Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pokok program kesehatan adalah pemberantasan penyakit


menular dengan salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah menurunnya
angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kurang dari 20 per
100.000 penduduk di suatu wilayah dan secara nasional 5 per 100.000
penduduk dengan angka kematian (CFR) di Rumah Sakit menjadi di bawah
1% (Depkes RI, 2004).

Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan di


DKI Jakarta pada Tahun 1968 kemudian menyebar ke seluruh provinsi
di Indonesia. Sejak Tahun 1998 setiap tahun rata-rata 18.000 orang dirawat di
Rumah Sakit. Dari jumlah itu tercatat 700-750 orang penderita meninggal
dunia dan Crude Fayality Rate (CFR) 4,16 % (Depkes RI, 2004).

Penyakit DBD di provinsi bali pertama kali di laporkan pada tahun


1973 di Kabupaten Badung dan selanjutnya menyebar ke daerah kabupaten
lainnya. Demam berdarah dengue di RSUD kabupaten Badung pada tahun
2008 sebanyak 360 orang atau 11,62%. Berdasarkan data Depkes RI, penderita
DBD di Bali sampai dengan bulan Maret 2010 sebanyak 9 orang dengan CFR
sebesar 0,41%. Dibandingkan dengan kejadian kejadian pada bulan januari s/d
Maret 2009, terdapat penederita DBD sebanyak 1443 orang dengan jumlah
penderita yang meninggal dunia sebanyak 2 orang dengan CFR sebesar
0,15% (Depkes RI, 2010).

Perjalanan penyakit Demam Berdara Dengue (DBD) cepat dan dapat


mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di
Indonesia.

Kota Badung merupakan daerah endemis DBD baik tingkat desanya


maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut-turut selalu dilaporkan
adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis criteria kejadian luar biasa (KLB)

1
adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus
secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya.

Jumlah kasus DBD pada tahun 2012 adalah 1009 kasus, terdiri dari
565 penderita laki-laki dan 444 perempuan. Kematian akibat DBD pada tahun
2012 sebanyak 3 orang (CFR=2,4%). Incidence rate DBD pada tahun 2012
adalah 142,8 per 100.000 penduduk.

Tingginya kasus DBD di Kota Badung disebabkan oleh faktor


lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan
penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi,
serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Badung untuk
menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah
melalui Fogging massal maupun focus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
melalui program 3M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta
peningkatan sanitasi lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, saya mengambil Program Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah (DBD) untuk dilakukan
monitoring agar program ini dapat berjalan lebih baik lagi di tahun yang akan
datang.

1.1.1 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui masalah yang belum diketahui pada Program


Penaggulangan Penyakit Menular DBD di Puskesmas Tahun 2012.

1.1.2 Tujuan Monitoring

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular di Puskesmas Mengwi I Tahun 2012.

2. Tujuan Kusus

2
a. Diketahuinya masalah yang ada dalam pelaksanaan Program
Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I.
b. Diketahuinya prioritas masalah pada Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I.
c. Diketahuinya kemungkinan penyebab masalah yang ada dalam pelaksanaan
Program Pemberantasan DBD di Puskesmas Mengwi I.
d. Diketahuinya alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan Program
Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I.

1.1.3 Mamfaat

1. Bagi Puskesmas

a. Mendapat masukan mengenai masalah yang terdapat pada pelaksanaan


Program Pencegahan dan Pemberantasan DBD.
b. Mendapat masukan mengenai alternatif penyelesaian masalah pelaksanaan
program di Puskesmas.

2. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menerapkan ilmu dan pengalaman belajar yang dimiliki untuk


melakukan monitoring/evaluasi program di Puskesmas.
b. Dapat mengetahui masalah yang terjadi pada pelaksanaan program di
Puskesmas dan membuat alternatif penyelesaiannya.
c. Dapat menentukan prioritas terhadap masalah yang ditemukan dalam
melakukan monitoring/evaluasi program.
d. Dapat memberikan saran-saran untuk perbaikan program di puskesmas.

3. Bagi Universitas

Merealisasikan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan


tugasnya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.

1.2 Diskripsi Program


Dewasa ini, pembangunan kesehatan kesehatan di Indonesia
dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat
terjadinya perubahan social ekonomi dan perubahan lingkungan strategis, baik
secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan
dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan

3
contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi perhatian seluruh
stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola program, dalam
menyusun kebijakan dan strategi agar pelaksanaanya menjadi lebih efisien dan
efektif.

Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah


mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit menular infeksi menular
masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menonjol terutama
TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angka kesakitan DBD masih tinggi,
yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2010, sedangkan angka
kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,87 persen.

Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan


sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi
kasus DBD tahun 2011 sampai dengan juni dilaporkan sebanyak 16.612 orang
dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus
tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-
laki sebesar 49,67%. Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan
lebih tinggi di banding laki-laki.

Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementrian Kesehatan
2010-2014 dan KEMENKES 1457 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan
Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di
Indonesia hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melaui
pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat
berkontribusi menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat penyakit
menular di Indonesia.

Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indicator kinerja/target


pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada
tahun 2014 adalah 51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar ≥ 95% dapat
tercapai.

1.2.1 Tujuan Program

4
Menurut pedoman pemberantasan DBD dari Direktorat Jendral
pemberantasan penyakit menular dan peyehatan lingkungan pemukiman
(Dirjen P2M PLP), program pemberantasan DBD memiliki tujuan:

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit DBD melalui terciptanya
masyarakat yang hidup dari perilaku dan lingkungan yang sehat dan
terbatas dari penyakit DBD serta memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka kesakitan DBD 53 per 100.000 penduduk tahun
2012.
b. Tercapainya angka bebas jentik (ABJ) ≥ 95%.
c. Menurunnya angka kesakitan DBD < 1%.
d. Daerah KLB < 5%.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah satu elemen yang sangat penting


dalam sistem penanggulangan DBD yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mencatat, menilai dan melaporkan hasil kegiatan
penanggulangan DBD yang telah dicapai. Pencatatan dan pelaporan dibakukan
berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita. Semua unit pelaksana harus
melakukan sistem dan pencatatan yang baku. Pencatatan dan pelaporan
dilakukan berjenjang dalam kurun waktu secara harian, bulanan, triwulan,
semester dan tahunan.

2. 2. Penyelidikan epidemiologi (PE)

Penyelidikan Epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita


panasatau yang 1 minggu yang lalu menderita panas dan pemeriksaan jentik
dirumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius 100 m atau lebih
kurang 20 rumah, serta di sekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Hasil
penyelidikan epidemiologi ada 2 yaitu PE (+) atau PE (-) digunakan
untuk menentukan penanggulangan kasus. Penyelidikan epidemiologi positif yaitu
ditemukan 3 atau lebih kasus demam tanpa sebab yang jelas dan atau ditemukan
1 kasus yang meninggal karena sakit DBD dalam radius 100 m atau lebih
kurang 20 rumah disekitarnya, sedangkan PE negatif adalah kecuali tersebut
pada PE positif. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah untuk mengetahui
ada/tidaknya kasusDBD tambahan dan luasnya penyebaran serta mengetahui
kemungkinanterjadinya penyebarluasan penyebaran penyakit DBD lebih lanjut
di lokasitersebut.Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh petugas Puskesmas
yang telahdilatih meliputi pencarian kasus tersangka DBD lainnya dan
pemeriksaan jentik Aedes Aegypti. Kegiatan ini segera dilaksanakan setelah
menerima laporankasus dalam waktu maksimal 3x24 jam. Hasilnya kemudian
dicatat pada form PE untuk digunakan sebagai dasar tindak lanjut
penanggulangan kasus.

6
Langkah-langkah pelaksanaan PE adalah sebagai berikut:
a. Setelah menerima laporan adanya kasus/tersangka DBD, petugas
Puskesmas/koordinator DBD segera mencatat dalam buku catatan
harianpenderita penyakit DBD dan menyiapkan peralatan survei
(tensimeter,senter dan formulir PE) serta menyiapkan surat tugas;
b. Petugas Puskesmas melapor kepada lurah dan ketua RT/RW setempatbahwa
di wilayahnya terdapat penderita/tersangka penderita DBD danakan
dilaksanakan PE. Lurah/kader akan memerintahkan ketua RW
agarpelaksanaan PE dapat didampingi oleh ketua RT, kader atau
tenagamasyarakat lainnya. Keluarga penderita/tersangka penderita DBD
sertakeluarga lainnya juga membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan PE;
c. Petugas Puskesmas melakukan wawancara dengan keluarga
untuk mengetahui ada/tidaknya penderita panas saat itu dan dalam kurun
waktu1 minggu sebelumnya. Bila terdapat penderita panas tanpa sebab
yang jelas, saat itu akan dilakukan pemeriksaan terhadap adanya
tandaperdarahan di kulit dan uji tourniquet. Selanjutnya petugas
melakukanpemeriksaan jentik pada tempat penampungan air dan benda-
benda lainyang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes
Aegypti, baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil seluruh pemeriksaan
tersebut dicatat dalam formulir PE;
d. Hasil PE dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan selanjutnya
kepalaPuskesmas akan melaporkan hasil PE dan rencana penanggulangan
seperlunya kepada lurah melalui camat. Berdasarkan hasil PE inidilakukan
pelaksanaan penanggulangan seperlunya.

2. 3. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-


prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok
ataumasyarakat secara keseluruhan dapat bebas dari penyakit DBD dengan
caramemelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan
praktek mengenai pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Penyuluhan
dapat diberikan oleh dokter, paramedis, atau kader terlatih mengenai penyakit

7
DBD. Materinya meliputi pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi selektif,
tanda dangejala penyakit DBD serta penanggulangan penyakit DBD di rumah.
Walaupun 3-M adalah cara yang mudah dan bisa kita lakukan
karenatidak memerlukan biaya, pada kenyataannya cara ini tidak terlaksana
denganbaik. Ini sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih
dankesadaran masyarakat terhadap bahaya demam berdarah dengue ini.
Kurangnyakesadaran masyarakat mungkin disebabkan beberapa hal, di
antaranya adalah faktor ekonomi. Susahnya masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan ekonomimembuat masyarakat hanya memikirkan 'makan' tanpa
peduli terhadapkebersihan dan sanitasi.
Selain itu, budanya hidup bersih, sedikit banyaknya juga berpengaruh
terhadap pelaksanaan 3-M ini.Lebih dari itu, penyuluhan dari pemerintah sangat
memengaruhi pelaksanaan 3-M ini. Pelaksanaan 3-M sangatdipengaruhi oleh
kesadaran masyarakat akan bahaya deman berdarah dengueitu sendiri. Artinya,
tidak terlaksananya 3-M juga berarti bahwa penyuluhanpemerintah kepada
masyarakat tentang demam berdarah dengue ini masihkurang. Karena itu,
pemerintah harus lebih aktif lagi memberikan pengertiandan penyuluhan kepada
masyarakat dengan menggunakan berbagai media seperti surat kabar dan
televisi. Jika tidak, kasus dengue tidak akan pernahteratasi, bahkan akan
bertambah parah.

2. 4. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu proses kerjasama yang melibatkan berbagai
pihak dan sektor dalam masyarakat termasuk kalangan swasta, organisasi
profesi dan organisasi sosial kemasyarakatan serta lembaga swadaya masyarakat
dalam penanggulangan penyakit DBD dalam rangka sosialisasi dan advokasi
program untuk memperoleh dukungan dalam rangka penanggulangan DBD.
Pemerintah dan masyarakat menunjukkan kepedulian terhadap penanggulangan
DBD di bawah koordinasi Pokja/Pokjanal DBD.

2.5. Foggingfokus dan fogging masal


Merupakan serangkaian kegiatan dalam pemberantasan
nyamuk Aedes Aegyptidewasa untuk memutus rantai penularan. Fogging
dilakukan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih,

8
ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal
penderita DBD positif atau ada 1 penderita DBD meninggal. Fogging fokus
dilaksanakan 2 siklus dengan radius 200 m dalam selang waktu 1 minggu,
sedangkan fogging masal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah tersangka
KLB dengan selangwaktu 1 bulan. Obat yang dipakai adalah Malathion 96 EC
atau Fendona 30EC.

2.6. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


Sudah tidak diragukan lagi bahwa penyebaran wabah dengue
disebabkanoleh nyamuk Aedes Aegypti, terutama nyamuk betina. Nyamuk ini
sangatpintar menyembunyikan suaranya dengan membuat gerakan sayap yang
halussehingga nyaris tak terdengar. Nyamuk betina ini menghisap darah
manusia sebagai bahan untuk mematangkan telurnya. Hingga kini belum
diketahui mengapa hanya darah manusia yang dikonsumsi nyamuk ini, tidak
darah makhluk hidup lainnya. Bila nyamuk jenis lain bertelur dan
menetaskannya pada sarangnya, Aedes Aegypti betina melakukannya di atas
permukaan air. Karena dengan demikianlah, telur-telurnya itu berpotensi
menetas dan hidup.Telur menjadi larva yang kemudian mencari makan dengan
memangsa bakteri yang ada di air tersebut. Karena itu tidak heran bila nyamuk
penyebab demam berdarah ini berkembang biak pada genangan air, terutama
yang kotor.
Penyebaran wabah dengue dipengaruhi oleh ada tidaknya
nyamuk Aedesaegypti yang dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air
yang kotor.Pemberantasan sarang nyamuk merupakan serangkaian kegiatan
untuk meningkatkan peran serta dan swadaya masyarakat dalam rangka
memberantasnyamuk Aedes aegypty. Tujuan kegiatan PSN adalah
memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menghilangkan tempat-tempat
perindukan/sarang nyamuk sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah
atau dibatasi. Pelaksana PSN-DBD adalah individu, keluarga atau masyarakat.
Kegiatandilakukan secara berkesinambungan dan bisa secara massal/serentak.
Pertama adalah membunuh nyamuk, baik dengan pestisida maupun
dengan ovitrap, yakni dengan bak perangkap yang ditutup kasa. Penggunaan
pestisida, selain memerlukan biaya dan berbahaya pada manusia, juga
akanmemicu munculnya nyamuk yang resistan, sehingga cara ini bukanlah

9
carayang efektif untuk jangka panjang. Untuk jangka pendek, cara ini masih
bias digunakan. Cara kedua adalah membuat nyamuk transgenik supaya
tidak terinfeksi oleh virus dengue. Jika nyamuk tidak bisa diinfeksi oleh
virusdengue, otomatis manusia tidak akan pernah terinfeksi oleh virus dengue.
Caraini digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengatasi masalah malaria.
Namun, pengembangan cara ini masih memerlukan puluhan tahun untuk bias
diaplikasikan. Cara yang ketiga adalah pemberantasan sarang nyamuk yang
efektif dan efisien melalui kegiatan 3-M, yaitu menguras,
menutup/menaburabate di tempat penampungan air, dan
mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan
tempat perindukan danperkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypti. Cara
inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita saat ini.
Sasaran PSN-DBD adalah semua tempat yang dapat menjadi
sarangnyamuk, alami ataupun buatan, baik di dalam maupun di luar rumah,
sertatempat-tempat umum (termasuk bangunan kosong dan lahan tidur).
Pada dasarnya PSN-DBD adalah kegiatan dari, oleh, dan
untuk masyarakat, sehingga jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan
merupakankesepakatan masyarakat setempat yang diorganisasikan oleh
kelompok kerjapemberantasan dan pencegahan DBD (POKJA DBD) dalam
wadah LKMD.
Penggerakan masyarakat dalam kegiatan PSN-DBD dilakukan
dengankerja sama lintas sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala
wilayah/daerahsetempat melalui wadah Pokjanal/Pokja DBD. Kegiatan ini
dilakukan selama 1bulan, pada saat sebelum perkiraan peningkatan jumlah
kasus yang ditentukanberdasarkan data kasus bulanan DBD dalam 3-5 tahun
terakhir.Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan seminggu sekali,
alasannyadaur hidup nyamuk Aedes aegypti adalah 8-10 hari. Jika PSN
dilakukanseminggu sekali maka rantai pertumbuhan dari mulai telur menjadi
jentik ataudari jentik menjadi kepompong dan dari kepompong menjadi
dewasa atau daridewasa kembali bertelur akan terputus sebelu nyamuk dapat
menyelesaikan daur hidupnya.
Sasaran penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahan adalahsemua rumah
keluarga, sehingga dilaksanakan PSN-DBD di rumah secaraterus-menerus.
Kegiatan rutin penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahanmeliputi :

10
Pokok-Pokok Kegiatan Penggerakan PSN-DBD adalah:
1. Penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahan;
a) Penyuluhan kelompok masyarakat oleh kader dan tokoh
masyarakatantara lain di Posyandu, tempat ibadah dan dalam pertemuan
wargamasyarakat,
b) Kerja bakti PSN-DBD secara serentak dan berkala untuk membersihkan
lingkungan termasuk tempat-tempat penampungan airuntuk keperluan
sehari-hari,
c) Kunjungan rumah berkala sekurang-kurangnya setiap 3 bulan
(untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik) oleh tenaga yang telah
dibimbingdan dilatih. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan
keluargaagar selalu melaksanakan PSN-DBD.
2. Penggerakan PSN-DBD di sekolah dan tempat umum lainnya;
Pembinaan kegiatan PSN-DBD di sekolah diintegrasikan
dalamproses belajar-mengajar, baik melalui intra maupun ekstra
kurikulertermasuk program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Kegiatanpenggerakan PSN-DBD di sekolah dilaksanakan sesuai petunjuk
teknispelaksanaan PSN-DBD di sekolah melalui UKS yang telah diedarkan.
Dirjen Dikdasmen Depdikbud melalui surat edaran No.
81/TPUKS00/X/1993 tanggal 14 Oktober 1993.
Pembinaan kegiatan PSN-DBD di tempat umum lainnya
dipadukandalam program pemeliharaan kesehatan lingkungan antara lain
melaluipemeriksaan sanitasi tempat umum.
3. Penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat luas
Penyuluhan kepada masyarakat luas dilaksanakan melalui
mediamassa seperti televisi, radio, bioskop, poster, surat kabar, majalah
dansebagainya. Motivasi tentang PSN-DBD dilakukan antara lain
melaluiberbagai lomba, misalnya lomba PSN desa, lomba sekolah atau
tempatumum.Penggerakan PSN-DBD di tempat umum lainnya dipadukan
dalamprogram pemeliharaan kesehatan lingkungan.
Pemantauan gerakan PSN-DBD dilakukan secara berkala minimal
setiap 3 bulan. Pemantauan dilaksanakan antara lain dengan
pemeriksaan jentik berkala (PJB) pada sejumlah sampel rumah, sekolah dan
tempatumum lainnya. Indikator keberhasilan PSN-DBD adalah angka

11
bebas jentik (ABJ), yaitu persentase rumah/bangunan yang tidak
ditemukan jentik sebesar 95%.
Mengenai kegiatan PSN tersebut. Hasil pemeriksaan jentik
dicatatdalam formulir PJB-1. Kemudian minta tandatangan
kepalakeluarga/anggota keluarga pada formulir tersebut. Formulir PJB-1
yangtelah diisi disampaikan kepada pihak puskesmas setiap hari.
Dibuatrekapitulasi untuk memperoleh angka bebas jentik (ABJ) tiap
kelurahan.Untuk evaluasi/penilaian kualitas kegiatan pemeriksaan jentik
berkaladigunakan format penilaian kualitas kegiatan PJB.

2.7. Peningkatan profesionalisme SDM


Dilakukan dengan pelatihan tatalaksana kasus, petugas laboratorium,
penanggung jawab program, supervisor, dan penyemprot.Selain itu juga
dilakukan survey vektor dan PSP (sosial budaya).

2.8. Tolok Ukur yang Digunakan.


Untuk membuat pertanyaan dalam monitoring pada Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
seebagai langkah awal, akan ditetapkan indicator untuk mengukur keluaran
sebagai keberhasilan dari suatu program, kemudian membandingkan hasil
pencapaian tiap-tiap indicator keluaran dengan tolok ukur masing-masing. Hal
ini berguna untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada pelaksanaan
program. Sumber rujukan tolok ukur penilaian yang digunakan adalah:

1. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Kemenkes RI Tahun


2011.
2. Standard Penanggulangan Penyakit DBD. Volume 2 Edisi I Tahun 2002.
3. Kebijakan Program P2-DBD Depkes RI Tahun 2004.
4. Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I Tahun 1999.
5. Stratifikasi Puskesmas.

Tabel 2.1 Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. INPUT
a. Tenaga Dokter:
Perawat:

12
Kader:
Analis:
b. Sarana
 Medis 1. Tempat pelayanan
pengobatan.
2. Tersedia sarana medis
(stetoskop, senter,
timbangan,
termometer).
 Nonmedis 3. Bubuk abate.
4. Formulir jentik berkala.
5. Formulir Penyelidikan
1.
Epidemiologi.
6. Daftar kepala keluarga
RT dan RW. 2.
7. Tersedianya bahan
penyuluhan (leaflet,
3.
buku, dll.)
8. Tersedianya insiktesida
4.
sesuai kebutuhan.
9. Tersedianya alat
semprot minimal 4
buah. 5.
10. Tersedianya alat
komunikasi minimal 1
buah faksimili dan
telp/PKC.
c. Metode Medis 1. Pendataan, anamnesa,
pemeriksaan fisik.
2. Ditekankan pada upaya
penemuan kasus DBD.
 Non Medis Pelaksanaan strategi
penyuluhan dan
penjaringan suspek secara
fasif.
d. Dana Adanya dana yang
diperlukan untuk program
yang berasal dari:

13
a. APBN menyediakan
seluruh buffer stock.
b. APBD menyediakan
anggaran dan pelatihan,
supervisi, dan
monitoring, jaminan
laboratorium, kegiatan
pemecahan masalah
serta pengembangan
SDM. Menyediakan
anggaran untuk
pengawasan dan
monitoring, buffer obat,
sarana diagnosa, bahan
cetakan, kegiatan
pemecahan masalah di
Kota Madya.
c. Swadana Puskesmas
menyediakan anggaran
operasional, reagen,
pemeliharaan,
pelaksanaan
pencegahan dan
penanggulangan DBD.
d. Swadana masyarakat.

No. Variabel Tolok Ukur Pencaapaian Masalah


PROSESPerencanaan Terdapat rencana kerja
yang tertulis dan jadwal
sesuai dengan program
kerja puskesmas.
Pengorganisasian a. Terkait dalam
penanggulangan DB.
b. Adanya tugas dan
wewenang dari unsur-

14
unsur yang adanya
struktur organisasi
staffing pelaksana
program.
c. Adanya pembagian
tugas yang tanggung
jawab yang jelas.
 Dokter Umum sebagai
pemeriksa di
Puskesmas.
 Perawat sebagai wasor
program DB di
Puskesmas.
 Kader sebagai panutan
penggerak di
masyarakat dalam
pelaksanaan
penanggulangan DBD.
 Analis sebagai
pemeriksa
Laboratorium DB.
Pelaksanaan 1. Pemeriksaan Jentik
Berkala (PJB)
dilaksanakan dengan
memeriksa seluruh
rumah pada tiap-tiap
RW.

2. Penyelidikan
Epidemiologi segera
dilaksanakan setelah
menerima laporan kasus
dalam waktu maksimal
3x24 jam.
3. Fogging focus
dilakukan 2 siklus

15
dengan radius 200
meter selang waktu 1
minggu.
4. Fogging masal
dilakukan 2 siklus di
seluruh wilayah KLB
dengan selang waktu.
5. Penyuluhan dapat
diberikan oleh dokter,
para medis atau kader
terlatih mengenai
penyakit DBD.
6. Para pemimpin
pemerintah, tokoh
masyarakatat baik
formal maupun
informal
mengkomunikasikan
dan memotivasi
masyarakat umum
untuk melaksanakan
penanggulangn DBD
dalam pertemuan yang
dilaksanakan secara
rutin.
7. Gerakan PSN seluruh
RW.
8. Pertemuan lintas
sektoral tingkat
kelurahan minimal per
3 bulan.
Penilaian a. Penilaian kegiatan
dalam bentuk laporan
tertulis secara periodic
(bulanan, triwulan,

16
semsteran, tahunan).
b. Pengisian laporan
tertulis yang lengkap.
c. Penyimpanan laporan
tertulis yang benar.
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
3. LINGKUNGAN
Lingkungan Fisik 1. Lokasi pemeriksaan
mudah dikerjakan.
2. Fasilitas yang tersedia.
Lingkungan Non Pendidikan minimal SMA
Fisik
4. Umpan Balik
Pencatatan, penilaian, dan
pelaporan tahun
sebelumnya dan setiap
bulannya dapat digunakan
sebagai bahan masukan
dalam upaya perbaikan
program berikutnya.
5. DAMPAK
1. Turunnya angka
kesakitan (53 per
100.000 penduduk)
pada tahun 2012.
2. Turunnya angka
kematian DBD < 1%.
3. Turunnya angka
kejadian (jumlah kasus)
DBD.
4. ABJ > 95%.
2.9. Analisa Sistem
Dalam melakukan evaluasi Program Pemberantasan Demam
BerdarahDengue di Puskesmas, digunakan pendekatan sistem. Dengan
memandangorganisasi sebagai suatu sistem, tercipta suatu cara dalam
memahamipermasalahan manajemen organisasi yang dikenal sebagai
pendekatan sistem.

2.10. Pengertian Sistem

17
Apabila kita menyebut perkataan sistem kesehatan, ada dua
pengertianyang akan kita dapat. Pertama pengertian sistem, kedua pengertian
kesehatan.Sistem itu sendiri adalah suatu rangkaian komponen yang
berhubungan satu samalain dan mempunyai tujuan yang jelas (Widjono, 2004;
Azwar, 1996).
2.11. Ciri-ciri Sistem
1. Terdapat bagian yang satu sama lain saling berhubungan danmempengaruhi
yang kesemuanya membentuk satu kesatuan.
2. Fungsi masing-masing bagian tersebut adalah dalam rangka
mengubahmasukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Dalam melaksanakan fungsi, semuanya bekerja sama secara bebas
namunterkait.
4. Tidak tertutup terhadap lingkungan.Menurut sumber lain ciri-ciri sistem
yang lengkap adalah:
a) Mempunyai elemen/komponen; b)Mempunyai batas; c) Mempunyai
lingkungan; d) Masukan; e) Proses; f) Keluaran; h)Tujuan.
2.12 Unsur Sistem
Bagian dari unsur tersebut memiliki banyak macamnya yang
jikadisederhanakan dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1. Masukan (input);
Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan dari bagianatau unsur
yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya
sistem tersebut. Yang termasuk dalam elemen masukanadalah yang biasa
dikenal dengan 6M yaitu : Manusia (Man), uang (Money), sarana (Material),
metode (Method), pasar (Market), serta mesin (Machinery).
2.Proses
Proses adalah kumpulan bagian atau unsur yang terdapat dalam sistemdan
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yangdirencanakan.
3.Keluaran (output)
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau unsur yang dihasilkandari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feedback)
Umpan balik (Feedback ) adalah kumpulan bagian atau unsur yangmerupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagisistem.

18
5. Dampak (impact)
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatusistem.
6. Lingkungan (environment)
Lingkungan (enviroment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelolaoleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.(Muninjaya, 2004;
Azwar, 1996).
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi
yangsecara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

2.9 Pendekatan sistem

Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu


tujuantertentu yang telah ditetapkan bersama. Untuk terbentuknya sistem
tersebut perludirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga
secarakeseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama
berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara
kerja sistem iniditerapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan

19
administrasi, maka prinsippokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama
pendekatan sistem (approach).
Pada saat ini batasan tentang pendekatan sistem banyak
macamnya,beberapa yang terpenting adalah:
1) Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis danrasional
dalam merancang suatu rangkaian komponen yangberhubungan sehingga
dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapaitujuan yang telah ditetapkan
(L.James Harvey, 2003).
2) Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metodeanalisis,
desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan secara
efektif dan efisien;
3) Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematisdan
logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalahatau keadaan
yang dihadapi.
Dengan dilakukannya pendekatan sistem kita akan dapat
memperhitungkanberbagai kemungkinan yang tersedia sehingga dengan
demikian nantinya tidak ada sesuatu yang sebenarnya amat penting sampai luput
dari perhatian. Daribatasan tentang pendekatan sistem ini, dengan mudah
dipahamibahwa prinsippokok pendekatan sistem dalam pekerjaan administrasi
dapat dimanfaatkan duatujuan. Pertama, untuk membentuk sesuatu, sebagai hasil
dari pekerjaanadministrasi. Kedua, untuk menguraikan sesuatu, sebagai hasil
dariadministrasi.untuk tujuan terakhir ini, biasanya dikaitkan dengan kehendak
untuk menemukan masalah yang dihadapi.Untuk kemudian diupayakan mencari
jalan keluar yang sesuai. Sedangkan kelemahan yang dipandang penting ialah
dapat terjebak ke dalam perhitungan yang terlalu rinci sehingga menyulitkan
pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan
dapat diselesaikan.

2.10Penilaian/Evaluasi

Batasan penilaian banyak macamnya.


Pengertian penilaian/evaluasi yangcukup penting antara lain:
1) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari
dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telahdi tetapkan
(Ricken);

20
2) Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yangtelah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan sertapenyusunan
saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap daripelaksanaan
program (The International Clearing House on Adolescent Fertility Control
for Population Options);
3) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang
dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaansuatu
program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinanyang
tersedia guna penerapan selanjutnya (WHO);
4) Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau
jumlahkeberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai
tujuanyang telah ditetapkan (The American Public Health Association).
Penilaian / evaluasi secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
a) Penilaian pada tahap awal program; Penilaian dilakukan saat merencanakan
suatu program ( formative evaluation). Ini bertujuan untuk meyakinkan
bahwa rencana yang akandisusun benar-benar telah sesuai dengan masalah
yang ditemukan, dalamarti dapat menyelesaikan masalah tersebut.
b) Penilaian pada tahap pelaksanaan program; Penilaian dilakukan saat program
sedang dilaksanakan (promotive evaluation), Tujuannya ialah untuk
mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai
dengan rencana atau tidak. Umumnya ada dua bentuk penilaian yaitu
pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation).
c) Penilaian pada tahap akhir program. Penilaian dilakukan saat program telah
selesai dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan mengukur keluaran dan
mengukur dampak yangdihasilkan. Penilaian dampak lebih sulit dilakukan
karena membutuhkanwaktu yang lebih lama.
Ruang lingkup penilaian secara sederhana dapat dibedakan atas
empatkelompok yaitu penilaian terhadap masukan, proses, keluaran dan
dampak.
Langkah-langkah yang ditempuh pada waktu melaksanakan
penilaianmeliputi:
1) Pemahaman terhadap program yang akan dinilai;
2) Penentuan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan;

21
3) Penyusunan rencana penilaian;
4) Pelaksanaan penilaian;
5) Penarikan kesimpulan;
6) Penyusunan saran-saran.

\
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Pengumpulan Data
Data yang dipakai pada evaluasi program P2D meliputi:
a. Data Primer
Diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana
P2D di Puskesmas I Mengwi.
Analisis situasi khusus adalah Program penanggungalan
penyakit menular (P2M) terdiri dari Imunisasi, surveillance, P2 ISPA,
P2 TB Paru, P2 Kusta, P2 DBD, P2 Malaria , P2 HIV/AIDS dan IMS.
Struktur Organisasinya adalah Kepala PuskesmasKordinator
Penanggulangan Penyakit Menular  Bagian P2 DBDKordinator
dan JumantikJumatik. Bagian P2 DBD dipegangoleh 1 orang,
kordinator jumantik terdiridari 4 orang yang masing-masing
bertanggung jawabterhadap 1 Desa dan umantik terdiri dari 29
yangmasing-masing bertanggung jawab terdapat 1 Banjar.
Pengorganisasian  Kordinator P2M bertugas mengkordinasi
pelaksanaanprogram penanggulangan penyakit menular secara
umumyang program pokoknya adalah imunisasi,
survelance,penanggulangan ISPA, diare, TBC, Kusta, DBD,
malaria,dan HIV/AIDS. P2 DBD bertanggung jawab terdapat
pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD. Kordinator
jumantik bertugas mengawasi kinerja jumantik. Jumantik bertanggung

22
jawab terhadap kordinator untukpelaksanaan program jumantik dan
terhadap puskesmasuntuk ABJ dan absensi.
Pelaksanaan Program Pelaporan dan Pendataankunjungan
pasien/laporan warga dilakukan pengobatan ataurujukan ke RS 
pengobatan &pendataan pasien diRS kemudian Feedback
olehpuskesmas  Pendataan diPuskesmas 1 Mengwi pengumpulan
(rekap) data oleh dinkes.
Mengenai hasil wawancara akan dilampirkan dalam bentuk
Power Point.

Logical Framework Program

Tabel 2.1 Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. INPUT
a. Tenaga Dokter:
Perawat:
Kader:
Analis:
b. Sarana
 Medis 11. Tempat pelayanan
pengobatan.
12. Tersedia sarana medis
(stetoskop, senter,
timbangan,
termometer).
 Nonmedis 13. Bubuk abate.
14. Formulir jentik berkala.
15. Formulir Penyelidikan
6.
Epidemiologi.
16. Daftar kepala keluarga
RT dan RW. 7.
17. Tersedianya bahan
penyuluhan (leaflet,
8.
buku, dll.)
18. Tersedianya insiktesida
9.
sesuai kebutuhan.
19. Tersedianya alat
semprot minimal 4

23
buah. 10.
20. Tersedianya alat
komunikasi minimal 1
buah faksimili dan
telp/PKC.
c. Metode Medis 3. Pendataan, anamnesa,
pemeriksaan fisik.
4. Ditekankan pada upaya
penemuan kasus DBD.
 Non Medis Pelaksanaan strategi
penyuluhan dan
penjaringan suspek secara
fasif.
d. Dana Adanya dana yang
diperlukan untuk program
yang berasal dari:
e. APBN menyediakan
seluruh buffer stock.
f. APBD menyediakan
anggaran dan pelatihan,
supervisi, dan
monitoring, jaminan
laboratorium, kegiatan
pemecahan masalah
serta pengembangan
SDM. Menyediakan
anggaran untuk
pengawasan dan
monitoring, buffer obat,
sarana diagnosa, bahan
cetakan, kegiatan
pemecahan masalah di
Kota Madya.
g. Swadana Puskesmas
menyediakan anggaran
operasional, reagen,

24
pemeliharaan,
pelaksanaan
pencegahan dan
penanggulangan DBD.
h. Swadana masyarakat.
No. Variabel Tolok Ukur Pencaapaian Masalah
PROSESPerencanaan Terdapat rencana kerja
yang tertulis dan jadwal
sesuai dengan program
kerja puskesmas.
Pengorganisasian d. Terkait dalam
penanggulangan DB.
e. Adanya tugas dan
wewenang dari unsur-
unsur yang adanya
struktur organisasi
staffing pelaksana
program.
f. Adanya pembagian
tugas yang tanggung
jawab yang jelas.
 Dokter Umum sebagai
pemeriksa di
Puskesmas.
 Perawat sebagai wasor
program DB di
Puskesmas.
 Kader sebagai panutan
penggerak di
masyarakat dalam
pelaksanaan
penanggulangan DBD.
 Analis sebagai
pemeriksa
Laboratorium DB.
Pelaksanaan 9. Pemeriksaan Jentik
Berkala (PJB)

25
dilaksanakan dengan
memeriksa seluruh
rumah pada tiap-tiap
RW.
10. Penyelidikan
Epidemiologi segera
dilaksanakan setelah
menerima laporan kasus
dalam waktu maksimal
3x24 jam.
11. Fogging focus
dilakukan 2 siklus
dengan radius 200
meter selang waktu 1
minggu.
12. Fogging masal
dilakukan 2 siklus di
seluruh wilayah KLB
dengan selang waktu.
13. Penyuluhan dapat
diberikan oleh dokter,
para medis atau kader
terlatih mengenai
penyakit DBD.

14. Para pemimpin


pemerintah, tokoh
masyarakatat baik
formal maupun
informal
mengkomunikasikan
dan memotivasi
masyarakat umum
untuk melaksanakan
penanggulangn DBD
dalam pertemuan yang

26
dilaksanakan secara
rutin.
15. Gerakan PSN seluruh
RW.
16. Pertemuan lintas
sektoral tingkat
kelurahan minimal per
3 bulan.
Penilaian d. Penilaian kegiatan
dalam bentuk laporan
tertulis secara periodic
(bulanan, triwulan,
semsteran, tahunan).
e. Pengisian laporan
tertulis yang lengkap.
f. Penyimpanan laporan
tertulis yang benar.
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
3. LINGKUNGAN
Lingkungan Fisik 3. Lokasi pemeriksaan
mudah dikerjakan.
4. Fasilitas yang tersedia.
Lingkungan Non Pendidikan minimal SMA
Fisik
4. Umpan Balik
Pencatatan, penilaian, dan
pelaporan tahun
sebelumnya dan setiap
bulannya dapat digunakan
sebagai bahan masukan
dalam upaya perbaikan
program berikutnya.
5. DAMPAK
5. Turunnya angka
kesakitan (53 per
100.000 penduduk)
pada tahun 2012.
6. Turunnya angka
kematian DBD < 1%.
7. Turunnya angka

27
kejadian (jumlah kasus)
DBD.
8. ABJ > 95%.
3.1.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan tabel-tabel yang sudah


ada dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara
elektronik.

3.1.3 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tabular, Interpretasi


data dilakuakan dengan bantuan kepustakaan.

3.14. Rancangan Monitoring

Menggunakan deskriptif dan audit untuk dapat melihat gambaran dari


kegiatan program sebelumnya dan mengetahui kelebihan dan kelemahan
dari program Penanggulangan DBD.

3.1.4. Pertimbangan Etika

Dalam melakukan Pengumpulan data telah menggunakan surat Ijin Dari


Pemerintah Kota Badung DINAS KESEHATAN KOTA BADUNG. No.
433.33/1616/Dikes. Disampaing itu juga dalam membuat tinjauan teori
telah meakai referensi dari buku-buka yang telah ada.

3.1.6 Lokasi

Pengumpulan data dikukan di Puskesmas I Mengwi

3.1.7 Waktu/Time Line

Pengumpulan Data Dilakukan pada Minggu ke tiga pada bualan Mei 2013.

3.1.8 Budjet

Transportasi = 50.000,-
Bahan Tulis = 40. 000,-

28
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah


Dengue: Jakarta.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2011. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Kemenkes R.I: Jakarta.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan
Depkes RI. 2007. Profile Pengendalian Penyakit dan penyehatan
Linkungan. Depkes RI: Jakarta.
Ditjen P2M dan PL Depkes RI. 2004. Buletin Harian. Perilaku dan Siklus
Nyamuk Aedes Aegypty dalam Melakukan Kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala. Depkes RI: Jakarta.
Word Health Organization. 1999. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis,
Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian/Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO): Yasmin Asih. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai