Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberantasan Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.secara haflah,
korupsi diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun
pegawi negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memeperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk menjawab mengapa
korupsi timbul dan berkembang demikian masih disuatu negara. Ada yang
menyatakan bahwa korupsi ibarat penyakit “kanker ganas” yang sifatnya tidak hanya
kronis tapi juga akut. Ia menggerogoti perekonomian sebuah negara secara perlahan,
namun pasti. Penyakit ini menempel pada semua aspek bidang kehidupan masyrakat
sehingga sangat sulit untuk diberantas. Perlu dipahami bahwa dimanapun dan sampai
pada tingkatan tertentu, korupsi memang akan selalu ada dalam suatu negara atau
masyarakat.
Berikut penyataan yang dapat didiskusikan mengenai strategi atau upaya
pemberantasan korupsi (Fijnaut dan Huberts : 2002) “It is always neccesary to relate
anti-corruption strategies to chacacteristicts of the actors involved (and the
environment the operate in). there is no single concept and program of good
governance for all countries and organization, the is no ‘one right way’. There are
many initiatives and most are tailore to specifics contexts. Societies and organizations
will have to see their own solutions”.
Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa untuk menghubungkan strategi atau
upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik dari berbagai pihak yang
terlibat serta lingkungan dimana mereka bekerja atau beroperasi. Tidak ada jawaban,
konsep atau program tunggal untuk setiap negara atau organisasi. Ada begitu banyak
strategi, cara atau upaya yang semuanya harus disesuaikan dengan konteks,
masyarakat maupun organisasi yang dituju. Setiap negara, masyarakat maupun
organisasi harus mencari cara mereka sendiri untuk menemukan solusinya.
B. Upaya Pemberantasan Korupsi
Berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang
dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the Global Program Against
Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti Corruption Tolkit (UNODC:
2004).
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
a. Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk
lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai contoh
dibeberapa negara didirikan lembaga yang dinamakan Ombudsman.
Lembaga ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia dengan nama
Justitieombudsmanne pada tahun 1809. Peran lembaga ombudsman yang
kemudian berkembang di negara lain, antara lain menyediakan saran bagi
masyarakat yang hendak mengkomplain apa yang dilakukan oleh Lembaga
Pemerintah dan pegawainya. Selain itu lembaga memberikan edukasi pada
pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar perilaku serta
code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang
membutuhkan. Salah satu peran dari ombudsman adalah mengembangkan
kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka untuk
mendapat perlakuan yang baik, jujur, dan efisien dari pegawai pemerintah
(UNODC: 2004).
b. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu dengan memperbaiki kinerja lembaga
peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan Lembaga
Permasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang
harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur, dan adil.
2. Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga
peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable),
mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta keterampilan
aparat penegak hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila
mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang kuat (strong
political will) untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai
perkara korupsi.
3. Di tingkat departemen, kinerja lembaga – lembaga audit seperti Inspektorat
Jenderal harus ditingkatkan. Selama ini ada kesan bahwa lembaga ini sama sekali
“tidak punya gigi” ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan pejabat
tinggi.
4. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara untuk
mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus
suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu
cara untuk menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan publik
adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang harus dikeluarkan oleh
seseorang untuk mengurus suatu hal seperti mengurus paspor, mengurus SIM,
mengurus usaha atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dsb.
5. Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah
dengan memperbaiki dan memantau kinerja diambil oleh Pemerintah Pusat.
Dengan demikian korupsi besar – besaran umumnya terjadi di Ibukota negara atau
Jakarta. Dengan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, kantong
korupsi tidak terpusat hanya di ibukota negara saja tetapi berkembang di berbagai
daerah. Untuk itu kinerja aparat pemerintah di daerah juga perlu diperbaiki dan
dipantau atau diawasi.
6. Dalam berbagai pemberantasan di media massa, ternyata korupsi juga banyak
dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di daerah (DPRD).
Alih – alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota
parlemen justru melakukan berbagai macam korupsi yang ‘dibungkus’ dengan
rapi. Daftar anggota DPR dan DPRD yang terbukti melakukan korupsi menambah
panjang daftar korupsi di Indonesia. Untuk itu kita perlu berhati – hati ketika
‘mencoblos’ atau ‘mencontreng pada saat Pemilihan Umum. Jangan asal memilih,
pilihlah wakil rakyat yang punya integritas. Berhati – hati pula ketika DPR atau
DPRD akan mengeluarkan suatu kebijakan atau peraturan perundang – undangan.
Salah satu kebijakan tersebut justru digunakan bagi kepentingan beberapa pihak
bukan bagi kepentingan rakyat. Untuk itulah ketika Parlemen hendak
mengeluarkan sebuah kebijakan yang akan mempengaruhi hajat hidup orang
banyak, masyarakat sipi, termasuk mahasiswa dan media harus ikut mengawal
dalam pembuatan kebijakan tersebut.
Adapun Upaya lain dalam pemberantasan korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan (preventif).
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian
pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-
gung jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis
tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-
lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2. Upaya penindakan (kuratif).


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-
an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9
miliar (2004).
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.


a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial
terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).


a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-
awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri
dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-
lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-
hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-
hendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-
karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang
demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi
Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-
donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-
sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-
donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah
2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-
ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan,
Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas
dari korupsi.

5. Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi.


6. Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi.
7. Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka.
8. Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk memantau
kinerja para penyelenggara negara.
9. Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai
10. Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor
11. Penindakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang bersikap
tidak tegas dan meloloskan koruptor dari jerat hukum
12. Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku terhadap para pelaku korupsi
13. Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak
hukum untuk segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Fijnaut, Cyrille and Leo Huberts (2002), Corruption, Integrity and Law Enforcement, dalam
Fijnaut, Cryillr and Leo Huberts (ed), (2002), Corruption, Integrity and Law
Enforcement, The Hague: Kluwer Law International.

Nawawi Arief, Barda (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta:Kencana.

United Nations (2004), the Global Program Against Corruption : United Nations Anti-
Corruption Toolkit, Vienna: UNODC

Anda mungkin juga menyukai

  • Roleplay AMARILIS
    Roleplay AMARILIS
    Dokumen5 halaman
    Roleplay AMARILIS
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Sak Bedah STT
    Sak Bedah STT
    Dokumen23 halaman
    Sak Bedah STT
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
    SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
    Dokumen6 halaman
    SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • KB Ruang Yudistira
    KB Ruang Yudistira
    Dokumen6 halaman
    KB Ruang Yudistira
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Belajar
    Kontrak Belajar
    Dokumen7 halaman
    Kontrak Belajar
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Keluarga
    Keluarga
    Dokumen44 halaman
    Keluarga
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Do DS
    Do DS
    Dokumen5 halaman
    Do DS
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • SAP Anemia
    SAP Anemia
    Dokumen7 halaman
    SAP Anemia
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • What
    What
    Dokumen1 halaman
    What
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Log Book - KOSONG
    Log Book - KOSONG
    Dokumen10 halaman
    Log Book - KOSONG
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Cover Sap Anemia
    Cover Sap Anemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Sap Anemia
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • PENDAHULUAN
    PENDAHULUAN
    Dokumen1 halaman
    PENDAHULUAN
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Belajar PKM Minggu 1
    Kontrak Belajar PKM Minggu 1
    Dokumen4 halaman
    Kontrak Belajar PKM Minggu 1
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Dan 2 Ebp Pursed Lips Breathing
    Bab 1 Dan 2 Ebp Pursed Lips Breathing
    Dokumen8 halaman
    Bab 1 Dan 2 Ebp Pursed Lips Breathing
    Ruroh Masruroh
    100% (1)
  • Materi
    Materi
    Dokumen7 halaman
    Materi
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • PENDAHULUAN
    PENDAHULUAN
    Dokumen1 halaman
    PENDAHULUAN
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Belajar
    Kontrak Belajar
    Dokumen4 halaman
    Kontrak Belajar
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • LI Anemia BLM Fix
    LI Anemia BLM Fix
    Dokumen26 halaman
    LI Anemia BLM Fix
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Do DS
    Do DS
    Dokumen5 halaman
    Do DS
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Undangan MMD
    Undangan MMD
    Dokumen8 halaman
    Undangan MMD
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • NIC Penatalaksanaan Medis
    NIC Penatalaksanaan Medis
    Dokumen4 halaman
    NIC Penatalaksanaan Medis
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Askeb Keluarga
    Askeb Keluarga
    Dokumen30 halaman
    Askeb Keluarga
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kontrak Belajar Minggu 2
    Lembar Kontrak Belajar Minggu 2
    Dokumen5 halaman
    Lembar Kontrak Belajar Minggu 2
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Soca
    Soca
    Dokumen1 halaman
    Soca
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Capem KDP
    Capem KDP
    Dokumen3 halaman
    Capem KDP
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Refleksi Praktik 2
    Refleksi Praktik 2
    Dokumen4 halaman
    Refleksi Praktik 2
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat
  • Ujian Stase
    Ujian Stase
    Dokumen2 halaman
    Ujian Stase
    Ghina Atika Putri Joris
    Belum ada peringkat
  • Presentasi EBP
    Presentasi EBP
    Dokumen3 halaman
    Presentasi EBP
    Ruroh Masruroh
    Belum ada peringkat