Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

KONSEP DAN HUBUNGAN ANTARA ATMOSFIR DENGAN


KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh :
KELOMPOK 14
Fajar Kurniawan 1710912210018
Lita Safitri Suaeb 1710912320029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Dasar-dasar Kependudukan tentang persebaran penduduk
yang tidak merata di Indonesia.
Makalah ilmiah ini sudah kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkonstribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah Analisis Kesehatan Lingkungan
tentang konsep dan hubungan antara atmosfir dengan kesehatan lingkungan ini bisa
memberi manfaat ataupun inspirasi pada pembaca.

Banjarbaru, September 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
A. Definisi dan Pengertian Atmosfir................................................................ 3
B. Prinsip dasar pengelolaan kualitas udara .................................................... 3
C. Baku Mutu Kualitas Udara ........................................................................ 4
D. Pengaruh udara terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat
........................................................................................................................... 4
BAB II PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Pengertian Atmosfir


Bumi diselimuti oleh lapisan udara tebal yang disebut atmosfir. Udara tidak
mempunya bentuk tetap, menyebar di semua tempat, mengisi semua ruang yang
ada. Tetapi udara tidak dapat keluar dari atmosfir karena kekuatan gravitasi bumi
menyebabkan tidak bisa melepaskan diri dari bumi (1).

Atmosfir adalah lingkungan udara, yakni udara yang meliputi planet bumi
ini. Atmosfir terdiri atas empat zona dengan perbedaan temperature yang ekstrim
akibat perbedaan penyerapan sinar matahari pada tiap lapisan tersebut. Zona
terdekat dari permukaan bumi disebut troposfer yang lapisannya setinggi 18 km di
atas equator dan 8 km di atas kutub. Di atas zona troposfer terdapat zona stratosfer
yag ketinggiannya sampai kira-kira 50 km. Unsur terpenting dalam zona ini adalah
uap air dan ozone. Ozone melindungi permukaan bumi dan radiasi ultraviolet. Di
atas stratosfer terdapat zona mesosfer yang ketinggiannya sampai kira-kira 80 km.
Di atas mesosfer terdapat termosfer, wilayah yang kaya dengan ion dan
ketinggiannya sampai 1600 km dari permukaan bumi. Lapisan ozone yang tipis
dalam stratosfer melindung Bumi terhadap radiasi ultra ungu dari Surya (2, 3).

B. Prinsip dasar pengelolaan kualitas udara

Kualitas udara yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas bahan
pencemar penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan.
Temperatur dan kelembapan juga memengaruhi kenyamanan dan kesehatan (4).

Berdasarkan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang pengendalian


pencemaran udara ditetapkan kadar Peraturan dari pencemaran udara. Indonesia
memiliki prinsip-prinsip kebijakan kualitas udara antara lain : (5).
a. Sustainability
b. Risk aassessment

3
4

c. Proportionality : measures should be proportionate to the objective


d. Pollusters pay primciple

C. Baku Mutu Kualitas Udara


1. Baku mutu udara ambient
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient (Pasal 1 Angka 7 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara). Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada
lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya. Berdasarkan Pasal 20 Ayat (4) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku
mutu udara ambien diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
2. Baku mutu udara emisi
Baku mutu emisi terbagi menjadi dua macam, yaitu: Baku mutu emisi
sumber tidak bergerak dan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor
(emisi sumber bergerak). Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas
kadar maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambient (Pasal 1 Angka 16 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara). Sementara itu, Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah
batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari
pipa gas buang kendaraan bermotor (6).

D. Pengaruh udara terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat

Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan


(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran dapat terjadi
5

dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang


sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran
dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di
lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran
di luar ruang. Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap (7).

Sektor transportasi merupakan penyumbang 80% pencemaran udara di daerah


perkotaan di Indonesia. Pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor
antara lain adalah NO2, SO2, CO, Pb, hidrokarbon, dan partikulat. Polutan udara
yang dapat mengakibatkan gangguan pada saluran pernafasan adalah gas NO2,
SO2, formaldehid, ozon, dan partikel debu. Polutan tersebut bersifat mengiritasi
saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru (8).

Pada masa sekarang ini hampir semua kegiatan manusia memasukkan pencemar
ke dalam atmosfer. Dampak pencemaran dari kegiatan manusia akan berpengaruh
dan berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh
pula terhadap kehidupan tumbuhan seperti penurunan produktivitas pertanian,
hewan dan juga manusia seperti menyebabkan penyakit sehingga dapat
menimbulkan kematian. Tingkat pencemaran yang telah dicapai menimbulkan
kekhawatiran di seluruh dunia. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat
dihindari dan semakin hari terus meningkat (9).

1. Efek zat kimia pengotor/pencemar udara

Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan
asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan
kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari
berbagai unsur penyusun bahan bakar (7).
6

Polutan udara yang dapat mengakibatkan gangguan pada saluran


pernafasan adalah gas NO2, SO2, formaldehid, ozon, dan partikel debu. Polutan
tersebut bersifat mengiritasi saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan
gangguan fungsi paru. Gas SO2 dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran
pernafasan bagian atas karena mudah larut dalam air yang mengakibatkan produksi
lendir meningkat sehingga terjadi penyempitan pada saluran pernafasan. Nitrogen
dioksida bersifat iritan dan radikal. Gas NO2 termasuk salah satu gas utama dalam
reaksi kimia di atmosfer karena dapat menghasilkan ozon di lapisan troposfer
setelah bereaksi dengan sinar ultraviolet (8).
berikut contoh zat kimia yang dapat mencemar udara serta berdampak pada
kesehatan lingkungan : (10)
a. Pengaruh konsentrasi gas karbonmonoksida (CO) terhadap
kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks ISPU berkategori
baik (0-50), tidak menimbulkan efek apapun bagi manusia dan makhluk hidup.
Nilai ISPU pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas CO mulai
menimbulkan perubahan kimia darah, tetapi walaupun tak terdeteksi. Pada kisaran
101-199 berkategori tidak sehat paparan gas CO mulai meningkatkan
kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung.

b. `Pengaruh konsentrasi gas Nitrogendioksida (NO2) terhadap


kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks ISPU berkategori
baik (0-50), paparan gas NO2 menimbulkan sedikit bau tertentu. Nilai ISPU yang
lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas NO2
menimbulkan bau tertentu. Pada kisaran lebih tinggi lagi pada indeks ISPU 101-
199 berkategori tidak sehat paparan gas NO2 mulai meningkatkan bau lebih tajam
dan mulai kehilangan warna gas, memberikan efek peningkatan reaktivitas
pembuluh tenggorokan pada penderita asma. Sedangkan pada kisaran 200-299
berkategori sangat tidak sehat, gas NO2 akan meningkatkan sensitivitas pasien
yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk
kategori berbahaya, paparan gas NO2 berbahaya bagi semua populasi.
7

c. Pengaruh konsentrasi gas Ozon Permukaan (O3) terhadap kesehatan


manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks ISPU berkategori baik (0-50),
paparan gas O3 dan kombinasi dengan SO2 selama 4 (empat) jam berturut-turut
mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi
pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas O3 pada jangka waktu yang
lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada
kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas O3 mulai
mengakibatkan penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras. Sedangkan
berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas O3 akan mengakibatkan
pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis saat
melakukan olah raga ringan.

2.Efek zat fisis pengotor/pencemar udara

Keberadaan bahan pencemar udara dihasilkan dari proses alam maupun


aktivitas manusia. Kontribusi pencemar udara akibat aktivitas manusia berasal dari
sumber pencemar tidak bergerak seperti lingkungan kerja perkantoran, industri,
sumber bergerak seperti kendaraan bermotor, maupun lingkungan yang padat (11).

Kondisi fisik lingkungan pemukiman sangat mempengaruhi terjadinya


suatu penyakit. Buruknya kondisi lingkungan pemukiman dapat memudahkan
berkembangnya mikroorganisme dan virus. Penyakit berbasis lingkungan yang
masih menjadi pola kesakitan dan kematian di Indonesia, mengindikasikan masih
rendahnya cakupan dan intervensi bidang kesehatan lingkungan (12).

3. Efek biologis pengotor/pencemar udara

Tumbuhan bisa menjadi indikator pencemaran udara, daunnya paling peka


terhadap pencemaran. Daun dengan stomatanya sebagai pintu gerbang
pertukaran gas dan uap air antara tumbuhan dengan lingkungan. Banyaknya
8

gas yang masuk ke dalam tubuh tumbuhan sangat dipengaruhi oleh luas
stomata. Contohnya ada pada lumut kerak yang merupakan sibiosis antara
algae fotosintetik dengan fungi. Lumut kerak terdiri atas beberapa kelompok
yang masing-masing memilik tingkat sensitivitas berbeda terhadap polutan
udara. Oleh karena itu keberadaan kelompok lumut kerak tertentu di suatu
wilayah dapat menjadi indicator bagi tingkat polusi udara di wilayah tersebut
(13).
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Atmosfir adalah lingkungan udara, yakni udara yang meliputi planet bumi
ini. Atmosfir terdiri atas empat zona dengan perbedaan temperature yang ekstrim
akibat perbedaan penyerapan sinar matahari pada tiap lapisan tersebut. Kualitas
udara yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas bahan pencemar penyebab
iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan. Temperatur dan
kelembapan juga memengaruhi kenyamanan dan kesehatan. Pencemaran udara
adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya)
ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
udara (lingkungan).

B. SARAN
Disarankan kepada masyarakat agar selalu menjaga kebersihan udara dengan
tidak membakar sembarangan, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarto. Lingkungan Dan kesehatan. Jakarta. Sagung Seto. 2013. 38.

2. Mulia RM. Kesehatan linhkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2005. 11-12

3. Mulyanto HR. Ilmu lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2010. 12.

4. Candrasari CR, mukono J. Hubungan kualitas udara dalam ruang


dengan keluhan penghuni Lembaga permasyarakatan kelas IIA
kabupaten sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2013. 7(1);21-25.

5. Kurniawati ID, dkk. Indikator pencemaran udara berdasarkan jumlah


kendaraan dan kondisi iklim ( stdi wilayah terminal mangkang dan
terminal pengaron semarang). J. Kesehat. Masy.Indones. 2017.
12(2);19-24.

6. Firmansyah AA, Evendia M. Politik hokum penetapan baku mutu


lingkungan sebagai instrument pencegahan pencemaran ligkungan
hidup. Kanun Jurnal Ilmu Hukum 2014. 62(16);19-37.

7. Nasihah M. Efek hujan asam terhadap pertumbuhan tanaman. Jurnal


EnviScience 2017. 1(1);27-30.

8. Sandra C. Pengaruh penurunan kualitas udara terhadap fungsi paru dan


keluhan pernafasan pada polisi lalu lintas polwiltabes Surabaya. Jurnal
Ikema 2013 9(1);1-8.

9. Megalina Y. pengaruh pencemaran udara di daerah terminal amplas bagi


kehidupan masyarakat. Jurnal pengabidan kepada Masyarakat 2015. 21(79);
94-101.

10. Kurniwan A. Pengukuran parameter kualitas udara (CO, NO2, SO2, O3,
dan PM10) di nukit kototabang berbasis ISPU. Jurnal TeknoSains 2017.
7(1);1-82.

11. Oktaviani DA, Prasasti CI. kualitas fisik dan kimia udara, karakteristik
pekerja, serta keluhan pernapasan pada pekerja percetakan di suarabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkngan 2015. 8(2);195-205.

19
20

12. Hidayat CW, dkk. Hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan
kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas jatibarang
kabupaen indramay. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2016. 4(2);749-757.
13. Waryamti, dkk. Angsana (Pterocarpus indicus) sebagai biondikator
untuk polusi di sekitar terminal lebak bulus. Al-Kauniyah Jurnal Biologi
2015. 8(1);46-50.

20

Anda mungkin juga menyukai