PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
Dengue (Arbovirus) yang masuk ketubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Demam
Berdarah Dengue adalah penyakit virus berat yang ditularkan oleh nyamuk endemic (Aedes
Aegypty) dibanyak Negara Asia Tenggara dan Selatan, Pasifik dan Amerika Latin. Ditandai
dengan meningkatnya Permeabilitas pembuluh darah, hipovolemia dan gangguan mekanisme
pembuluh darah. Wabah hebat terjadi saat penyakit menyebar ke daerah baru dengan angka
serangan tinggi pada orang-orang yang rentan. Demam Berdarah Dengue ini merupakan
infeksi yang berhubungan dengan bepergian, yang sering terjadi pada turis dari Negara non
endemic. Penyakit Demam Berdarah Dengue ini ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty
yang terutama memiliki habitat perkotaan dan mendapat virus sewaktu menghisap darah
manusia yang terinfeksi (Infektip ssetelah 8-10 hari).
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia. hal ini
tampak dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit demam berdarah dengue. sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularannya
sudah tersebar luas di perumahan-perumahan pendnuduk.
Oleh karena itu, kami akan membahas tentang Penyakit DBD dan teknik
pengendaliannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana siklus hidup nyamuk Aedes aegypti?
1.2.2 Bagaimana bionomik nyamuk Aedes aegypti?
1.2.3 Bagaimana mekanisme penularan penyakit DBD?
1.2.4 Apa saja teknik pengendalian penyakit DBD?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
1.3.2 Untuk mengetahui bionomik nyamuk Aedes aegypti
1.3.3 Untuk mengetahui mekanisme penularan penyakit DBD
1.3.4 Untuk mengetahui teknik pengendalian penyakit DBD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti
Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Uniramia
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematosera
Familia : Culicidae
Sub family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
a. Telur
Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti genangan air atau daun
pepohonan yang lembab. Telur berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat
penampungan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dala waktu 2 hari setelah
terendam air. Stadium jentik umumnya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong
berlangsung antara 2-4 hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10
hari.
telur nyamuk Aedes aegypti
b. Larva (jentik)
Bagian belakang tubuh Aedes aegypti dilengkapi dengan semacam pipa panjang hingga
menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya 0,5 sampai 1 cm, gerakannya berulang-
ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas kemudian turun kebawah dan
seterusnya serta pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada segmen terakhir,
pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut serta jumbae akan dijumpai pada
corong udara. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yang penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada
tidaknya binatang lain yang merupakan predator. Mikroorganisme merupakan makana dari
larva Aedes aegypti dengan cara memusarkan air.
2.4.4 Penyebaran
Nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia,
nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini
dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan air
laut. Jika di atas ketinggian 1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembang biak, karena pada
ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memunginkan bagi nyamuk
Aedes aegypti untuk terus berkembang biak (Depkes RI, 2005).
2.4.5 Musim
Pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang
pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin banyak tempat
penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada musim hujan populasi nyamuk Aedes
aegypti akan meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue (Depkes RI, 2005).
1. Larvasida
Larvasidasi terutama dilakukan di daerah yang banyak menampung air/susah air dan
pada penampungan air terbuka yang susah dikuras/dibersihkan.
Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik nyamuk demam
berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di daerah yg banyak
menampung air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang susah
dikuras/dibersihkan.
3.1 Kesimpulan
1. Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mengalami
perubahan bentuk morfologi selama hidupnya dari stadium telur berubah
menjadi stadium larva kemudian menjadi stadium pupa dan menjadi stadium
dewasa.
2. Tempat perindukan dan berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yaitu di
tempat penampungan air seperti bak mandi, lubang wc, ember, tempat minum
burung dan sebagainya. Untuk perilaku menghisap darahnya mereka
menghisap pada pagi hari dan sore hari. Setelah nyamuk betina menghisap
darah manusia, mereka beristirahat selama 2-3 hari dan menunggu hingga
telurnya matang. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti yaitu pada daerah tropis
dan sub tropis.
3. Berbagai teknik pengendalian vektor (PV) DBD, yaitu :
Fisik
Kimia
Biologi
Manajemen lingkungan
Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN
Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM)