Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

“Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay”

Oleh:

Muhammad Rusdi 150534601669

S1 PTE B 2015

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ELEKTRO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

November 2018
1.1. Dasar Teori
1.1.1. Pengertian Pneumatik dan Elektropneumatik
Pneumatik berasal Yunani (bahasa Yunani: pneuma). Pneumatik berasal
dari kata dasar "pneu" yang berarti udara yang ditekan. Jadi dapat diartikan
pneumatik adalah ilmu yang berhubungan dengan udara yang bertekanan.
Pneumatik dalam aplikasinya di dunia industri merupakan ilmu pengetahuan dari
proses mekanik dimana udara memindahkan suatu gaya atau gerakan.
Pneumatik adalah sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan
udara sebagai tenaga penggeraknya. Cara kerja pneumatik sama dengan hidrolik,
yang berbeda hanyalah tenaga penggeraknya. Jika pneumatik menggunakan udara
sebagai tenaga penggeraknya, sedangkan hidrolik menggunakan cairan oli sebagai
tenaga penggeraknya. Dalam pneumatik, udara bertekanan berfungsi untuk
menggerakkan sebuah silinder kerja. Silnder kerja inilah yang nantinya mengubah
tenaga atau tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik (gerakan maju mundur
pada silinder). Namun, pemakaian teknologi pneumatik murni saat ini sudah sangat
jarang sehingga banyak industri yang mengubah teknologinya menggunakan
perpaduan teknologi elektrik dengan pneumatik, gabungan kedua teknologi ini
disebut elektropneumatik.
Elektropneumatik merupakan perpaduan teknologi elektrik dengan
pneumatik. Sistem elektropneumatik adalah suatu sistem pneumatik yang
dikendalikan atau digerakan menggunakan sinyal listrik.
Prinsip kerja dari elektropneumatik yaitu dengan mengalirkan sinyal listrik
ke solenoid yang terpasang pada katup pengatur arah pneumatik yang diaktifkan
melalui saklar ataupun sensor. Sinyal listrik tersebut kemudian akan menimbulkan
medan elektromagnet yang kemudian menggeser katup pengatur arah dan mengatur
gerakan silinder.

1.1.2. Pengertian Trainer Kotrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay


Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay adalah trainer
yang berupa koveyor yang dapat memindahkan atau memisahkan barang
berdasarkan kategori atau ukuran barang yang berbeda-beda menggunakan sistem
pneumatik yang kerjanya dikontrol oleh Smart Relay. Bentuk dari Trainer Kontrol
Pneumatik dengan Kendali Smart Relay seperti pada Gambar 1, sedangkan benda
yang dipindah atau dipisah seperti pada Gambar 2. Trainer Kontrol Pneumatik
dengan Kendali Smart Relay ini memiliki lima input (masukan sinyal) yaitu : (1)
tombol operasi (push button start dan push button stop); (2) tiga buah sensor
infrared;. Sedangkan untuk output trainer ini berupa motor DC dan tiga buah
silinder kerja ganda pneumatik. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay

Gambar 2. Bentuk barang yang disortir


1.1.3. Prinsip Kerja Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay

Gambar 3. Blog diagram Trainer kontrol pneumatik dengan kendali Smart Relay

Secara keseluruhan sistem kendali Trainer Kontrol Pneumatik dengan


Kendali Smart Relay dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu; (1) Input; (2)
Proses; dan (3) Output.
Secara umum prinsip kerja dari Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali
Smart Relay adalah untuk memindahkan atau memisahkan barang dari konveyor ke
wadah yang telah disediakan berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya
menggukan silinder kerja ganda pneumatik sebagai pendorong benda tersebut.
Prinsip kerja dimulai pada saat tombol start ditekan kemudian motor DC
berputar untuk menggerakkan belt konveyor yang akan membawa barang melewati
tiga buah sensor infrared untuk dideteksi berdasarkan beberapa kategori yang sudah
ditetapkan, ada empat kategori barang yaitu: (1) barang berukuran 2 cm; (2) barang
berukuran 4 cm; (3) barang berukuran 6 cm; dan (4) barang berukuran 8 cm, setelah
barang tersebut sudah masuk ke dalam kategori yang telah ditentukan maka
selanjutnya slinder pneumatik mendorong barang tersebut masuk ke wadah yang
telah disediakan berdasarkan deteksi yang di terima oleh tiga buah sensor infrared.
Apabila tombol stop ditekan maka sistem pada Trainer Kontrol Pneumatik
dengan Kendali Smart Relay akan berhenti bekerja. Untuk mengaktifkan trainer ini
lagi maka perlu menekan tombol push button start.
Komponen penyusun dari sistem Trainer Kontrol Pneumatik dengan
Kendali Smart Relay dibagi menjadi lima bagian, diantaranya yaitu: (1) Catu daya,
(2) Elemen masukan, (3) Elemen pengolah (prosesor), (4) Elemen kontrol, dan (5)
Elemen pendukung.

1.1.4. Elemen Masukan


1.1.4.1. Sistem Tombol Operasi
Tombol operasi adalah elemen masukan berupa tombol yang digunakan
untuk mengoperasikan sistem. Sistem tombol operasi pada Trainer Kontrol
Pneumatik dengan Kontrol Smart Relay menggunakan dua jenis saklar push button.
Push button adalah perangkat / saklar sederhana yang berfungsi untuk
menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan sistem kerja tekan
unlock (tidak mengunci). Sistem kerja unlock disini berarti saklar akan bekerja
sebagai penghubung atau pemutus aliran arus listrik saat tombol ditekan, dan saat
tombol tidak ditekan (dilepas), maka saklar akan kembali pada kondisi normal.

Kontak push button secara umum terdiri tiga tipe yaitu NO (Normally
Open), NC (Normally Close), serta NC dan NO (Normally Close dan Normally
Open). Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

NO NC NO & NC

Gambar 4. Simbol tombol operasi

Gambar 5. Bentuk tombol operasi


1.1.4.2. Sistem sensor Infrared
Sistem Sensor Infrared merupakan sensor yang termasuk dalam kategori
sensor biner yaitu sensor yang menghasilkan output berupa sinyal 1 atau 0. Infrared
atau inframerah adalah radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang
lebih panjang dari cahaya yang tampak, namun lebih pendek dari radiasi gelombang
radio.
Sinar infrared termasuk dalam kategori sinar tidak tampak karena
memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm sehingga mata manusia tidak
dapat melihatnya, akan tetapi radiasi panas yang ditimbulkan oleh infrared masih
dapat dirasakan. Sinar infrared bersifat tidak dapat menembus bahan yang mana
sinar tampak juga tidak dapat menembusnya.
Infrared memiliki beberapa karakteristik, diantaranya yaitu: (a) Tidak
dapat dilihat oleh mata manusia, (b) Tidak dapat menembus materi yang tidak
tembus pandang, (c) Panjang gelombang infrared dapat dipengaruhi oleh suhu, jika
ketika suhu naik maka panjang gelombang infrared akan turun.
Pada modul sensor ini infrared digunakan sebagai pemancar, sedangkan
penerimanya adalah menggunakan Photodiode, cara kerjanya adalah cahaya yang
dipancarkan oleh infrared akan dipantulkan oleh barang yang ada dihadapannya
menuju photodioda intensitas sinar yang mengenai photodiode tersebut maka akan
semakin kecil nilai hambatanya. Terdapat tiga buah sensor inframerah yang
terpasang pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay ini.

1.1.5. Elemen Pengolah


Elemen pengolah yang digunakan pada sistem elektropneumatik dapat
berupa sakelar magnetik berupa kontaktor maupun relay, serta juga dapat
menggunakan Smart Relay. Pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali
Smart Relay ini, menggunakan elemen pengolah yang berupa Smart Relay.
Smart relay merupakan program logic controller (PLC) yang paling
sederhana, perangkat ini memiliki bentuk ukuran yang relative kecil dan fleksibel.
Smart relay dapat diprogram seperti PLC pada umumnya. Aplikasi yang digunakan
untuk memprogram smart relay adalah zeliosoft.
Smart relay memiliki dua macam tipe yaitu, smart relay tipe compact dan
tipe modular. Keunggulan smart relay tipe modular dengan tipe compact adalah
smart relay modular dapat ditambahkan extension module. Smart relay modular
dapat ditambah masukan dan keluaran. Batas untuk penambahan I/O adalah sampai
dengan 40 I/O. selain itu kelebihan smart relay modular adalah dapat memonitoring
jarak jauh dengan penambahan modul tambahan yang mendukung monitoring jarak
jauh.
Sedangkan smart tipe compact terdapat tiga pilihan input dan output yaitu
10 I/O, 12 I/O, dan 20 I/O. Input dan output pada smart relay compact sudah fixed
tidak dapat ditambah ataupun dikurangi tidak seperti pada smart relay tipe modular.
Smart relat memiliki banyak variasi sumber catu daya untuk menghdupkan
smart relay tersebut berdasarkan tegangan kerja yang diinginkan. Macam-macam
tegangan kerja pada smart relay yaitu: (1) DC 12 Volt, (2) DC 24 Volt, (3) AC 24
Volt, (4) AC 100 Volt, dan (5) AC 240 Volt. Pada trainer penyortir barang
menggunakan kendali smart relay ini menggunakan jenis tegangan kerja DC 24
Volt dengan tipe SR3B261BD. Dibawah ini merupakan gambar jenis smart relay
tipe modular yang digunakan pada trainer kontrol pneumatik dengan kendali smart
relay.

Gambar 6. Modul Smart relay 26 I/O

1.1.6. Elemen Kontrol


Pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay digunakan
elemen kontrol untuk sistem elektropneumatik berupa katup (valve). Dimana
elemen kontrol ini berfungsi untuk melakukan pengaturan dengan cara
membandingkan besaran proses terhadap nilai yang dikehendaki. Katup kontrol
(Control Valve) memiliki kegunaan yaitu untuk menunjukkan suatu tingkat tekanan
udara, tekanan dari saluran energi satu disalurkan melalui kran pengontrol dan
diubah menjadi tekanan energi dua. Saluran dari auxiliary air pressure supply
combination digunakan untuk mengoperasikan kran pengontrol ini. Posisi dari
valve kendali di indikasikan secara mekanik.
Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay, menggunakan
katup kontrol dengan tipe katup kontrol arah (directional way valve). Katup kontrol
arah (directional way valve) merupakan bagian yang mengendalikan jalannya aliran
udara. Katup kontrol arah (directional way valve) digambarkan dengan
menggunakan jumlah lubang dan jumlah kotak. Lubang menunjukan saluran udara.
Sedangkan jumlah kotak menunjukan jumlah posisi.
a. Katup Solenoid (Solenoid Valve) pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan
Kendali Smart Relay
Pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali Smart Relay
menggunakan katup solenoid dimana katup ini digerakan oleh energi listrik melalui
selenoida, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk
megerakkan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Katup solenoid
ini terdiri dari tiga solenoid valve single coil Masing-masing solenoid valve
berfungsi untuk mengendalikan atau menggerakan aktuator pneumatik.
b. Solenoid Valve Single Coil.
Solenoid valve coil yang digunakan pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan
Knedali Smart Relay ini memiliki jenis katup 5/2 way. Bentuk dari solenoid valve
single coil pada trainer ini dapat dilihat pada Gambar 7 dan simbol katup 5/2 way
pada Gambar 8.

Gambar 7. Selenoid Valve single coil


A B

R P S
Gambar 8. Katup 5/2 Way

Katup 5/2 way merupakan katup yang memiliki 5 lubang saluran udara dan 2
pergerakan posisi kerja. Dari Gambar 2.22. terlihat bahwa cara kerja dari solenoid
valve tersebut, pada posisi kerja awal, udara yang bertekanan akan bergerak dari
catu daya melalui P ke A dan udara yang bertekanan dari beban akan dibuang
melalui B ke S. Jika katup mendapatkan sinyal kontrol di sisi kanan, maka posisi
kerja katup akan berpindah ke posisi kerja sebelah kanan. Perpindahan posisi kerja
katup menyebabkan udara bertekanan akan mengalir dari catu daya melalui P ke B
dan udara bertekanan dari beban akan dibuang melalui A ke R. Selenoid Valve
tersebut digerakan secara elektrik dari arah kanan saja, sehingga hanya dapat
dikendalikan satu arah. Sedangkan arah kiri digerakn menggunakan pegas.

1.1.7. Elemen Kerja


Elemen kerja adalah bagian akhir dari sistem Trainer Kontrol Pneumatik
dengan Kendali Smart Relay. Aktuator tersebut dibagi menjadi dua sistem yaitu
aktuator pada sistem elektropneumatik dan aktuator sistem konveyor.
1. Aktuator pada Sistem Elektropneumatik
Aktuator pada sistem elektropneumatik yang ada di Trainer Kontrol
Pneumatik dengan Kendali Smart Relay ini berfungsi sebagai alat peralatan
mekanis untuk menggerakan atau menghasilkan masukan ke plant sesuai dengan
sinyal kontrol sedemikian sehingga sinyal umpan balik akan berkaitan denga sinyal
masukan acuan.
a. Silinder kerja Ganda
Silinder kerja ganda merupakan aktuator pneumatik yang digerakan oleh
udara yang bertekanan pada kedua sisnya sehingga menghasilkan kerja dalam dua
arah. Silinder kerja ganda sedikit berbeda dengan silinder kerja tinggal. Silinder
kerja tunggal hanya dikontrol dengan salah satu sisi saja, sedangkan silinder kerja
ganda dikontrol pada kedua sisinya untuk menghasilkan kerja atau gerakan maju
dan mundur.

Gambar 9 Rangkaian Pneumatik Silinder Kerja Ganda

Rangkaian pneumatik silinder kerja ganda pada trainer dapat dilihat pada
Gambar 9. Pada posisi kerja awal, udara bertekanan akan mengalir dari catu daya
melalui P ke A menuju silinder kerja ganda. Udara bertekanan dari silinder kerja
ganda akan dibuang melalui B ke S. pada kondisi seperti ini silinder kerja ganda
pada kondisi normal.
Jika katup mendapatkan sinyal kontrol disisi kanan, maka posisi kerja katup
akan berpindah ke sebelah kanan. Perubahan posisi kerja katup menyebabkan udara
bertekanan akan mengalir dari catu daya melalui P ke B menuju silinder kerja
ganda. Udara bertekanan dari silinder kerja ganda akan dibuang melalui A ke R.
pada posisi ini, piston dari silinder kerja ganda terdorong maju kedepan.
Jika katup berthenti mendapatkan sinyal disisi kanan, maka pegas dari arah
kiri akan menggeser posisi kerja katup kembali ke posisi normal (kerja awal).
2. Aktuator pada Sistem Konveyor
Aktuator pada sistem konveyor yang ada di Trianer Kontrol Pneumatik
dengan Kendali Smart Relay adalah aktuator yang berfungsi untuk
menggerakan atau memutar belt konveyor. Aktuator tersebut terdiri dari 2
komponen yaitu relay dan motor DC.

a. Relay
Relay adalah suatu komponen elektronik yang bekerja berdasarkan
elektromagnetik untuk menggerakan kontaktor yang tersusun di dalamnya.
Relay merupakan sebuah saklar elektronik yang dapat dikendalikan dari
rangkaian elektronik lainnya dengan cara memanfaatkan tenaga listrik sebagai
sumber energinya. Relay terdiri dari 4 bagian utama, yaitu: (1) Elektromagnet;
(2) Armature; (3) Switch contact point (saklar); dan (4) Spring.

Prinsip kerja dari relay yaitu apabila ada arus listrik yang mengalir
melalui kumparan coil, maka akan timbul medan elektromagnet. Medan
elektromagnet tersebut menarik armature sehingga berpindah dari posisi
sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO). Posisi armature sebelumnya (NC) akan
menjadi open atau tidak terhubung. Perubahan posisi armature inilah yang
berfungsi menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus listrik. Pada saat tidak
ada arus listrik yang mengalir melalui coil, armature akan kembali lagi ke
posisi awal (NC).

Relay yang digunakan pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan Knedali


Smart Relay memiliki tipe MY2N-GS.

b. Motor DC
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah
energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga
dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor
memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct
Current) untuk dapat menggerakannya.

Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per


menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute) dan
dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam
apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut dibalikan.
Motor Listrik DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan
Motor Listrik DC memberikan kecepatan rotasi sekitar 3000 rpm hingga 8000
rpm dengan tegangan operasional dari 1,5V hingga 24V.

Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator
dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis
ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian
yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian
utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu
diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field
winding (kumparan medan magnet), Armature Winding (Kumparan Jangkar),
Commutator (Komutator) dan Brushes (kuas/sikat arang).

Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet


untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan
kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang
berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap
ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub
selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara
magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan
kumparan berhenti.

Fungsi motor DC pada Trainer Kontrol Pneumatik dengan Kendali


Smart Relay sebagai penggerak belt konveyor dan menjalankan barang
melewati sensor menuju ke silinder pneumatik.

1.2. Alat dan Bahan


1. Solder 1 buah
2. Tang potong 1 buah
3. Tang lancip 1 buah
4. Tespen 1 buah
5. Obeng plus-minus 1 buah
6. Tang sekun 1 buah
7. Sensor infrared 3 buah
8. Smart relay 1 buah
9. Silinder kerja ganda 3 buah
10. Solenoid valve single coil 3 buah
11. Relay secukupnya
12. Motor DC 12 volt 1 buah
13. Belt konveyor 1 buah
14. Sekun secukupnya
15. Timah secukupnya
16. Kabel secukupnya
17. Baut secukupnya
18. Akrilik secukupnya

1.3. Prinsip Kerja


1. Tombol push button start ditekan sistem dan motor DC aktif dan ketika
tombol push button stop ditekan sistem dan motor DC tidak aktif.
2. Jika Sensor infrared 1 (sensor barang 8 cm) aktif, maka silinder kerja ganda
1 aktif dengan batas waktu 2 detik.
3. Jika Sensor infrared 2 (sensor barang 6 cm) aktif, maka silinder kerja ganda
2 aktif dengan batas waktu 2 detik.
4. Jika Sensor infrared 3 (sensor barang 4 cm) aktif, maka silinder kerja ganda
3 aktif dengan batas waktu 2 detik.
5. Jika semua sensor infrared tidak mendeteksi barang, maka barang dengan
ukuran 2 cm tidak diproses.

1.4. Daftar I/O


No INPUT OUTPUT
1. Tombol Push Button Start (I1) Motor DC 12 Volt (Q1)
2. Tombol Push Button Stop (I2) Silinder kerja ganda 1 (Q2)
3. Sensor Infrered 1 (I3) Silinder kerja ganda 1 (Q3)
4. Sensor Infrered 2 (I4) Silinder kerja ganda 1 (Q4)
5. Sensor Infrared 3 (I5)

1.5. Algoritma Input


1. Tombol push button start untuk mengaktifkan sistem dan motor DC.
2. Tombol push button stop untuk mematikan sistem dan motor DC.
3. Sensor infrered 1 untuk mengaktifkan silinder kerja ganda 1.
4. Sensor infrered 2 untuk mengaktifkan silinder kerja ganda 2.
5. Sensor infrered 3 untuk mengaktifkan silinder kerja ganda 3.
1.6. Algoritma Output
1. Motor DC sebagai penggerak belt konveyor.
2. Silinder kerja ganda 1 digunakan untuk memisahkan barang berukuran 8
cm masuk ke dalam wadah.
3. Silinder kerja ganda 2 digunakan untuk memisahkan barang berukuran 6
cm masuk ke dalam wadah.
4. Silinder kerja ganda 3 digunakan untuk memisahkan barang berukuran 4
cm masuk ke dalam wadah.

1.7. Program Zeliosoft


1.7.1. Sistem

Gambar 10. Program on/off Sistem


1.7.2. Input dan Output

Gambar 11. Rangkaian zeliosoft trainer kontrol pneumatik dengan kendali smart
relay

1.8. Analisa Rangkaian


Ketika tombol push button start (I1) ditekan, maka akan mengaktikan
sistem (M1) dan menghidupkan motor Dc (Q1) sebagai penggerak belt konveyor.
Terdapat tiga barang dengan ukuran yang berbeda-beda yakni, 4 cm, 6 cm, dan 8
cm, ketiga barang tersebut akan berjalan diatas konveyor dan akan dideteksi oleh 3
buah sensor infrared.
Masing-masing sensor infrared terpasang diatas masing-masing silinder
kerja ganda dan dipasang berdasarkan ketinggan dari ketiga jenis ukurang barang
yang melewatinya.
Ketika sensor infrared 1 (I3) mendeteksi adanya barang yang lewat, maka
akan mematikan kenveyor dan silinder kerja ganda 1 (Q2) akan memisahkan barang
dari belt konveyor menuju wadah yang telah disediakan. Barang yang terdeteksi
oleh sensor infrared 1 (I3) adalah barang yang berukuran 8 cm, setelah proses
pemindahan selesai konveyor akan berjalan kembali.
ketika sensor infrared 2 (I4) mendeteksi adanya barang yang lewat, maka
akan mematikan konveyor dan silinder kerja ganda 2 (Q3) akan memisahkan barang
dari belt konveyor menuju wadah yang telah disediakan. Barang yang terdeteksi
oleh sensor infrared 2 (I4) adalah barang yang berukuran 6 cm, setelah proses
pemindahan selesai konveyor akan berjalan kembali.
Kemudian ketika sensor infrared 3 (I5) mendeteksi adanya barang yang
lewat, maka akan mematikan konveyor dan silinder kerja ganda 3 (Q4) akan
memisahkan barang dari belt konveyor menuju wadah yang telah disediakan.
Barang yang terdeteksi oleh sensor infrared 3 (I5) adalah barang yang berukuran 4
cm, setelah proses pemindahan selesai konveyor akan berjalan kembali.
Masing-masing silinder kerja ganda dipasang fungsi timer sebagai batas
waktu kerja atau batas waktu aktif. Sehingga proses akan terus bisa berjalan sampai
tidak ada barang yang terdeteksi lagi. Waktu yang digunakan untuk menghidupkan
masing-masing silinder kerja ganda adalah 2 detik.
Ketika tombol push button stop (I2) ditekan, maka akan mematikan sistem
dan mematikan motor DC (Q1) sebagai penggerak belt konveyor.

1.9. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang sudah diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

1. Trainer kontrol pneumatik dengan kendali smart relay sudah berjalan


dengan baik.
Daftar Rujukan

Kristiawan, yayan. 2017. DLFA-PTP Pneuamtik Robot Training Equipment.


Universitas Negeri Malang.
Hanif Said, ‘‘Aplikasi Programmable Logic Control (PLC) dan Sistem Pneumatik
pada Manufaktur Industri”,Andi, Yogyakarta ; 2013
Susanto, Deni. 2010. Transduser dan Sensor. Semarang : BPTIKP Propinsi Jawa
Tengah
Ariprihrata. 2014. Smart Relay dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Schneider Electric. 2017. Zelio Logic Programming Guide. Rueil-Malmaison:


Schneider Electric.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai