Anda di halaman 1dari 5

A.

Definisi
Urolithiasis adalah kalsifikasi/terbentuknya batu yang terjadi pada traktus
urinarius (Black, 2009). Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu
penyakit yang sudah lama ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa
saja, laki-laki memiliki risiko lebih besar dari pada wanita hal ini dikarenakan
panjang uretra laki-laki lebih panjang dari wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk
wanita 2,5-3,5 cm (Suharyanto dan Madjid, 2009). Urolithiasis adalah
terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem penyalur urine, tatapi
batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin terbentuk tanpa
menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal ini terutama
pada batu besar yang tersangkut pada pelvis ginjal. Makna klinis batu terletak
pada kapasitasnya menghambat aliran urin atau menimbulkan trauma yang
menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada kedua kasus ini terjadi
peningkatan predisposisi infeksi bakteri (Robbins, 2007 cit Wijaya dan Putri,
2013 : 249).

B. Faktor Risiko Dan Etiologi


Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori pembentukan Kristal pada saluran
kemih (Purnomo, 2009):
1. Teori nukleasi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami stasis urin seperti kalises
ginjal atau buli-buli. Keadaan seperti pelvikalises, obstruksi infravesika
kronis seperti BPH, striktura, dan buli-buli neurogenisk merupakan
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu (Kristal) yang menghambat tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu yang
menyebabkan presipitasi Kristal. Kristal-kristal tersebut kemudian
beragregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang
lebih besar.

2. Teori inhibitor crystal


Menurut teori ini, terjadinya batu saluran kemih akibat tidak adanya
atau berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) pembentukan batu seperti
magnesium, sitrat, peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat (mencegah
pengikatan kalsium dengan oksalat/fosfat yang 80% ditemukn sebagai
komposisi batu),d an beberapa protein yang mampu menghambat
pertumbuhan Kristal, menghambat agregasi Kristal, maupun menghambat
agregasi Kristal.

Faktor Eksternal
Meliputi usia (lebih banyak usia 30-50 tahun), jenis kelamin (laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan), keadaan sosial ekonomi, diet (peningkatan
konsumsi asam lemak, protein hewani, gula, garam, minuman instan, penurunan
makanan berserat, protein nabati, dan karbohidrat), jenis pekerjaan (banyak duduk
dan paparan suhu tinggi lebih rentan), kurang asupan cairan, iklim panas dan sinar
UV tinggi meningkatkan produksi vitamin D berlebihan, riwayat keluarga.
Faktor Internal
a. Stasis urin
b. Infeksi saluran kemih
c. Hiperkalsiuria (kadar > 250-300 mg/24 jam) yang dapat disebabkan oleh
hiperparatiroid
d. Hiperoksaluri (ekskresi oksalat urin > 45 gr/hari)
e. Hiperurikosuria (kadar asam urat dalam urin > 850 mg/hari).

C. Patofisiologi

D. Manifestasi Klinis
1) Nyeri
Jenis nyeri pada penderita urolithiasis
a. Renal kolik  nyeri berawal dari regio lumbal, pada pria akan
menyebar turun sepanjang testis. Adapun pada wanita, nyeri akan
menyebar sampai ke kandung kemih. Nyeri terjadi mendadak
disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral, serta munul mual
dan muntah.
b. Urethal kolik  nyeri menyebar ke area genitalia dan daerah paha
- Jika terjadi nyeri yang hebat, klien akan mengalami mual, muntah,
wajah pucat, bunyi napas yang mendengkur, peningkatan tekanan
darah dan nadi, ansietas, dan diaforesis. Pasien juga merasa ingin
berkemih, tetapi hanya sedikit yang keluar.
- Jika terjadi nyeri viseral, seperti renal kolik maka klien akan
mengalami mual, muntah, penurunan motilitas usus, dan paralisis
ileus.
2) Infeksi, karena batu yang terdapat di saluran kemih dapat menjadi
tempat berkembanganya kuman seperti Proteus, Pseudomonas,
Providencia, Klebsiella, Staphyllococcus, dan Mycoplasma.
3) Klien akan mengalami gangguan pada urgensi dan frekuensi urin serta
hematuria
4) Klien akan mengalami hematuria
5) Klien kemungkinan akan mengalami cystisis kronik bila batu terjadi
pada kandung kemih.
6) Bila terjadi batu pada kandung kemih, maka dapat menyebabkan
penurunan kapasitas kandung kemih untuk menampung urin sehingga
klien akan lebih sering untuk berkemih.

E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan batu saluran kemih adalah menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri serta mencegah terjadinya gagal
ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (Wijaya dan Putri,
2013: 254).
1. Menghilangkan Obstruksi
2. Mengobati Infeksi
3. Menghilangkan rasa nyeri
4. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien urolithiasis
adalah radiografi ginjal, ureter, dan kandung kemih (KUB radiograph). Intra
Venous Pyelogram (IVP) juga sering dilakukan untuk mengetahui tempat
sumbatan dan keparahannya. Urinanalisa menunjukkan hematuria
mikroskopis atau gros, sel darah putih (SDP), perubahan pH, dan kristal
kalsium, asam urat, atau sistin yang menunjukkan batu. Kultur urin
menandakan bakteri bila telah terjadi infeksi dan sel darah putih meningkat
Blood Urea Nitrogen (BUN) serum dan kreatinin meningkat bila terjadi
kerusakan ginjal (Suharyanto dan Madjid , 2009: 155).
1. IVP (Intra Venous Pyelogram)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.
2. Analisa urin
Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan pH, protein, dan gula dalam
urin. Pemeriksaan mikroskopi mencari kemungkinan adanya sel-sel darah
didalam urin.
3. Darah rutin
Peninngkatan leukosit dan (Laju Endap Darah) LED menandakan aktifnya
proses inflamasi untuk melawan kuman yang menginvasi saluran kemih.
4. Fungsi ginjal
Pemeriksaan BUN, ureum dan kreatinan di dalam serum merupakan uji
faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik. Bersihan kreatinin
menunjukkan kemampuan filtrasi ginjal.
5. Analisa batu
Analisa batu ini adalah pemeriksaan untuk memeriksa jenis batu yang
sudah keluar dan mencegah kekambuhan kembali.
6. Foto polos abdomen
Foto ini digunakan untuk melakukan skrining untuk pemeriksaan kelainan
pada saluran kemih.(Muttaqin, 2010: 279-281)

G. Komplikasi
1. Obstruksi Ginjal
2. Perdarahan
3. Infeksi
4. Hidronefrosis

H. Diagnosa yang Muncul


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan
cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi)
pada renal atau pada uretra.
3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya
informasi.

I. Daftar Pustaka
Black, J. dan Hawks, J. (2009). Medical-Surgical Nursing Clinial
Management for Posistive Outcomes 8th Edition. Missouri : Elsevier
Saunders.
Purnomo, Basuki B. (2009). Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Suharyanto, Toto & Abdul Madjid, 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien
Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Trans Info Medika
Muttaqin, Arif, 2010, Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik,
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai