Mengumpulkan Fakta tetapi terkadang
Mengumpulkan Fakta hanya menyebutkan
Sekuensial Konkret Sekuensial Abstrak sebagian atau tidak
(SK) (SA) menyebutkannya
• Mengucapkan • Mengucapkan fakta Acak Konkret (AK) Acak Abstrak (AA)
fakta yang yang diketahui • Memiliki satu cara • Memiliki dua cara
diketahui dan dari permasalahan dalam menyelesaikan dalam menyelesaikan
ditanyakan dari secara lengkap dan permasalahan permasalahan
permasalahan terurut tetapi tidak
secara lengkap dan mengucapkan apa • Menyebutkan langkah- • Menyebutkan langkah-
terurut yang ditanyakan langkah penyelesaian langkah penyelesaian
masalah secara lengkap masalah tetapi tidak
• Ada • Menganalisis setiap lengkap
kecenderungan keadaan dengan
mengikuti merangkai kata- Menilai atau Menguji Asumsi
informasi yang katanya sendiri
diberikan tanpa Menilai atau Menguji Asumsi
Sekuensial
menganalisisnya Sekuensial Konkret (SK)
Abstrak (SA)

Acak Konkret (AK) Acak Abstrak (AA)


H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202 199

• Menggambarkan posisi • Menggambarkan • Tidak mempunyai • Mempunyai asumsi


objek tanpa asumsi- posisi objek asumsi atau atau cara lain untuk
asumsi tertentu dengan beberapa cara lain untuk memperoleh hasil
asumsi tertentu memperoleh hasil yang sama dan
• Menuliskan fakta yang yang sama dikerjakan
diketahui dan yang • Tidak menuliskan
ditanyakan fakta yang
Memeriksa atau Menguji Kebenaran Argumen
diketahui dan
• Menyelesaikan yang ditanyakan Memeriksa atau Menguji Kebenaran Argumen
permasalahan Sekuensial
sesuai dengan yang • Tidak Sekuensial Konkret (SK)
Abstrak (SA)
direncanakan menyelesaikan • Melakukan pengecekan • Mengeksekusi
permasalahan hasil pekerjaannya cara lain untuk
sesuai langkah demi langkah memperoleh hasil
dengan yang yang sama
Acak Abstrak
direncanakan Acak Konkret (AK)
(AA)
• Tidak melakukan • Melakukan
Acak Abstrak pengecekan hasil pengecekan
Acak Konkret (AK)
(AA) pekerjaannya langkah langkah demi
• Tidak menggambarkan • Menggambarkan
demi langkah dan tidak langkah dan
posisi objek posisi objek
mengeksekusi cara lain mengeksekusi
dengan beberapa
• Menuliskan fakta yang untuk memperoleh cara lain untuk
asumsi tertentu
diketahui dan yang jawaban yang sama memperoleh
ditanyakan • Tidak menuliskan jawaban yang
fakta yang sama
• Menyelesaikan diketahui dan
permasalahan Menetapkan Kesimpulan
yang ditanyakan
sesuai dengan yang Menetapkan Kesimpulan
direncanakan • Menyelesaikan Sekuensial Abstrak
Sekuensial Konkret (SK)
permasalahan (SA)
sesuai dengan • Menarik kesimpulan • Menarik
apa yang berdasarkan hasil kesimpulan
direncanakan dan pekerjaan tertulisnya berdasarkan
mengeksekusi hasil pekerjaan
cara lain yang • Tidak mempunyai tertulisnya
dianggap perlu argumen yang
walaupun tidak mendukung untuk • Terkadang
direncanakan menarik kesimpulan mempunyai
argumen yang
• Meyakini hasil mendukung
Menetapkan Generalisasi pekerjaannya benar jawabannya
Tidak ada perbedaan penalaran logis keempat melalui pengecekan dalam menarik
peserta didik yang memiliki gaya berpikir ber- langkah demi kesimpulan
beda dalam menetapkan generalisasi. langkah
• Meyakini hasil
Membangun Argumen yang Mendukung pekerjaannya benar
Membangun Argumen yang Mendukung karena mempunyai
Sekuensial Konkret Sekuensial Abstrak jawaban yang
(SK) (SA) sama dengan
• Tidak mempunyai • Mempunyai asumsi menggunakan cara
asumsi atau atau cara lain untuk berbeda
cara lain untuk memperoleh hasil Acak Konkret (AK) Acak Abstrak (AA)
memperoleh hasil yang sama tetapi
yang sama terkadang tidak
dikerjakan
Acak Konkret (AK) Acak Abstrak (AA)
200 H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202

• Menarik kesimpulan • Menarik kir. Peserta didik merasa senang dengan hadirnya
berdasarkan hasil kesimpulan lingkungan gaya berpikirnya dan mencoba be-
pekerjaan tertulisnya berdasarkan radaptasi dengan lingkungan gaya berpikir yang
hasil pekerjaan lain.
• Tidak mempunyai tertulisnya Selain metode pengajaran, pendidik juga
argumen yang harus memperhatikan penilaian atau mengevalu-
mendukung dalam • Mempunyai asi kemampuan peserta didik. Pendidik hendak-
menarik kesimpulan argumen yang nya tidak membuat sistem penilaian yang teror-
mendukung ganisir atau yang bersifat algoritmik. Misalnya,
• Meyakini hasil dalam menarik pada soal essai, ketika peserta didik tidak menu-
pekerjaannya benar kesimpulan liskan fakta yang diketahui maka pendidik mem-
tanpa melakukan berikan penilaian yang rendah. Perlu dipahami
pengecekan langkah • Meyakini hasil bahwa peserta didik memiliki cara tertentu dalam
demi langkah pekerjaannya benar mengelolah dan mengatur informasi yang dipe-
atau memiliki karena mempunyai rolehnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah ba-
alternatif jawaban jawaban gaimana cara peserta didik memahami masalah
yang sama dengan sama dengan yang diberikan dan bagaimana langkah-langkah
menggunakan cara menggunakan menyelesaikannya. Carson (2007) menyatakan
berbeda cara berbeda bahwa boleh saja menggunakan heuristik di da-
dan melakukan lam memecahkan masalah tetapi yang terpenting
pengecekan adalah bagaimana mengajarkan atau mengem-
pekerjaannya bangkan kemampuan berpikir peserta didik.
langkah demi Hasil penelitian ini juga memberikan in-
langkah secara formasi bahwa peserta didik yang memiliki gaya
detail berpikir SA dan AA lebih kreatif di dalam meren-
canakan dan menyelesaikan permasalahan. Hal
ini dapat dilihat dari kemampuan mereka mene-
Penalaran merupakan kemampuan yang mukan ide-ide yang baru atau alternatif jawaban
perlu dikembangkan melalui pembelajaran untuk lain dalam merencanakan dan menyelesaikan
membantu peserta didik dalam memecahkan per- permasalahan. Oleh karena itu, ketika pendidik
masalahan (Fah, 2009; Mannamaa, et.al, 2012). hendaknya mengembangkan kemampuan krea-
Penelitan ini memberikan kesempatan kepada tivitas pemecahan masalah peserta didik maka
subjek penelitian untuk memahami, merenca- dekatilah dengan gaya berpikir tersebut.
nakan, menyelesaikan dan mengevaluasi sendiri Terdapat juga peserta didik yang memili-
masalah yang diberikan berdasarkan pemecahan ki gaya berpikir lebih dari satu. Hasil penelitian
masalah Polya. Hal ini didasarkan dari hasil pen- menunjukkan bahwa peserta didik yang memi-
elitian Marusic & Slisko (2012) yang menyatakan liki gaya berpikir lebih dari satu dan memiliki
bahwa penalaran peserta didik akan meningkat kemampuan yang sama dalam hal mengelola
jika mereka langsung mengamati dan merasakan informasi akan memperoleh prestasi yang baik
sendiri suatu permasalahan yang diberikan. di dalam pembelajaran. Sebaliknya, bagi peserta
Kita dapat����������������������������
merancang������������������
���������������������������
desain
�����������������
pembelaja- didik yang memiliki kemampuan yang sama da-
ran dengan diketahuinya profil penalaran logis lam hal mengatur informasi, kurang memperoleh
peserta didik. Esensi desain pembelajaran meng- prestasi yang baik dalam pembelajaran. Berdasar-
acu kepada empat komponen yaitu peserta didik, kan hal tersebut, guru hendaknya berusaha men-
tujuan pembelajaran, metode pembelajaran dan ciptakan lingkungan belajar yang mampu mem-
penilaian. Berdasarkan hasil penelitian, dipero- buat peserta didik menyeimbangkan kemampuan
leh gambaran umum peserta didik yang berbeda mengelolah informasi dengan satu cara.
dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu,
pendidik seharusnya menggunakan metode men- PENUTUP
gajar dengan mempertimbangkan gaya berpikir
peserta didik. Pendidik hendaknya tidak men- Simpulan dari penelitian ini adalah: 1)
ciptakan lingkungan pengajaran yang dominan Profil penalaran logis peserta didik yang memi-
pada satu gaya berpikir saja. Tetapi, pendidik liki gaya berpikir SK, SA, AK dan AA dalam
hendaknya menciptakan lingkungan pengajaran memecahkan masalah Fisika di MAN Baraka
dengan menyediakan dukungan untuk berbagai digambarkan menurut pola mind mapping den-
cara mengakses informasi pada setiap gaya berpi- gan indikator utama penalaran logis terdiri atas :
Gambar 6. Mind Mapping untuk Profil Penalaran Logis Peserta Didik dengan Gambar 7. Mind Mapping untuk Profil Penalaran Logis Peserta Didik dengan
Gaya Berpikir SK dalam Memecahkan Masalah Fisika (Hasil Temuan Peneliti) Gaya Berpikir SA dalam Memecahkan Masalah Fisika (Hasil Temuan Peneliti)
H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202
201

Gambar 8. Mind Mapping untuk Profil Penalaran Logis Peserta Didik Gambar 9. Mind Mapping untuk Profil Penalaran Logis Peserta Didik dengan
dengan Gaya Berpikir AK dalam Memecahkan Masalah Fisika (Hasil Temuan Gaya Berpikir AA dalam Memecahkan Masalah Fisika (Hasil Temuan Peneliti)
Peneliti)
202 H. Bancong, Subaer / JPII 2 (2) (2013) 195-202

mengumpulkan fakta, membangun dan menetap- Teachers College Record, 106 (1): 96-111.
kan asumsi, menilai atau menguji asumsi, mene- Fah, L.Y. 2009. LogicalThinking Abilities among
tapkan generalisasi, membangun argumen yang Form 4 Students in the Interior Division of Sa-
bah, Malaysia. Journal of Science and Mathemat-
mendukung, memeriksa atau menguji kebenaran
ics, Education in Southeast Asia, 32(2): 161-187.
argumen dan menetapkan kesimpulan; 2) Perbe- Gregorc, A.F. 1982. An Adult’s Guide to Style. Maynard,
daan profil penalaran logis peserta didik dengan MA: Gabriel Systems.
gaya berpikir yang berbeda dalam memecahkan Hensberry, K.K.R. 2012. The effects of Polya’s heu-
masalah Fisika meliputi komponen mengumpul- ristic and diary writing on children’s problem
kan fakta, membangun dan menetapkan asumsi, solving. Mathematics Education Research Journal,
menilai atau menguji asumsi, menetapkan gen- 24: 59-85.
eralisasi, membangun argumen yang mendu- Lehman, M.E. 2011. Relationships of Learning Styles,
kung, memeriksa atau menguji kebenaran argu- Grades, an Instructional Preferences. NACTA
Journal, 9: 40-45.
men dan menetapkan generalisasi. Perbedaan
Mannamaa, M, et al. 2012. Cognitive Correlates of
ini merupakan karakteristik utama peserta didik Math Skills in Third-grade Students. Education-
di MAN Baraka Kelas XII IPA 2 Tahun Ajaran al Psychology, 32 (1): 21-44.
2012/2013. Marusic, Mirko& Slisko, Josip. 2012. Influence of
Three Different Methods of Teaching Physics
DAFTAR PUSTAKA on the Gain in Students’ Development of Rea-
soning. International Journal of Science Educa-
Bas, G., & Beyhan, O. 2010. Effects of Multiple Intel- tion, 34 (2): 301-326.
ligences Supported Project-Based Learning on Nurdin. 2010. Profil Alur Berpikir Mahasiswa dalam Mem-
Students’ Achievement Levels and Attitudes ecahkan Masalah Limit Berdasarkan Langkah-
Towards English Lesson. International Electronic langkah Polya. (Disertasi). Surabaya: Program
Journal of Elementary Education, 2 (3): 365 – 385. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Carson, J. 2007. A Problem With Problem Solving: Pintrich, P.R. 2002. The Role of Metacognitive Knowl-
Teaching Thinking Without Teaching Knowl- edge in Learning, Teaching, and Assessing. Col-
edge. The Mathematics Educator, 17 (2): 7–14. lege of Education, The Ohio State University, 41(4):
Chase, M.W, et.al. 2007. Exploring the Relationship 219–225.
of First-year, Firstsemester College Students’ Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendeka-
Mind Styles and their Consumer Decision- tan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
making Styles. Journal of Family and Consumer Penerbit Alfabeta.
Sciences Education, 25 (1): 10-23. Watson, S.A & Thompson, C. 2001. Learning Styles
Chatif, M. 2012. Gurunya Manusia. Bandung: Penerbit of Interior Design Students as Assessed by the
Kaifa. Gregorc Style Delineator. Journal of Interior De-
Denig, S.J. 2004. Multiple Intelligences and Learn- sign, 27(1): 12-19
ing Styles: Two Complementary Dimensions.

Anda mungkin juga menyukai